BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu usaha dalam pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas unggul adalah melalui hibridisasi. Hibridisasi merupakan usaha memperoleh kombinasi genetik yang diinginkan melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipnya. Secara teori hibridisasi pada tanaman menyerbuk silang mungkin lebih mudah dari pada hibridisasi pada tanaman menyerbuk sendiri. Hal ini dikarenakan pada tanaman menyerbuk silang bunga jantan dan betina tidak terletak pada satu s atu bunga sehingga tidak ada a da perlakuan emaskulasi. Salah satu tanaman yang menyerbuk silang adalah jagung, tanaman ini termasuk tanaman
monoceous,
tetapi
letak
bunga
jantan
dan
betina
terpisah.
Walaupun penyerbukan dapat terjadi dari bunga jantan dan betina dalam dala m satu tanaman,tetapi persentase sangat kecil dan 95% tanaman jagung menyerbuk silang. Salah satu upaya yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan penggunaan bibit unggul. Sifat bibit unggul pada tanaman dapat timbul secara alami karena adanya seleksi alam dan dapat juga timbul karena adanya campur tangan manusia melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah kegiatan memilih atau menyeleksi dari satu populasi untuk mendapatkan genotype tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul yang selanjutnya akan dikembangkan dan di perbanyak sebagai benih atau bibit unggul. Namun demikian, kegiatan seleksi tersebut seringkali tidak dapat langsung diterapkan, karena sifat-sifat keunggulan yang dimaksud tidak seluruhnya terdapat pada satu genotype saja, melainkan terpisah pada genotype yang lain.. Misalnya suatu genotype mempunyai daya hasil yang tinggi tapi rentan terhadap penyakit, sedangkan genotipe lainnya memiliki sifatsifat lainnya (sebaliknya). Jika seleksi diterapkan secara langsung maka kedua sifat unggul tersebut akan selalu terpisah pada genotipe yang berbeda. Oleh sebab, itu untuk mendapatkan genotipe yang baru yang memiliki kedua sifat unggul tersebut perlu dilakukan penggabungan melalui rekombinasi gen. Persilangan
1
merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahkan tepung sari ke kepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination crop)maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination crop).
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui penyerbukan pada tanaman. Untuk mengetahui penyerbukan silang pada tanaman. Untuk mengetahui metode-metode penyerbukan silang pada tanaman
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hibridisasi
Hibridisasi ialah perkawinan antara berbagai spesies, suku, ras atau varietas tumbuhan yang bertujuan memperoleh organisme yang diinginkan. Tujuan
hibridisasi
untuk
menambah
keragaman
genetik
melalui
proses
pengkombinasian genetik dari tetua yang berbeda genotipnya. Dari tujuan tersebut dapat diketahui bahwa hibridisasi memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam memperluas keragaman genetic (Purnamasari, 2012) Pemuliaan tanaman yang dikembangbiakan secara vegetatif dapatditempuh melalui hibridisasi. Oleh karena kita perlu membuat variasi, makadilakukan hibridisasi. Dengan jalan ini akan diperoleh sumber variabilitas atauklon-klon baru yang sangat s angat luas variabilitasnya dan menjadi sumber penyeleksianklon baru. Berbeda dengan tanaman yang menyerbuk sendiri, dalam tanamanyang diperbanyak dengan jalan aseksual karena sifatnya heterozigot makasegregasi terjadi pada F1. Jadi tiap tanaman dalam F1 adalah sumber potensi dariklon baru, menghasilkan F2 jarang dilakukan. Selfing dapat menurunkan vigor (Sunarto, 1997). Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya. Berdasarkan pengelompokan tanaman yang digunakan dalam persilangan, hibridisasi dibedakan menjadi : 1. Hibridisasi intravarietas, yaitu persilangan yang dilakukan antara tanaman yang varietasnya sama. 2. Hibridisasi intervarietas, yaitu persilangan yang dilakukan antara tanaman yang varietasnya berbeda dalam spesies yang sama. Hibridisasi ini disebut juga hibridisasi intraspesifik. 3. Hibridisasi interspesifik, yaitu persilangan antara tanaman dari dua spesies yang
berbeda,dalam
genus.
Hibridisasi
ini
disebut
juga
hibridisasi
intragenerik. Jenis persilangan initelah dilakukan untuk memindahkan gen
3
ketahanan terhadap hama dan penyakit, atautoleransi terhadap kekeringan pada varietas tanaman gandum, tomat, tebu, dan lain-lain. 4. Hibridisasi intergenerik, yaitu persilangan yang dilakukan antar tanaman dari genus yangberbeda. Beberapa contoh tanaman hasil persilangan ini adalah Raphanobrassica, Rabbage, Maize-teosinte, sugarcane-sorghum, dan lain-lain. Hibridisasi ini juga biasa digunakan untuk memindahkan sifat ketahanan penyakit, hama dan kekeringan dari genustanaman liar ke tanaman budi daya (Alfikri, 2011). Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk mengujipotensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida hi brida dalam rangka pembentukan varietas hibrida. Selain itu, hibridisasi juga dimaksudkan untuk memperluas keragaman. Penyerbukan silang adalah berpindahnya serbuk sari dari suatu bunga tanaman lain kekepala putik tanaman yang berbeda. Penyerbukan ini terjadi karena terhalangnya serbuk sari dari bunga yang sama untuk melangsungkan penyerbukan sendiri. Umumnya penyerbukan terjadi karena bantuan angin dan serangga ( Nasir, 2001).
2.2 Penyerbukan pada tanaman
Polinasi adalah transfer pollen dari antera ke kepala putik (stigma). Stigma mempunya iperanan penting untuk berlangsungnya pembuahan (fertilisasi). Pada permukaan stigma terdapat suatu eksudat yang berfungsi untuk menangkap menangkap polen. Stigma dapat menyediakan nutrisi bagi polen untuk membentuk buluh polen. Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Sedangkan pembuahan adalah bergabungnya gamet jantan dan gamet betina. Kriteria klasifikasi yang dipergunakan hanya berdasarkan tingkat penyerbkan sendiri dan penyerbukan silang. Polonasi sendiri sudah barang tentu hanya merupakan salah satu system perbanyakan tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan dimana populasi dapat dikawinkan. Didalam group penyerbukan silang jumlah persilangan dari luar adalah sangat penting karena ia memepengaruhi dalam kontaminasi stok pemuliaan. Ada perbedaan yang besar antara jumlah persilangan dengan luar
4
didalam species dari suatu kelompok. Jumlah persilangan dari varietas yang diberikan juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang berubah (Allard, 1998). Metode pemuliaan tanaman menyerbuk silang sedikit berbeda dengan tanaman menyerbuk sendiri karena pada tanaman menyerbuk silang, dalam populasi alami terdapat individu-individu yang secara genetik heterozigot untuk kebanyakan lokus. Secara genotipe juga berbeda dari satu individu ke individu lainnya, sehingga keragaman genetik dalam populasi sangat besar. Fenomena lain yang dimanfaatkan dalam tanaman menyerbuk silang adalah ketegaran hibrida atau heterosis. Heterosis didefinisikan sebagai meningkatnya ketegaran (vigor) dan besaran F1 melebihi kedua tetuanya. Sebaliknya bila diserbuk sendiri akan terjadi tekanan inbreeding. Beberapa metode yang populer pada tanaman menyerbuk silang misalnya pembentukan varietas hibrida, seleksi massa, seleksi daur ulang, dan dilanjutkan dengan pembentukan varietas bersari bebas atau varietas sintetik. Untuk tanaman yang membiak secara vegetaif dapat dilakukan seleksi klon, hibridisasi yang dilanjutkan dengan seleksi klon. Cara ini dapat digunakan juga untuk pemuliaan tanaman tahunan yang biasa dibiakan secara vegetative (Lubis,2013). Terjadinya penyerbukan silang disebabkan oleh : a.
Gangguan mekanis terhadap penyerbukan sendiri
b.
Perbedaan periode matang serbuk sari dan kepala putik
c.
Sterilitas dan inkompabilitas
d.
Adanya bunga monocious dan diocious Di alam penyerbukan silang terjadi secara spontan. Penyerbukan
tersebutterjadi dengan bantuan angin, serangga pollination dan binatang lainnya. Pada penyerbukan alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon induk apakah sifat dari pohon induk baik atau buruk sehingga tidak dapat dilakukan pengontrolan akibatnya
hasilnya
seringkali
mengecewakan.
Oleh
karena
itu
agar
persilangandapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, maka manusia melakukan penyerbukan silang buatan (Wels, 1991).Penyerbukan yang terbanyak terjadi pada waktu tanaman sedang berbungalebat. Mekarnya kuncup-
5
kuncup bunga merupakan suatu tanda bahwa putiknya telah masak dan siap untuk menerima serbuk sari yang akan melakukan penyerbukan dan pembuahan (Darjanto, 1987). Penyerbukan silang di alam sering terjadi antara tanaman yang sama spesiesnya ataupun yang berbeda varietas tetapi masih dalam satu spesies. Dalam penyerbukan silang dialam bebas itu tidak dapat diketahui dengan pasti apakah kedua tanaman tetua memiliki sifat baik atau buruk. Hal ini sering menyebabkan hasil persilangan di alam tidak menentu dan sering mengecewakan. Maka dari ha litu kemudian manusia menyelengarakan penyerbukan penyerbukan silang
buatan antara dua sifat tanaman tertentu yang sifat-sifatnya sifat-sifatn ya diketahui
dengan pasti terlebih dahulu dan tergolong unggul(Darjanto dan Satifah, 1984).
6
BAB III PEMBAHASAN
3.1 .Dasar Genetik Tanaman Menyerbuk silang
Populasi yang mempunyai frekuensi gen tertentu pada dasarnya merupakan suatu varietas tanaman menyerbuk silang. Karena mudah melakukan penyerbukan silang maka dalam satu varietas terdiri atas tanaman heterozigot (heterogen), kecuali varietas hibrida. Akan tetapi, secara fenotipe nampakny sama sehingga populasi tersebut memperlihatkan varietas tertentu. Keragaman genetic dapat dipertahankan dari generasi ke generasi karena ada kawin acak, sehingga baik frekuensi gen maupun genoyipe dapat tetap sama pada generasi berikutnya. Menurut hokum Hardy-Weinberg, frekuensi gen dan genotype akan konstan dari generasi ke generasi pada suatu populasi kawin acak jika tidak terjadi seleksi, mutasi, dan mitigasi. Upaya memperbaiki verietas suatu tanaman menyerbuk silang, berkaitan dengan merubah frekuensi gen yakni kearah peningkatan frekuensi gen yang dikehendaki. Perubahan ini dapat dilakukan dengan melalui seleksi. Dengan definisi lain pemuliaan tanaman menyerbuk silang sebagai seleksi terhadap populasi yang bertujuan untuk memperoleh populasi dengan frekuensi gen yang baru dan unik. Demikian yang menyebabkan program pemuliaan tanaman bergantung dari populasi asal dan metode seleksi yang dilakuakan. Populasi asl harus memiliki keseragaman dan ada gen yang diinginkan. Sedangkan
seleksi
diarahkan
untuk
memperbesar
persentase
gen
yang
diinginkan.
3.2 Pembentukan Populasi Dasar
Tersedianya populasi dasar merupakan langkah awal dalam program pemuliaan tanaman menyerbuk men yerbuk silang. Populasi dasar dapat berasal dari genotype local atau yang dibentuk oleh pemulia. Populasi dasar yang sudah ada, perlu diperbaharuhi oleh pemulia melalui sistem persilangan tertentu agar menjadi lebih
7
efektif. Pembentukan populasi dasar mempunyai tujuan untuk meningkatkan keragaman karakter yang mempunyai nilai ekonomis dan mempertahankan keseragaman karakter lain. Misalnya, apabila ada pemuliaan tanaman yang diharapkan adanya peningkatan produksi maka karakter produksi tersebut diusahakan beragam pada populasi dasar. Sementara, karakter lain seperti kemasakan, tinggi tanaman, dan kualitas agak seragam. Pemabentukan populasi dasar tergantung pada macam tanaman dan meodel seleksi yang digunakan. Setelah melakukan persilangan, hanya dibutuhkan satu generasi kawin acak untuk kombinasi-kombinasi baru. Jika lebih dari satu generasi kawin acak sebelum dimulai seleksi keragaman akan tetap sama. Keragaman genetik pada populasi dasar dapat ditentukan melalui genotipe penyusun dan karakter perkawinan setiap individu anggotan populasi dasar. Berikut adalah lima sistem persilangan yang dikenal pada tanaman menyerbuk silang. 1)
Kawin acak (random mating) Pada prinsipnya setiap individu dapat melakukan kawin acak, karena mempunyai kesempatan sama untuk membentuk keturunan dan setiap bunga betina dapat diserbuki oleh setiap gamet jantan. Kawin acak yang mengikuti seleksi dapat mengubah frekuensi gen, keragaman populasi, dan korelasi genetik antara kerabat dekat. Walaupun dapat mengubah frekuensi gen tetapi, kecil pengaruhnya terhadap homozigotas tanaman. Kawin acak menyebabkan populasi tanaman menyerbuk silang bersifat heterosigot dan heterogenus (beragam).
2)
Kawin antar tanaman secara genetik S ejenis (genetic assortative mating) Sistem perkawinan ini lebih dikenal dengan istilah tangkar dalam (inbreeding). Dengan perkawinan ini akan meningkatkan peluang diturunkannya gamet sama dari kedua tetuanya, yang cenderung menurunkan persentasi heterozigotas dalam populasi yang berakibat pada penurunan karakter tanaman. Menurut percobaan East tahun 1908 dan
8
Shull tahun 1909 pada tanaman jagung, baru mendapatkan hasil yang dapat menjelaskan akibat inbreeding. 3)
Kawin antar tanaman secara fenotipe sejenis (phenotypic assortative mating) Sistem perkawinan ini terjadi pada tanaman yang fenotipenya sejenis atau serupa, maka pengaruh yang terjadi bergantung ada tidaknya peristiwa dominan. Apabila tidak ada peristiwa dominan maka perkawinan hanya terjadi pada tipe ekstrim, misalnya AA x AA dan aa x aa. Perkawinan ini sebagai akibat terjadinya konsentrasi dari tipe ekstrim ini dan tipe homozigot akan dapat dipertahankan. Sistem ini cocok apabila tujuan pemuliaan yaitu mengembangkan tipe ekstrim.
4)
Kawin antar tanaman secara genetik tidak sejenis (genetic disassortative mating) Sistem perkawinan antar tanaman secara genetik tidak sejenis, dimana sistem ini berkaitan dengan persilangan antarspesies. Perkawinan ini disebut juga silang luar (outbreeding). Tujuan utama bukanlah untuk membentuk populasi dasar, tetapi untuk meningkatkan keragaman genetik yang berkaitan dengan sumber bahan pemuliaan tanaman. Selain itu, juga untuk memperoleh populasi dengan stabilitas maksimum.
5)
Kawin antar tanaman secara fenotipe tidak sejenis (phenotypic disassortative mating) Sistem
ini
dilakukan
bertujuan
untuk
menghilangkan
atau
mengurangi kelemahan tanaman atau populasi bahan seleksi. Dengan memilih tetua yang fenotipenya berbeda, dimungkinkan untuk mengatasi kelemahan salah satu tetua. Pada sistem ini cenderung mempertahankan heterozigositas dalam populasi, tetapi mengurangi keragaman populasi apabila nilai tipe ekstrim mendekati rata-rata populasi. Akibat lain sistem ini akan mengurangi korelasi genetik anatarkerabat.
9
3.3 Seleksi Tanaman Menyerbuk Silang
Pada pemuliaan tanaman penyerbukan silang, seleksi dilakukan mempunyai dua tujuan, yaitu pemilihan genotipe yang dijadikan tetua pada pembentukan populasi dasar serta pemilihan individu tanaman atau ata u galur sebagai se bagai peningkatan karakter populasi atau penciptaan varietas baru. Kaitannya dengan seleksi
tanaman
menyerbuk
silang.
Walaupun
intensitas
seleksi
dapat
meningkatkan kamajuan, tetapi pada tingkat terlalu tinggi dapat mempunyai tingkat kesamaan genotipe sehingga akan meningkatkan jumlah gen homozigot atau menyebabkan terjadinya tekanan tangkar dalam pada keturunannya. Seleksi pada dasarnya merupakan bentuk penerapan teori genetika kuantitatif dan genetika populasi terhadap permalan dan penampilan perilaku populasi. Selaksi dapat berlangsung alami ataupun buatan. Secara buatan, dapat berupa seleksi stabilitas, seleksi pemecahan dan seleksi terarah. Seleksi stabilitas bertujuan untuk memantapkan populasi keturunan karakter yang diinginkan. Beberapa prosedur seleksi terarah dalam usaha meningkatkan tanaman menyerbuk silang dan perbedaannya terletak pada empat hal sebagai berikut: 1.
Dasar seleksi populasi silang. Seleksi berdasarkan perbedaan fenotipe individu tanaman atau perbedaan genotipe melalui uji keturunan.
2.
Pengendalian persilangan pada generasi awal. Dapat dibedakan atas diketahui atau tidak tetuanya.
3.
Tipe aksi gen (gene action). Seleksi dapat ditekankan berdasarkan daya gabung umum (general combining ability), daya gabung khusus (specific combining ability), atau kedua-duanya.
4.
Tipe varietas yang akan diciptakan dari hasil seleksi. Apabila bertujuan untuk medapatkan varietas hibrida atau sintetis, maka dilakukan sekesi galur.
10
Metode penting yang sesuai dengan penyerbukan silang antara lain : 1.Seleksi massal Seleksi ini merupakan cara yang penting dalam pengembanan macammacam varietas yang disilangkan. Dalam seleksi ini jumlah yang dipilih banyak untuk memperbanyak generasi berikutnya. 2. Pemuliaan persilangan kembali Metode ini digunakan dengan spesies persilangan luar yang nilainya sama baiknya dengan spesies yang berpolinasi berpolinasi sendiri. 3. Hibridisasi dari galur yang dikawinkan Varietas hibrida tergantung dari keunggulan keragaman yang mencirikan dihibrid F1 diantara genotipe tertentu. Tipe genotipe yang disilangkan melahirkan galur-galur, klon, strain, dan varietas. 4. Seleksi berulang Seleksi diulang, genotipe yang diinginkan dipilih dari genotipe ini atau turunan sejenisnya disilangkan dengan luar semua kombinasi yang menghasilkan populasi untuk disilangkan. 5. Pengembangan varietas buatan (Allard, 1998). Jagung adalah tipe monocious, staminate terdapat diujung batang dan pistilate pada batang. Serbuk sari mudah diterbangkan angin sehingga penyerbukan lebih dominan meskipun penyerbukan sendiri bisa terjadi 5% atau lebih. Ada perbedaan besar dalam hal penyerbukan pengontrolan polinasi silang dan juga kemudahan pengontrolan polinasi silang oleh pemulia tanaman. Beberapa spesies mempunyai sifat tidak serasi dan dapat dikawinkan tanpa adanya kesulitan terhadap sifat yang tidak cocok (Tjitrosoepomo,2000).
11
3.4 Varietas Sintesis
Varietas sintesis ialah varietas yang dihasilkan oleh kombinasi galur atau tanaman terseleksi dan dilanjutkan persilangan acak secara normal. Genotipegenotipe pembentuk varietas sintesis dapat berupa galur murni, klon, populasi hasil seleksi massa atau populasi lain. Perbedaan antara varietas sintesis dengan varietas bersari bebas lainnya adalah genotipe-genotipe pembentuk varietas sintesis telah diuji kemampuan daya gabungnya. Tujuan mengadakan pengujian genotipe adalah unutuk memperoleh genotipe yang mempunyai kemampuan baik apabila dikombinasikan dalam bentuk varietas sintesis. Kemampuan daya gabung yang tinggi diharapkan dapat menghasilkan produksi tinggi pula pada keturunannya. Keuntungan varietas sintesis terutama adalah sebagai berikut. a.
Benih varietas ini dapat diusahakan petani sendiri untuk generasi selanjutnya sehingga lebih cocok dibandingkan dengan varietas hibrida bagi petani kurang mampu.
b.
Keragaman yang lebih besar dalam varietas sintesis memungkinkan lebih tahan menghadapi tekanan lingkungan dibandingkan dengan varietas hibrida.
c.
Biasanya lebih unggul dibandingkan dengan varietas bersari bebas lain karena varietas sintesis merupakan kombinasi galur terpilih dan teruji. Pengembangan varietas sintesis dapat diusahakan melalui seleksi daur
ulang beberapa galur. Disamping itu, varietas ini dapat digunakan sebagai sumber penghasil galur-galur murni baru. Galur-galur tetua pembentuk varietas sintesis diarahkan secara genetik mempinyai andil yang sama pada kawin acak dalam populasi varietas tersebut. Pembentukan populasi pertama diberi istilah syn 0 (galur-galur tetua). Syn merupakan singkatan dari synthetic. Generasi pertama disebut syn 1 yang merupakan kombinasi keturunan F1. Generassi berikutnya disebut syn 2 yang merupakan generasi kawin acak. Selanjutnya disebut generasi syn 3, syn 4 dan seterusnya. Varietas sintesis yang dipergunakan secara komersial merupakan generasi syn 2 dan seterusnya. Generasi syn 0 dibentuk melalui kombinasi biji-biji galur dengan proporsi sama, atao klon-klon dengan
12
perbandingan yang sama pula dan ditanam secara acak, atau kombinasi dialel di alel dari semua galur. Populasi menghasilkan biji untuk generasi syn 1 dan seterusnya syn 2. Pada generasi awal (syn 1 dan syn 2), tanaman ditumbuhkan pada area yang terpisah dari lainnya. Kemudian semua biji dipungut untuk biji genrasi selanjutnya.
3.5 Varietas Komsposit
Varietas komposit pada dasarnya merupakan campuran berbagai macam bahan pemuliaan yang telah diketahui potensi produksi, umur, ketahanan, atau karakter laninnya. Dengan demikian, pembentukan varietas ini mirip dengan varietas sintesis, hanya bahan pembentuknya lebih beraneka ragam.dalam pembentukannya, biji dari berbagai galur dan atau hibrida dicampur menjadi satu dan ditanam beberapa generasi agar penyerbukan silang terjadi dengan baik. Setelah 4 sampai 5 generasi seleksi dapat dilakukan, yakni setelah terjadi banyak kombinasi-kombinasi baru. Seleksi ini dilakukan untuk peningkatan karakter populasi tersebut, yang disebabkan peningkatkan frekuensi gen yang dikehendaki. Karena terdiri dari campuran galur, varietas bersari bebas dan hibrida maka melalui kawin acak akan terjadi banyak kombinasi-kombinasi baru. Dengan demikian, varietas ini dapat bertindak sebagai kumpulan gen (gene pool) yang amat bermafaat bagi program pemuliaan tanaman menyerbuk silang. Dengan kata lain, varietas ini merupakan penyimpanan plasma nutfah yang memang diperlukan bagi program peningkatan karakter suatu varietas varietas menyerbuk silang.
13
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Hibridisasi ialah perkawinan antara berbagai spesies, suku, ras atau varietas tumbuhan yang bertujuan memperoleh organisme yang diinginkan. Tujuan
hibridisasi
untuk
menambah
keragaman
genetik
melalui
proses
pengkombinasian genetik dari tetua yang berbeda genotipnya. Polinasi adalah transfer pollen dari antera ke kepala putik (stigma). Stigma mempunya iperanan penting untuk berlangsungnya pembuahan (fertilisasi). Pada permukaan stigma terdapat suatu eksudat
yang berfungsi untuk menangkap polen. Penyerbukan Penyerbukan
silang adalah berpindahnya serbuk sari dari suatu bunga tanaman lain kekepala putik tanaman yang berbeda. Penyerbukan ini terjadi karena terhalangnya serbuk sari dari bunga yang sama untuk melangsungkan penyerbukan sendiri. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyerbukan silang yaitu: a. Gangguan mekanis terhadap penyerbukan sendiri b. Perbedaan periode matang sebuk sari dan kepala putik c. Sterilitas dan inkompatibilitas d. Adanya bunga monocious dan diocious Metode penting yang sesuai dengan penyerbukan silang antara lain : 1. Seleksi massal 2. Pemuliaan persilangan kembali 3. Hibridisasi dari galur yang dikawinkan 4. Seleksi berulang 5. Pengembangan varietas buatan (Allard, 1998) lima sistem persilangan yang dikenal pada tanaman menyerbuk silang. 1. Kawin acak (random mating)
14
2. Kawin antar tanaman secara genetik sejenis (genetic assortative mating) 3. Kawin antar tanaman secara fenotipe sejenis (phenotypic assortativemating) 4. Kawin antar tanaman secara genetik tidak sejenis (genetic disassortative mating) 5. Kawin antar tanaman secara fenotipe tidak sejenis (phenotypic disassortative mating)
15
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R.W., 1960. Principle of Plant Breeding. Breeding. John Willey&Sons. Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarata. Jagung (Zea mays L.) Pada Generasi F4 Selfing", Jurnal Peranian. Vol 1, No 2. Wikipedia-tanaman jagung Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor. 284 hal . Syukur dkk. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya. Acquaah, George. Principles of Plant Genetics and Breeding. Australia: Blackwell Publishing. Allard, R.W., 1960. Principle of Plant Breeding. John Willey&Sons. Willey&Sons. Inc. Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang. Soemedi. 1982. Pedoman Bercocok Tanam Padi. Universitas Jenderal Sodirman, Purwokerto. Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor. 284 hal. Tanto. 2002. Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
16
17