Pemberian Liner dan Basis
Pada restorasi resin komposit, perlu diaplikasikan basis atau liner karena sifat dari resin itu sendiri yang iritan terhadap pulpa sehingga perlu adanya perlindungan, sehingga bahan restorasi resin komposit ini tidak langsung l angsung terkena struktur gigi. Bahan basis atau liner yang biasa digunakan adalah kalsium hidroksida, terutama karies yang hampir mencapai pulpa, karena sifatnya yang mampu merangsang pembentukan sekunder. Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) sebagai liner berbentuk suspense dalam liquid organic seperti methyl ethyl ketone atau ether alcohol atau dapat juga dalam larutan encer seperti methyl cellusose yang berfungi sebagai bahan pengental. Liner ini diaplikasikan dalam konsistensi encer yang mengalir sehingga mudah di aplikasikan ke permukaan dentin.Selain liner, perlindungan dapat berupa basis. Basis yang dapat digunakan adalah basis dari kalsium hidroksida, semen ionomer kaca, dan seng fosfat. Kalsium hidroksida sebagai basis mempunyai kekuatan tensile dan kompresi yang rendah di bandingkan dengan basis dengan kekuatan dan rigiditas yang tinggi. Karena itulah, kalsium hidroksida tidak di peruntukkan untuk menahan menahan kekuatan mekanik yang besar, biasanya jika digunakan untuk memberikan tahanan terhadap tekanan mekanik, harus didukung oleh dentin yang kuat. Untuk pemberian perlindungan terhadap termis, ketebalan yang di anjurkan tidak lebih dari 0,5 mm. keuntungan dari penggunaan penggunaan kalsium hidroksida adalah sifat terapeutiknya yang mampu merangsang dentin sekunder. Setelah itu dilakukan irigasi dan selanjutnya kavitas di keringkan.
Dental M ateri ateri als Prope Properti es And M anipulation . London : CV. Craig, Robert, dkk. 1979. Dental
Mosby Company.
TIPE-TIPE PREPARASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT BEVELED CONVENTIONAL TOOTH PREPARATION Preparasi gigi dengan menggunakan bevel mirip dengan preparasi gigi bentuk konvensional dengan bentuk outline seperti box, tetapi pada margin enamel dibentuk bevel pada margin enamel. Preparasi ini dapat dibentuk dan disempurnakan dengan menggunakan diamond atau stone bur. Preparasi beveled conventional ini didesain untuk suatu gigi dimana gigi tersebut sudah direstorasi (biasanya restorasi amalgam), tetapi restorasi tersebut akan diganti dengan menggunakan resin komposit. Preparasi dengan desain ini lebih cocok digunakan pada kavitas klas III, IV, dan V. Keuntungan dari bevel pada margin enamel untuk restorasi resin komposit adalah perlekatan resin pada enamel rods menjadi lebih baik. Selain itu, keuntungan lain adalah ikatan antara resin dengan email menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi, mengurangi marginal leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada bagian marginal. Bevel pada bagian cavosurface dapat membuat restorasi tampak lebih menyatu dengan struktur gigi sehingga tampak lebih estetik. Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel ini biasanya tidak ditempatkan pada permukaan oklusal gig posterior atau permukaan lain yang berkontak tinggi karena pada preparasi konvensional sudah didesain sedemikian rupa dimana perlekatannya memanfaatkan enamel rods pada permukaan oklusal. Bevel juga tidak ditempatkan pada bagian proksimal jika penggunaan bevel ini akan memperluas cavosurface margin. Preparasi bevel conventional jarang digunakan untuk restorasi resin komposit pada gigi posterior. CONVENSIONAL TOOTH PREPARATION Preparasi gigi konvensional dengan menggunakan resin komposit pada dasarnya sama seperti preparasi menggunakan tumpatan amalgam. Bentuk outline diperlukan untuk perluasan dinding eksternal memerlukan batasan yang benar, bentuk yang sama, kedalaman dentin, membentuk dinding menjadi sebuah sudut 90 derajat dengan restorasi materialnya. Pada preparasi gigi konvensional dengan amalgam, bentuk konfigurasi marginal, retensi groove, dan perlekatan dentin mempunyai ciri-ciri berbeda. Desain preparasi ini digunakan secara ekstensif pada restorasi amalgam dan komposit masa lampau, dan desain ini bisa digabungkan ketika penggantian restorasi menjadi salah satu indikasinya. Kegunaan preparasi konvensional sebelumnya tidak hanya dibatasi pada preparasi permukaan akar saja, namun bisa juga menjadi desain untuk kelas 3, 4 dan 5. Indikasi utama untuk preparasi konvensional menggunakan restorasi komposit adalah (1) preparasi terletak pada permukaan akar, (2) restorasi kelas 1 dan 2 sedang sampai besar. Pada area akar desain preparasi kelas 1 ini akan memberikan bentuk preparasi yang baik karena ada retensi groovenya. Desain ini memberikan perlindungan yang baik antara komposit dan permukaan dentin atau sementum dan memberikan retensi pada material komposit di dalam gigi. Pada restorasi komposit kelas 1 dan 2 yang sedang sampai besar, dibutuhkan bentuk resistensi yang cukup, seperti pada desain preparasi konvensional menggunakan amalgam. Bur inverted cone ataupun bur karbid dibutuhkan untuk preparasi gigi, menghasilkan desain preparasi yang sama seperti pada preparasi amalgam, tetapi luasnya lebih kecil, perluasannya lebih sedikit, dan tanpa preparasi retensi sekunder. Bur inverted cone akan membuat hasil preparasi yang kasar bila menggunakan diamond dan menggunakan bentuk desain konservatif dari ekstensi oklusal fasiolingual. Bentuk marginal butt joint antara gigi dan komposit tidak dibutuhkan (dengan amalgam wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada area tepi dari preparasi bisa lebih dari 90 derajat. Sudut oklusal cavosurface tumpul, sehingga masih belum dapat membentuk dinding yang konvergen. Penggunaan bur diamond menghasilkan permukaan yang kasar, peningkatan area kontak, dan peningkatan retensi potensial, namun dapat menghasil menghasilkan smear layer yang lumayan tebal. Efek ini menyebabkan perlunya peningkatan agitasi dari primer ketika dilakukan bonding pada area yang kasar. Sistem self -etching bonding bisa menyebabkan terjadinya efek negative pada smear layer, karena asam yang dikandung semakin sedikit. Penggunaan istrumen putar tergantung keinginan operator, yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilannya. Karena persamaan preparasi konvensional kelas 1 dan 2 pada amalgam dan restorasi komposit, banyak operator lebihmenggunakan restorasi komposit ketika melakukan preparasi kelas 1 dan 2 pada kavitas posterior yang besar, atau untuk membentuk kavitas yang lebih kecil. Karena pentingnya bentuk struktur gigi maka restorasi komposit kelas 1 dan 2 konvensional harus dilakukan dengan sesedikit mungkin perluasan fasiolingual dan harus diperluas sampai area pit dan fisur pada permukaan oklusal ketika sealant diperlukan.
MODIFIED TOOTH PREPARATION Teknik preparasi ini tidak mempunyai spesifikasi bentuk dinding maupun kedalaman pulpa atau aksial, yang utama adalah mempunyai enamel margin. Perbedaan yang mencolok antara teknik preparasi konvensional dan modified adalah bahwa preparasi modified ini tidak dipreparasi hingga kedalaman dentin. Perluasan margin dan kedalaman pada teknik ini diperoleh dengan melebarkan (ke arah lateral) dan kedalaman dari lesi karies atau kerusakan yang lain. Tujuan disain preparasi ini adalah untuk membuang kerusakan sekonservatif mungkin dan untuk mengandalkan ikatan komposit pada struktur gigi untuk mempertahankan restorasi di dalam mulut. Round burs atau diamond stone dapat digunakan untuk jenis preparasi ini, yang akan menghasilkan disain marginal yang serupa dengan beveled preparation, struktur gigi yang dibuang sedikit.
Read more: http://adifkgugm.blogspot.com/2013/07/restorasi-resin-komposit-kavitas-kelasi.html#ixzz3FSXtWptn Under Creative Commons License: Attribution
2.3 Teknik Preparasi 2.3.1 Preparasi Klas III
Bentuk regangan. Sebelum melakukan instrumentasi keputusan harus dibuat mengenai arah yang tepat untuk memasukkan bahan restorasi. Selagi masih mungkin, akan lebih baik membuat preparasi dari bagian lingual, karena hal ini akan mempertahankan bagian labiah gigi. Jika bagian labial dapat dibiarkan utuh nilai estetiknya akan lebih baik. Sebagai contoh, pada lesi sedang di daerah interproksimal, penetrasi dimulai dari permukaan lingual. Henpis kecepatan tinggi dengan bur No. 1/2., 1 atau 330 digunakan untuk membuat sebagian besar preparasi. Ukuran bur yang digunakan disesuaikan dengan ukuran gigi yang sebenarnya dan ukuran preparasi yang akan dibuat. Penetrasi dari lingual harus dilakukan sedemikian rupa agar tidak mengenai gigi tetangganya (Baum, 1997). Dinding aksial terletak 0,5 mm dari email ke dalam dentin dan variasi dari ini akan ditentukan oleh kedalaman dan perluasan karies. Selagi masih mungkin, dinding aksial diletakkan pada kedalaman yang ideal, dan setiap penetrasi karies di bawah daerah ini disingkirkan tanpa melibatkan seluruh dinding aksial. Biasanya tidak ada kontak pada gingiva dengan gigi tetangga, yang mempermudah prosedur restorasi ini (Baum, 1997). Regangan labial biasanya melibatkan bagian labial dari titik kontak, sehingga tepi labial berada pada embarsur labial. Perluasan ke arah gingiva dipengaruhi oleh keharusan menghilangkan semua email dan dentin yang rusak dengan tetap mempertahankan jumlah email yang mendapat cukup dukungan dari dentin. Tepi email harus bebas dari semua bahan dekalsifikasi, jika tidak, tepi restorasi akan cepat rusak. Email yang lemah akan menjadi sumber kerusakan (Baum, 1997). Penyelesaian regangan preparasi klas III tidak tepat sama dengan tipe preparasi yang lain. Biasanya bentuk regangann lebial, insisal, dan gingival adalah membulat atau melengkung dan bentuk ini bisa dibuat dengan bur bulat (Baum, 1997). 2.3.1.2 Resistance dan Retention Form
Dinding aksial pulpa dibuat pada dentin, sebagaimana yang didiskusikan pada “bentuk regangan”, jika karies meluas melebihi batas tersebut, harus disingkirkan dengan menggunakan bur yang berputar dengan kecepatan rendah atau dengan eskavator genggam. Ukuran bur bervariasi antara No. 1 dan No. 4, tergantung besarnya lesi. Bur yang besar
digunakan karena alat ini efektif dalam menyingkirkan dentin karies dan secara bersamaan mengurangi resiko perforasi pulpa tanpa sengaja (Baum, 1997). Jika ekskavator genggam digunakan, alat yang dipilih ukurannya harus besar, meskipun untuk gigi anterior sering dipilih ekskavator yang kecil. Materi-materi karies disingkirkan sampai ke dinding dentin yang karies, ini dapat ditentukan berdasarkan rupa dan tekstur permukaan. Idelanya, tepi email didukung dentin. Kadang-kadang harus dilakukan kompromi untuk menghindari preparasi yang terlalu besar, yang membuat email tidak didukung oleh dentin sepenuhnya. Tapi itu hanya bisa dilakukan bila email nyata-nyata bebas dari tekanan oklusal (Baum, 1997). Retensi yang biasa digunakan adalah berupa alur yang dangkal, yang dibuat menyilang dinding gingiva dari lebial ke lingual. Alur dibuat dengan bur bulat No. ½ atau No. 1 dengan kecepatan rendah. Kedalaman alur ini minimal. Kadang-kadang retansi terjadi terutama ke arah ujung labial dan lingual dari dinding gingiva, dengan alur penghubunga yang lebih dangkal bila dibandingkan dengan sumber retansi utama. Bur yang sama digunakan untuk membentuk daerah retensi pada bagian insisal. Meskipun demikian, retensi yang dibuat dengan etsa asam akan mengurangi perlunya pembuatan retensi mekanis (Baum, 1997). 2.3.1.2 Bevel
Penelitian yang baru mengindikasikan preparasi dengan bevel jauh lebih resisten terhadap kebocoran mikro dibandingkan dengan tanpa bevel bila etsa asam digunakan. Bevel memungkinkan asam mengenai batang email pada sudut yang tepat untuk memperoleh efek yang maksimal. Oleh karena itu, semua preparasi yang akan dietsa asam harus dibevel pada tepi emailnya. Hal ini akan memperbaiki kapasitas retensi dari preparasi dan mencegah terjadinya pewarnaan di daerah tepi (Baum, 1997). Bila mungkin, dianjurkan membuat bevel email selebar 0,2-0,5 mm sebagai tahap akhir preparasi. Bevel ini dibuat dengan menggunakan pengasah tepi, pembentuk sudut jeffery, atau bila aksesnya memungkinkan dapat digunakan bur pengakhir email yang berbentuk nyala api (No. 7901 atau 242) dengan kecepatan rendah atau sedang. Lebar bevel dibatasi untuk menghindari kesulitan dalam menyelesaikan restorasi resin, karena bila tepinya tidak jelas ini akan bisa menyebabkan penyelesaian yang berlebih atau kurang (Baum, 1997).
2.3.2 Preparasi Klas IV
Restorasi klas IV dibutuhkan bila kecelakaan atau karies yang luas merusak atau memperlemah sudut insisal. Ini lebih sulit untuk memberikan retensi mekanis yang dinginkan bila bagian insisal gigi hilang. Juga nilai estetis atau kesesuaian warna menjadi lebih kritis karena ukuran restorasi. Karena lokasinya, perubahan warna pada restorasi klas IV bisa dideteksi dengan mudah. Jika daerah insisal yang terlibat sedikit, preparasi yang sama seperti yang digunakan pada klas III cukup baik dan variasinya hanya pada pelebaran retensi insisal (Baum, 1997). Keberhasilan banyak restorasi klas IV tergantung pada perolehan retensi yang lain daripada yang ditemukan di dalam preparasi kavitas itu sendiri. Satu cara untuk mendapatkannya adalah dengan menggunakan teknik etsa asam, yang lain adalah menggunakan pin untuk mendukung restorasi. Penggunaan pin untuk resin anterior telah banyak ditinggalkan dengan digunakannya teknik etsa asam yang bisa memberikan tingkat stabilitas yang tinggi pada jenis restorasi ini. Bila pin digunakan, pin berfungsi sebagai tambahan pada bentuk retensi yang terdapat di dalam preparasi. Sistem pin yang dianjurkan adalah pin ulir TMS. Keuntungan sistem ini adalah tersedia pin dengan diameter yang bervariasi 0,13 hingga 0,031 inci. Satu dua pin ditempatkan pada dinding gingiva, tergantung kebutuhannya. Jika digunakan 2 pin, pin-pin tersebut dipisah, di labial dengan lingual sejauh mungkin. Pada saatnya itu akan lebih menguntungkan memasang pin pada daerah insisal, tetapi bila menimbulkan masalah dengan proses preparasi dan penempatan restorasi, pin sebaiknya jangan digunakan (Baum, 1997).
2.3.3 Preparasi Klas V
Regangan. Isolasi kerja merupakan prosedur yang paling penting dilakukan untuk lesi klas V. Vesibilitas dan kontrol terhadap kondisi basah (saliva) harus diutamakan ketika melakukan restorasi gigi estetis. Setelah memasang isolator karet, klem No. 212 digunakan untuk mengisolasi lesi terhadap proses preparasi kavitas dan penempatan restorasi (Baum, 1997).
Bentuk regangan restorasi klas V tidaklah seragam, tetapi bervariasi tergantung karies atau tingkat dekalsifikasi yang terjadi. Bila jaringan yang rusak telah disingkirkan dan tepinya berada pada email yang baik, regangan biasanya persegi panjang dengan sudut yang membulat, uvoid atau berbentuk ginjal. Bur No. 256 atau 330 dengan kecepatan tinggi dipergunakan untuk membentuk regangan tersebut. Mudah terjadi pengambilan yang berlebihan sewaktu preparasi karena gigi berukuran kecil, jadi bur No. 256 harus digunakan dengan kecepatan rendah. Biasanya, dinding aksial akan berada pada kedalaman 1,5 mm dari permukaan gigi (Baum, 1997). Retensi dibuat pada oklusal atau insisal dan dinding gingiva di pertautan dengan dinding aksial, menggunakan bur No. ¼ atau ½. Tidak boleh ada undercut pada dinding mesial dan distal. Kedalaman retensi dibentuk menggunakan diameter bur, dan tidak akan melebihi diameter bur bahkan dalam beberapa hal malah bisa kurang. Sebuah pahat bulan sabit atau Wedelstaedt digunakan untuk menghaluskan dinding dan tepi email (Baum, 1997). Dengan alasan ayang sama seperti pada preparasi Klas III, preparasi ini juga dibevel. Bevel dibuat pada seluruh bagian preparasi yang dikelilingi email tapi tidak dibuat pada preparasi yang berakhir di sementum. Bevel dibentuk dengan instrumen genggam sepperti pahat Wedelstaedt No. 15 atau but pengakhir email No. 7901 atau 242 (Baum, 1997).
Baum, L dkk. 1997 . Buju Aj ar I lmu K onservasi Gi gi . ahli bahasa, Rasinta Tarigan. Edisi 3. Jakrata : EGC.
TAHAPAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT 1. Seleksi warna. Sebelum isolator karet dipasang, warna bahan tambalan yang digunakan harus ditentukan. Bila gigi dikeringkan warnanya akan berbeda, dan kemungkinan besar warna yang dipilih ketika gigi dalam keadaan kering akan sama sekali tidak serasi dengan warna gigi dalam keadaan basah (Baum, 1997). Pemilihan warna merupakan pertimbangan yang penting karena banyak faktor-faktor yang akan mempengaruhi kualitas dari hasil akhir restorasi. Walau bagaimanapun, dokter gigi harus mempunyai pengetahuan tentang hue, saturasi dan value, serta amat bermanfaat sekiranya ia mempunyai pengetahuan tentang roda warna (Baum, 1997). Hue (corak) menerangkan warna sebenarnya dan membuat kita dapat membedakan satu warna dengan yang lainnya. Saturasi merupakan kualitas yang dapat membuat kita membedakan warna yang lemah dari warna yang kuat, dan disebut dengan intensitas warna. Value warna membuat kita memahami perbedaan warna dari yang terang ke warna yang lebih gelap (Baum, 1997). 2. Preparasi kavitas. Bentuk preparasi kavitas untuk bahan restorasi estetis umumnya sama, tidak tergantung dari bahan apa yang akan digunakan. Pertama-tama, semua jaringan karies harus dibuang. Preparasi yang sempurna harus mencakup email yang rapuh akibat dekalsifikasi. Preparasi harus memudahkan penempatan bahan restorasi dan penyelesaiannya (Baum, 1997). 3. Bevel. Penelitian yang baru mengindikasikan preparasi dengan bevel jauh lebih resisten terhadap kebocoran mikro dibandingkan dengan tanpa bevel bila etsa asam digunakan. Bevel memungkinkan asam mengenai batang email pada sudut yang tepat untuk memperoleh efek yang maksimal. Oleh karena itu, semua preparasi yang akan dietsa asam harus dibevel pada tepi emailnya. Hal ini akan memperbaiki kapasitas retensi dari preparasi dan menjaga terjadinya pewarnaan di bagian tepi (Baum, 1997). 4. Perlindungan Dentin dan Pulpa. Sebelum aplikasi etsa asam atau penempatan restorasi resin, dentin harus dilindungi dengan memberikan liner . Bila liner tidak diberikan, asam yang berfungsi sebagai etsa atau resin akan menyebabkan iritasi terhadap pulpa (Baum, 1997). 5. Prosedur Etsa Asam dan Bonding. Suatu tambalan yang bernilai untuk retensi dari sistem resin adalah teknik etsa atau demineralisasi email antara permukaan restorasi. Teknik tersebut sangat membantu pada restorasi klas IV (Baum, 1997). Keputusan untuk menggunakan etsa asam saja atau dalam kombinasi dengan preparasi didasarkan pada: a. Lokasi dan ukuran pulpa. Ini dapat mengurangi kegunaan beberapa bentuk preparasi, dengan pengecualian preparasi yang terbatas pada email (Baum, 1997). b. Terlibatnya daerah insisisal dan oklusal. Etsa asam sendiri tidak akan mampu mendukung restorasi yang menjadi subjek tekanan pengunyahan (Baum, 1997). 6. Penempatan Bahan Restorasi. Dianjurkan untuk semua jenis restorasi resin, baik itu akrilik nirpasi atau komposit, bahwa etsa asam harus dilakukan sebelum penumpatan bahan restorasi. Karena etsa asam tidak hanya digunakan sebagai retensi saja, tetapi juga dapat memberikan adaptasi tepi yang lebih baik dan bahkan mengurangi kebocoran mikro dan noda warna. Dalam preparasi kavitas yang dentinnya masih ada
dianjurkan untuk diberikan liner Kalsium Hidroksida atau Semen Ionomer Kaca diatas permukaan dentin karena semua bahan restorasi resin menimbulkan iritasi pulpa (Baum, 1997). 7. Penyelesaian Tambalan Resin. Penyelesaian atau pembentukan kontur amat mudah dilakukan dengan bur intan yang halus atau bur karbid biasanya dengan kecepatan sedang. Bur karbid lebih diutamakan karena memberikan permukaan yang lebih halus dibanding intan konvensional (Baum, 1997). Dapus: Baum, Lloyd. 1997. Buku ajar ilmu konservasi gigi. Ed: 3. Jakarta:EGC.