TUGAS GIZI MENYELESAIKAN MASALAH DENGAN METODE MATEMATIK
Dosen Pembimbing: Dewi Nugrahaeni, SKM. M.Gz
Disusun Oleh: Kelompok 1. Kelas 3A 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Riko Risqiawan, Asriani Devi, Gagana Italiya Rifai, Siska Andreani, Ani Nur Azizah, Jayanti Almundini,
0617012521 0617012681 0617012511 0617012721 0617012541 0617012651
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PEKALONGAN 2018
Suatu Kasus:
Seorang mahasiswa PKL di salah satu puskesmas (puskesmas mlati 1). Setelah PKL mahasiswa tersebut mendapatkan data swebagai berikut: - Jumlah penduduk 10.000 jiwa, luas wilayah kerja 12 desa, jumlah KK 2000 kk. - Tenaga puskesmas (Medis 2 orang, Perawat 3 orang, Nutrisi 3 orang, Administrasi 2 orang, kesehatan masyarakat 4 orang). - Angka kematian (diare 5/100 orang, malaria 6/100, hiv 3/100, DBD 8/100 orang) - Angka kesakitan (diare 11/1000 orang , malaria 10/1000 orang, hiv 15/1000 orang, DBD 10/1000 orang).
Tentukan prioritas masalah pada kasus tersebut. Jawab:
Penyelesaian Masalah Menggunakan metode matematik, sebagai berikut : Terdapat 5 Kriteria: 1. LUASNYA MASALAH (MAGNITUDE)
Menunjukkan berapa banvak penduduk yang terkena masalah atau penyakit tersebut. Ditujukkan oleh angka prevalensi/ insiden sakit. Magnitude dari kasus diatas, yaitu: -
Diare
: 11 dari 1.000 orang yang terkena penyakit diare.
-
Malaria
: 10 dari 1.000 orang yang terkena penyakit Malaria.
-
HIV
: 15 dari 1.000 orang yang terkena penyakit HIV
-
DBD
: 10 dari 1.000 orang yang terkena penyakit DBD.
2. BERATNYA KERUGIAN YANG TIMBUL (SEVERITY ) Dampak/ besarnya kerugian dari masalah kesehatan yang ditimbulkan. Severity dari kasus diatas menyebabkan kematian, berikut datanya: -
Diare
: 5 dari 100 orang meninggal karena penyakit diare
-
Malaria
: 6 dari 100 orang meninggal karena penyakit malaria.
-
HIV
: 3 dari 100 orang meninggal karena penyakit HIV
-
DBD
: 8 dari 100 orang meninggal karena penyakit DBD.
3.
TERSEDIANYA SUMBERDAYA UNTUK MENGATASI MASALAH KESEHATAN TERSEBUT ( VULNERABILITY) Menunjukkan sejauh mana tersedianya teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Dinilai dari tersedianya infrastruktur untuk melaksanakan program seperti misalnya ketersediaan tenaga dan peralatan.
4.
KEPEDULIAN/DUKUNGAN
POLITIS
DAN
DUKUNGAN
MASYARAKAT
(COMMUNITY AND POLITICAL CONCERN)
Menunjukkan tingkat kehebohan yang ditimbulkan oleh masalah tersebut di tengah masyarakat. Misal Penyakit HIV/AIDS tentu lebih menghebohkan daripada TB. 5. KETERSEDIAAN DATA (AFFORDABILITY) Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia untuk pembiayaan program kesehatan tersebut. Bagi negara maju masalah dana tidak merupakan masalah akan tetapi di negara berkembang seringkali pembiayaan program kesehatan tergantung pada bantuan luar negeri.Kadang kala ada donor yang mengkhususkan diri untuk menunjang program kesehatan atau penyakit tertentu katakanlah program gizi, HIV/AIDS dan lainnya.
Dalam penerapan metoda ini untuk prioritas masalah kesehatan, maka masing-masing criteria tersebut diberi skor dengan nilai ordinal, antara angka 1menyatakan terendah sampai angka 5 menyatakan tertinggi. Pemberian skor ini dilakukan oleh panel expert yang memahami masalah kesehatan dalam forum curah pendapat (brain storming). Setelah diberi skor, masing-masing penyakit dihitung nilai skor akhirnya yaitu perkalian antara nilai skor masing-masing kriteri untuk penyakit tersebut. Perkalian ini dilakukan agar perbedaan nilai skor akhir antara masalah menjadi sangat kontras, sehingga terhindar keraguan mana kala perbedaan skor tersebut terlalu tipis. Contoh simulasi untuk perbitungan menggunakan metoda ini dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 1. Simulasi Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dengan Metoda Matematik Masalah
Magnitude
Severity
Vulnerability
Comm/Poltical
Affordability
concern
Final skore
4
4
5
1
2
160
3
3
4
3
3
324
5
1
1
4
4
80
3
5
4
3
3
540
Diare Malaria HIV DBD Dari angka tabel diatas didapatkan angka skor tertinggi adalah 540 maka penyakit DBD menjadi prioritas 1, angka 324 penyakit malaria mendapat prioritas masalah no. 2, angka 160 penyakit diare mendapat prioritas masalah no.3, dan angka 80 penyakit HIV mendapatkan prioritas ke-4. Ada beberapa kelemahan dan kritikan terhadap metode tersebut. Pertama penentuan nilai skor sebetulnya didasarkan pada penilaian kualitatif atau kelimuan oleh para pakar yang bisa saja tidak objektif, kedua masih kurang spesifiknya kriteria penentuanpakar tersebut. Kelebihan cara ini adalah mudah dilakukan dan bisa dilakukan dalam tempo relatife cepat. Disamping itu dengan metoda ini beberapa kriteria penting sekaligus bisadimasukkan dalam pertimbangan penentuan prioritas.