TUGAS ORGANISASI PEMBELAJAR DAN BERPIKIR SISTEM MAKALAH TENTANG PERSONAL MASTERY
OLEH:
Rini Dwi Primasari
1306488404
S1 EKSTENSI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2013/2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................
i
KATA PENGANTAR ......................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................
Rumusan Masalah………………………………………………
Tujuan Penulisan .........................................................................
Manfaat Penulisan .......................................................................
1
2
2
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Teori Personal Mastery…………………………….....
2.2 Manfaat Personal Mastery…………………………………………...
2.3 Aspek Personal Mastery………………………………………...
2.4 Karakteristik Personal Mastery…………………………………
2.5 Dimensi Personal Mastery………………………………………
2.6 Strategi Pengembangan Personal Mastery……………………...
2.7 Aplikasi Personal Mastery………………………………………
4
5
5
6
7
10
13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………...
3.2 Saran……………………………………………………………..
15
16
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Organisasi Pembelajar dan Berpikir Sistem Tentang Personal Mastery.
Dalam pembuatan makalah ini, saya menyadari bahwa semua ini tidak terlepas dari bantuan bimbingan dan arahan dari dosen mata kuliah OPBS, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
Prof. dr. Purnawan Junadi MPH., Ph.D. sebagai dosen mata kuliah OPBS
Semua teman-teman dalam tim mata kuliah OPBS dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan menjadi motivasi untuk meningkatkan daya juang mahasiswa/i pada masa kini dan yang akan datang.
Depok, 04 Maret 2014
Rini Dwi Primasari, AMd. Kep.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan zaman identik dengan modernisasi dan pertumbuhan yang pesat di segala bidang, hal ini memaksa setiap organisasi untuk terus berkembang dan tumbuh mengikuti zaman. Sehingga setiap organisasi harus melakukan perubahan dan berbagai perbaikan seperti memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen/klien, merekrut SDM terbaik, serta memperbaiki sistem agar tetap dapat bertahan.
Kunci sukses sebuah perubahan terletak pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator dan agen perubahan terus menerus, pembentuk proses serta budaya yang secara bersama meningkatkan kemampuan perubahan organisasi.
Perubahan-perubahan lingkungan yang di alami oleh suatu organisasi mengharuskan organisasi tersebut melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri menjadi suatu keharusan. Kemampuan organisasi pemerintah untuk menjawab semua tantangan saat ini dan kedepan menjadi salah satu kekuatan yang harus dimiliki oleh Organisasi. Untuk mewujudkannya, organisasi membutuhkan konsep konkrit yang menjadi alat untuk menaklukan perubahan. Salah satunya adalah Learning Organization. Peter Senge mendefinisikan Learning Organization sebagai organisasi dimana orang-orang di dalamnya meng-expand kapasitas yang dimilikinya. Orang-orang tersebut dibina dan dikembangkan sehingga mereka bebas memberikan aspirasi kepada perusahaan. Dalam Learning Organization, terjadinya proses pembelajaran sangat tergantung pada individu-individu yang berada dalam organisasi, karena mereka adalah pelaku pembelajaran organisasi. Seperti yang dikatakan Senge (1990:7) "organisation learn only though individuals who learn" bahwa organisasi yang belajar hanyalah melalui individu-individu yang belajar. Memang pembelajaran yang dilakukan individu tidak menjamin terjadinya pembelajaran organisasi, tetapi tanpa pembelajaran individu tidak akan terjadi pembelajaran organisasi. Namun, dalam Learning Organization bukan hanya individu yang terus melakukan pembelajaran namun organisasi juga harus terus belajar. Sebagaimana halnya manusia, organisasi harus tetap belajar.
Menurut SLST Pemimpin mempunyai Keterampilan Nurturing Change pada organisasi pembelajaran melalui:
1. Personal Mastery
2. Mental models
3. Team learning
4. Systems thinking
5. Shared vision
Personal Mastery merupakan bagian dari pengembangan atmosfer psikologis dalam organisasi. Personal Mastery adalah faktor dari individu manusia, dimana terjadi sebuah proses berkesinambungan bagi individu untuk memperdalam visi dan energi. Adapun maksud dari Personal Mastery adalah untuk mewujudkan dua komponen utama, yaitu menentukan tujuan dan mengukur tujuan tersebut. Personal Mastery juga merupakan satu dari lima pilar The Fifth Discipline Peter Senge, yaitu pada Learning Organization. Sehingga Personal Mastery memberi pengaruh positif bagi kinerja organisasi, yang artinya Personal Mastery yang tinggi akan menghasilkan produktivitas tinggi hingga pengaruhnya terhadap kinerja organisasi.
Rumusan Masalah
Apa pengertian dari Personal Mastery?
Apa manfaat, karakteristik, dan dimensi Personal Mastery?
Bagaimana cara atau upaya meningkatkan Personal Mastery?
Tujuan Penulisan
Menjabarkan pengertian Personal Mastery.
Menjelaskan manfaat, karekteristik, dan dimensi Personal Mastery.
Cara atau upaya meningkatkan Personal Mastery .
Manfaat Penulisan
Mengerti dan memahami pengertian Personal Mastery.
Mengerti dan memahami manfaat, karekteristik, dan dimensi Personal Mastery.
Mengeti dan memahami akan upaya dan/atau metode untuk meningkatkan Personl Mastery.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Teori Personal Matery
Secara etimologi, Mastery berasal dari bahasa inggris dan latin yang berarti penguasaan atau keahlian dominasi terhadap sesuatu. Sedangkan dari bahasa Perancis, berasal dari kata Maitre yang berarti seseorang mempunyai keahlian khusus, cakap, dan ahli dalam sesuatu.
Personal Mastery is the discipline of continually clarifying and deepening our personal vision, of focusing our energies, of developing patience and of seeing reality objectively (Peter Senge) "Penguasaan diri adalah sebuah disiplin yang terus menerus, memperjelas dan memperdalam penglihatan personal kita, memfokuskan energi kita, menyampaikan kesabaran dan melihat objek secara realistis." (Peter Senge)
Penguasaan diri adalah pengembangan diri seseorang yang prosesnya terus berkesinambungan, selalu mencari jalan untuk terus berkembang, hal baru untuk dipelajari, bertemu dengan orang baru, merupakan suatu jalan kehidupan yang menekankan pada perkembangan dan kepuasan dalam kehidupan personal dan professional (Fran Sayers Ph.D)
Penguasaan diri adalah suatu cara yang berkesinambungan untuk menjernihkan dan memperdalam visi, energi, dan kesabaran seseorang (Michael J. Marquardt)
Mastery tidak berarti mengontrol orang lain, maupun diri sendiri. Seiring berjalannya waktu yang dilakukan adalah menggabungkan berbagai variasi dan kadang-kadang konflik kepribadian seseorang (Leonard).
2.2 Manfaat Personal Mastery
Manfaat atau keuntungan bagi seseorang yang mempunyai tingkat penguasaan diri tinggi adalah:
Kemampuan mengambil tanggung jawab.
Kejelasan dan profesionalisme visi.
Kohesive dan Team Work yang berlaku.
Penurunan jumlah karyawan yang absen melalui peningkatan kesejahteraan karyawan.
Mampu mengendalikan stress dan bersikap positif.
Menciptakan petumbuhan organisasi yang tetap dan berjangka panjang.
Pemenuhan tanggung jawab sosial.
Kepemimpinan kreatif yang kuat.
Meningkatkan kecerdasan emosi.
Dengan demikian terlihat jelas bahwa Personal Mastery tidak saja baik bagi diri sendiri namun juga mempengaruhi lingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal dengan cara yang positif.
2.3 Aspek Personal Mastery
Oleh Metavarsity Course, Personal Mastery disebutkan memiliki 4 aspek, yaitu:
Aspek Emosional, yang terdiri atas:
Memahami emosi diri sendiri dan akibatnya
Memahami orang lain dan emosi yang dialaminya
Berdaya secara emosional dan nyata
Menjadi vulnerable dan terbuka dengan suatu hubungan
Aspek Spiritual, yang terdiri atas:
Terhubung dengan inner self
Mengapresiasi kehidupan, menyayangi orang lain
Bersatu dalam perbedaan dengan orang lain
Menciptakan dunia yang lebih baik untuk tempat hidup
Aspek Fisik, terdiri dari:
Berada secara fisik dan dalam lingkungan
Memahami hubungan antara 'mind-body'
Bertanggung jawab dan membuat keputusan positif
Memanage stress dan mencapai keseimbangan
Aspek Mental, terdiri atas:
Memahami cara pikiran bekerja dan cara menciptakan realitas
Meningkatkan fokus mental dan konsentrasi
Menciptakan pikiran yang jernih dan inovatif
Menciptakan realitas yang diinginkan.
Dengan menguasai 4 aspek yang telah dikemukakan, diharapkan seseorang dapat menggunakannya untuk mengatasi kebutaan yang dialami. Setelah mampu menguasai 4 aspek tersebut, dapat dikatakan telah menguasai Personal Mastery. Seseorang yang telah menguasai Personal Mastery memiliki komitmen yang tinggi terhadap suatu hal, lebih sering mengambil insiatif, secara terus menerus mengembangkan kemampuannya untuk menciptakan hasil terbaik dalam kehidupan yang benar-benar diinginkan.
2.4 Karakteristik Personal Mastery
Menurut Marty Jacobs (2007), seseorang yang memiliki Personal Mastery yang tinggi akan memiliki karakteristik sebagai berikut:
Mempunyai sense khusus mengenai tujuan hidupnya.
Mampu menilai realitas yang ada sekarang secara akurat.
Terampil dalam mengelola tegangan kreatif untuk memotivasi diri dalam mencapai kemajuan kedepannya.
Melihat perubahan sebagai suatu peluang.
Memiliki rasa keingintahuan yang besar.
Menempatkan prioritas yang tinggi terhadap hubungan personal tanpa menunjukkan rasa egois atau individualismenya.
Pemikir sistemik, dimana seseorang melihat dirinya sebagai salah satu bagian dari sistem yang lebih besar.
2.5 Dimensi Personal Mastery
Penerapan Personal Mastery dapat dilihat dari dua dimensi yang saling berkaitan. Dimensi dimana seseorang tersebut sebagai individu dan dimensi dimana personal tersebut menjadi bagian dari suatu kelompok (team). Sebagai individu, upaya pengendalian diri (Personal Mastery) dengan segala unsurnya akan dapat membentuk karakter personal, sedangkan perannya pada kelompok, Personal Mastery diperlukan untuk menjamin adanya pembelajaran organisasi (Learning Organization). Paduan karakter personal yang dimiliki oleh anggota team dalam suatu organisasi akan membuat dinamika dan menumbuhkan organisasi tersebut. Dari interaksi ini munculnya benih-benih Leadership yang diharapkan akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang tangguh.
Bagan sederhana untuk menerangkan hal tersebut bisa digambarkan di bawah ini:
Understanding OthersDevelopmentUnderstanding Self
Understanding Others
Development
Understanding Self
Gambar 2.1: Development as a dialectical process of interaction
Personal Mastery menunjukkan bahwa kekuatan sebuah organisasi tergantung pada kekuatan pribadi yang mendukung. Peter Senge dalam Global Learning Service juga menjelaskan tujuh dimensi penguasaan diri yang harus dibudayakan untuk mendukung proses pengembangan mencapai Personal Mastery:
Kesadaran Diri (Self-Awareness)
Laporan dari komisi pendidikan UNESCO dalam The Jewel Within menyatakan bahwa pengembangan diri merupakan sebuah proses mengenal dan memahami diri sehingga seseorang mampu membuka diri untuk berhubungan dengan orang lain. Self-awareness merupakan dasar untuk Personal Mastery dan efektivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Self-awareness dapat dijadikan kunci sebagai pemegang kendali untuk pengembangan personal dan profesional.
Ketajaman Perseptual (Perceptual Acuity)
Perceptual Acuity merupakan kemampuan dalam menafsirkan pesan yang diperoleh melalui persepsi, observasi, dan kemampuan mendengar.
Penguasaan Emosional (Emotional Mastery)
"We know too much and feel too little. At least we feel too little of those creative emotions from which a good life springs. (Bertrand Russel)" Penguasaan emosi adalah bagaimana seseorang memahami emosi diri, mengenal emosi orang lain, dan kemampuannya untuk memanajemen emosi untuk menghargai orang lain. Goleman membagi lima kecerdasan emosi dalam buku "Emotional Intelligence", yaitu:
Kesadaran Diri
Mengenal emosi diri yang terkait dengan kapan, dimana, dan mengapa emosi bergejolak, mampu dalam memonitor perasaan sesuai situasi dan kondisi, serta memahami efeknya pada orang lain.
Regulasi Diri (Self-Regulation)
Kemampuan dalam Mengendalikan emosi, menahan diri dan mencoba untuk menenangkan diri. Mengontrol atau mengarahkan rangsangan emosi dan mempunyai kecenderungan untuk berpikir sebelum bertindak.
Motivasi Diri (Internal Motivation)
Memotivasi diri sendiri, bahwa sesungguhnya emosi tidak menyelesaikan masalah. Seseorang akan bekerja dengan alasan internal yang melampaui uang dan status imbalan eksternal, sehingga ia akan mempunyai kecenderungan untuk mengejar tujuan dengan energi dan ketekunan.
Empati (Empathy)
Kemampuan untuk memahami karakter dan emosi orang lain. Sebuah keterampilan dalam memperlakukan orang sesuai dengan reaksi emosional mereka.
Kemampuan Sosial (Social Skills)
Kemampuan dalam mengelola hubungan dan membangun jaringan serta kemampuan untuk menemukan kesamaan dan membangun hubungan.
Keterbukaan (Openness)
Organisasi tidak hanya dihuni oleh satu pemikiran. Seseorang bisa terbuka menerima pemikiran orang lain, serta bersedia untuk menggali ide baru dan pengalaman demi sebuah perkembangan.
Fleksibilitas dan Adaptasi (Flexibility and Adaptability)
Perubahan dan/atau perkembangan dalam organisasi menuntut seseorang untuk mengikuti perubahan dan/atau perkembangan tersebut. Maka seseorang harus mempunyai sikap fleksibel dan pintar untuk beradaptasi, sehingga mampu memandang perubahan sebagai kesempatan baru.
Otonomi (Autonomy)
"Personal Mastery goes beyond competence and skills, although it is grounded in competence and skills. It goes beyond spiritual unfolding or opening, although it requires spiritual. It means approaching one's life as a creative work, living life from a creative as opposed to reactive viewpoint (Peter Senge)"
Seseorang harus mampu mengendalikan hidup untuk mencapai pikiran jernih dan kecerdasan, sensitivitas tinggi, rasa estetika, tanggung jawab serta nilai spiritual. Seseorang yang autonomus mempunyai sikap Self-awareness tinggi, keingintahuan tinggi, dan lebih proaktif daripada reaktif.
Akal dan Daya Kreatif (Creative Resourcefullness)
Seseorang harus kreatif dan inovatif serta selalu menemukan hal baru dalam melakukan sesuatu. Selalu terbuka akan ide-ide dan pengalaman baru serta fleksibel dan adaptasi.
2.6 Strategi Pengembangan Personal Mastery
Banyak orang yang mengakui bahwa di antara semua disiplin pembelajaran, Personal Mastery-lah yang paling menjadi perhatian. Tidak hanya meningkatkan kemampuan sendiri, namun juga meningkatkan kemampuan orang lain. Banyak orang mengakui bahwa organisasi berkembang seiring dan sejalan dengan para anggota. Beberapa orang mengetahui prinsip utama disiplin ini. Tidak seorang pun bisa meningkatkan Personal Mastery orang lain, namun hanya bisa menciptakan kondisi yang mendorong dan mendukung orang yang ingin meningkatkan Personal Mastery.
Setiap orang harus menawarkan dorongan semangat dan dukungan ini, karena pembelajaran tidak akan berlangsung lama kecuali dipicu oleh minat dan rasa ingin tahu yang besar dari orang itu sendiri. Walaupun pemicu tidak ada, orang akan patuh menerima pelatihan apa pun yang diberikan. Dampak dari latihan itu berlangsung sementara, namun tanpa komitmen orang yang dilatih akan berhenti menerapkan ketrampilan baru tersebut. Sebaliknya, jika pembelajaran dikaitkan dengan visi seseorang, maka orang itu akan berupaya keras mempertahankan agar pembelajaran dapat terus berlangsung. Namun, banyak perusahaan cenderung merintangi daripada mendorong motivasi intrinsic. Untuk mengembangkan Personal Mastery, bisa dilakukan dengan cara berikut ini:
Percakapan dalam diri
Penerapan pokok Personal Mastery mencakup pembelajaran untuk mempertahankan visi pribadi dan gambaran jernih tentang realitas saat ini yang ada di hadapan. Dengan melakukan hal ini, akan membangkitkan kekuatan dalam diri sendiri yang disebut "tegangan kreatif." Tegangan menurut sifat alaminya, memerlukan penyelesaian, dan sebagian besar penyelesaian alami terhadap tegangan adalah dengan mendekatkan realitas dengan apa yang diinginkan.
Banyak orang yang yakin bahwa visi itu penting, sesuatu yang bisa melihat dengan jelas bahwa seseorang harus mengubah kehidupan untuk mengejar keberhasilan, dan yang berkomitmen pada diri sendiri terhadap apapun yang dihasilkan, umumnya merasa tertantang. Secara sadar maupun tidak, seseorang telah mengasimilasikan visi tersebut pada tahapan yang banyak mengubah perilaku. Seseorang memiliki rasa kesabaran yang kuat baik terhadap diri mereka sendiri maupun dunia dan perhatian yang lebih pada apa yang sedang berlangsung di sekitar. Semua ini membuahkan pemahaman yang terus menerus tentang energi dan antusiasme, yang (seringkali setelah penundaan) membawa hasil nyata, selanjutnya dapat memperkokoh energi dan antusiasme tersebut.
Seseorang tidak mungkin bisa memerintahkan orang lain dengan serta merta untuk memahami kerangka pemikiran ini, namun disiplin Personal Mastery menjelaskan bahwa sebagai individu bisa memupuk cara berpikir yang secara bertahap bisa mengarah kepada hal tersebut. Semakin sering seseorang mempraktikkan cara berpikir ini, maka semakin mampu dan semakin memiliki rasa percaya diri, serta semakin besar pula kesadaran akan tegangan yang bisa menarik ke depan jika seseorang terus memupuknya. Seseorang mengatasi tegangan emosional, bukan dengan menyangkal bahwa itu ada, melainkan dengan mencoba melihat secara lebih jernih, hingga bisa memahami bahwa tegangan emosional sesungguhnya juga merupakan bagian dari realitas saat ini.
Personal Mastery mengajarkan agar seseorang tidak menurunkan visi. Yang terpenting bukanlah isi visinya, namun apa yang dilakukan oleh visi tersebut. Personal Mastery mengajarkan untuk tidak menyerah dalam memandang dunia seperti apa adanya, sekalipun itu membuat rasa tidak nyaman. Personal Mastery mengajarkan seseorang untuk memilih. Memilih adalah tindakan yang berani mengambil hasil dan tindakan yang akan menentukan nasib kedepannya.
Mempraktikkan Personal Mastery adalah seperti mengadakan percakapan dalam diri sendiri. Ada sesuatu yang menyuarakan impian tentang apa yang seseorang inginkan pada masa yang akan datang yang ada dalam diri. Namun, suara yang lain membentuk cara pandang seseorang (sering kali bersifat ancaman) terhadap dunia di sekitar.
Pemimpin sebagai Pelatih
Tegangan kreatif secara terbuka (dengan membangun visi bersama di satu pihak, dan membantu orang lain melihat sistem tersebut serta model mental dari realitas saat ini di lain pihak) bisa menggerakkan seluruh organisasi ke depan, karena organisasi didorong oleh tegangan kreatif setiap individu. Langkah pertama dalam belajar menciptakan tegangan berskala lebih besar adalah dengan belajar membangkitkan serta mengelola tegangan kreatif dalam diri sendiri.
Layak untuk diakui bahwa gagasan untuk mendorong Personal Mastery di tempat kerja, secara naluriah sulit diterima oleh beberapa pemimpin. Terdapat perasaan yang mungkin tersembunyi, bahwa visi pribadi tidak sesuai dengan tujuan kelembagaan. Para karyawan dituntut berdedikasi sepenuhnya kepada perusahaan selama jam kerja kantor. Sikap paternalistik ini terbukti tidak persuasif dan tidak efektif.
Jika pemimpin tidak mempunyai pemahaman yang mendalam tentang visi diri, maka pemimpin tersebut tidak akan mampu mendorong orang lain untuk menciptakan visi sendiri atau mempertimbangkan visi orang lain. Jika seorang pemimpin tidak bisa menguraikan realitas saat ini dengan jelas, maka kredibilitas akan rendah ketika pemimpin tersebut mengajak orang lain melihat bersama. Jika pemimpin tersebut tidak mempunyai tingkat pengetahuan diri sendiri, dan pemahaman diri sendiri, maka risikonya adalah adanya kemungkinan pemimpin tersebut menggunakan organisasi untuk mengatasi sendiri sakit saraf yang dimiliki. Hal ini bisa membawa dampak yang luar biasa terhadap diri orang lain. Tugas melatih Personal Mastery meliputi tindakan membantu seseorang untuk melihat betapa visi sendiri tertutup oleh kekhawatiran apakah visi tersebut mungkin untuk terjadi atau tidak.
2.7 Aplikasi Personal Mastery
Berikut ini adalah contoh aplikasi Personal Mastery dalam kehidupan. Orang yang memiliki Personal Mastery dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat pada sebuah film yang sangat inspiratif yaitu "Forrest Gump". "Forrest Gump" merupakan film drama Amerika Serikat tahun 1994 yang diadopsi berdasarkan novel tahun 1986 karya Winston Groom. Film ini menceritakan tentang seorang anak dengan keterbatasan yang bernama Forrest Gump, diceritakan Forrest adalah seorang anak yang hanya memiliki IQ sebesar 75, tetapi mampu membuat sebuah perubahan baik untuk dirinya sendiri atau pun lingkungan sekitarnya. Walaupun saat masih kecil Forrest sering diejek dan dijauhi oleh kawan-kawannya karena kecerdasannya yang di bawah rata-rata dan keterbatasan fisiknya. Namun di luar ketidakmampuannya itu, ia memiliki sebuah kemampuan yang tidak dimiliki oleh anak-anak lain yaitu mampu berlari dengan cepat. Forrest pun tidak menyerah dengan keterbatasan tersebut, dan tetap melakukan hal-hal yang positif untuk lingkungannya.
Pada hakekatnya proses belajar tidak mengenal perbedaan. Entah seseorang itu awalnya berasal dari orang yang tidak mampu ataupun kaya, pekerja kasar ataupun pejabat tinggi dan tidak mengenal juga suku, ras atau pun golongan. Manusia dan mahluk hidup lainnya dituntut untuk tetap mampu beradaptasi agar mereka bisa bertahan. Beradaptasi membutuhkan inovasi dan kemampuan untuk berkreasi. Dan ini semua bisa didapat dengan cara belajar, baik secara individual maupun bersama.
Hal ini memberi makna bahwa jika kita dalam kehidupan baik sebagai personal maupun dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial, asal bisa mengembangkan Personal Mastery, memiliki mental yang tangguh, berpikir secara sistemik, sepakat menjalankan visi bersama serta mampu mengontrol untuk mengurangi kelemahan/ kebutaan dalam diri maupun kelompok, pastilah akan mendapatkan hasil yang luar biasa. Dengan kata lain, aktifitas positif baik secara personal maupun kelompok apalagi bermanfaat bagi orang lain, dengan sendirinya akan mendatangkan juga penilaian dari orang atau kelompok lainnya. Cetusan positif dari penilaian ini dapat diwujudkan dengan suatu penghargaan. Jadi penghargaan didapat sebagai konskuensi dari hasil yang baik, bukan merupakan buah dari harapan yang pasif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan yang telah diuraikan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka yang memiliki penguasaan diri (Personal Mastery) yang tinggi akan memiliki ciri sebagai berikut;
Melihat visi sebagai panggilan dari lubuk hati paling dalam dan bukan sekedar gagasan atau ide.
Memiliki komitmen dan inisiatif yang lebih tinggi dibanding lainnya.
Menyadari bahwa penguasaan diri merupakan suatu proses pembelajaran yang berkelanjutan sepanjang hidup.
Terus berupaya untuk mengembangkan diri dengan menerima serta menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi.
Sedangkan mereka yang memilik penguasaan diri yang buruk cenderung bersikap pasif. Tidak mau repot dengan menjalankan upaya-upaya pembenahan diri yang sangat membebani. Mereka beranggapan bahwa Personal Mastery tidak lebih dari suatu pengekangan, memasung nilai-nilai kebebasan. Namun sayangnya alasan-alasan ini yang tanpa disadari dalam pemahaman Personal Mastery pun juga terkandung nilai kebebasan untuk berkarya dan berkreasi. Bukan cuma konsep ataupun bahan diskusi semata. Dengan demikian mereka yang ada dalam kelompok ini sudah puas dan tidak mau terganggu lagi dari suasana zona nyaman yang dinikmati kini. Mereka memiliki tujuan hidup yang tidak jelas arahnya serta kemungkinan juga tidak memiliki visi dalam menjalankan hidup baik untuk diri pribadi mapun kelompok. Mereka juga sangat berat dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan lingkungan.
Saran
Sebagai manusia, kita harus tetap mempertahankan Personal Mastery yang sudah kita miliki. Karena Personal Mastery membawa dampak positif baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja. Junadi (2014) menyebutkan cara yang harus dilakukan untuk mengembangkan Personal Mastery ke arah yang sempurna. Cara tersebut adalah pertama kita harus terus menerus mencari kejelasan hal yang berarti bagi hidup kita. Kedua belajar melihat realitas kekinian dengan pikiran jernih (Junadi,2014). Penting untuk diingat bahwa Personal Mastery adalah sebuah proses yang terus menerus. Sehingga dibutuhkan komitmen yang tinggi untuk terus menerus mempertahankan dan mengembangkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Junadi, Purnawan. 2014. Slide LOST. Program S1 Ekstensi FKM UI. Universitas Indonesia.
Junadi, Purnawan. 2014. Slide Leadership & Personal Mastery. Program S1 Ekstensi FKM UI. Universitas Indonesia.
Junadi, Purnawan . 2014. Slide Tujuh Penyakit Pembelajaran. Program S1 Ekstensi FKM UI. Universitas Indonesia.
Jacobs, Marty. 2007. Personal Mastery: The First Discipline of Learning Organizations. Vermont Business Magazine.
Leonard, Karin & Associates. What is Personal Mastery. http://www.innerevolution.com/Articles/personalmastery.html.
Marquardt, Michael J. 2002. Building The Learning Organization: Mastering The 5 Element for Corporate Learning. Davies-Black Publishing, Inc. United States of America.
Personal Mastery Course. Metavarsity College of Metaphysical Study. Access on September 2010.
Sayers, Fran. Personal Mastery. [Online] available at www.opi-inc.com/personal. [Accessed May, 20 2013].
Senge, Peter M. 1994. The Fifth Discipline:The Art And Practice Of The Learning Organization. Doubleday, a division of Bantam Doubleday Dell Publishing Group, Inc. United States of America.