BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Stogdill (dalam Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2008) menyatakan bahwa “kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentu dan pencapaian tujuan”. Kepemimpinan dan kelompok merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Seseorang tidak dapat dikatakan pemimpin jika ia berada di luar kelompok, ia harus berada di dalam suatu kelompok dimana ia memainkan peranan-peranan dan kegiatan-kegiatan kepemimpinan. Seorang pemimpin dianggap penting dalam suatu pendidikan, sebab pemimpin harus mampu untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dalam memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat melaksanakan tugastugasnya dan memainkan peranannya sebagai pemimpin yang baik, maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis yang layak. Persyaratan-persyaratan kepribadian dari seorang pemimpin yang baik yaitu: rendah hati dan sederhana, bersifat suka menolong, sabar dan memiliki kestabilan emosi, percaya kepada diri sendiri, jujur, adil, dan memiliki keahlian dalam jabatan. Persyaratan kepribadian seorang pemimpin dapat dihubungkan berdasarkan teori sifat yang didasari asumsi bahwa kondisi fisik dan karakteristik pribadi adalah penting bagi kesuksesan pemimpin. Hal tersebut akan menjadi faktor penentu yang membedakan antara seseorang pemimpin dengan yang bukan pemimpin. Sifat-sifat pokok itu biasanya meliputi kondisi fisik (energik, tegap, kuat), latar belakang sosial (berpendidikan dan berwawasan luas), dan kepribadian (adaptif, emosi stabil,dan lain-lain). Adanya berbagai
sifat
dalam kepemimpinan menunjukkan bahwa
kepemimpinan bukan hanya menentukan kesanggupan dan kemauan saja, tetapi lebih lagi kemampuan dan kesediaan dalam pemimpin. Dengan demikian, 1
pandangan teori sifat dalam kepemimpinan juga dibutuhkan oleh seorang pemimpin yang ingin meningkatkan kemampuan dan kecakapannya dalam memimpin.
B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan? 2. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan? 3. Apakah teori sifat itu? 4. Bagaimana teori sifat menurut Bass dan Stogdill? 5. Bagaimana sifat yang berpengaruh pada keberhasilan kepemimpinan?
C. Tujuan 1. Mengetahui maksud dari kepemimpinan. 2. Mengetahui maksud dari kepemimpinan pendidikan 3. Mengetahui lebih jauh tentang teori sifat 4. Mengetahui pandangan Stogdill dan Bass tentang teori sifat. 5. Mengetahui sifat yang berpengaruh pada keberhasilan kepemimpinan.
2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kepemimpinan Secara sederhana, kepemimpinan memiliki definisi kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini mengandung makna bahwa
kepemimpinan
merupakan
suatu
kemampuan
seseorang
untuk
mempengaruhi orang lain sehingga orang lain tunduk atau mengikuti semua keinginan seorang pemimpin (Makawimbang, 2012). Pengertian kepemimpinan dikemukakan oleh banyak pakar, diantaranya adalah: 1. Menurut Siagian dalam Soetopo (2010) Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak dari pada semua sumber-sumber dan alat-alat (resource) yang tersedia bagi suatu organisasi. 2. Menurut Amitai Etzioni dalam Soetopo (2010) Kepemimpinan adalah kekuasaan berdasarkan pada karakteristik pribadi, biasanya normatif. 3. Menurut Keneth F. Janda dalam Soetopo (2010) Kepemimpinan adalah tipe hubungan kekuasaan tertentu yang ditandai oleh persepsi anggota kelompok dimana anggota kelompok lain mempunyai hak untuk menentukan pola perilaku dalam melihat aktivitasnya sebagai anggota kelompok. 4. Menurut Ralph M. Stogdill dalam Soetopo (2010) Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisasi untuk mencapai tujuan. 5. Menurut Terry (1960) dalam Muin (2010) bahwa “Leadership is activities for influencing the others to obtain the organization objectivities” (kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan).
3
6. Menurut Kreiner yang dikutip Suryana (2010) dalam Muin (2010) Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara berkala berpartisipasi guna mencapai tujuan organisasi. 7. Dari buku Kepemimpinan dan Motivasi (Wahjusimidjo, 1984) dalam Muin (2010) a. Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan pembuat keputusan (Dubin, 1951) b. Kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilnya berupa pola interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan problem-problem yang saling berkaitan. (Humphill, 1954) c. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan. (Stogdill, 1948) 8. Menurut Surat Keputusan Badan Administrasi Kepegawaian Negara No 27/KEP/1972 yang dikutip Usman (2006) dalam Makawimbang (2013) Kepemimpinan adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dibawa turut serta dalam suatu pekerjaan. 9. Menurut Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 02/SE/1980 dalam Makawimbang (2013) Kepemimpinan adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara optimal. Berdasarkan berbagai kajian tersebut, dapat disimpulkan bahwa esensi dari kepemimpinan adalah proses kegiatan untuk mempengaruhi, mengarahkan, membimbing, memotivasi, mengajak, atau menggerakkan dan membangun kerja sama anggota yang dipimpin dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Wiyono, 2013).
4
B. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan Pembahasan tentang pengertian kepemimpinan pendidikan pada dasarnya sama dengan pengertian kepemimpian secara umum, yang membedakan hanyalah bidang yang ditangani adalah pendidikan (Muin, 2010). Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
mempengaruhi,
mendorong,
mengajak,
menuntun,
menggerakkan,
mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Sedangkan pendidikan memiliki arti dalam lapangan, apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri yang harus dimiliki oleh kepemimpinan itu. Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. (Makawimbang, 2012) Kepemimpinan pendidikan diibaratkan sebagai seorang tukang becak yang menentukan arah kemana hendak dibawa dengan cara menjadi pendorong bagi para penumpang yang menjadi pengikutnya, sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik dan perjalanan becak selamat sampai tujuan (Makawimbang, 2012). Hal ini senada dengan pendapat Ki hajar Dewantara yaitu “Tut Wuri Handayani” yang memiliki pengertian bahwa pemimpin berada di belakang menjadi pendorong bagi kemajuan para anggotanya. Soetopo dan Soemanto (1982) dalam Makawimbang (2012) menjelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela. Kepemimpinan pendidikan yang dijalankan oleh kepala sekolah atau pimpinan lembaga pendidikan lainnya mengandung unsur-unsur, yaitu: a. Proses mempengaruhi guru, pegawai, dan murid. b. Pengaruh yang dilakukan dimaksudkan agar orang lain melakukan tindakan yang diinginkan.
5
c. Berlangsung di sekolah untuk mengelola aktivitas belajar-mengajar. d. Kepala sekolah diangkat oleh pejabat kependidikan atau yayasan. e. Aktivitas kepemimpinan lebih banyak orientasi hubungan manusia daripada mengatur sumberdaya material. (Makawimbang, 2012)
C. Teori Sifat Berbagai macam teori dan pendekatan muncul untuk mengupas fenomena pendidikan. Teori-teori tersebut berbeda dari sudut pandang dan perspektifnya dalam melihat kepemimpinan. Jika kita memandang seorang pemimpin berdasarkan karakteristik sifat-sifat yang dimilikinya, maka kita cenderung melihat dengan pendekatan teori sifat. Jika kita melihat seorang pemimpin dari perilakuperilaku yang dimunculkannya, maka kita cenderung melihat pemimpin dengan pendekatan teori perilaku. Begitu seterusnya. Berikut ini dijelaskan lebih jauh tentang teori sifat. (Muin, 2010) Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang berangapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “The Greatman Theory”. Dalam perkembangannya, teori ini mendapat penaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat fisik, sifat mental, dan kepribadian. (Mustiningsih, 2013) Pemahaman awal tentang kepemimpinan terfokus pada karakteristik sifat yang dimiliki seorang pemimpin. Sifat merupakan salah satu karakteristik spesifik yang dimiliki oleh individu, seperti sifat kepercayaan diri, kejujuran, kecerdasan, dan keberanian. Menurut teori sifat, hanya individu yang memiliki sifat-sifat tertentulah yang bisa menjadi seorang pemimpim. Teori ini menegaskan ide bahwa beberapa individu dilahirkan memiliki sifat-sifat tertentu yang secara alamiah mereka menjadi seorang pemimpin. Secara umum, dari hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin berkorelasi kecil dengan kesuksesan seorang pemimpin. Artinya, walaupun sifat-sifat tertentu
6
penting dimiliki oleh seorang pemimpin, namun sifat-sifat itu sendiri tidak bisa mendorong kesuksesan seorang pemimpin (Yulk, 1988, dalam Muin, 2010) Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut, muncul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin (Makawimbang, 2012). Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994) dalam Makawimbang (2012) adalah: 1. Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatism, fleksibilitas, adaptibilitas, orientasi masa depan; 2. Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi (pesatuan yang kokoh) tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; 3. Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dengan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif. Teori ini menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada karakter pemimpinnya. Sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan, fisik, dan kemampuan sosial. Karakter yang harus dimiliki seseorang menurut Judith R Gordon mencakup kemampuan istimewa dalam: a. Kemampuan intelektual. b. Kematangan pribadi, c. Pendidikan, d. Status sosial ekonomi, e. Human relation, f. Motivas intrinsik, g. Dorongan untuk maju (Shella, 2011; Community.siutao.com, 2011 dalam Mustiningsih, 2013)
7
Teori sifat mengidentifikasi karakteristik fisik dan psikologis individu untuk yang berhubungan dengan perilaku kepemimpinan. Para peneliti psikologis menggunakan pendekatan ini untuk mengisolasi sifat-sifat khusus yang dimiliki pemimpin dengan karakteristik kualitas yang membedakan mereka dengan bawahannya. (Mustiningsih, 2013) D. Pandangan Teori Sifat oleh Stogdill dan Bass Teori sifat yang disebut juga sebagai pendekatan sifat banyak dibahas pada literatur yang diterbitkan sekitar tahun 1940-1950an, misalnya Stodill (1950) telah mereview sekitar 120 studi kepemimpinan sifat yang dilakukan pada tahun 19041947. Secara
sederhana,
Stogdill
membedakan
tiga
karakteristik
yang
menunjukkan pemimpin yang efektif, yaitu: a. Sifat Kepribadian (Adaptif, luwes, agresif, dan asertif, pengendalian). b. Kemampuan (Cerdas, berpengetahuan, lancar berkomunikasi, bijak, dan dapat mengambil keputusan). c. Keterampilan sosial (kooperatif, administratif, mampu bekerja sama popular, sosial, partisipatif dan diplomatis), diplomatis adalah berhatihati dalam mengutarakan pendapat. (Feldmon & Arnold, 1983, dalam Wiyono, 2013). Stogdill mengevaluasi 100 studi tentang pendekatan teori sifat dan menemukan beberapa sifat yang berhubungan dengan efektivitas kepemimpinan. Sifat-sifat tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini (Muin, 2010) Karakteristik Fisik
Kepribadian
Karakteristik Sosial
Aktivitas
Kewaspadaan
Kemampuan kerja sama
Energi
Kreativitas
Popularitas dan kewajiban
8
Dinamis
Integrasi Pribadi
Partisipasi sosial, diplomasi
Latar belakang sosial
Kepercayaan diri
Keterampilan interpersonal
Mobilitas
Memiliki Etika
Kecerdasan kemampuan
Karakteristik dunia kerja
Pengetahuan
Motivasi Berprestasi
Pertimbangan
Keinginan untuk kesempurnaan
Kelancaran berbicara
Sikap bertanggung jawab Orientasi tugas
Penilitian terbaru tentang pendekatan sifat ini menghasilkan karakteristik baru yang dianggap mampu mendorong pemimpin menjadi seorang pemimpin yang efektif, seperti sifat keterampilan administratif, kemandirian, dan sikap agresif dalam persaingan. Menurut Stogdill, sifat-sifat tertentu efektif di dalam situasi tertentu, dan ada pula sifat-sifat tertentu yang berkembang akibat pengaruh situasi organisasi. Sebagai contoh, sifat kreativitas akan berkembang jika seorang pemimpin berada di dalam organisasi yang birokratis. (Muin, 2010). Yang dimaksud dengan birokratis adalah organisasi tersebut cenderung lamban dan statis. Beberapa tahun kemudian, beberapa hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa ada sejumlah sifat yang terbukti gagal menunjukkan karakter pemimpin yang efektif. Hal itu menjadi salah satu faktor yang menjadi penyebab adalah situasi yang berbeda. Untuk itu, Stogdill melakukan pengkajian lebih lanjut. Penelitian tidak hanya menekankan pada karakter pemimpin dan non pemimpin, tetapi juga
9
mempertimbangkan faktor situasi. Karakteristik pemimpin yang efektif dibagi menjadi tiga kategori. a. Pemimpin dievaluasi berkaitan dengan performansi nyata pada unit-unit organisasi. Ada sejumlah sifat yang memiliki korelasi (hubungan timbal balik) tinggi dengan kinerja organisasi. b. Keefektivan pemimpin dievaluasi dari bawahan, supervisor, dan diri sendiri. Sifat-sifat apa yang penting untuk menunjukkan pemimpin yang efektif. c. Ditinjau dari penilaian performansi yang rendah, yakni yang gagal dalam promosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat sombong, tidak jujur, menyendiri, emosi tidak stabil, eksploitasi, pengawasan berlebihan, dan tidak
mampu
mengambil
keputusan
merupakan
sifat-sifat
yang
menunjukkan pemimpin tidak efektif. (Wiyono, 2013) Pada perkembangan selanjutnya, Stogdill dan Bass mengklasifikasikan faktor-faktor personal yang berhubungan dengan kepemimpinan dengan 5 kategori, yaitu: a. Surgency, berkaitan dengan kemampuan sosial dan ketegasan. b. Agreeableness, mengacu pada kemampuan kerja sama, kehangatan, dan simpatik. c. Conscientiousnes, mengacu pada kegigihan, kerja keras, dan tanggung jawab. d. Emotional stability, berkaitan dengan ketenangan, kesabaran, kemantapan, dan kepercayaan diri. e. Intellectence, mengacu pada kemampuan imajinatif, berbudaya, berpikiran luas, dan memiliki keingintahuan yang tinggi. (Wiyono, 2013) Stogdill juga menyimpulkan bahwa teori sifat terlalu sederhana dan hasilnya membingungkan. Hal ini didukung oleh Mann (1950) dalam Mustiningsih (2013) yang mereview 125 studi kepemimpinan dengan 750 temuan tentang sifat-sifat pribadi pemimpin yang menghasilkan kesimpulan yang sama. Banyak sifat yang dipilah secara tentatif (masih dapat berubah) dianggap krusial (genting) dalam suatu kajian menjadi tidak penting pada kajian yang lain. Jadi ada pandangan kelompok bahwa pemimpin yang efektif adalah yang tegas dan agresif, sementara 10
pada pandangan kelompok lain yang reflektif dan diplomatis. Studi ini juga ada keterbatasan, dimana hubungan antar beberapa sifat pribadi dibedakan berdasarkan tipe teknik pengukuran yang digunakan. Generasi kedua studi tentang teori sifat yang dilakukan Stogdill tahun 1970an menghasilkan temuan yang lebih konsisten. Ia mereview 163 studi sifat baru yang menyimpulkan bahwa pemimpin memiliki karakteristik sifat: a. Diwarnai oleh dorongan yang kuat untuk bertanggungjawab dan menyelesaikan tugas-tugas. b. Kekuatan dan ketekunan mencapai tujuan. c. Keberanian dan originalitas dalam menyelesaikan masalah d. Dorongan berinisiatif dalam situasi sosial. e. Percaya diri dan adanya rasa identitas pribadi. f. Keinginan menerima konsekuensi atas keputusan dan tindakan yang dilakukan. g. Kesiapan menerima tekanan antar pribadi. h. Keinginan bertoleransi dengan frustasi dan keterlambatan. i. Kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. j. Kapasitas untuk menstruktur sistem interaksi untuk mencapai tujuan.
Asumsi teori sifat adalah pemimpin bersumber dari lahir bukan dibuat. Dengan demikian seseorang bisa menjadi pemimpin karena dari lahir telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan, dan kadang dikembangkan melalui lingkungan dan pendidikan.
E. Sifat yang Berpengaruh pada Keberhasilan Kepemimpinan Keith Devis dalam Mustiningsih (2013) merumuskan empat sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain:
11
1. Kecerdasan Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan tinggi diatas rata-rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan tinggi. 2. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial Umumnya didalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya. 3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif, dan efisien. 4. Sikap hubungan kemanusiaan Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya. Machiavelli terkenal dengan nasihatnya mengenai kebijaksanaan yang harus dimiliki oleh seorang Perdana Menteri, antara lain harus mempunyai keahlian dalam: a. Upacara-upacara ritual kebaktian keagamaan; b. Peraturan dan perundang-undangan; c. Pemindahan dan pengangkutan; d. Pemberian honorium/pembayaran dan kepangkatan; e. Upacara-upacara dan adat kebiasaan; f. Pemindahan pegawai untuk menghindarkan kegagalan; g. Bertani dan pekerjaan lainnya. Fisipuh (2011) dalam Mustiningsih (2013) Empu Prapanca dengan bukunya yang terkenal yaitu Negara Kertagama menyebut 15 sifat yang baik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu: a. Wijana, sikap bijaksana;
12
b. Maniri wira, sebagai pembela negara sejati; c. Wicaksaning naya, bijaksana dalam arti melihat masa lalu, kemampuan analisa, mengambil keputusan dengan cepat dan tepat; d. Matanggwan, mendapat kepercayaan yang tinggi dari yang dipimpinnya; e. Satya bakti hanprabu, setia dan berbakti kepada atasan (loyalitas); f. Wakjana, pandai berpidato dan berdiplomasi; g. Sajjawopasama, tidak sombong, rendah hati, manusiawi; h. Dhirrottsaha, bersifat rajin, sungguh-sungguh, kreatif, dan penuh inisiatif; i. Tan-lalana, bersifat gembira, periang; j. Disyacitra, jujur dan terbuka; k. Tancatrisan, tidak egois; l. Masihi samastha bhuwana, bersifat penyayang, cinta alam. m. Ginong pratidina, tekun menegakkan kebenaran; n. Sumantri, sebagai abdi negara yang baik. o. Ansyaken musuh, mampu mengalahkan lawan. Fisipuh (2011) dalam Mustiningsih (2013) Ronggowarsito menyebutkan seorang pemimpin harus memiliki astabrata, yakni delapan sifat unggul yang dikaitkan dengan sifat alam seperti tanah, api, angin,
angkasa,
bulan,
matahari,
bintang.
(Shella,
2011;
Community.siutao.com,2011; dalam Mustiningsih, 2013). Hampir sama dengan Ronggowarsito, ajaran Hasta Brata yang terdapat dalam kitab Ramayana berisi delapan pedoman berisi sifat-sifat positif sebagai filosofi bagi setiap pemimpin, yaitu: 1. Sifat matahari (surya) yakni:
Menerangi dunia dan memberi kehidupan pada semua makhluk;
Menjadi penerang seluruh rakyat;
Jujur dan rajin bekerja sehingga negara aman dan sentosa.
2. Sifat bulan (candra) meliputi:
Memberi penerangan terhadap rakyat yang sedang dalam kegelapan (kesulitan);
13
Menerangkan perasaan dan melindungi rakyat sehingga terasa tentram untuk menjalankan tugas masing-masing.
3. Sifat bintang (kartika) yaitu:
Menjadi pusat pandangan sumber susila dan budaya, dan menjadi suri tauladan.
4. Sifat awan ditandai dengan:
Dapat menciptakan kewibawaan;
Tindakan mendorong agar rakyat tetap taat.
5. Sifat bumi meliputi:
Ucapan sederhana;
Teguh dan kokoh pendiriannya.
6. Sifat samudera, cirinya:
Mempunyai pandangan yang luas;
Membuat masyarakat seiya sekata.
7. Sifat api (agni) yaitu:
Menghukum siapa saja yang bersalah tanpa pandang bulu
8. Sifat angin (bayu) yaitu:
Terbuka dan tidak ragu-ragu terhadap semua masalah;
Bersikap adil terhadap siapapun. (Fisipuh, 2011, dalam Mustiningsih, 2013)
Elqorni (2008) dalam Mustiningsih (2013) mengemukakan bahwa dari sisi teori
kepemimpinan,
pada
dasarnya
teori-teori
kepemimpinan
mencoba
menerangkan dua hal yaitu, faktor-faktor yang terlibat dalam pemunculan kepemimpinan dan sifat dasar dari kepemimpinan. Penelitian tentang dua masalah ini lebih memuaskan daripada teorinya itu sendiri. Dari penelusuran literatur tentang kepemimpinan, teori kepemimpinan banyak dipengaruhi oleh penelitian Galton (1879) tentang latar belakang dari orang-orang terkemuka yang mencoba menerangkan kepemimpinan berdasarkan warisan. Beberapa penelitian lanjutan, mengemukakan individu-individu dalam setiap masyarakat memiliki tingkatan yang berbeda dalam inteligensi, energi, dan kekuatan moral serta mereka selalu dipimpin oleh individu yang benar-benar superior.
14
BAB III KAJIAN EMPIRIS
1. Pemimpin yang Baik Menurut Prof. Hendyat Soetopo, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki kemampuan kepribadian dan penguasaan ofisial dibidang kepemimpinan. Yang dimaksud dengan ofisial misalnya menguasai tugas, deskrip, pekerjaan yang dimiliki, dan pemahaman pada anak buah. Selain itu, pemimpin juga harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik, karena sifat kepemimpinan tersebut merupakan sebuah kepribadian. Sifat-sifat pemimpin yang dibutuhkan misalnya: a. Kreatif, pemimpin mampu berfikir kreatif terhadap apa yang dikerjakannya, kreatif dalam peemecahan masalah. b. Futuristik, maksudnya adalah pemimpin tersebut mampu melihat jauh ke depan, atau bisa dikatakan memiliki pemikiran yang panjang. c. Tangguh, pemimpin harus tangguh dalam menghadapi apapun. d. Sumeh, atau dapat dikatakan sebagai ramah. Umumnya sifat yang seperti ini sangat disukai oleh anak buah. e. Humoris, pemimpin yang humoris akan mudah bergaul dengan anak buahnya. f. Dapat bekerja sama dengan baik, dengan begitu antara pemimpin dengan anak buah akan menghasilkan pekerjaan yang maksimal. g. Dermawan, dermawan bukan berarti hanya di lingkup finansial, tetapi dermawan bisa saja mudah memberi nasihat, memberi pengarahan, h. dan lain-lain. Tentu saja selain sifat-sifat diatas masih banyak lagi sifat yang dibutuhkan sebagai pemimpin yang baik. Seperti berikut ini: a. Tegas b. Berani
15
c. Terbuka d. Perhatian terhadap bawahan ataupun pekerjaan e. Komunikatif f. Semangat yang tinggi g. Tanggung jawab h. Jujur i. Bijaksana j. Mudah memberi pengaruh terhadap bawahan k. Memiliki wawasan yang luas l. Rendah hati m. Mengayomi n. Disiplin tinggi o. Adil dalam hal apapun dan pada siapapun p. Sabar, dan lain-lain. Selain mempunyai sifat yang baik, seorang pemimpin tentu saja memiliki sifat yang biasanya kurang disukai oleh bawahannya. Seperti otoriter, temperamental, egois, kurang peduli, suka melanggar aturan, kasar, pilih kasih, kurang komunikatif, kurang tegas, tidak kompeten, tertutup, tidak konsisten, mencampuri urusan orang lain, kurang bijaksana, kurang serius dalam menghadapi masalah, kurang cekatan (lamban), tidak berwibawa, dan masih banyak yang lainnya. Sifat-sifat seperti harusnya dihindari agar menjadi pemimpin yang baik dan mampu dijadikan teladan bagi anak buahnya.
2. Masalah yang Dihadapi Masalah yang biasa dihadapi oleh seorang pemimpin biasanya sulitnya seorang pemimpin untuk mengambil suatu keputusan. Kadang seorang pemimpin terpengaruhi pikirannya oleh beberapa hal seperti faktor lingkungan luar, biaya dan waktu dari suatu keputusan atau tindakan, kekuatan budaya yang dominan, dan yang paling penting yaitu pengaruh masyarakat dan sosial. Tak jarang seorang pemimpin mengambil keputusan yang membuat beberapa pihak merasa dirugikan. Contohnya, ketika seorang kepala sekolah 16
mengambil keputusan tentang pemberian tambahan belajar di sekolah. Guru-guru di suatu sekolah tentu mampu untuk memberikan tambahan pelajaran bagi peserta didik. Namun karena kepala sekolah terhasut oleh pembicaraan di sekitar sekolah yang mengatakan bimbingan belajar ini bagus, maka kepala sekolah memutuskan menggunakan bimbingan belajar itu tanpa memanfaatkan sumber daya manusia yang sudah ada di sekolah. Selain itu, menurut Prof. Hendyat Soetopo, masalah yang dihadapi pemimpin beragam, ada masalah tugas, pribadi, dan sosial. a. Masalah Tugas Adalah masalah yang berhubungan dengan tugas yang diberikan pada suatu lembaga. Contohnya seperti Penerimaan Peserta Didik Baru di sebuah sekolah yang harusnya sudah selesai tetapi waktunya menjadi diperpanjang karena suatu masalah. b. Masalah Pribadi Adalah masalah yang terjadi antara pemimpin dengan bawahan. Contohnya berhadapan dengan bawahan yang rajin dan kurang rajin. Yang kurang rajin terkesan lamban dalam mengerjakan tugas, disitulah terkadang seorang pemimpin merasa bahwa kinerja bawahannya kurang maksimal, maka pemimpin diuji ketegasannya dalam mengambil sikap. c. Masalah sosial Adalah masalah yang timbul diantara para personil. Contohnya hubungan personil satu dengan lainnya kurang harmonis, tugas pemimpin
adalah
bagaimana
mempersatukan
bawahan
yang
mengalami masalah tersebut.
3. Upaya Penanganan Masalah (Solusi) Setiap hal pasti memiliki masalah. Baik masalah yang berasal dari dalam maupun dari luar. Tentu saja sebuah masalah tidak boleh dibiarkan begitu saja, masalah tersebut harus diselesaikan secepatnya.. Masalah tersebut tergantung pada
17
pemimpin untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang ragu-ragu di dalam mengambil keputusannya pun akan ragu-ragu pula dalam memimpin. Proses pengambilan keputusan dapat dimulai pada saat seorang pimpinan menyadari adanya suatu masalah yang perlu dipecahkan dan diselesaikan. Pada saat ia menggerakkan bawahannya untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil, problematika tersebut harus diselesaikan dengan cepat, tepat, cermat, dan bijaksana. Dalam mengatasi masalah di atas, pemimpin dapat memecahkan dengan tindakan sebagai berikut. a. Menganalisis organisasi atau kelompok yang dipimpinnya Menganalisis kebutuhan yang dibutuhkan oleh sekolah dalam penggunaan sumber daya manusia yang ada (pendidik) atau bimbingan belajar dalam tambahan pelajaran. b. Membina struktur organisasi Merapatkan dengan dewan pendidik manakah yang lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan kualitas peserta didik melalui tambahan pelajaran. c. Mengambil inisiatif Menggunakan intuisi yang dimiliki untuk menghasilkan terobosanterobosan yang tidak merugikan salah satu pihak. d. Mencapai tujuan organisasi Harus mengingat kembali, tujuan adanya tambahan pelajaran itu apa. Agar hal tersebut dapat tepat guna dan tepat sasaran. e. Menciptakan kekompakan Jika menggunakan sumber daya manusia yang ada (pendidik), maka kekompakan yang ada disekolah tersebut bisa dimunculkan ataupun ditingkatkan. Sehingga dalam pelaksanaannya bisa berjalan dengan lancar tanpa ada suatu kekurangan apapun.
18
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentu dan pencapaian tujuan. Kepemimpinan Pendidikan adalah kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Teori sifat mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Stogdill dan Bass mengklasifikasikan
faktor-faktor
personal
yang
berhubungan
dengan
kepemimpinan dengan 5 kategori, yaitu: (1) Surgency; (2) Agreeableness; (3) Conscientiousnes; (4) Emotional stability; (5) Intellectence. Sifat yang Berpengaruh pada Keberhasilan Kepemimpinan menurut Keith Devis dalam Mustiningsih (2013) merumuskan empat sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain: (1) Kecerdasan; (2) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial; (3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi; (4) Sikap hubungan kemanusiaan.
B. Saran Menurut kelompok kami, sebagai seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat yang baik dan banyak disukai oleh para anggota atau bawahannya. Karena jika pemimpinnya baik, walaupun anggotanya kurang baik maka akan mencapai keberhasilan. Tetapi tidak demikian dengan anggota yang semua baik tetapi pemimpinnya kurang baik, maka tujuan akan sulit tercapai.
19
DAFTAR RUJUKAN
Makawimbang, J. H. 2012. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: Alfabeta. Muin, A. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Pamekasan: Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmiah. Mustiningsih. 2013. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Wiyono, B. B. 2013. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (Konsep, Pengukuran, dan Pengembangannya). Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Sudrajat, A. 2008. Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Online), (https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/18/profesionalismekepemimpinan-kepala-sekolah/), diakses 30 Agustus 2015.
20