2.3 Etiologi
Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui dengan dengan pasti. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam gangguan bipolar yaitu faktor genetik,
faktor
biokimia, faktor neurofisiologi, faktor psikodinamik, dan faktor
lingkungan ( Yadav Jaya et aL 2013). 2.4 Patofisiologi
Faktor Neurotransmitter Neurotransmitter yang paling berpengaruh pada patofisiologi gangguan afektif bipolar ini adalah norepinefrin, dopamine, serotonin, dan histamine ( Yadav Jaya et aL 2013). 1. Norepinefrin
Teori ini merujuk pada penurunan regulasi dan penurunan sensitivitas dari reseptor Beta adrenergic dan dalam klinik hal ini di buktikan oleh respon pada penggunaaan anti depresan yang cukup baik sehingga mendukung adanya peran langsung dari sistem noradrenergic pada depresi. Bukti lainnya melibatkan reseptor Beta-2 presinaps pada depresi karena aktivitasi pada reseptor ini menghasilkan penurunan dari pelepasan norepinefrin. Reseptor Beta-2 juga terletak pada neuron serotoninergic dan berperan dalam regulasi pelepasan serotonin. 2. Serotonin
Teori ini di dukung oleh respon pengobatan SSRI dalam mengatasi depresi. Rendahnya kadar serotonin dapat menjadi faktor resipitas depresi, beberapa pasien dengan dorongan bunuh diri memiliki konsentrasi serotonin yang rendah dalam cairan cerebrospinal nya dan memiliki kadar konsentrasi rendah uptake pada platelet 3. Dopamine
Selain dari norepinefrin dan serotonin, dopamine juga di duga memiliki peran. Data memperkirakan nahwa aktivitas dopamine dapat mengurangi depresi dan
meningkat pada mania. Dua teori mengenai dopamine dan depresi adalah jalur mesolimbic dopamine tidak berfungsi terjadi pada depresi dan dopamine reseptor D1 hipoaktif pada keadaan depresi. Faktor Bio-Psikososial
Secara
biologis
neurotransmitter di otak.
di
kaitkan
dengan
faktor
genetic
dan
gangguan
Secara psikososial di kaitkan dengan pola asuh masa
kanak – kanak, stress yang menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan masik banyak faktor lainnya. Gangguan afektif tipe bipolar memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, 50% pasien bipolar memiliki satu orang tua dengan gangguan afektif , yang tersering unipolar ( depresi saja ). Jika seorang orangtua mengidap gangguan bipolar maka 25% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan afektif. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka 50% sampai 75% anaknya memiliki resiko menderita gangguan afektif. Keturunan pertama dari seseorang yang menderita bipolar beresiko menderita gangguan serupa sebesar 8-18 kali. Bahkan resiko pada anak kembar sangat tinggi terutama pada kembar monozigot (50%) sedangkan kembar dizigot lebih rendah yakni 5-25%. Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan kromosom 5,11, dan X ( Yadav Jaya et aL 2013). 2.4 Faktor Genetik dan gangguan bipolar
Sekitar separuh orang dengan gangguan bipolar memiliki anggota keluarga dengan gangguan mood, seperti depresi. Seseorang yang memiliki satu orang tua dengan gangguan bipolar memiliki kemungkinan 15 sampai 25 persen memiliki kondisi yang sama. Seseorang yang memiliki penyakit non - kembar identik dengan penyakit ini memiliki 25 persen kemungkinan memiliki risiko yang sama seperti
kedua orang tua memiliki gangguan bipolar. Seseorang yang memiliki kembar identik (memiliki bahan genetik yang sama persis) dengan gangguan bipolar memiliki risiko pengembangan yang lebih besar, sekitar delapan kali lipat risiko lebih besar daripada kembar nonidentik. Pada penelitian lebih lanjut di Johns Hopkins University, periset mewawancarai semua kerabat tingkat pertama pasien dengan gangguan bipolar I dan bipolar II dan menyimpulkan bahwa kelainan bipolar II adalah kelainan afektif yang paling umum pada keluarga kedua. Para peneliti menemukan bahwa 40% dari 47 kerabat tingkat pertama pasien bipolar II juga mengalami gangguan bipolar II; 22% dari 219 kerabat tingkat pertama pasien bipolar I mengalami kelainan bipolar II. Studi di Stanford University yang meneliti hubungan genetik gangguan bipolar menemukan bahwa anak-anak dengan satu orang tua biologis dengan gangguan bipolar I atau bipolar II memiliki kemungkinan peningkatan untuk mendapatkan gangguan bipolar. Dalam penelitian ini, peneliti melaporkan bahwa 51% keturunan bipolar memiliki gangguan psikiatri, depresi mayor, dysthymia (depresi ringan), gangguan bipolar, atau attention deficit hyperactivity gangguan (ADHD). Menariknya, orang tua dengan bipolar dalam penelitian yang memiliki riwayat ADHD masa kecil lebih cenderung memiliki anak dengan gangguan bipolar namun tidak menderita ADHD. Gangguan bipolar sering diturunkan, dengan faktor genetik menyumbang sekitar 80% penyebab terjadinya bipolar. Jika satu orang tua memiliki gangguan bipolar, ada kemungkinan 10% anak tersebut akan menderita bipolar. Jika kedua orang tua memiliki gangguan bipolar, kemungkinan anak mereka menderita penyakit ini meningkat menjadi 40%. Namun, hanya karena satu anggota keluarga menderita penyakit ini, tidak harus terjadi bahwa anggota keluarga lainnya juga akan menderita
penyakit ini. Faktor-faktor berikut mungkin juga terlibat dalam timbulnya gangguan bipolar ( Yadav Jaya et aL 2013).
Yang dimasukkan ppt Slide 1 Etiologi
genetik,
faktor biokimia,
faktor neurofisiologi,
faktor psikodinamik, dan
faktor lingkungan
Slide 2 Faktor Genetik
Seseorang yang memiliki satu orang tua dengan gangguan bipolar memiliki kemungkinan 15 sampai 25 persen memiliki kondisi yang sama.
• Lebih berisiko menderita gangguan mood bila ada hubungan kekerabatan. •menurut penelitian anak angkat : anak biologis dari ortu yang sakit tetap berisiko walaupun anak diasuh oleh keluarga tidak sakit.
Faktor Lingkungan /Psikososial
•Faktor psikologi menyangkut : • Kejadian kehidupan (kehilangan) • Teori psikodinamik • Kepribadian •Stres kehidupan sering mencetuskan serangan pertama GB atau serangan selanjutnya.
Slide 3 Patofisiologi
Teori neurokimiawi Depresi : kegagalan regulasi
•
neurotransmitter noradrenalin dan menurunnya metabolit 5HT
penurunan kadar
serotonin dan penurunan aktivitas dopamin Mania : peningkatan aktivitas
•
dopamin (hiperdopaminergik) dan penurunan GABA
Teori Neuroendokrin
Disregulasi neuroendokrin sebagai refleksi und e rly ing bra in d is o rd e r : Aksis adrenal
•
Aksis tiroid (hipersekresi
•
kortisol) Hormon pertumbuhan
•
Prolaktin
•
Melatonin : penurunan
•
sekresi melatonin di malam hari Hormon seks : penurunan
•