BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga atau kompresi mekanikal (gelombang longitudinal) dan merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, maupun gas. Bunyi merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi secara teoritis suara murni dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) (Hz) dan amplitude amplitude atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam decibel (dB). (dB). Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz (Sahrul, 1997). Menurut keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan menyebutkan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Terdapat 2 hal yang mempengaruhi kualitas bunyi, yaitu frekuensi dan intensitas. Dalam hal ini, frekuensi merupakan jumlah getaran yang sampai di telinga setiap detiknya. Sedangkan intensitas merupakan besarnya arus energi yang diterima oleh telinga manusia. Perbedaan frekuensi dan int ensitas bunyi menyebabkan adanya jenis-jenis kebisingan yang memiliki karakteristik yang berbeda (Mulia, 2005). Perkembangan teknologi yang semakin maju memberikan dampak bagi kehidupan manusia di dunia, termasuk juga di Indonesia. Seiring perkembangan tersebut, salah satu sektor kemajuan yang sangat pesat di Indonesia adalah sarana transportasi. Sarana transportasi memberikan kemudahan kepada manusia dalam menjalankan aktivitasnya, sehingga hampir setiap orang di Indonesia memiliki kendaraan pribadi, baik mobil atau motor. Hal tersebut dapat memberikan dampak yang negatif jika tidak diimbangi dengan adanya upaya pengendalian, karena semakin meningkatnya jumlah kendaraan di Indonesia, menyebabkan kebisingan jalan raya semakin meningkat yang berakibat terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia. Pengukuran tingkat kebisingan jalan raya di tempat-tempat
1
umum seperti tempat pendidikan, tempat ibadah, layanan kesehatan publik, dan pusat perdagangan jasa sangat diperlukan agar tingkat kebisingan jalan raya ra ya pada tempat tersebut dapat dikontrol sehingga tidak mengganggu kesehatan dan kenyamanan masyarakat. Masalah kebisingan akibat lalu lintas yang padat di daerah perkotaan bukan merupakan masalah baru, sehingga sulit untuk mendapatkan lokasi yang tenang agar segala aktivitas dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996, tempat pendidikan, tempat ibadah, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan memiliki ambang batas tingkat kebisingan tertentu. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan pengukuran tingkat kebisingan jalan raya guna mengetahui apakah tingkat kebisingan yang terjadi masih dapat ditolerir atau sudah melampaui ambang batas. Nilai kebisingan yang sudah melampaui ambang batas, perlu dilakukan suatu usaha yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari kebisingan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perbandingan nilai Traffic Noise Index Index (TNI) di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Almukkarom Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga, dan jalan raya depan supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya? 2. Apa faktor yang mempengaruhi nilai kebisingan di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al-mukkarom Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga, dan jalan raya depan supermarket depan supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya? 3. Bagaimana upaya mengatasi tingkat kebisingan di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al-mukkarom Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga, dan jalan raya depan supermarket depan supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya?
2
umum seperti tempat pendidikan, tempat ibadah, layanan kesehatan publik, dan pusat perdagangan jasa sangat diperlukan agar tingkat kebisingan jalan raya ra ya pada tempat tersebut dapat dikontrol sehingga tidak mengganggu kesehatan dan kenyamanan masyarakat. Masalah kebisingan akibat lalu lintas yang padat di daerah perkotaan bukan merupakan masalah baru, sehingga sulit untuk mendapatkan lokasi yang tenang agar segala aktivitas dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996, tempat pendidikan, tempat ibadah, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan memiliki ambang batas tingkat kebisingan tertentu. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan pengukuran tingkat kebisingan jalan raya guna mengetahui apakah tingkat kebisingan yang terjadi masih dapat ditolerir atau sudah melampaui ambang batas. Nilai kebisingan yang sudah melampaui ambang batas, perlu dilakukan suatu usaha yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari kebisingan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perbandingan nilai Traffic Noise Index Index (TNI) di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Almukkarom Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga, dan jalan raya depan supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya? 2. Apa faktor yang mempengaruhi nilai kebisingan di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al-mukkarom Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga, dan jalan raya depan supermarket depan supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya? 3. Bagaimana upaya mengatasi tingkat kebisingan di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al-mukkarom Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga, dan jalan raya depan supermarket depan supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya?
2
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari praktikum ini, yaitu: 1.
Mengetahui perbandingan nilai Traffic Noise Index (TNI) di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Almukkarom Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga, dan jalan raya depan supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya.
2.
Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi nilai kebisingan di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al-mukkarom Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga, dan jalan raya depan supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya.
3.
Mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi tingkat kebisingan di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al-mukkarom Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga, dan jalan raya depan supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya.
3
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bunyi
Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga dan kompresi mekanikal, atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, dan gas. Secara teoritis, bunyi dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitude dalam desibel (dB). Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia sekitar 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responnya (Sahrul, 1997). Terdapat dua hal yang menentukan kualitas bunyi, yaitu: 1. Frekuensi Bunyi Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau disebut Hz, yaitu jumlah dari frekuensi bunyi yang sampai ditelinga manusia setiap detiknya. Telinga manusia mampu mendengar frekuensi 16 – 20.000 Hz, sedangkan sensitivitas terhadap frekuensi-frekuensi tersebut berbeda- beda (Suma’mur, 1996). 2. Intensitas Bunyi Intensitas bunyi adalah arus energi persatuan luas yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB), dengan membandingkannya terhadap kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm2, yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat dapat didengar oleh telinga normal (Suma’mur , 1988).
2.2 Kebisingan 2.2.1 Pengertian Kebisigan
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Menurut Suma’mur (1996), bunyi bisa menjadi kebisingan ketika bunyi tersebut menimbulkan gangguan terhadap lingkungan seperti gangguan percakapan, gangguan tidur, dan lain-lain. Menurut keputusan Menteri
5
Negara Lingkungan Hidup No: Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan menyebutkan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Berdasarkan pengertian tersebut terlihat bahwa kebisingan terjadi bila ada bunyi di lingkungan. Terdapat 2 hal yang mempengaruhi kualitas bunyi yaitu frekuensi dan intensitas. Pada hal ini, frekuensi merupakan jumlah getaran yang sampai di telinga setiap detiknya, sedangkan intensitas merupakan besarnya arus energi yang diterima oleh telinga manusia. Perbedaan frekuensi dan intensitas bunyi menyebabkan adanya jenis-jenis kebisingan yang memiliki karakteristik yang berbeda (Mulia, 2005). Kebisingan lalu lintas menjadi sumber dominan dari kebisingan lingkungan di perkotaan. Banyak orang yang terpengaruh oleh kebisingan lalu lintas di rumah mereka. Sumber kebisingan yang terkait dengan transportasi berasal dari mobil penumpang, sepeda motor, bus, dan kendaraan berat. Setiap kendaraan menghasilkan kebisingan, namun sumber dan besarnya dari kebisingan dapat sangat bervariasi tergantung jenis kendaraan. Sebuah studi oleh Yamaguchi dkk (1994) menyimpulkan fluktuasi kebisingan yang acak disebabkan oleh perubahan periodik arus lalu lintas. Kebisingan lalu lintas menggangu kegiatan dasar masyarakat seperti tidur, istirahat, belajar, dan berkomunikasi. Pada umumnya masalah yang terkait dengan kebisingan adalah gangguan komunikasi dan gangguan tidur (Griefhan dkk, 2000). Kebisingan yang berlebihan juga dapat mengakibatkan masalah-masalah mental dan kesehatan fisik. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang- orang yang tinggal di dekat jalan-jalan dan lalu lintas yang sibuk atau dekat dengan bandara, menghabiskan waktu lebih sedikit di halaman mereka, dan memiliki jumlah tamu lebih sedikit dari orang-orang yang tinggal di daerah lebih tenang (Bluhm, 2004). 2.2.2 Sumber – sumber Kebisingan
Sumber mengganggu
bising
ialah
pendengaran
sumber baik
bunyi
dari
yang
sumber
kehadirannya bergerak
dianggap
maupun
tidak
bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri,
6
perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Dilihat dari sifat, sumber kebisingan dibagi menjadi dua yaitu: a. Sumber kebisingan statis, misalnya pabrik, mesin, tape, dan sebagainya. b. Sumber kebisingan dinamis, misalnya mobil, pesawat terbang, kapal laut, dan lainnya. Berdasarkan bentuk sumber suara yang dikeluarkannya ada dua: a. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran. Contohnya sumber bising dari mesin-mesin industri/mesin yang tak bergerak. b. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis. Contohnya kebisingan yang timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak di jalan. Berdasarkan letak sumber suaranya, kebisingan dibagi menjadi: a. Bising interior Merupakan bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau mesin-mesin gedung yang antara lain disebabkan oleh radio, televisi, alat-alat musik, dan juga bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada digedung tersebut seperti kipas angin, motor kompresor pendingin, pencuci piring, dan lainlain. b. Bising eksterior Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat, laut, maupun udara, dan alat-alat konstruksi. Di Industri, sumber kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu: a. Mesin, kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas mesin. b. Vibrasi, kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin yang terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing , dan lain-lain. c. Pergerakan udara, gas dan cairan, kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain (Sahrul, 1997).
7
2.2.3 Pengendalian Kebisingan
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam rangka pengendalian kebisingan lalu lintas (Hobbs, 1979): 1. Desain jalan dan lokasi a. Lokasi jalan Jalan dibangun pada lokasi yang jauh dari daerah sensitif dengan harapan dapat mengurangi tingkat kebisingan dan membawa suasana daerah sekitarnya terbebas oleh polusi udara. b. Peredam kebisingan Pembuatan dan penempatan berbatasan dengan jalan akan sangat efektif untuk mengurangi kebisingan. Tanaman memberikan pengurangan tidak lebih dari 5 dB. c. Membuat terowongan Suara yang dikeluarkan atau ditimbulkan kendaraan akan diredam oleh dinding-dinding terowongan sehingga dapat mengurangi kebisingan. d. Elevasi Jalan yang dibangun ditempat yang lebih tinggi ataupun ditempat yang lebih rendah dari sumber kebisingan dapat mengurangi tingkat kebisingan yang diterima oleh receiver. e. Klakson Menurut keputusan menteri perhubungan No. KM 8 Tahun 1989 pasal 7 disebutkan adalah sebagai berikut: 1. Tingkat suara klakson kendaraan bermotor ditentukan serendah-rendahnya 90 dB dan setinggi-tingginya 118 dB. 2. Ketentuan sebagai mana diatur dalam ayat 1 diukur pada tempat yang tidak memantulkan suara pada jarak yang serendah-rendahnya 2 meter di depan kendaraan.
8
f. Gradien Tanjakan sebesar 5% dapat meningkatkan kebisingan (khusus yang ditimbulkan oleh truk) sebesar 3 dB, dan tanjakan sebesar 7% (curam) dapat meningkatkan kebisingan sebesar 5 dB. g. Desain perkerasan Penggunaan agregat halus pada campuran perkerasan dapat mengurangi kebisingan sebesar 5 – 10 dB. 2. Perencanaan penggunaan lahan a. Lebar jalan Jalan sempit didepan sebuah gedung dapat meneruskan dan memperkuat kebisingan. b. Konstruksi gedung Jendela merupakan mata rantai terlemah dalam penyaluran kebisingan. Material kaca dapat menyebabkan pengurangan kebisingan. c. Jarak dari jalan Kebisingan akan berkurang sekitar 4,5 dB untuk setiap penggandaan jarak antara sumber dan penerima. d. Orientasi gedung dan rancangannya Gedung
dapat
didesain
untuk
memperkecil
kebisingan
dengan
mengorientasikan menjadi lebih terbuka (misal memperbanyak jendela dan pintu) pada sisi luar yang jauh dari sumber kebisingan dan menempatkan bagian yang sensitif (ruang tamu, tempat tidur) jauh dari sumber kebisingan, serta penataan tata bangunan sangat mendukung untuk mengurangi kebisingan, menjadikan faktor pengendalian pertumbuhan bangunan dalam penataan bangunan pada masing-masing ruas jalan yang ada dipertimbangkan berdasarkan fungsi jalan yang ada, yaitu: 1. Jalan arteri
: 32 m
2. Jalan arteri sekunder
: 29 m
3. Jalan kolektor sekunder
: 23 m
4. Jalan lokal sekunder
: 17 m
9
3. Mengurangi kebisingan dari sumbernya yaitu kendaraan Hal ini mudah dicapai dengan peningkatan desain kendaraan agar lebih halus suaranya dan peningkatan sistem perawatan, yaitu: a. Badan kendaraan bermotor Pada saat kendaraan bergerak, kemungkinan besar akan terjadi getarangetaran dan gesekan-gesekan atas komponen-komponen kendaraan yang menimbulkan suara. Keras dan lemahnya suara ini tergantung pada jenis, usia, dan perawatan kendaraan. Pada kecepatan tinggi, gesekan antara ban kendaraan dengan permukaan jalan dan badan kendaraan dengan udara dapat menimbulkan kebisingan. Suara ini akan semakin keras seiring dengan bertambahnya kecepatan kendaraan. b. Motor atau mesin Alat penggerak kendaraan bermotor yang ada pada saat ini menggunakan motor bakar. Pengoperasian motor bakar akan menimbulkan suara karena adanya gesekan
bagian-bagian
diantisipasi pada
umur
bensin
dengan dan
yang
bergerak
pelumasan,
perawatan
keras
kendaraan.
umumnya menimbulkan
suara
dan
bergetar,
meskipun sudah
atau
lemahnya
suara tergantung
Kendaraan
yang lebih
yang berbahan bakar halus
daripada
yang
menggunakan bahan bakar solar. c. Klakson Menurut keputusan menteri perhubungan No. KM 8 Tahun 1989 pasal 7 disebutkan adalah sebagai berikut: 1. Tingkat suara klakson kendaraan bermotor ditentukan serendah- rendahnya 90 dB dan setinggi-tingginya 118 dB. 2. Ketentuan sebagai mana diatur dalam ayat 1 diukur pada tempat yang tidak memantulkan suara pada jarak yang serendah-rendahnya 2 meter didepan kendaraan. d. Knalpot Terjadinya pembakaran bahan bakar dengan udara dapat terjadi dengan sempurna, apabila campuran bahan bakar dan udara ditekan oleh torak pada ruang silinder mesin pada tekanan yang tinggi. Biasanya, sisa hasil pembakaran yang
10
dibuang masih mempunyai tekanan yang cukup tinggi dan berpotensi untuk menimbulkan kebisingan. 4. Pengoperasian lalu lintas a. Kecepatan Kendaraan yang berasal dari mobil ( tidak termasuk truk ) akan berkurang sejalan dengan berkurangnya kecepatan. Setiap pengurangan kecepatan sampai setengahnya dapat mengurangi kebisingan sebesar 9 dB. Oleh karena itu kebisingan dapat dikurangi dengan adanya pembatasan kecepatan. b. Pengaturan rute Lalu lintas harus diarahkan agar menjauh dari daerah-daerah pemukiman padat penduduk, khususnya untuk kendaraan-kendaraan barang dan bus- bus besar. c. Arus lalu lintas lancar Pada saat lalu lintas tidak mengalami hambatan atau kemacetan, dapat mengurangi tingkat kebisingan lalu lintas. d. Kepadatan lalu lintas Kebisingan dapat dikurangi dengan mengurangi kepadatan lalu lintas karena setiap pengurangan kepadatan sampai setengahnya dapat mengurangi kebisingan sebesar 3 dB. 5. Pembatasan kebisingan Selain cara-cara diatas kebisingan dapat ditanggulangi dengan beberapa model penanggulangan kebisingan yang merupakan hasil rujukan dari hasil penelitian negara-negara maju, baik Eropa, Amerika, dan juga Asia yang antara lain dapat berupa: a. Peredam bising b. Tanggul tanah c. Zona penyangga 2.2.4 Jenis-Jenis Kebisingan
Berdasarkan atas sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi menjadi lima, yaitu (Buchari, 2007): a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas, yaitu bising yang relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-
11
turut. Misalnya mesin, kipas angin, dan dapur pijar. b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit, yaitu bising yang juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler dan katup gas. c. Bising terputus-putus (intermitten), yaitu bising yang tidak terjadi secara terus menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas dan kebisingan di lapangan terbang. d. Bising implusif, yaitu bising yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya tembakan, suara ledakan mercon, dan meriam. e. Bising implusif berulang, sama dengan bising implusif, hanya saja terjadi secara berulang-ulang, misalnya mesin tempa. Berdasarkan atas pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (Soeripto, 2008): a. Bising yang mengganggu (irritating noise), yaitu bising yang intensitasnya tidak keras. Misalnya orang yang mendengkur. b. Bising yang menutupi (masking noise), yaitu bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam kebisingan dari sumber lain. c. Bising
yang
merusak
(damaging/injurious
noise),
yaitu
bunyi
yang
intensitasnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB), bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran. 2.2.5 Alat Pengukuran Kebisingan
Sound level meter adalah alat untuk mengukur intensitas kebisingan. Alat ini digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan antara 30-130 dB dan dari frekuensi 20 Hz-20.000 Hz. Secara umum cara pengukuran Sound level meter adalah sebagai berikut: 1. Waktu mengukur, sound level meter diletakkan setinggi telinga. 2. Arahkan mikrophon kearah rambatan gelombang suara dengan membentuk sudut 70°.
12
3. Lakukan pengukuran dimana tenaga kerja menghabiskan waktu kerjanya. Apabila didalam pengambilan sampling terdapat beberapa hasil pengukuran (intensitas suara), maka untuk mendapatkan nilai rata-rata dapat dilakukan dengan penambahan atau pengurangan (David dkk, 1978). 2.2.6 Baku Mutu Tingkat Kebisingan
Baku mutu tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Baku mutu tingkat kebisingan dirumuskan berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996. Berikut baku mutu tingkat kebisingan: Tabel 2.2 Baku Mutu Tingkat Kebisingan (Anonim b, 1996) Peruntukan Kawasan/Lingkungan
Tingkat kebisingan (dB)
Ke iatan a. Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan pemukiman
55
2. Perdagangan dan jasa
70
3. Perkantoran
65
4. Taman (ruang terbuka hijau)
50
5. Industri
70
6. Kantor pemerintahan
60
7. Tempat rekreasi
70
8. Khusus: -
Bandar Udara
70
-
Stasiun Kereta Api
70
-
Pelabuhan Laut
70
2.3 Kelembapan
Kelembapan merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktivitas organisme di alam. Kelembapan merupakan jumlah uap air di udara, sedangkan kelembapan mutlak adalah sejumlah uap air dalam udara yang dinyatakan sebagai berat air per satuan udara (misalnya gram per kilogram udara). Jumlah uap air yang tersimpan di udara (pada kejenuhan) 13
dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, sehingga kelembapan nisbi adalah persentase uap air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan dibawah temperatur dan tekanan tertentu. Kelembapan merupakan salah satu faktor ekologis yang mempengaruhi aktivitas organisme seperti penyebaran, keragaman harian, keragaman vertikal dan horizontal (Umar, 2013).
2.4 Kecepatan Angin
Menurut ilmu klimatologi, angin diamati dalam kecepatan dan arahnya. Kecepatan angin adalah jarak tempuh massa udara yang bergerak dalam waktu tertentu dan satuannya adalah jarak per waktu seperti meter (m) per detik, kilometer (km) per jam, sedangkan arah angin merupakan arah datangnya angin (Syamsu, 2008). Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah, sehingga akan terjadi perbedaan suhu dan tekanan udara antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas yang mengakibatkan terjadinya aliran udara pada daerah tersebut (Lakitan, 2002).
2.5 Tr affi c Noise I ndex
Traffic noise index mengungkapkan tingkat gangguan kebisingan terhadap masyarakat atau manusia seringkali dipakai index gangguan kebisingan, misalnya Equivalent Noise Level, Noise Pollution Level, dan Traffic Noise Index. Harga TNI dapat dihitung dengan memakai rumus: TNI = 4(L10 - L90) + L90 – 30.................................................................................(1) Berdasarkan rumus diatas, diketahui bahwa harga TNI dipengaruhi oleh fluktuasi kebisingan lalu lintas yang dinyatakan oleh selisih antara L-10 dengan L-90 (Rice and Walker, 1982).
14
2.6 Profil lokasi praktikum kebisingan 2.6.1 SMPN 45 Surabaya
SMP Negeri 45 Surabaya berdiri sejak tahun 2009 bertempat di Jl. Mulyorejo, yang beratapkan satu dengan SDN Mulyorejo. Pada awal berdirinya, SMP Negeri 45 Surabaya hanya mempunyai 3 rombongan belajar (rombel) pada kelas VIII dengan jumlah siswa 114 yang dipimpin oleh Ibu Yulia Krisnawati dan wakil Bapak Sukirman. Pada saat ini SMP Negeri 45 mempunyai jumlah 822 siswa dengan jumlah rombel 22 masing-masing rombel kelas 1 mempunyai 8 rombel, Kelas 2 mempunyai 8 rombel, dan kelas 3 mempunyai 6 rombel. Pada saat ini, SMPN 45 dipimpin oleh Ibu Triworo Purnoningrum dan di wakili oleh Ibu Loloek dan Bapak Achmad Zaini (Anonim e, 2014). 2.6.2 Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al Mukarrom
Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah berdiri tanggal 31 Juli 1987. Lokasi Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah di jalan Mulyorejo 78 Surabaya. Pada saat ini, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dipimpin oleh Drs. H. Ahmad Marzuqi Abbas, M.PdI. Masjid Al Mukarrom berlokasi di jalan Mulyorejo 78 Surabaya (Anonimc, 2014). 2.6.3 Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga berlokasi di Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo No. 47. Sejarah pendidikan dokter gigi di Indonesia dimulai ketika Dr. R. J. F. Van Zaben, Direktur N.I.A.S. (Nedherlands Indische Artsen School) pada bulan April 1928 diminta pendapatnya mengenai kemungkinan pendirian sekolah untuk pendidikan dokter gigi di Surabaya oleh Dr. Lonkhuizen yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Departemen Kesehatan Masyarakat. Melalui pertimbangan dan persiapan pendiriannya, pendidikan dokter gigi di Surabaya dapat terlaksana tahun itu juga tepatnya pada bulan Juli 1928 dengan nama School Tot Opleideng Van Indische Tandartsen (STOVIT). Seiring dengan perjalanannya, pendidikan dokter gigi di Surabaya ini sempat berganti-ganti nama sesuai dengan kondisi kenegaraan pada saat itu. Terakhir dengan berdirinya Universitas Airlangga pada tanggal 10 Nopember 1954, maka nama pendidikan diganti menjadi “Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga” yang berlaku sampai saat ini (Anonimd, 2012).
15
2.6.4 Supermarket Giant
Giant hypermarket adalah anak perusahaan dari Hero Group yang merupakan salah satu supermarket terlama di Indonesia. Hero supermarket adalah pelopor untuk konsep berbelanja kebutuhan sehari-hari, produk dan bahan makanan segar di lingkungan yang lebih bersih, sehat dan modern. Hero sebagai multi format retailer membuka Hero supermarket , Giant supermarket , Giant hypermarket , Starmart, dan Guardian. Giant hypermarket sendiri didirikan untuk memberikan pelayanan dan mutu yang baik, pilihan merk serta produk lokal maupun etnik dengan harga murah (Anonim a, 2014).
16
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu 3.1.1 Tempat
Praktikum metode dan teknik analisis lingkungan pengukuran kebisingan jalan raya dilaksanakan di beberapa tempat yaitu, kelompok 1-2 di depan SMPN 45 Jalan Mulyorejo No.184 Surabaya (7 o16’S 112o43’E), kelompok 3-4 di Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah Jalan Mulyorejo No.78-92 Surabaya (07º15’S 122º46’E), kelompok 5-6 di depan Halte Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (7°15’56.2”S 112°45’26.1”E), dan kelompok 7-8 di depan supermarket Giant, Jalan Arief Rahman Hakim No.155 kelurahan Keputih kecamatan Sukolilo, Surabaya, dengan koordinat (07 o17’22”S 112o47’12’’E).
U
Gambar 3.1.1 Lokasi Pengukuran Kelompok 1-2 di Depan SMPN 45 Surabaya
U
Gambar 3.1.2 Lokasi Pengukuran Kelompok 3-4 di Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah Jalan Mulyorejo No.78-92, Surabaya
17
Gambar 3.1.3 Lokasi Pengukuran Kelompok 5-6 di Depan Halte Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya
U
Gambar 3.1.4 Lokasi Pengukuran Kelompok 7-8 di Depan Supermarket Giant, Jalan Arief Rahman Hakim No.155 kelurahan Keputih kecamatan Sukolilo, Surabaya 3.1.2 Waktu
Praktikum metode dan teknik analisis lingkungan pengukuran kebisingan jalan raya dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 26 September 2014 pada waktu yang berbeda, yaitu kelompok 1-2 pukul 08.10-10.30 WIB, kelompok 3-4 pukul 08.50-10.30 WIB, kelompok 5-6
pukul 08.50-10.40 WIB, dan kelompok 7-8
pukul 08.00 – 10.30 WIB.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum metode dan teknik analisis lingkungan pengukuran kebisingan jalan raya adalah sound level meter (SLM), sling psychrometer , anemometer, dan stopwatch. 3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu a kuades.
18
3.3 Cara Kerja 3.3.1 Pengukuran Kebisingan dengan Menggunakan Soun d L evel M eter
Langkah pertama adalah sound level meter dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan, microphone diarahkan pada sumber suara dan tombol power ditekan. Selektor diatur pada posisi fast atau slow dan diatur pula selektor range intensitas kebisingan, kemudian besar skala yang muncul pada sound level meter dibaca dan dicatat. Pengukuran dilakukan selama 10 menit dengan waktu pengukuran 10 detik yang akan dilakukan selama 1 jam pengukuran yang akan diperoleh 240 data. Skema cara kerja sound level meter dapat dilihat pada gambar berikut ini. Sound level meter diarahkan ke
Alat yang akan digunakan
sumber bunyi.
dikalibrasi.
Selektor diatur pada posisi slow atau fast .
Skala yang telah terbaca dicatat. telah terbaca
Skala monitor sound level meter tiap 10 detik sekali selama 10 menit dibaca.
Gambar 3.3.1 Pengukuran kebisingan
3.3.2 Pengukuran Kelembaban dengan Menggunakan Sl in g Psychr ometer
Langkah pertama termometer kering dan termometer basah pada sling psychrometer ditarik keluar. Kain pada termometer basah dibasahi dengan air secukupnya, kemudian sling psychrometer diputar dengan kecepatan sedang secara konstan selama 2 menit di atas kepala. Besar skala yang muncul pada termometer kering dan termometer basah dibaca dan dicatat. Lagkah selanjutnya termometer kering dan termometer basah dimasukan kembali seperti keadaan awal dengan angka-angka pada termometer kering dan termometer basah disejajarkan terlebih dahulu, dengan begitu nilai kelembaban akan diketahui.
19
Skema cara kerja sling psychrometer dapat dilihat pada gambar berikut ini: Termometer kering ditarik keluar
dan
basah
Skala pada termometer kering dan basah dibaca dan dicatat
Angka pada termometer kering dan basah disejajarkan
Kain pada termometer basah dibasahi den an air
Alat diputar ± 2 menit
Nilai pada tanda panah dibaca dan dicatat
Gambar 3.3.2 Pengukuran kelembaban udara
3.3.3 Pengukuran Kecepatan Angin dengan Menggunakan Anemometer
Langkah pertama adalah anemometer dipegang diatas kepala dan ditunggu selama dua menit. Angin yang berhembus akan memutar baling-baling anemometer sehingga didapatkan nilai kecepatan angin pada galvanometer yang tersambung. Skala yang didapat diamati dan dicatat. Skema cara kerja anemometer dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Kecepatan angin -Dipegang di atas kepala -Amati skala yang ditunjuk Gambar 3.3.3 Pengukuran kecepatan udara
Anemometer
20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil integrasi data praktikum kebisingan jalan raya adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Statistik Data Setiap Lokasi berdasarkan Nilai TNI, Kelembaban, dan Jarak SMPN 45 Musholla FKG Giant DATA
Surabaya 1
2
Mulyorejo
UNAIR
Keputih
5
6
7
3
4
TNI (dB)
74,5 78,5 77
75,5
88,5
88,5
Kelembaban (%)
64
63,5 56
50
55
48
65
51,25
Jarak (m)
0
0
5
0
0
0
0
5
8
75,5 68,5
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Pengukuran Kebisingan Jalan Raya
4.2 Pembahasan 4.2.1 Perbandingan Nilai Kebisingan Berdasarkan Lokasi Pengukuran
Pengukuran yang dilakukan di empat tempat yang berdekatan dengan jalan raya, yaitu Halte Fakultas Kedokteran Gigi, supermarket Giant, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah, dan SMPN 45 Surabaya. Berdasarkan grafik pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa potensi kebisingan cenderung tinggi pada lokasi Halte Fakultas Kedokteran Gigi. Supermarket Giant menjadi lokasi yang memiliki 21
potensi kebisingan yang cukup rendah. Ditinjau dari waktu pengukuran, terlihat bahwa nilai kebisingan pada pengukuran kedua cenderung lebih rendah daripada pengukuran pertama. SMP Negeri 45 Surabaya berdiri sejak tahun 2009 bertempat di Jl. Mulyorejo, yang beratapkan satu dengan SDN Mulyorejo. Lokasi ini mewakili wilayah pendidikan. Hasil pengukuran kebisingan yang di lakukan kelompok 1 dan 2 di SMPN 45 Surabaya yaitu pada pukul 08.10 – 09.10 WIB sebesar 74,5 dB, sedangkan pada pukul 09.30 – 10.30 WIB sebesar 78,5 dB. Berdasarkan hasil tersebut diketahui tingkat kebisingan pada pukul 09.30 – 10.30 WIB lebih tinggi dari pada pukul 08.10 – 09.10 WIB, hal ini disebabkan karena pada pukul 09.30 – 10.30 WIB banyak siswa yang pulang sekolah. Berdasarkan keputusan Menteri Negara
Lingkungan
Hidup
No.
KEP-48/MENLH/11/1996,
kedua
hasil
pengukuran tersebut melampaui standar baku mutu maksimal nilai kebisingan di wilayah pendidikan yaitu sebesar 55 dB, sehingga nilai kebisingan pada lokasi tersebut dikategorikan dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan karena nilai kebisingannya melebihi ambang batas maksimal. Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah berdiri tanggal 31 Juli 1987 di jalan Mulyorejo 78 Surabaya. Pengukuran kebisingan kelompok 3 dan 4 dilakukan di lapangan antara Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid AlMukkarom Mulyorejo pada jarak 5 meter dari bahu jalan. Lokasi ini mewakili wilayah pendidikan dan tempat ibadah. Hasil pengukuran pertama pada pukul 08.15 – 09.15 WIB sebesar 77 dB, sedangkan pengukuran kedua pada pukul 09.20 – 10.20 WIB sebesar 75,5 dB. Kebisingan di tempat ini dipengaruhi oleh kondisi lokasi yang merupakan salah satu akses kendaraan bermotor menuju kampus, sekolah, kantor, dan angkutan umum. Pada pengukuran pukul 08.15 – 09.15 WIB didapatkan tingkat intensitas lebih tinggi karena pada jam tersebut siswa-siswi Lembaga
Pendidikan
Berdasarkan
keputusan
Hidayatul Menteri
Ummah Negara
mengadakan Lingkungan
latihan Hidup
upacara.
No.
KEP-
48/MENLH/11/1996, kedua hasil pengukuran tersebut melampaui standar baku mutu maksimal nilai kebisingan di wilayah pendidikan dan tempat ibadah yaitu sebesar 55 dB, sehingga nilai kebisingan pada lokasi tersebut dikategorikan dapat
22
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan karena nilai kebisingannya melebihi ambang batas maksimal. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga berlokasi di Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo No. 47. Pengukuran dilakukan di halte yang berada tepat di depan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Lokasi ini berada diantara wilayah pendidikan dan kesehatan. Hasil pengukuran kebisingan oleh kelompok 5 dan 6 di lokasi tersebut baik pada pukul 08.25-09.25 maupun pada pukul 09.2810.28 yaitu sebesar 88,5 dB. Hasil tingkat kebisingan ini lebih besar dari keempat tempat praktikum yang lainnya. Hal ini disebabkan karena tempat ini berdekatan dengan jalan arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh dan kecepatan rata-rata tinggi, serta merupakan pusat lalu lalang pejalan kaki karena berdekatan dengan pusat pendidikan dan pusat kesehatan. Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996, kedua hasil pengukuran tersebut melampaui standar baku mutu maksimal nilai kebisingan wilayah pendidikan dan kesehatan yaitu sebesar 55 dB, sehingga nilai kebisingan pada lokasi tersebut dikategorikan dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan karena nilai kebisingannya melebihi ambang batas maksimal. Pengukuran kebisingan oleh kelompok 7 dan 8 dilakukan di supermarket Giant, terletak di Jl. Arief Rahman Hakim No.155 kelurahan Keputih kecamatan Sukolilo Surabaya, yang merupakan pusat perbelanjaan. Hasil pengukuran kebisingan kelompok 7 pada pukul 08.00 – 09.00 WIB yaitu 75,5 dB, sedangkan hasil pengukuran kebisingan kelompok 8 pada pukul 9.15 – 10.30 WIB yaitu 68,5 dB. Dibandingkan dengan ketiga lokasi lainnya, hasil pengukuran kebisingan kelompok 8 menunjukkan nilai kebisingan yang lebih rendah. Intensitas bunyi pada pengukuran yang dilakukan pukul 08.00 – 09.00 WIB dari pada pengukuran yang dilakukan pukul 09.15 – 10.30 WIB. Hal ini disebabkan karena pada pukul 08.00 – 09.00 WIB masyarakat banyak beraktifitas di jalan raya, seperti pergi ke kampus, sekolah, ke kantor, dan banyak angkutan umum, sedangkan pada pukul 09.15 – 10.30
WIB jalan cenderung sudah sepi karena jalan tersebut bukan
merupakan jalan utama, sehingga dapat diketahui bahwa semakin banyaknya sumber suara, maka semakin tinggi tingkat kebisingan. Berdasarkan keputusan
23
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996, kedua hasil pengukuran tersebut melampaui standar baku mutu maksimal nilai kebisingan di tempat perbelanjaan yaitu sebesar 55 dB, sehingga nilai kebisingan pada lokasi tersebut dikategorikan dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan karena nilai kebisingannya melebihi ambang batas maksimal. 4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Kebisingan
Nilai kebisingan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kelembapan udara, waktu pengukuran kebisingan, alat ukur kebisingan, jarak sumber suara, dan arah angin. Kelembapan merupakan faktor yang mempengaruhi nilai kebisingan karena kelembapan merupakan konsentrasi uap air di udara, artinya semakin tinggi kelembapan semakin banyak partikel air (H2O) di udara. Partikel air tersebut tentu dapat meredam gelombang bunyi di udara karena partikel udara yang semakin rapat akibat adanya uap air tersebut, sehingga tingkat kebisingan berkurang (Izhulda, 2010). Data hasil praktikum menunjukkan bahwa semakin tinggi kelembapan udara nilai kebisingan semakin rendah, namun pada pengukuran kebisingan di depan supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya terdapat perbedaan yang menunjukkan bahwa pengukuran kedua dengan kelembapan 51,25% memiliki nilai TNI yang lebih besar daripada hasil pengukuran pertama dengan kelembapan 65%. Hal ini disebabkan pengukuran dilakukan di pintu masuk yang kondisinya sangat ramai pada pengukuran pertama. Antrean kendaraan yang hendak masuk ke tempat perbelanjaan tersebut menimbulkan banyak bunyi klakson kendaraan. Bunyi klakson inilah yang mempengaruhi nilai kebisingan berhubungan lurus terhadap tingkat kelembapan. Menurut Rengkung (2012), waktu pengukuran sangat mempengaruhi nilai kebisingan di jalan raya karena kebisingan sangat tergantung pada fluktuasi aktivitas manusia di kawasan jalan raya. Kebisingan lokasi pengukuran kebisingan pada praktikum ini hanya pada waktu-waktu tertentu. Jalan raya depan SMPN 45 Surabaya dan Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al-mukkarom Mulyorejo bising ketika istirahat yaitu pukul 10.00-10.50 WIB sehingga pengukuran kebisingan pada waktu-waktu tersebut memperoleh nilai kebisingan
24
yang tinggi, hal ini akibat suara lalu lintas di jalan raya dan aktivitas siswa-siswi di sekitar titik pengukuran. Pengukuran kebisingan Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga juga dipengaruhi oleh aktivitas jalan raya. Nilai kebisingan meningkat ketika lampu lalu lintas berwarna hijau sehingga banyak kendaraan yang melaju di depan titik pengukuran. Pengukuran jalan raya depan supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya menunjukkan nilai kebisingan yang tinggi ketika banyak kendaraan yang berhenti di depan titik pengukuran akibat macet, disamping itu juga saat banyak kendaraan yang masuk ke supermarket Giant . Menurut Rengkung (2012), alat ukur kebisingan mempengaruhi nilai kebisingan karena setiap alat mempunyai keakuratan yang berbeda-beda. Praktikum ini terdapat kesalahan dalam membaca alat ukur kebisingan sehingga nilai kebisingan yang didapat tidak akurat. Jarak sumber suara berpengaruh terhadap kebisingan. Semakin jauh jarak sumber suara semakin rendah nilai kebisingan karena gelombang suara merambat melalui medium udara yang bersifat konvergen di segala arah sehingga gelombang suara yang dapat diterima oleh SLM sedikit. 4.2.3 Solusi untuk Mengurangi Tingkat Kebisingan Jalan Raya
Berdasarkan data yang didapatkan, tingkat kebisingan jalan raya melebihi batas maksimum dari standar baku mutu sesuai Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup
nomor
KEP.48/MENLH/11/1996
pada
setiap
lokasi
pengukuran. Hal ini dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan pada saluran pendengaran dan dapat menganggu akivitas di lingkungan sekitar. Secara garis besar, solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi tingkat kebisingan jalan raya agar tidak melebihi batas maksimum dari standar baku mutu yang ditetapkan dapat dibagi menjadi tiga kelompok pengendalian, yaitu pengendalian terhadap sumber kebisingan, pengendalian terhadap jalur kebisingan, dan pengendalian terhadap penerima kebisingan. Pengendalian terhadap sumber kebisingan dapat dilakukan dengan cara membatasi kecepatan pengendara dengan memasang rambu lalu lintas terkait kecepatan maksimum kendaraan bermotor yang melintasi pada jalan raya tersebut,
25
sehingga
para
pengendara
yang
membaca
rambu-rambu
tersebut
dapat
mengurangi kecepatan berkendara. Setiap pengurangan kecepatan hingga setengahnya dapat mengurangi kebisingan sebesar 9 dB. Hal lain yang dapat dilakukan dengan membatasi modifikasi kendaraan bermotor yang dapat berpotensi menimbulkan kebisingan seperti mengganti knalpot dan klakson kendaraan bermotor (Hobbs, 1979).
Gambar 4.2 Pemasangan Lampu Lalu Lintas Untuk Mengurangi Kebisingan
Pengendalian terhadap jalur bising dapat dilakukan dengan membuat penghalang hidup atau pepohonan. Pohon-pohon yang ditanam di pinggir jalan raya dapat meredam kebisingan jalan raya. Pohon yang dapat ditanam diantaranya pohon bambu, pohon jati, rumput, dan tanaman-tanaman yang merambat. Teduhan dari pohon-pohon tersebut dapat membuat kelembaban udara di sekitarnya menjadi lebih tinggi sehingga kebisingan akan berkurang, meskipun hanya dapat mengurangi tingkat kebisingan tidak lebih dari 5 dB. Pemilihan dan pemakaian material bangunan juga sangat mempengaruhi tingkat kebisingan yang sampai dalam ruangan. Saat ini telah banyak material-material yang cukup baik untuk menyerap atau bahkan memantulkan bunyi. Material yang dapat digunakan antara lain, polycarbonate, acrylic, concrete block, dense concrete, light concrete, brick steel, aluminium sheet, wood, dan plywood.
26
Gambar 4.3 Dinding untuk Mengurangi Kebisingan
Gambar 4.4 Pagar Hidup untuk Mengurangi Kebisingan
27
Gambar 4.5 Tanaman Bambu untuk Mengurangi Kebisingan
Pengendalian terhadap penerima bising dapat dilakukan dengan cara perencanaan yang baik terhadap tata guna lahan. Hal yang dapat dilakukan antara lain, menempatkan tempat-tempat yang tidak boleh terdapat kebisingan melebihi baku mutu pada lingkungan yang kondusif, seperti tempat pendidikan, tempat peribadatan, layanan publik, dan perdagangan dan jasa. Perencanaan yang baik terkait tata ruang wilayah, terutama di wilayah perkotaan dapat meminimalkan kebisingan.
28
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
29
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum kebisingan jalan raya adalah: 1. Berasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan nilai Traffic Noise Index (TNI) di setiap lokasi berbeda. Nilai TNI di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya sebesar 74,5 dB dan 78,5 dB, di lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al-mukkarom Mulyorejo sebesar 77 dB dan 75,5 dB, di halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga sebesar 88,5 dB dan 88,5 dB, dan jalan raya depan supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya sebesar 75,5 dB dan 68,5 dB. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan dijalan raya adalah banyaknya sumber suara, kelembaban udara, kecepatan angin, waktu pengukuran kebisingan, dan jarak sumber suara dengan lokasi pengukuran. 3. Solusi untuk mengurangi tingkat kebisingan di jalan raya antara lain dengan pengendalian sumber kebisingan, membatasi kecepatan pengendara dengan menambahkan rambu-rambu lalu lintas, menanam tanaman yang berdaun lebat dan bertajuk tebal, mengatur tata ruang dan wilayah, serta membuat peredam kebisingan seperti tembok penghalang atau pagar tanaman.
30
DAFTAR PUSTAKA
Anonima.
2014.
http://www.muramanaya.com/11/giant-indonesia/, Surabaya
Diakses Senin, 8 Oktober 2014 2014 pukul 09.50. Anonim b.
1996. Keputusan
Menteri
Lingkungan
Hidup
Nomor:
KEP-
48/MENLH/11/1996 tentang Baku tingkat kebisingan , Jakarta. Diakses Jumat, 3 Oktober 2014 pukul 06.30. Anonimc. 2014.http://profilsekolah.dispendik.surabaya.go.id/umum/sekolah.php?i Surabaya. Diakses Senin, 8 Oktober 2014 pukul 09. 35. Anonimd, 2012. RSGMP Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya. Diakses Senin, 29 Sepetember 2014 pukul 16.45. Anonime. 2014. http://smpn45surabaya.com/index.php/profile/sejarah, Surabaya. Diakses Senin, 8 Oktober 2014 pukul 09.20. Buchari, 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program . Medan: USU Repository. Bluhm, G., Nordling, E., dan Berglind, N. 2004. Road traffic Noise and Annoyance – An Increasing Environmental Health Problem. Noise and Health 6:24, page 43-49. David M dan Arthyr C. Tayor., 1978. Noise Control, Hand book of Principles and Pracktes. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Griefhan B., Scheumer R., Moehler U., dan Mehnhert P. 2000. Physiological, subjective and behavioural responses during sleep to noise from rail and road traffic. Noise & Health 3;9 :59-71. Hobbs, F.D. 1979. Traffic Planning and Engineering, Second edition, edisi Indonesia, 1995,
terjemahan Suprapto T.M. dan Waldijono, Perencanaan
dan Teknik Lalu Lintas, Edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Izhuldha ,.D. 2010. Laju Penguapan Pada Temperatur 50ͦ C dan 70 ͦ . Depok: Universitas Indonesia Press. Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar Dasar Klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mulia, Ricki. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
31