PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS ICT
PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
OLEH KELOMPOK IV ANGGREINI DESTRIAYU VASISTA DEYESA J DELIN DIAN LESTARI
DOSEN PEMBIMBING PEMBIMBING PROF. DR. FESTIYED, M.S
PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Pembelajaran Individual yang dibimbing oleh Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S. Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai teori pembelajaran individual yang kreatif, efektif, efisien, menarik serta interaktif. Penulis menulis makalah ini dengan mengambil dari berbagai sumber baik dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut. Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusunlah makalah yang sampai dihadapan pembaca pada saat ini. Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang jauh lebih baik.
Padang, Maret 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3 A. Pengertian Pembelajaran Individual dan Sejarahnya .............................................. 3 B. Tujuan Pembelajaran Individual ............................................................................. 4 C. Karakteristik Pembelajaran Individual.................................................................... 4 D. Prinsip-prinsip Pengajaran Individual ..................................................................... 5 E. Peran siswa dalam pembelajaran individual ........................................................... 6 F. Peran guru dalam pembelajaran individual ............................................................. 6 G. Keunggulan dan Keterbatasan Pengajaran Individual ............................................ 7 H. Cara Pengaturan Pembelajaran Individual ............................................................ 10 I. Metode dan Teknik yang di gunakan dalam Pembelajaran Individual ................. 11 J. Pembelajaran yang Kreatif, Efektif, Efisien, Menarik, dan Interaktif .................. 15 K. Matrik Pembelajaran Individual yang Kreatif, Efektif, Efisien, Menarik, dan Interaktif ......................................................................................................................... 21 BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 24 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 26
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengajaran Individual diilhami oleh teori Skinner yang dikenal dengan Reinforcement Theory pada tahun 1954. Penganut teori ini berpendapat bahwa tiap-tiap anak memiliki kepribadian yang unik. Tiap anak memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sejak dilahirkan anak memiliki sejumlah potensi namun dalam perkembangannya tidak semua potensi dapat berkembang dengan baik. Keunikan tiap anak terbentuk karena faktor keturunan, lingkungan, dan factor diri. Dalam suatu sekolah siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, lingkungan social budaya yang berbeda, serta memiliki potensi yang berbeda pula. Agar potensi pribadi anak dapat berkembang secara wajar maka para ahli memikirkan, melakukan pengkajian secara terus menerus serta menemukan pola pembelajaran yang cocok untuk mengembangkan kemampuan potensial setiap individu anak. Siswa dalam suatu kelas diharapkan mampu mengubah secara mendasar dalam hal kemampuan mentalnya, potensi belajar yang dicapai terdahulu, kecepatan belajar, motivasi, minat dan gaya belajar. Apabila kemampuan belajar dan prestasi belajar dikombinasikan dengan perbedaan individual siswa, motivasi, minat dan gaya belajar maka pembelajaran kelas regular tidak dapat menjadi pembelajaran yang efektif sesuai dengan kebutuhan siswa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah 1.
Apa pengertian pembelajaran individual?
2.
Apa tujuan pembelajaran individual?
3.
Bagaimana karakteristik pembelajaran individual?
4.
Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran individual?
5.
Bagimana peran siswa dalam pembelajaran individual?
6.
Bagaimana peran guru dalam pembelajaran individual?
7.
Bagaimana keunggulan dan keterbatasan pembelajaran individual?
8.
Bagaimana cara pengaturan pembelajaran individual?
1
2
9.
Apa metode dan teknik yang digunakan dalam pembelajaran individual?
10. Bagaimana pembelajaran individual yang kreatif, efektif, efisien, menarik serta interaktif untuk pembelajaran? 11. Bagaimanakah matriks pembelajaran individual yang kreatif, efektif, efisien, menarik serta interaktif untuk pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah 1. Mengetahui pengertian pembelajaran individual 2. Mengetahui tujuan pembelajaran individual? 3. Mengetahui karakteristik pembelajaran individual? 4. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran individual? 5. Mengetahui peran siswa dalam pembelajaran individual? 6. Mengetahui peran guru dalam pembelajaran individual? 7. Mengetahui keunggulan dan keterbatasan pembelajaran individual? 8. Mengetahui cara pengaturan pembelajaran individual? 9. Mengetahui metode dan teknik yang digunakan dalam pembelajar an individual 10. Mengetahui pembelajaran individual yang kreatif, efektif, efisien, menarik serta interaktif untuk pembelajaran 11. Mengetahui matriks pembelajaran individual yang kreatif, efektif, efisien, menarik serta interaktif untuk pembelajaran
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Individual dan Sejarahnya
Pembelajaran individual menurut Duane dalam Mbulu (2001) merupakan cara pengaturan program belajar dalam setiap mata pelajaran, disusun dalam suatu cara tertentu yang disediakan bagi tiap siswa agar dapat memacu kecepatan belajarnya dibawah bimbingan guru. Pembelajaran individual merupakan pelatihan secara individual karena pertimbangan adanya perbedaan-perbedaan diantara para peserta didik (http://www.ica-sae.org). Selanjutnya menurut Wina Sanjaya (2008:128), pembelajaran individual adalah pembelajaran yang penyusunan program belajarnya memperhatikan kepentingan, kemampuan, minat, kecepatan belajarnya dari masingmasing siswa. Menurut Muhammad Ali (2000 : 94), pembelajaran individual disamping memungkinkan setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan potensinya, juga memungkinkan setiap siswa menguasai seluruh bahan pelajaran secara penuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran individual merupakan suatu penyusunan program pembelajaran bagi guru dengan memperhatikan kemampuan, minat dan kecepatan belajar setiap siswa dalam kelompok belajar. Latar belakang pembelajaran individual berasal dari teori Skinner yang dikenal dengan Reinforcement Theory pada tahun 1954. Penganut teori ini berpendapat bahwa tiap-tiap anak memiliki kepribadian yang unik. Tiap anak memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sejak dilahirkan anak memiliki sejumlah potensi namun dalam perkembangannya tidak semua potensi dapat berkembang dengan baik. Keunikan tiap anak terbentuk karena faktor keturunan, lingkungan, dan factor diri. Dalam suatu sekolah siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, lingkungan social budaya yang berbeda, serta memiliki potensi yang berbeda pula. Agar potensi pribadi anak dapat berkembang secara wajar maka para ahli memikirkan, melakukan pengkajian secara terus menerus serta menemukan pola pembelajaran yang cocok untuk mengembangkan kemampuan potensial setiap individu anak. Siswa dalam suatu kelas diharapkan mampu mengubah secara mendasar dalam hal kemampuan mentalnya, potensi belajar yang dicapai terdahulu, kecepatan belajar, motivasi, minat dan gaya belajar. Apabila kemampuan belajar dan prestasi belajar
3
4
dikombinasikan dengan perbedaan individual siswa, motivasi, minat dan gaya belajar maka pembelajaran kelas regular tidak dapat menjadi pembelajaran yang efektif sesuai dengan kebutuhan siswa. Latar belakang timbulnya pembelajaran individual menurut Duane dalam Mbulu 2001 dengan sebuah ungkapan bahwa tidak ada dua orang pelajar yang : 1. Memiliki tingkat prestasi yang sama 2. Mencapai taraf prestasi belajar dengan menggunakan cara belajar yang sama 3. Memecahkan masalah yang sama dengan cara yang sama pula 4. Memiliki pola tingkah laku dan minat yang sama 5. Dimotivasi untuk mencapai prestasi belajar pada taraf yang sama 6. Mencapai tujuan belajar yang sama 7. Siap untuk belajar pada waktu yang sama 8. Mempunyai kemampuan yang sama untuk belajar
B. Tujuan Pembelajaran Individual
Pembelajaran individual dapat mencakup cara-cara pengaturan sebagai berikut: 1. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar terutama kelompok siswa yang lamban belajar 2. Menyesuaikan materi pelajaran dengan perbedaan individual siswa dalam belajar dan memperhatikan kepentingan siswa dalam belajar 3. Meningkatkan mutu dan efektivitas pengajaran 4. Pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan minat dan individual siswa (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).
C. Karakteristik Pembelajaran Individual
Perhatian
utama
yang
membedakan
pembelajaran
individual
dengan
pembelajaran konvensional, yaitu 1. Lebih mengutamakan proses daripada mengajar (memusatkan perhatian pada siswa yang belajar bukan guru yang mengajar) 2. Menyesuaikan pengajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa sebagai individual 3. Mengusahakan pertisipasi yang aktif dari siswa untuk belajar secara individual
5
4. Merumuskan tujuan yang jelas dan spesifik sehingga memudahkan siswa untuk mencapainya 5. Memberikan kesempatan untuk maju sesuai dengan kecepatan masing-masing 6. Menggunakan banyak feedback dari hasil evaluasi untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).
D. Prinsip-prinsip Pembelajaran Individual
Prinsip-prinsip pembelajaran individual adalah sebagai berikut: 1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing 2. Membuka kesempatan bagi siswa untuk mencapai belajar tuntas atas bahan pelajaran yang dipelajari 3. Mendorong siswa untuk memecahkan masalah dan menggunakan pikiran dalam memecahkan masalah 4. Mengembangkan kesanggupan berinisiatif dan mengatur diri sendiri dalam belajar 5. Memupuk kebiasaan untuk menilai diri sendiri dan mempertinggi motivasi siswa untuk belajar 6. Menentukan dengan teliti taraf pengetahuan siswa sebelum diberi tugas 7. Mengadakan evaluasi yang sering secara individual untuk mengetahui dengan segera hasil yang dicapai sebagai penguatan bagi siswa maupun guru atau untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa, kekeliruan yang dilakukan oleh guru maupun kelemahan-kelemahan tugas yang diberikan oleh guru 8. Dilakukannya diagnosis dan diberikannya remediasi yang tepat dan segera 9. Evaluasi dengan berbagai bentuk (tes dan nontes) dan jadwal yang luwes 10. Pilihan
berbagai
bentuk
pembelajaran
(variasi
penggunaan
metode
pembelajaran) 11. Pengorganisasian materi pelajaran dalam suatu cara yang memungkinkan tiap siswa maju sesuai dengan kemampuan dan minatnya masing-masing 12. Diberikan bimbingan dan petunjuk instruksional kepada masing-masing siswa sesuai dengan kebutuhannya (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).
6
E. Peran Siswa dalam Pembelajaran individual
Kedudukan siswa dalam pembelajaran bersifat sentral. Pembelajaran merupakan pusat layanan pengajaran. Berbeda dengan pengajaran klasikal maka siswa memiliki keluasan sebagai berikut : 1. Keleluasaan belajar sesuai dengan kemampuan sendiri 2. Kebebasan menggunakan waktu belajar, dalam hal ini siswa bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukannya 3. Keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan 4. Siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar 5. Siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri 6. Siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri Keenam jenis kedudukan siswa tersebut berdampak pada perbedaan tanggung jawab belajar mengajar (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).
F. Peran Guru dalam Pembelajaran iIndividual
Kedudukan guru dalam pembelajaran bersifat membantu. Bantuan guru berkenaan dengan: 1. Perencanaan kegiatan belajar 2. Pengorganisasian kegiatan belajar 3. Penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa 4. Fasilitas yang memperudah belajar Peran guru dalam merencanakan kegiatan belajar : 1. Membantu merencanakan kegiatan belajar siswa, dengan musyawarah guru membantu siswa menetapkan tujuan pembelajaran, membuat program belajar sesuai kemampuan siswa 2. Membicarakan pelaksanaan belajar, mengemukakan criteria keberhasilan belajar, menentukan waktu dan kondisi belajar. 3. Berperan sebagai penasehat dan pembimbing 4. Membantu siswa dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan sendiri, sebagai ilustrasi, guru membantu memilih program belajar dengan suatu modul (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).
7
Peranan guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah mengatur dan memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai akhir. Peranan guru sebagi berikut: 1.
Memberikan orientasi umum sehubungan dengan belajar topic tertentu
2.
Membuat variasi kegiatan belajar agar tidak terjadi kebosanan
3.
Mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan kemajuan, materi, media, dan sumber
4.
Membagi perhatian pada sejumlah pebelajar, menurut tugas
5.
Mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja; untuk kerja hasil belajar tersebut umumnya diakhiri dengan evaluasi kemajuan belajar (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011). Peranan guru dalam penciptaan hubungan terbuka dengan siswa bertujuan
menimbulkan perasaan bebas dalam belajar.
G. Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran Individual 1.
Keunggulan Pembelajaran Individual Bagi Siswa
Berbagai fakta membuktikan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam program belajar mandiri, belajar lebih keras, lebih banyak, dan mampu lebih lama mengingat hal yang dipelajarinya dibandingkan dengan siswa yang mengikuti kelas konvensional. Belajar mandiri memberikan keunggulan sebagai metode pengajaran sebagai berikut: a. Program belajar yang dirancang dengan cermat akan memanfaatkan lebih banyak asas belajar. Hasilnya adalah peningkatan baik dari segi jenjang belajar maupun kadar ingatan. Jumlah siswa yang gagal dan menunjukkan kinerja tidak memuaskan dapat dikurangi secara nyata b. Program ini memberikan kesempatan kepada siswa yang lamban maupun yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam kondisi belajar yang cocok c. Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa oleh program belajar mandiri mungkin dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan dan tingkah laku pribadi
8
d. Program belajar mandiri dapat menyebabkan lebih banyak perhatian tercurah kepada siswa perorangan dan memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berlangsungnya interaksi antar siswa e. Memungkinkan bagi siswa untuk maju menurut kecepatannya sendiri dengan mempelajari setiap bidang studi atau mata pelajaran f. Siswa berhubungan langsung dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari g. Kesempatan memperoleh respon dengan segera untuk menjawab pertanyaan dan segera pila memperoleh balikan, sehingga siswa merasa puas dengan hasil yang dicapainya. h. Memungkinkan siswa untuk memahami materi pelajaran dengan lebih baik karena disusun secara sistematis dan terstruktur i.
Memungkinkan siswa untuk mempelajari dan memahami dengan lebih mendalam aspek-aspek mata pelajaran yang dipelajari , melaksanakan tes diagnostic dan mendorong siswa mempelajari materi dengan lebih luas
j.
Bentuk pengajaran non grade dimana setiap siswa dapat maju dalam suatu mata pelajaran atau bidang studi sejauh kemampuannya (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).
2.
Keunggulan Pembelajaran Individual Bagi Guru
a. Membebaskan guru dari kegiatan mengajar rutin, sehingga guru dapat merencanakan tugas lain, misalnya buku kerja yang mencatat kemajuan belajar atau kesalahan-kesalahn untuk semua siswa b. Guru akan lebih akurat mengenal kebutuhan pengajaran bagi setiap siswa c. Memberikan kesempatan kepada guru untuk menyediakan tes diagnostic sebagai dasar untuk menentukan kedudukan siswa d. Guru dapat menyediakan waktu lebih banyak bagi siswa yang membutuhkan bantuan e. Memberikan kesempatan kepada guru agar menghasilkan sesuatu secara sistematis dan teliti walaupun program yang dihasilkan itu dimanfaatkan f. Guru berperan sebagai pembimbing siswa di dalam usaha untuk menambah pengetahuan dari materi pelajaran yang diberikan
9
g. Kegiatan dan tanggung jawab pengajar yang terlibat dalam program belajar mandiri berubah karena waktu untuk penyajian menjadi berkurang dan pengajar mempunyai waktu lebih banyak untuk memantau siswa dalam pertemuan kelompok dan untuk konsultasi perorangan h. Timbul rasa kepuasan kerja yang lebih tinggi (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).
3.
Keterbatasan Pembelajaran Individual
Para siswa yang sudah terbiasa mengikuti pelajaran secara konvensional akan mengalami kesukaran apabila mereka diarahkan untuk belajar secara mandiri (individual). Belajar secara individual membutuhkan disiplin belajar yang tinggi, mempunyai kemauan yang kuat untuk belajar mencapai sukses, memiliki motivasi untuk berprestasi, adanya persaingan antar siswa untuk mencapai tingkat prestasi yang optimal. Menyusun bahan belajar memakan waktu berbulan-bulan dan memerlukan biaya yang besar (menulis buku pelajaran misalnya modul, paket belajar, teks pelajaran terprogram; pembelian bahan ajar, monitoring, menyusun soal tes, dan sebagainya) serta membutuhkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang menunjang hasil produksi yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan. Memang pendekatan utama kearah belajar mandiri mungkin tidak efisien dari segi biaya dalam jangka pendek namun karena teknik dan beraneka ragam sumber yang digunakan berulang-ulang dengan kelompok selanjutnya, biaya program dapat dikurangi secara nyata. Menurut Kemp (daam Mbulu, 2001) terdapat beberapa kelemahan belajar individual yang harus diketahui: a.
Mungkin kurang terjadi interaksi antara pengajar dengan siswa atau antara siswa dengan siswa apabila program belajar mandiri dipakai metode satu-satunya dalam mengajar. Oleh karena itu perlu direncanakan kegiatan kelompok kecil antara pengajar dan siswa secara berjangka
b.
Program belajar individual tidak cocok untuk semua siswa atau semua pengajar
c.
Kurang disiplin diri dan kemalasan yang menyebabkan kelambatan penyelesaian program oleh beberapa siswa. Kebiasaan dan pola perilaku baru perlu dikembangkan sebelum dapat berhasil dalam belajar individual
10
Metode belajar secara individual sering menuntut kerjasama dan perencanaan tim yang rinci diantara staf pengajar yang terlibat dan koordinasi dengan layanan penunjang (sarana media perpustakaan).
H. Cara Pengaturan Pembelajaran Individual
Pengajaran individual dapat mencakup cara-cara pengaturan sebagai berikut: 1. Rencana Studi Mandiri (Independent Study plans) Guru dan siswa bersama-sama mengadakan perjanjian mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari dan apa tujuannya. Para siswa mengatur belajarya sendiri dan diberikan kesempatan untk berkonsultasi secara berkala kepada guru untuk memperoleh pengarahan atau bantuan dalam menghadapi tes dan menyelesaikan tugastugas perseorangan. 2. Studi yang Dikelola Sendiri (Self-Directed Study) Siswa diberi sejumlah daftar tujuan yang harus dicapai serta materi pelajaran yang harus dipelajari untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dilengkapi dengan daftar kepustakaan. Pada waktu-waktu tertentu siswa menempuh tes dan dinyatakan lulus apabila telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. 3. Program Belajar yang berpusat pada siswa ( Learner-Centered Program) Dalam batas-batas tertentu siswa diperbolehkan menentukan sendiri materi yang akan dipelajari dan dalam urutan yang bagaimana. Setelah siswa menguasai kemampuan-kemampuan pokok dan esensial, maereka diberi kesempatan untuk belajar program pengayaan. 4. Belajar Menurut Kecepatan Sendiri (Self-Pacing ) Siswa
mempelajari
materi
pelajaran
tertentu
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran khusus yang telah ditetakan oleh guru. Sema siswa arus mencapai tujuan pembelajaran khusus yang sama, namn mereka mengatur sendiri laju kemajuan belajarnya daam mempelajari materi pelajaran tersebut. 5. Pembelajaran yang ditentukan oleh siswa sendiri. (Student-Determined Instruction) Pengaturan pembelajaran tersebut menyangkut: penentuan tujuan pembelajaran (umum dan khusus), pilihan media pembelajaran dan nara suumber, penentuan alokasi waktu untuk mempelajari berbagai topik, penentuan laju kemajuan sendiri,
11
mengevaluasi sendiri pencapaian tujuan pembelajaran, dan kebebasan untuk memprioritaskan materi pelajaran tertentu. 6. Pembelajaran Sesuai Diri ( Individual Instruction) Strategi pembelajaran ini mencakup enam unsur dasar, yaitu, a) kerangka waktu yang luwes; b) adanya tes diagnostik yang diikuti pembelajaran perbaikan (memperbaiki keselahan yang dibuat siswa atau memberi kesempatan kepada isiwa untuk ;melangkah bagian materi pelajaran yang telah dikuasainya; c) pemberian kesempatan kepada siswa untuk memilih bahan belajar yang sesuai; d) penilain kemajuan belajar siswa dengan menggunakan bentuk-bentuk penilaian yang dapat dipilih dan penyediaan waktu mengerjakan yang luwes; e) pemilihan lokasi belajar yang bebas; dan f) adanya bentuk-bentuk kegiatan belajar bervariasi yang dapat dipilih. 7. Pembelajaran Perseorangan Tertuntun ( Indivully Prescribed Instruction) Sistem
pembelajaran
ini
didasarkan
pada
prinsip-prinsip
pembelajaran
terprogram. Setiap siswa diarahkan pada program belajar masing-masing berdasarkan rencana kegiatan belajar yang telah disiapkan oleh guru atau guru bersama siswa berdasrkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan dirumuskan secara operasional. Rencana kegiatan ini berkaitan dengan materi pelajaran yang harus dipelajari atau kegiatan yang harus dilakukan siswa. (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).
I. Metode dan Teknik yang di gunakan dalam Pembelajaran Individual
Metode yang digunakan dalam pengajaran individual 1. Metode Tanya Jawab
Untuk mencipatakan kehidupan interaksi belajar mengajar perlu guru menimbulkan metode Tanya jawab atau dialaog, ialah suatu metode untuk memberi motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya selama mendengar pelajaran . Metode Tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Dengan metode ini, antara lain dapat dikembangakan keterampilaan mengamati, menginterprestasi, mengklasifikasi, membuat kesimpulan dan menerapkan. Penggunaan metode Tanya jawab bermaksud memotivasi anak didik untuk bertanya selama proses belajar mengajar. Metode Tanya
12
jawab mempunyai tujuan agar siswa dapat mengerti atau mengingat ingat tentang apa yang dipelajari. a. Metode Tanya jawab ini layak dipakai bila dilakukan: 1) Sebagai pengulang pelajaran yang telah lalu 2) Sebagai selingan dalam menjelaskan pelajaran 3) Untuk merangsang siswa agar perhatian mereka terpusat pada masalah. 4) Untuk mengarahkan proses berfikir siswa. 5) Kelabihan Metode Tanya Jawab 6) Lebih mengaktifkan anak didik dibanding dengan metode ceramah 7) Anak akan lebih cepat mengerti 8) Mengetahui perbedaan pendapat antara anakn didik dan guru. 9) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian anak didik b. Kekurangan Metode Tanya Jawab 1) Mudah menyimpang dari pokok persoalan 2) Dapat menimbulkan masalah baru 3) Anak didik kadang merasa takut untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya. 4) Sukar membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan pemahaman anak didik. 5) Waktu yang dipergunakan dalam pembelajaran tersita karena banyaknya pertanyaan yang timbul dari siswa 6) Jalannya pengajaran kurang dapat terkoordinir secara baik karena tidak bisa dijawab secara tepat baik oleh guru atau siswa (Eka, 2011).
2. Metode Tugas
Metode tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan didalam kelas, dihalaman sekolah, dan diperpustaan ataupun dirumah asalkan tugas itu dapat dikerjakan. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran yang terlalu banyak sementara waktu sedikit. Tugas biasanya bisa dilaksanakan dirumah, disekolah, dan diperpustakaan. Tugas bisa merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individuala ataupun kelompok.
13
a. Kelebihan Metode Tugas 1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual. 2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru. 3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa 4) Dapat mengembangkan kreativitas siswa b. Kekurangan Metode Tugas 1) Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain 2) Tidak mudah memberi tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa 3) Sering memberi tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa (Eka, 2011).
3. Metode Latihan
Metode latihan yang disebut juga metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan – kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak disangkal bahwa metode latihan mempunyai beberapa kelemahan. Maka dari itu guru yang ingin mempergunakan metode latihan ini kiranya tidak salah bila memahami metode ini. a. Kelebihan Metode Latihan 1) Untuk memperoleh kecakapan motoris : seperti menulis, menghapal dan lain-lain. 2) Untuk memperoleh kecakapan mental atau intelek seperti dalam perkalian, menjumlah, pengurangan, dan pembagian dan lain-lain. 3) Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat seperti hubungan sebab akibat. 4) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan. b. Kelemahan Metode Latihan 1) Menghambat dan menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. 2) Kadang – kadang ; latihan yang dilaksanakan secara berulang – ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan. (Eka, 2011).
14
4.Metode Pembiasaan
Secara Etimologi pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “biasa” adalah, lazim dan umum, dalam k aitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk pembiasaan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Pembiasaan dinilai sangat efektif jika pada penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia anak-anak kecil dari usia 3 – 11 tahun, karena anak seusianya memiliki rekaman ingatan yang sangat kuat dan kondisi kepribadiannay yang belum matang sehingga mereka mudah terlarut dalam kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari – hari. Tetapi bukan tidak mungkin bila metode pemhajaran pembiasaan ini diterapkan pada tingkat awal remaja dan remaja. Oleh karena itu lah ada syarat – syarat dalam pemakaian metode ini yaitu antara lain: 1. Mulailah pembiasaan sejak dini. 2. Pembiasaan hendaknya dilakukan secara kontiniu. 3. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat. 4. Pembiasaan yang pada mulanya hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang verbalistik. a. Kelebihan Metode Pembiasaan 1) Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik. 2) Pembiasan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniah. 3) Pembiasaan adalah metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik. b. Kekurangan Metode Pembiasaan Membutuhkan tenaga pendidik yang dapat dijadikan contoh tauladan di dalam menanamkan sebuah nilai kepada anak didik. Baik dalam perkataan dan dalam mengaplikasikan perkataanya itu dengan perbuatan (Eka, 2011).
5. Metode Keteladanan
Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya pencapaian keberhasilan pendidikan.
15
a. Kelebihan Metode Keteladanan 1) Akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelejari disekolah 2) Akan memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil belajarnya. 3) Agar tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik. 4) Bila keteladanan dalam sekolah, keluarga, dan masyarakat yang baik, maka akan tercipata situasi yang baik. 5) Tercipata hubungan yang harmonis antara guru dan siswa. 6) Secara tidak langsung guru dapat menerapkan ilmu yang diajarkannya. 7) Mendorong guru untuk selalu berbuat baik karena akan dicontoh oleh siswanya
b. Kekurangan Metode Keteladanan 1) Jika figure yang mereka contoh tidak baik, maka mereka cenderung untuk mengikuti tidak baik pula. 2) Jika teori tanpa praktek akan menimbulkan verbalisme. Teknik yang digunakan dalam pembelajaran individual adalah teknik bertanya dan memberi motivasi, menimbulkan rasa keinginan tahuan seorang siswa.Sedangkan pendekatan
yang
tepat
dalam
pembelajaran
individual
adalah
pendekatan
konstruksivisme, pendekatan masalah, dan realistik. (Eka, 2011).
J. Pembelajaran yang Kreatif, Efektif, Efisien, Menarik, dan Interaktif 1.
Pembelajaran Kreatif
Menurut Syah Muhibbin (2009: 13), kreatif ( creative) berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.Di satu sisi guru bertindak kreatif dalam arti:
16
a.
mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam;
b.
membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana;
Di sisi lain, siswa pun kreatif dalam hal: a.
merancang / membuat sesuatu;
b.
menulis/mengarang.
2.
Pembelajaran Efektif
Menurut Syah Muhibbin (2009: 33), pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang
“didapat“ siswa. Guru pun diharapkan memeroleh
“pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya. Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekan- kan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar (Warta MBS UNICEF : 2006) Alhasil, di satu sisi guru menjadi pengajar yang efektif, karena: a. menguasai materi yang diajarkan; b. mengajar dan mengarahkan dengan memberi contoh; c. menghargai siswa dan memotivasi siswa; d. memahami tujuan pembelajaran; e. mengajarkan keterampilan pemecahan masalah; f. menggunakan metode yang bervariasi; g. mengembangkan pengetahuan pribadi dengan banyak membaca; h. mengajarkan cara mempelajari sesuatu; i.
melaksanakan penilian yang tepat dan benar. Di sisi lain, siswa menjadi pembelajar yang efektif dalam arti:
a. menguasai pengetahuan dan keterampilan atau kompetensi yang diperlukan; b. mendapat pengalaman baru yang berharga.
17
3. Pembelajaran Efisien
Efisien, menurut Syah Muhibbin (2009: 43), adalah optimasi sumber daya, yaitu yang termudah cara mengerjakannya, termurah biayanya, tersingkat waktunya, teringan bebannya, dan terpendek jaraknya. Bila dalam suatu usaha mencapai tujuan tertentu dianggarkan 100 juta, tetapi dengan metode baru dapat dikerjakan dengan 80 juta, maka terdapat efisiensi sebesar 20 juta. Dari sini dapat dipahami bahwa efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya. Efisiensi berarti pula melakukan segala sesuatu secara benar, tepat, akurat, dan mampu membandingkan antara besaran input dan output. Dalam konteks belajar, efisiensi mempunyai arti, meningkatkan kualitas belajar dan penguasaan materi belajar; mempersingkat waktu belajar; meningkatkan kemampuan guru, mengurangi biaya tanpa mengurangi kualitas belajar mengajar. Bagi suatu lembaga pendidikan, pengertian efisiensi tersebut tampaknya mengarah pada efisiensi yang memberikan arti peningkatan kemampuan guru dalam proses belajarmengajar. Hal ini karena dalam proses belajar mengajar yang mementingkan hubungan peserta didik dan guru, guru menjadi pihak yang aktif. Namun bagi peserta didik, efisiensi dapat dimaknai menjadi dua macam efisiensi, yaitu efisiensi usaha belajar dan efisiensi hasil belajar. a. Efisiensi Usaha Belajar Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien kalau prestasi yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha seminimal mungkin. Usaha dalam hal ini adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan, seperti: tenaga dan pikiran, waktu, peralatan belajar, dan hal-hal lain yang relevan dengan kegiatan belajar. b. Efisiensi Hasil Belajar Sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi.
4. Pembelajaran Menarik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata menarik yang sesuai dalam konteks ini adalah: (1) menyenangkan (menggirangkan hati, menyukakan); dan (2)
18
mempengaruhi atau membangkitkan hasrat untuk memperhatikan (Depdikbud, 2002:1145). Dengan demikian, merujuk pada pengertian kamus tersebut, pembelajaran yang menarik hanya mencakup dua unsur, yaitu: siswa senang dan siswa memperhatikan.
Atau
dengan
kata
lain,
pembelajaran
yang
menarik
adalah
pembelajaran yang menyenangkan hati sehingga siswa mau memperhatikan. Tentu saja pengertian demikian kurang lengkap. Dalam proses pembelajaran, siswa memang harus senang dan memperhatikan. Tetapi kalau ini ukurannya (siswa senang dan memperhatikan), mungkin tujuan pembelajaran tidak tercapai. Pasalnya, siswa bisa saja bertindak “seolah-olah” (seolah-olah senang atau seolah-olah memperhatikan) untuk membuat guru merasa senang. Ada beberapa pendekatan atau model bagi penyelenggaraan proses pembelajaran yang menarik. Misalnya: CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Atau yang berasal dari mancanegara (dari buku terjemahan), seperti: “Quantum Teaching ” (DePorter, 2001), ” Accelerated Learning ” (Meier, 2002). Guru dapat mempraktikkan model atau pendekatan pembelajaran seperti disebutkan di atas, termasuk dari buku-buku terjemahan, dengan penyesuaian tertentu. Boleh juga guru merancang model sendiri, atau memodifikasi model yang sudah ada dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Namun, model apa pun yang digunakan, unsur-unsur seperti yang disarankan oleh Purkey dan pendapat siswa di atas harus dipenuhi. Model atau pendekatan hanya alat, semua kembali kepada yang menggunakan (the man behind the gun). Sebagus apa pun alatnya, kalau tidak didukung dengan kemampuan dan kemauan pemakainya, alat itu tidak banyak gunanya. Dan untuk halhal yang menyangkut peningkatan mutu pendidikan, kembalinya adalah pada guru sebagai pelaksana di lapangan, yaitu guru yang berkualitas dan memiliki komitmen tinggi untuk membantu siswa mencapai keberhasilan.
5. Pembelajaran Interaktif menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran
Menurut Syah Muhibbin (2009: 25), perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya
19
dalam proses pembelajaran. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya “ cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Penggunaan komputer dalam pendidikan dapat menggabungkan unsur inovasi, kreativitas dan hiburan, menjadikan peserta didik memiliki rasa senang, tidak jenuh menerima pelajaran dan memudahkan tenaga pendidik dalam mempersiapkan materi pembelajaran. Apabila media teknologi ini tersedia, maka dengan mudah siswa dapat memfokuskan pengambilan keputusan, refleksi, penalaran, dan problem solving. Hal ini akan mendorong daya pikir kritis siswa dan berkeasi dengan bebas. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, proses belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi semakin cepat dan hemat waktu dan prosesnya pun akan semakin individual sesuai dengan kebutuhan setiap siswa tetapi sekaligus massal. (Centron, dalam Supriadi, 2002:4). Beberapa ahli berpendapat bahwa dalam dunia pendidikan teknologi komputer dianggap sebagai revolusi ketiga. Revolusi pertama ditandai dengan ditemukannya teknologi pencetakan buku. Revolusi kedua ditandai dengan munculnya konsep perpustakaan dan teknologi komputer yang dikembangkan pada awal tahun 1950-an yang telah memberikan manfaat luar biasa bagi kehidupan manusia (Heinich, 1996). Kemajuan teknologi komputer membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan, tatkala inovasi dalam perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( software) mulai tumbuh, dilakukan usaha-usaha untuk menerapkan hasil-hasil inovasi teknologi tersebut dalam pendidikan umumnya dan kegiatan pembelajaran khususnya yang dikenal dengan pembelajaran dengan bantuan komputer ( Computer-Assited
20
Learning / Instruction, disingkat CAL/CAI) dimana belajar siswa tidak lagi hanya mengandalkan tatap muka dengan guru, meskipun siapapun mengakui bahwa bahwa peran guru dalam pendidikan tak tergantikan oleh komputer (Supriadi, 2002 : 1 ). Alternatif CAI diimplementasikan dengan penggunaan komputer secara langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan dan mengukur kemajuan belajar siswa. CAI dapat sebagai tutor yang menggantikan guru di dalam kelas. Bentuk CAI bermacam-macam bergantung pada kecakapan pendesain dan pengembang pembelajaran. Di antaranya ada yang berbentuk permainan (games) untuk mengajarkan konsep-konsep abstrak yang dikonkretkan dalam bentuk visual dan audio yang dianimasikan. Ditinjau dari tujuan kognitif, komputer dapat mengajar- kan konsep-konsep aturan, prinsip, langkah-langkah, proses, dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga dapat menjelaskan konsep tersebut dengan dengan sederhana dengan penggabungan visual dan audio yang dianimasikan. Sehingga cocok untuk kegiatan pembelajaran mandiri. Ditinjau dari tujuan psikomotor, melalui pembelajaran yang dikemas dalam bentuk games dan simulasi sangat bagus digunakan untuk menciptakan kondisi dunia kerja. Beberapa contoh program antara lain; simulasi pendaratan pesawat, simulasi perang dalam medan yang paling berat dan sebagainya, dan tujuan afektif . Bila program didesain secara tepat dengan memberikan potongan clip suara atau video yang isinya menggugah perasaan, pembelajaran sikap/afektif pun dapat dilakukan mengunakan media komputer.
Selain itu banyak keuntungan yang diperoleh, karena komputer
memiliki banyak keistimewaan diantaranya
(Dubin dan Clements
dalam Munir,
2001:10) : a. Adanya hubungan interaktif yang menyebabkan terwujudnya hubungan antara rangsangan dengan respons, juga dapat menumbuhkan inspirasi dan meningkatkan minat; b.
Terjadinya pengulangan. Komputer memberi fasilitas bagi pengguna untuk mengulang
bila
diperlukan,
juga
untuk
memperkuat
proses
belajar
dan
memperbaiki ingatan. Hal ini memerlukan kebebasan kreativitas dari para siswa; c.
Umpan balik. Komputer membantu siswa memeroleh umpan balik (feed back) terhadap pelajaran secara leluasa dan dapat memacu motivasi siswa.
21
Proses pembelajaran yang berbasis teknologi komputer multimedia atau perangkat elektronik (e-learning ), dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa model sesuai dengan kemampuan sekolah dalam penyediaan sarana perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).
K. Matrik Pembelajaran Individual yang Kreatif, Efektif, Efisien, Menarik, dan Interaktif Matrik
Kreatif
Efektif
Indikator Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum, namun menciptakan kreasi baru atau yang berbeda dari sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif dapat dilakukan oleh guru dengan membuat kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa
Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan
Pembelajaran Individual
1. Guru berkreasi dalam membuat media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa secara individu 2. Potensi yang dikembangkan bukan pengetahuan saja tetapi kekuatan spiritual keagamaan, penguasaan diri, kepribadian baru kemudian keterampilan 3. Berorientasi pada pengembangan potensi diri bukan hafalan dan keterampilan menjawab tes 4. Pengorganisasian materi pelajaran dalam suatu cara yang memungkinkan tiap siswa maju sesuai dengan kemampuan dan minatnya masingmasing 1. Merumuskan tujuan yang jelas dan spesifik sehingga memudahkan siswa untuk mencapainya 2. Membuka kesempatan bagi siswa untuk mencapai belajar tuntas atas bahan pelajaran yang dipelajari
22
Efisien
Efisiensi dalam pembelajaran mempunyai arti, meningkatkan kualitas belajar dan penguasaan materi belajar; mempersingkat waktu belajar; meningkatkan kemampuan guru, mengurangi biaya tanpa mengurangi kualitas belajar mengajar
Pembelajaran yang menarik mengandung makna bahwa selama pembelajaran siswa antusias, bersemangat, dan menyenangi pembelajaran tersebut.
Menarik
Interaktif
Pembelajaran yang interaktif mengandung makna bahwa dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Hal ini bearti selama proses pembelajaran siswa aktif
1. Bagi siswa pembelajaran individual sangatlah efisien karena memberi peluang siswa untuk maju secara optimal dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya 2. Bagi guru pembelajaran individual dinilai kurang efisien, karena memerlukan usaha yang sangat ekstra untuk memahami setiap karakteristik siswa 1. Mendorong siswa untuk memecahkan masalah dan menggunakan pikiran dalam memecahkan masalah 2. Mengembangkan kesanggupan berinisiatif dan mengatur diri sendiri dalam belajar 3. Memupuk kebiasaan untuk menilai diri sendiri dan mempertinggi motivasi siswa untuk belajar 1.
2.
Menumbuhkan hubungan pribadi yang menyenangkan antara siswa dengan guru Diberikan bimbingan dan petunjuk instruksional kepada masing-masing siswa sesuai dengan kebutuhannya.
23
Ayat Alquran berhubungan dengan pembelajaran individual :
Menurut Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid :
: "Belajar adalah proses perubahan dalam pemikiran siswa yang dihasilkan atas pengalaman terdahulu kemudian terjadi perubahan baru” Kemandirian belajar seseorang menurut Samana dikutip oleh Syarifudin Huda adalah bagaimana ia mengatur serta mengendalikan kegiatan belajarnya atas dasar pertimbangan, keputusan dan tanggung jawab sendiri. Kemandirian belajar merupakan keadaan kesiapan belajar siswa yang berasal dari dalam diri siswa untuk bertindak dan mereaksi terhadap obyek-obyek yang berhubungan dengan bagaimana seseorang mengatur serta mengendalikan kegiatan belajarnya atas. Pertimbangan, keputusan dan tanggung jawab sendiri utaus nakapurem awsis rajaleb nairidnamek kutnebmem ayapU lah malaD .rajaleb nataigek utaus malad nakanaskalid tapad aynah sesorp nad ,sesorp -lA malad hallA namrif anamiagabes rajaleb kutnu ais unam nakhatniremem hallA ini tarus na’ruQ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
24
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan isi makalah maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembelajaran individual merupakan suatu strategi untuk penyusunan program pembelajaran bagi guru dengan memperhatikan kemampuan, minat dan kecepatan belajar setiap siswa dalam kelompok belajar. 2. Tujuan Pengajaran Individual antara lain membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar,
menyesuaikan
materi
pelajaran
dengan
perbedaan
dan
kepentingan individual siswa, meningkatkan mutu dan efektivitas proses pengajaran, pelaksanaan pengajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan minat individual siswa. 3. Karakteristik pengajaran individual
lebih mengutamakan proses daripada
mengajar, menyesuaikan pengajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa sebagai individual, mengusahakan partisipasi aktif dari siswa untuk belajar secara individual, merumuskan tujuan yang jelas dan spesifik, memberikan kesempatan untuk maju sesuai dengan kecepatannya masing-masing,
menggunakan banyak
feedback dari hasil evaluasi 4. Prinsip-prinsip pengajaran individual adalah
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing, membuka kemungkinan bagi siswa untuk mencapai belajar tuntas, mendorong siswa untuk memecahkan masalah dan menggunakan pemikiran dalam memecahkan suatu masalah, mengembangkan kesanggupan berinisiatif dan mengatur diri sendiri dalam belajar 5. Peran siswa dalam pengajaran individual adalah belajar berdasarkan kemampuan sendiri, kebebasan menggunakan waktu belajar, keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar, siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri. 6. Peran
guru
dalam
pembelajaran
individual
adalah
peranan
guru
dalam
merencanakan kegiatan belajar, peranan guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar.
25
7. Keunggulan pembelajaran individual ada terdiri dari keunggulan untuk guru dan keunggulan untuk siswa 8. Keterbatasan pengajaran individual adalah mungkin kurang terjadi interaksi antara pengajar dengan siswa atau antara siswa dengan siswa, program belajar mandiri tidak cocok untuk semua siswa atau semua pengajar, kurang disiplin diri dan kemalasan yang menyebabkan kelambatan penyelesaian program oleh beberapa siswa, menuntut kerjasama dan perencanaan tim yang rinci diantara staf pengajar yang terlibat dan koordinasi dengan layanan penunjang.
B. Saran Pembelajaran individual merupakan pembelajaran yang dapat berdampak baik
jika tim guru dan siswa sama-sama melaksanakan tugas, memahami hakikat pembelajaran individual dan saling berkoordinasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad 2010. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar ,
.
Algesindo. Eka,
Nurhayati.
2013.
Pengajaran
Individual
dan
Pengajaran
Klasikal .
https://fortugaskuliah.wordpress.com/2013/01/16/pengajaran-individual pengajaran-klasikal/. Diakses pada 23 Januari 2015. Heinich, R, dkk. 1996. Instructional Media and Technology for Learning . New Jersey: Prentice Hall. Mbulu. Joseph. 2001. Pendekatan dan Bentuk Pembelajaran Individual . Malang: TEP FIP UM. Munir. 2001. Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar . Jakarta: Mimbar Pendidikan. Rahajeng,
Nastiti.
2011.
Konsep
Dasar
Pembelajaran
Individual .
http://www.slideshare.net/NastitiChristianto/konsep-dasar-pengajaran individual?related=1. Diakses pada 23 Januari 2015. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media. Syah,
Muhibbin.
2009. Pembelajaran
Aktif,
Inovatif,
Kreatif,
Efektif,
dan
Menyenangkan (PAIKEM). Bandung: UIN Sunan Gunung Djati. Supriadi, D. 2002. Internet Masuk Sekolah: Pemberdayaan Guru dan Siswa dalam Era Sekolah Berbasis E-learning, Makalah Disajik an dalam Seminar “Implementasi E-learning
untuk
Sekolah
Menengah”.
Diselenggarakan
oleh
Telkom
Learning/Sinopsis Indonesia, Oktober 2002. Bandung: PT Telkom. Warta MBS UNICEF. 2006. Paket Pelatihan Program Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
26