TUGAS MATAKULIAH PEMULIAAN TERNAK
Perkawinan
Disusun oleh: Kelompok II Iqri Puspa Yunanda
PT/06
Nawang Ayu J
PT/06
Novan Tiesnajie P
PT/06
Maulina Nur S
PT/06
Hendra Nur Cahyo
PT/06
Dosen Pembimbing : Tety Hartatik, S.Pt, Ph.D
LABORATORIUM PEMULIAAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
Arti Pemuliaan
Pemuliaan ternak adalah usaha jangka panjang dengan suatu tantangan utama yaitu memperkirakan ternak macam apa yang menjadi permintaan di masa mendatang serta merencanakan untuk menghasilkan ternak-ternak yang diharapkan tersebut (Warwick et al. 1990). Peran pemuliaan dalam kegiatan produksi ternak sangat penting diantaranya untuk menghasilkan ternak-ternak yang efisien dan adaptif terhadap lingkungan. Produksi ternak yang efisien bergantung pada keberhasilan memadu sistem managemen, makanan, kontrol penyakit dan perbaikan genetik.
Perkawinan
Sistim Perkawinan Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa dasar dalam pemuliaan ternak adalah untuk meningkatkan produksi dan produktifitas ternak melalui perbaikan atau peningkatan mutu genetiknya. Cara atau metode yang digunakan terdiri dari sistim perkawinan dan sistim seleksi.Sistim perkawinan yang selalu dan sering digunakan untuk meningkatkan mutu genetic ternak antara lain : a. Perkawinan dengan tujuan meningkatkan homosigotas (Inbreeding). b. Perkawinan dengan tujuan meningkatkan heterogositas (Outbreeding). Keragaman populasi dalam proses budidaya merupaka hasil kombinasi dari faktor genetis, lingkungan, dan interaksi antara genetik dan lingkungan (Tave, 1986; Tave, 1999 dalam Imron dkk, 2010). Imron dkk (2010) menjelaskan lebih lanjut bahwa di dalam budidaya, perbedaan tingkat homozigositas atau heterozigositas antar populasi terutama disebabkan oleh perbedaan dalam sistem perkawinan induk; inbreeding, outbreeding, dan crossbreeding. Faktor utama yang membedakan ketiga
sistem
perkawinan
tersebut
adalah
tingkat
kedekatan
hubungan
kekerabatan antara induk-induk yang dikawinkan. Persilangan antar ternak yang memiliki hubungan kekerabatan dekat (inbreeding) dapat meningkatkan gen-gen yang homozigot (individu yang memiliki genotip 2 gen yang sama) dan menurunkan proporsi heterozigositas yang ada (Khan and Sing, 1990 dalam Wulandari, 2008). Makin jauh hubungan kekerabatannya antara kedua ternak, maka makin sedikit
kesamaan
gen-gennya
dan
makin
besar
pula
tingkat
heterosigozitasnya (Noor, 2000 dalam Wulandari, 2008). Dalam suatu populasi ternak apabila terjadi perkawinan secara acak dan terjadi migrasi, kecil kemungkinan terjadinya perkawinan inbreeding, karena faktor yang dapat menyebabkan tingginya heterozigositas adalah perkawinan outbreeding.
Inbreeding Inbreeding adalah breeding yang akan menghasilkan turunan dari persilangan sekerabat. Sistem perkawinan secara inbreeding dapat menghasilkan populasi yang memiliki tingkat homozigositas tinggi.Maksud tujuan praktis dari sistem perkawinan ini biasanya ternak-ternak dianggap berkerabat bila mempunyai nenek moyang yang sama pada 4 sampai 6 generasi pertama dari silsilahnya. Atau pendapat lain mengatakan bila ternak-ternak tersebut mempunyai hubungan kekerabatan yang lebih dekat dibandingkan dengan rata-rata ternak dalam populasi itu. Inbreeding akan menghasilkan gen-gen yang bersifat homozygot. Kehomozygotan ini akan melemahkan individu-individunya terhadap perubahan lingkungan atau depresi persedarahan yang berhubungan dengan kesuburan dan daya tahan, namun variasinya akan semakin sedikit. Sehingga inbreeding akan menuju ke stabilitas varietas suatu spesies, karena genotip-genotip akan makin sama dalam populasi, dan dalam individu akan makin banyak gen
yang
homozygot.
Akibat
lain
dari
makin
lama
terjadinya
kehomozygotan adalah meningkatnya frekuensi gen cacat, jika pada
suatu populasi terdapat karakter gen yang cacat. Hal ini terjadi karena karakter cacat sering bersifat resesif, dan dari generasi ke generasi selalu terlindungi oleh kehadiran alelnya yang dominan. Keuntungan inbreeding : 1. Membuat individu mirip Inbreeding dapat menyebabkan ternak-ternak mirip satu sama
lain,
karena inbreeding
dapat
menurunkan
tingkat
heterozygotsitas didalam populasi. 2. Melestarikan sifat-sifat yang diinginkan Apabila kita menyukai suatu sifat pada sekelompok ternak, sifat-sifat tersebut dapat dipertahankan dengan inbreeding. 3. Seleksi pada gen-gen yang tidak diinginkan Inbreeding membuat individu-individu homozygot. Apabila terdapat letal gen dalam keadaan homozygot, maka akan tampak. Dengan demikian kita bisa melakukan seleksi terhadap ternak-ternak pembawa sifat tidak baik. Kerugian inbreeding : Secara umum, hasil perkawinan inbreeding akan menurunkan produktifitas kinerja: kekuatan, ketahanan penyakit, efisiensi reproduksi, dan bertahan hidup. Hal ini juga akan meningkatkan frekuensi kelainan. Inbreeding juga mempunyai dampak yang tidak diinginkan terhadap sifatsifat seperti : Pertumbuhan, reproduksi, produksi susu pada sapi perah. Pada saat tertentu, para peternak perlu mempertahankan suatu tetua yang unggul. Cara yang biasa digunakan adalah dengan biak sisi (line breeding). Contoh : Apabila kita ingin mempunyai seekor pejantan unggul, kita ingin anaknya mirip pejantan tersebut, maka dilakukan biak sisi sebagai berikut : Pejantan A dikawinkan dengan seekor betina, kemudiaan anaknya yang betina dikawinkan lagi dengan pejantan A. Cucunya (F2) dikawinkan lagi dengan pejantan A, dan seterusnya. Pada generasi ke 3 (F3) diperoleh anaknya 87,5% mirip pejantan A.
Outbreeding Silang luar adalah sisitem yang paling banyak digunakan dalam kelompok ternak bibit dari ternak besar di banyak negara di dunia. Juga digunakan pada hampir semua kelompok ternak niaga bila telah diputuskan untuk menggunakan satu bangsa tunggal dari pada suatu program perkawinan silang. Outbreeding adalah system perkawinan hewan dari jenis yang sama tetapi yang tidak memiliki hubungan yang lebih dekat dari sedikitnya 4 hingga 6 generasi. Silang luar (biak-luar) yang dikombinasikan dengan pemilihan adalah suatu teknik sangat bermanfaat dalam perbaikan keturunan yang mencakup kepada ciri-ciri yang turun temurun yang sangat bermanfaat (Warwick, 1984). Dari penjelasan di atas, dapat dilihat kesimpulannya di kemukakan oleh Pane (1980) yang mengatakan bahwa Istilah biak-luar sebenarnya kebalikan dari biak-dalam. Membiak-luar adalah perkawinan ternak yang hubungan keluarganya kurang dari hubungan kekeluargaan rata-rata ternak dari mana mereka berasal, atau untuk mudahnya dari ternak yang tidak mempunyai leluhur bersama selama paling sedikit empat generasi. Perkawinan luar mempunyai keuntungan yang berikut: 1. Metoda ini adalah sangat efektif karena karakter-karakter yang sebagian pengaruh
besar
di
bawah kendali
penambahan
seperti:
dari
gen-gen
produksi
dengan
susu,
laju
pertumbuhan di dalam ternak, seperti pada daging sapi, dll. 2. Sistim yang efektif untuk perbaikan genetika jika dikombinasikan dengan seleksi. 3. Merupakan cara terbaik untuk kebanyakan perkawinan. Istilah biak-luar sebenarnya kebalikan dari biak-dalam. Membiakluar adalah perkawinan ternak yang hubungan keluarganya kurang dari hubungan kekeluargaan rata-rata ternak dari mana mereka berasal, Atau untuk mudahnya dari ternak yang tidak mempunyai leluhur bersama selama paling sedikit empat generasi. Sehingga dalam Penelitian yang
dilakukan oleh Lestari, dkk (1997) memberikan contoh bahwa pada sapisapi yang Secara genetic seperti sapi Simmental, Limosin dan Brahman mempunyai mutu lebih baik dibandingkan sapi Bali akibatnya keturunan pejantan sapi Simental, Brahman dan Limosin juga mempunyai mutu genetik yang lebih baik dibandingkan keturunan pejantan sapi Bali. Membiak-luar adalah suatu metode standar untuk memperbesar variasi populasi, biak secara fenotip atau genotip. Keadaan heterozigot dari
populasi
akan
meningkat
dan
sebagai
akibatnya
kesegaran/ketahanan dan daya adaptasi ternak terhadap lingkungan juga akan meningkat. Mastur dan M. Dohi (1996) memberikan contoh Untuk meningkatkan populasi dan produktivitas kambing pada usaha tani lahan kering guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Petani maka perlu diambil langkah-langkah upaya pengembagan salah satunya penyediaan bibit unggul. Menurut mereka, bila dipandang perlu dapat pula mendatangkan bibit kambing yang berasal dari daerah-daerah kering seperti Afrika yang cukup banyak terdapat, bangsa-bangsa kambing dengan pertumbuhan yang baik seperti kambing Mudian. Pejantan kambing ini dapat mencapai bobot badan 50 Kg – 60 Kg.
Seleksi Seleksi adalah suatu tindakan untuk memilih ternak yang dianggap mempunyai mutu genetik baik untuk dikembangbiakan lebih lanjut serta memilih ternak yang dianggap memiliki mutu genetik yang kurang baik untuk disingkirkan dan tidak dikembangbiakan lebih lanjut. Dasar pemilihan dan penyingkiran yang dipakai dalam seleksi adalah mutu genetik dari ternak. Mutu genetik tidak tampak dari luar, yang tampak dan dapat diukur dari luar adalah performansnya yang ditentukan oleh faktor genetik, faktor lingkungan, dan interasi dua faktor tersebut. Hal itu menjadikan seleksi dilakukan dengan penaksiran mutu genetik ternak berdasarkan performans yang terlihat. Kecermatan penaksiran dalam
suatu seleksi bergantung pada cara atau metode penaksiran (Sumadi et al ., 2008). Seleksi yang paling sederhana adalah seleksi individu, yaitu individu diseleksi atas dasar performans yang dimilikinya. Pada seleksi individu dilakukan pemilihan terhadap individu yang memiliki performans terbaik dengan cara menyusun performans individu dari ternak baik dari yang terbaik hingga terburuk, maupun sebaliknya. Hal tersebut akan dapat mempermudah dalam memilih ternak untuk dikembangbiakan maupun untuk diculling . Pemilihan ternak ini dilakukan dengan engambil suatu keputusan bawa ternak dengan nilai performans tertentu atau diatas standar nilai tersebut adalah ternak terpilih, sedangakn ternak yang memliki nilai performans dibawah nilai yang ditentukan aka harus disingkirkan (Sumadi et al ., 2008). Seleksi ternak dilakukan pada generasi keturunannya untuk mengganti tetuanya yang sudah harus diculling karena tua atau alasan lain. Apabila jumlah ternak dalam suatu peternakan diatur agar konstan, maka jumlah ternak pengganti harus sama dengan ternak yang diculling . Tetua yang diganti biasanya adalah pejantan maupun indukan. Akibat adanya seleksi yang dilakukan secara terus menerus, maka populasi ternak akam semakin kehilangan ragam genotip dan ragam fenotipnya, yang
mengakibatkan
tanggapan
seleksi
akan
mengecil
bahkan
menghilang. Hal ini disebut keadaan plateau yang disebabkan adanya fiksasi dari gen yang diinginkan dalam bentuk homosigot. Keadaan plateau dapat diperbaiki dengan jalan memasukkn ternak baru atau ternak persilangan kedalam suatu populasi ternak karena hal tersebut adalah upaya untuk memasukkan ragam genetik baru (Sumadi et al ., 2008). Cara seleksi ada berbagai macam, diantaranya adalah seleksi dengan melihat recording atau data dari ternak dan dengan melihat keturunan dari individu-individu ternak. Contoh seleksi dengan melihat data ternak adalah pada peternakan sapi perah yang mana sapi perah dicatat berat lahir, berat sapih, kondisi reproduksi, kondisi fisiologis, dan
produksi susu yang dihasilkan. Apabila ternak tersebut memiliki keadaan yang baik atau lebih tinggi dari standar yang ditentukan, maka ternak tersebut dapat dijadikan sebagai pengganti indukan dan ternak penghasil susu. Sementara
itu,
contoh
seleksi
ternak
dengan
melihat
keturunannya adalah Uji Zuriat yang dilakukan pada ternak jantan. Uji Zuriat dilakukan dalam pemilihan pejantan sapi perah atas dasar produksi susu anak-anak betinanya dan sapi potong atas dasar performans anak jantan dan betinanya. Sekelompok calon pejantan yang sedang diuji dikawinkan dengan sekelompok indukan. Hubungan keturunan yang dihasilkan dari Uji Zuriat adalah saudara tiri sebapak.
Crossbreeding Persilangan merupakan perkawinan dari dua individu dengan keturunan yang berbeda. Hal ini secara luas digunakan dalam komersial produksi daging sapi karena manfaat yang ditawarkan produsen sapi. Perbaikan efisiensi dapat didramatisir jika kombinasi persilangan dapat digunakan
secara
tepat.
Persilangan
tidak
dapat
menghilangkan
kebutuhan sapi ras yang tinggi dikarenakan sistem yang efisien yang baik ditandai dengan dihasilkannya sapi ras unggul. Persilangan di sapi potong tidak menerima persetujuan luas sampai beberapa dekade terakhir, namun sebagian besar perusahaan komersial saat ini menghasilkan sapi persilangan . Persilangan merupakan salah satu jenis dari kelas yang lebih besar dari sistem perkawinan yang disebut outbreeding. Outbreeding memiliki efek yang berlawanan dari perkawinan sedarah dan didefinisikan sebagai kawin dari individu-individu yang relatif tidak berhubungan. Bentuk lain dari outbreeding meliputi, linecrossing, yang yang kawin dengan anggota keluarga yang berbeda, grading-up, yang merupakan pejantan kawin dari generasi yang diberikan kepada betina dari jenis tertentu dan keturunan perempuan mereka untuk setiap generasi, dalam
rangka untuk memberikan keturunan yang beragam dan hibridisasi yang merupakan perkawinan individu dari spesies yang berbeda . Persilangan merupakan bermanfaat untuk dua alasan utama. Pertama, sistem persilangan yang baik dirancang agar memungkinkan produsen untuk menggabungkan karakteristik yang diinginkan dari beberapa keturunan, agar dapat menutupi beberapa sifat yang lemah dari suatu keturunan. Manfaat kedua dari heterosis, yang disebut sebagai hibrida. Manfaat persilangan ini juga memungkinkan produsen untuk menghasilkan kawanan dengan keturunan baru.
Grading Up Grading Up adalah suatu sistem breeding dimana pejantan darah murni (biasanya didatangkan dari tempat lain) dikawinkan dengan betina lokal yang memiliki mutu genetik kurang baik. Sesudah itu keturunannya yang betina dikawinkan pula dengan pejantan murni itu. Hasil-hasil anakan yang jantan terus disingkirkan sampai pada titik tingkat genetik tertentu, sehingga hasil akhir akan diperoleh betina dan pejantan unggul (Hardjosubroto, 1994). Contoh grading up di Indonesia adalah proses pengembangbiakan Kuda Pacu Indonesia (KPI). Kuda-kuda betina lokal di Indonesia dikawinkan
dengan
pejantan
Thoroughbred
secara
berkelanjutan,
sehingga terbentuk Kuda Pacu Indonesia. Tujuan Grading Up adalah untuk memperbaiki ternak-ternak lokal. Kelemahan Grading up adalah dapat menyebabkan ternak-ternak lokal punah. Grading up adalah perkawinan yang digunakan untuk meningkatkan mutu genetik ternak yang
diskrib
(tidak
jelas
asal
usulnya).
Ternak
dan
kemudian
keturunannya tersebut dikawinkan secara terus menerus dengan ternak yang memeiliki galur murni dan sifat yang jelas diharapkan. Semakin sering dilakukan perkawinan maka keturunannya akan semakin mendekati sifat yang diinginkan (Warwick et al .,1990).
Skema Grading up KPI
Kuda Lokal ♀ x Kuda Thotoughbred ♂ G1 ♀ (50%) x Kuda Thotoughbred ♂ G2 ♀ (75%) x Kuda Thotoughbred ♂ G3 ♀ (87,5%) x Kuda Thotoughbred ♂
G3 x G3/G4
KPI
G4 x G4
KPI
G4 ♀ (93,75%) x Kuda Thotoughbred ♂ KPI/G5
Menutut program grading up ini, perkawinan antara kuda-kuda G3-G4 atau G4-G4 lah yang sebenarnya harus dilakukan saat ini, sedangkan persilangan kuda G1-G2-G3 sebaiknya jangan dilakukan karena tidak akan menghasilkan kuda-kuda yang lebih baik. G1 dan G2 harus terus ke program grading up dengan mengawinkannya hanya dengan kuda thoroughbred. Menurut program ini pula kuda grading up lanjutan sampai G5 ternyata tidak memiliki nilai lebih dibanding dari G4 ditinjau dari teori genetik, biaya dan waktu yang dikeluarkan (Soehardjono, 1990).
Perkawinan Silang Luar (Out Crossing) Out crossing adalah persilangan antara ternak dalam satu bangsa atau strain tetapi tidak mempunyai hubungan kekerabatan. Tujuan utama out crossing adalah untuk menjaga kemurnian bangsa ternak. Dianggap sebagai suatu sistem yang diharapkan untuk menghasilkan kemajuan terus menerus (walaupun sering lambat) dengan resiko minimum mendapatkan hasil
yang tidak diinginkan. Contoh: sapi Brahman
dikawinkan dengan sapi Brahman tetapi keduanya tidak memiliki hubungan kekerabatan.
Daftar Pustaka Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan di Lapangan. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Imron, Harry W., Dinar S., dan Komar S. 2010. Pengaruh Tipe Persilangan Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Populasi Benih Udang Galah (Macrobrachiumrosenbergii ). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Subang. Lestari, dkk. 1997. Bobot Badan dan Ukuran- Ukuran Tubuh Sapi Bali dan persilangannya Pada Umur sapih dan Umur Setahun. (Bovine Vol 6 No 16 Maret1997 FAPET,UNRAM) Soehardjono, O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang. Jakarta. Suhaemi, Zasmeli. 2008. Diktat ilmu pemuliaan ternak. Universitas Taman Siswa. Padang. Sumadi., T. Hartatik., H. Mulyadi., Supiyono. 2008. Buku Ajar Ilmu Pemuliaan Ternak. Laboratorium Pemuliaan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. The Genetic Principles of Crossbreeding. David S. Buchanan, Oklahoma State University. Sally L. Northcutt, Oklahoma State University. Beef Cattle HandbookBCH-1400 Warwick, E.J, J.Maria Astuti dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Weiner, G. 1994. Animal Breeding. McMillan, London Wulandari A. R. 2008. Studi Tentang Keragaman Genetik Melalui Polimorfisme Protein Darah Dan Putih Telur Pada Tiga Jenis Ayam Kedu Periode “Layer”. Program Pascasarjana F akultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.