INITIAL STAGE Tahap 1 : Outline form and Initial depth Inisial stage : perluasan dan desain awal dinding eksternal preparasi sampai batas kedalaman tertentu (batas kedalaman karies) sehingga tahan terhadap fraktur gigi atau bahan restorasi karena gaya mastikasi serta mempertahankan bahan restorasi tetap pada gigi. outline form 1. definisi : mempersiapkan margin margin untuk di tempatkan tempatkan restorasi 2. Prinsip :
seluruh enamel yang rusak harus dihilangkan
seluruh kerusakan harus dihilangkan
semua margin harus dalam posisi tepat untuk hasil akhir restorasi yang baik
3. Features :
Menyediakan kekuatan cusp
Menyediakan kekuatan marginal ridge
Meminimalisir perluasan ke fasiolingual
Penggunaan enameloplasty
Membatasi kedalaman preparasi ke dentin
Langkah-langkah:
Melingkari bonjol dengan menggunakan pensil yang diameternya kecil
Menghilangkan seluruh pit dan fissure
Tepi kavitas berada pada daerah imun karies
Membuang jaringan sehat sesedikit mungkin
TEMAN”, SISANYA SAMA AJA KAYA YANG KITA TULIS DI KERTAS WAKTU ITU YANG DARI STUDERVANT(YANG ADA FEATURES DLL),INI TAMBAHANNYA AJA YA.
Oia,Aku ada bacaan buat preparasi amalgam kelas 1, d baca yaa :
1.Preparasi Tumapatn Amalgam Klas I Pertimbangan Umum Kavitas pada Klas I meliputi bagian pit dan fissure permukaan oklusal gigi. Tambalan amalgam Klas I yang besar bisa merestorasi permukaan okluasan email atau dentin yang hilang atau rusak pada proses karies. Tambalan amalgam akan sangat efektif , dan email di dekatnya bisa dipertahankan jika prinsip prinsip tertentuk diikuti dalam desain kavitas. Kedalaman kavitas dijaga keseragamannya dalam setiap gigi. Kedalamannya
biasanya terdapat di bawah tautan dentin-email (enamel-
dentin-junction) Preparasi Kavitas dibuat dengan menggunakan round bur diamond sampai kedalaman kira – kira 2 mm. Lalu kavitas diperluas ke luar ke semua alur (outline form) yang terjadi kerusakan. Outline Form dibuat dengan cara dibulatkan pada ujungnya, sbukan dibuat seperti ada sudut yang tajam. Kedalaman pembuatan kavitas dapat dengan mudah ditentukan bagi beberapa klinisi yang berpengalaman, namun bagi klinisi yang baru praktik, cara mengukur penembusan secara visual dapat dilakukan dengan cara menggunakan ‘alat’ pengukur, yaitu menandai tangkai bur dengan menggunakan tinta pena 2 atau 3 mm dari ujungnya. Axial wall dibuat sejajar sumbu gigi, pulpa wallnya juga datar serta halus. Berikut ini beberapa variasi outline form dan desain kavitas klas 1 untuk molar atas dan molar bawah.
Selanjutnya pulpa wall diratakan dengan bur konus terbalik. Axial wall pada lingual dari molar atas dan bagian fasial molar bawah juga diratakan, Dalam melakukan pengeburan dilakukan dengan hati – hati untuk tidak mengambil bagian bawah dinding secara berlebihan selama preparasi. Namun apabila karies telah meluas di bawah batas optimal dari kedalaman
dasar, pengangkatan karies dentin ditunda sampai kavitas disiapkan. Karies dentin dibuang dengan eskavator atau bur bulat. Initial Depth Menentukan kedalaman awal 0.2-0.8 mm mengarah ke pulpa pada DEJ.
Initial entry pada lesi: 0.2 mm ke dentin pada aspek oklusal
Initial entry pada lesi: 0.75-0.8 mm pada aspek servikal
Bur entry: sekitar 2/3 panjang bur dgn hubungannya pada dinding fasial dan lingual
Kedalaman ½ panjang bur pada aspek central fissure
(Bur yang digunakan: bur carbide 245 dan bur carbide 701) Kedalaman preparasi max 0.2 mm masuk kedalam dentin pada pit and fissure caries, dan 0.2-0.8 mm pada smooth surface caries. Cara mengetahui preparasi sudah mencapai
dentin adalah dari baunya yang khas.
.
Tahap 2 : Primary Resistance Form Definisi Bentuk dan penempatan dinding kavitas terbaik untuk memungkinkan restorasi dan gigi dapat bertahan , tidak fraktur terhadap gaya mastikasi yang sejajar sumbu panjang gigi. Dinding pulpa dan gingiva yang relatif datar disiapkan tegak lurus dengan sumbu panjang gigi untuk menahan kekuatan dalam sumbu panjang gigi dan mencegah fraktur gigi dari efek wedging (Gambar 6-29).
Gb 2-9 , dasar kavitas yang datar dapat mencegah terjadinya perpindahan restorasi dibandingkan dasar yang membulat
Prinsip (1) Box shape dengan dasar yang datar , yang membantu gigi menahan beban oklusal terhadap kekuatan-kekuatan pengunyahan yang diarahkan dalam sumbu panjang gigi, (2) untuk membatasi perpanjangan dinding eksternal (tetap sekecil mungkin), agar daerah cups dan ridge tetap kuat
(3) memiliki sedikit pembulatan (coving) garis sudut internal , untuk mengurangi konsentrasi tegangan dalam struktur gigi (4) cusp capping (protection) , untuk lesi karies yang besar agar cups tetap kuat dan proteksi karena stuktur giginya sudah melemah (5) Ketebalan yang cukup dari material restorasi , Amalgam 1,5 mm, logam cor 1-2 mm, porcelain 2 mm, komposit 1-2 mm (tergantung gigi) (6) Ikatan material dan struktur gigi yang tepat
Faktor. 1. Hubungan oklusal pada kedua restorasi dan struktur gigi yang tersisa, semakin besar kekuatan dan kontak oklusal semakin besar potensi untuk fraktur 2. Struktur gigi yang tersisa 3. Jenis bahan restorasi / material restorasi 4. Ikatan restorasi pada gigi Features 1. dasar relatif datar 2. Bentuk kotak 3. Pencantuman struktur gigi yang lemah 4. Pemeliharaan cusp dan marginal ridge 5 Sudut garis internal membulat 6. Ketebalan bahan restorasi yang memadai 7. pengurangan cups untuk capping jika di indikasikan
Tahap 3 : Primary Retention Form Pembuatan retensi pada preparasi adalah mencegah terlepasnya tumpatan dari kavitas pada saat mengunyah. Sebagian besar restorasi plastis kavitas dibuat lebih luas di bagian dalam daripada di permukaan dan hal ini dicapai dengan membuat dinding tegak konvergen (menyudut) ke oklusal. Biasanya bagian terlebar kavitas terletak pada pertautan email-dentin atau sedikit kedalam dentin. Melebarkan kavitas di bagian yang dalam akan mengakibatkan kerusakan pulpa yang tidak perlu bahkan menyebabkan pulpa terbuka. Jika kavitas harus membuka ke arah permukaan agar memudahkan masuknya tumpatan rigid, tumpatan emas tuang misalnya, maka retensi makin baik jika sudut keterbukaan dinding tegak makin kecil seluas mungkin.
Gambar 2.19. Kunci retensi oklusal dibuat dengan mengikuti sistem fisur
Pemilihan bahan restorasinya berpengaruh dalam retensi, sedangkan undercut mekanis umumnya dibuat pada sudut preparasi klas V. Untuk restorasi amalgam pada kavitas yang luas dapat di tambahkan pin untuk meningkatkan retensinya. Untuk restorasi amalgam, preparasi kelas I dan II melekat di dalam gigi dengan memperkuat dinding kavitas eksternal yang bertemu pada bidang oklusal. Untuk restorasi resin
komposit, pada preparasi kelas III dan IV, dinding eksternal bercabang ke arah luar untuk menghasilkan margin enamel yang kuat. Restorasi komposit melekat di dalam gigi oleh ikatan fisik, yang timbul antara material dengan gigi yang dietsa asam. Restorasi Glass Ionomer Cement (GIC) melekat di dalam gigi oleh ikatan kimiawi yang timbul antara material dan gigi yang dikondisikan. Macam-macam bentuk retensi: a.Undercut:di dinding buccal dan lingual b. Parallel grooves: digunakan untuk meningkatkan retensi cast gold restorations c. Dovetail : merupakan kavitas retensi yang melebar di daerah pinggirnya dan menyempit didaerah leher, tempat kavitas itu bersambung d engan kavitas utama. Kavitas ini memberikan retensi mekanik terhadap restorasi. e. Pin: biasanya dicadangkan untuk digunakan dalam preparasi kavitas yang luas f. Incisal lock: Bur yang digunakan: bur inverted cone.
Tahap 4:Convinience Form Definisi: Bentuk kavitas untuk memudaahkan observasi, akses, dan preparasi sekaligus restorasi gigi.
Terkadang, dibutuhkan periasan kavitas ke distal, mesial, fasial, atau lingual untuk memudahkan akses preparasi.
Kontraindikasi: bagian fasial gigi anterior karena alasan estetika.
Gold foil : membangun convenience point untuk kondesasi foil, dengan memperdalam, memperuncing, satu atau lebih point angle dari preparasi.
Yang umum dari aplikasi convenience point adalah area gingival dari kavitas proximal (untuk kondensasi foil)
Cast restoration: Perbedaan oklusal dari vertical (longitudinal) wall di kelas II Perluasan kavitas proksimal dibawah titik kontak.
FINAL STAGE Tahap 5 : Removal of Any Remaining Enamel Pit orFissure, Infected Dentin, and/\or Old Restorative Material if Indicated
Karies kecil -> selesai di tahap awal Sisa -> diangkat di tahap final Definisi: Mengangkat semua struktur gigi akries.material restorasi yang rusak yang masih tertinggal di dalam gigi setelah tahap inisial. Pengecualian: indirect pulp capping Perluasannya minimal Biasanya affected dentin ditinggalkan. Affected dentin: Dentin yang terdekalsifikasi yang terlihat diskolorisasi .
Tidak boleh menyisakan kaies dentin pada DEJ-> residual caries Old restorative material diangkat jika: 1. Tidak estetik untuk restorasi baru (Contoh: old amalgam material dibawah new composite) 2. Menghasilkan retensi buruk (Contoh: old GI dibawah composite-> bond) 3. Secondary caries 4. Pulpa simptomatik 5. Tepinya tidak utuh (microleakage)
Kalau tidak ada alasan -> tidak usah diangkat untuk mengurangi resiko iritasi/eksponasi pulpa Teknik Bentuk kavitas sudah benar (pulpal & axial wall) -> angkat sisa karies saja Kavitas besar dengan lesi karies lunak -> sudah selesai dibersihkan di tahap inisial Pasien dengan lesi karies yang banyak -> caries control technique Large areas of soft caries diangkat dengan: spoon excavators Harder, heavily discolored dentin diangkat dengan : 1. Spoon excavators 2. Round street burs, very low speed 3. Round carbide burs rotating high speed Untuk menghindari kecederaaan pulpa: 1. Mengurangi tekanan 2. Mengurangi panas 3. Complete control of the instrument-> round carbide bur dengan high speed, air coolant, slow speed Removal of old restorative material 1. Round carbide bur dengan slow speed, air/air-water coolant 2. Amalgam-> water spray (untuk mengurangi penguapan merkuri)
Tahap 6 : Pulp Protection, if Indicated Pada saat preparasi, ada kalanya pulpa harus dilindungi karena dapat teriritasi oleh bahan restorasi yaitu pada saat ketebalan dentin minimal (sudah sangat tipis). Hal-hal yang dapat mengiritasi pulpa adalah (1) komponen dari bahan material, (2) perubahan termal karena bahan restorasi, (3) gaya yang disalurkan dari material ke dentin, (4) galvanik shock, dan yang paling berbahaya (5) masuknya produk berbahaya dan bakteri melalui microleakage. Untuk menghindari hal-hal diatas, maka diperlukan penyegelan tubulus dentin. Pemilihan bahan yang digunakan untuk penyegelan ini harus didasarkan pada penilaian terhadap anatomi, fisiologis, biologis dan karakteristik respon pulp dan sifat fisik dan kimia dari bahan dipertimbangkan. Bahan yang biasanya digunakan untuk proteksi pulpa bisa berupa liner atau base. Penggunaan istilah liner diperuntukkan pada suspensi yang mudah menguap/ berair/ dispersi dari seng oksida atau kalsium hidroksida. Liner berfungsi untuk (1) penghalang yang melindungi dentin dari agen berbahaya baik dari bahan restorasi atau cairan oral, (2) isolasi listrik awal, atau (3) perlindungan termal. Liner yang biasanya digunakan pada restorasi komposit biasanya RMGI (1) ditempatkan pada margin permukaan akar berpotensi untuk mengurangi pembentukan celah, kebocoran mikro, dan karies rekuren atau (2) ditempatkan di bawah Kelas I komposit untuk melayani sebagai stress breaker. Basa dianggap sebagai semen yang biasa digunakan dalam dimensi tebal di bawah restorasi permanen untuk menyediakan mekanik, kimia, dan perlindungan termal pulp. Contoh basa meliputi seng fosfat, seng oksida-eugenol, kalsium hidroksida, polikarboksilat, dan yang paling umum, beberapa jenis kaca-ionomer (biasanya RMGI). Sebuah liner digunakan untuk mengobati pulp ketika dicurigai terjadinya trauma. Efek pulpa yang diinginkan termasuk sedasi dan stimulasi, selain itu juga diinginkan pembentukan dentin reparatif. Liner yang digunakan tergantung respon spesifik yang diinginkan. Jika penghapusan dentin yang terinfeksi tidak memanjang lebih dari 1 sampai 2 mm dari dinding pulpa atau aksial yang dipreparasi awalnya, biasanya tidak digunakan liner. Jika penggalian meluas ke dalam atau
dekat dengan jaringan pulpa, liner kalsium hidroksida biasanya dipilih untuk merangsang reparatif dentin. Di masa lalu digunakan seng oksida-eugenol (kecuali untuk restorasi komposit, yang bisa menghambat proses polimerisasi) untuk memberikan paliatif, respon pulpa obat penenang, mengurangi potensi sensitivitas pasca operasi. Sekarang seng oksida-eugenol jarang digunakan, dan sebagai gantinya RMGI yang digunakan sebagai basisnya. Seng oksida-eugenol dan kalsium hidroksida di ketebalan 0,5 mm atau lebih memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan kekuatan kondensasi amalgam dan memberikan perlindungan terhadap perubahan termal jangka pendek. Ketika penggalian sangat dalam terjadi, mungkin perlu overlay liner kalsium hidroksida khas dengan base yang lebih kuat (biasanya RMGI). Umumnya, hal ini dilakukan ketika menginginkan ketebalan (jarak pulpa dan materialnya) sekitar 2mm. Basa melindungi pulpa dari iritasi mekanis, termal, dan kimia. Untuk bahan restoratif komposit, yang merupakan isolator termal, liner kalsium hidroksida diindikasikan hanya ketika paparan pulpa atau kedalaman yang dinilai berada dalam 0,5 mm dari pulpa. Buku ini merekomendasikan penggunaan basis RMGI diatas liner kalsium hidroksida karena dapat melindungi liner dari pembubaran dari ETSA digunakan untuk pemasukan komposit. Kemampuan kalsium hidroksida untuk merangsang pembentukan dentin reparatif ketika kontak dengan jaringan pulpa membuat kalsium hidroksida menjadi pilihan untuk penggalian sangat mendalam dan eksposur pulpa. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, penggunaan agen bonding resin juga diusulkan untuk situasi klinis yang serupa. Penggalian sangat mendalam mungkin berisi eksposur pulpa mikroskopis yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Perdarahan merupakan bukti biasa eksposur pulpa vital, tetapi dengan eksposur mikroskopis, bukti tersebut mungkin kurang. Namun demikian, eksposur ini cukup besar untuk memungkinkan akses pulpa langsung untuk bakteri dan cairan. Liners dan basa di daerah paparan harus diterapkan tanpa tekanan. Dianjurkan untuk memiliki sekitar ketebalan 1 mm kalsium hidroksida (chemoset) lebih dekat atau aktual eksposur, yang dapat dilapis dengan dasar untuk amalgam atau restorasi cor logam.
Ketika seng fosfat, RMGI, atau basis semen polikarboksilat digunakan, kedalaman gigi dan sifat liners sebelumnya menentukan teknik penempatan. Biasanya, RMGI digunakan untuk paling "dasar" kebutuhan. Material ini secara efektif untuk ikatan struktur gigi, mengandung fluoride, dan memiliki kekuatan yang cukup sebagai basis. Mereka dengan mudah ditempatkan dan
berkontur. Karena kimia dan obligasi mikromekanik struktur gigi, fitur preparasi retentif tidak diperlukan. Bahan-bahan ini sangat baik untuk alas amalgam, emas, restorasi keramik, atau kadang-kadang komposit. Gigi pernis adalah solution liner yang digunakan di masa lalu untuk menutup tubulus dentin dan ditempatkan pada semua dinding persiapan gigi amalgam dan dinding dentin persiapan gigi cor emas, tetapi tidak digunakan untuk komposit. Gigi pernis biasanya diaplikasikan sebelum penyisipan dari amalgam atau sementasi restorasi emas cor. Dua lapis pernis gigi yang diterapkan pada permukaan yang disiapkan untuk amalgam. Gigi pernis adalah satu-satunya bahan yang diperlukan untuk penggalian dangkal di pernis preparations.The seperti mencegah penetrasi bahan ke dalam dentin dan membantu mencegah microleakage. Pernis juga membantu mengurangi sensitivitas pasca operasi dengan mengurangi infiltrasi cairan dan komponen saliva pada margin yang baru ditempatkan restorasi. Dua lapis pernis gigi yang diterapkan untuk dentin permukaan (bukan pada dinding enamel) persiapan gigi untuk restorasi emas cor. Hambatan pernis membantu mengurangi iritasi pulpa dari semen luting.
Meskipun pernis yang sangat penting dalam mengurangi sensitivitas pasca operasi, ketebalan film tipis itu cukup untuk memberikan isolasi termal bahkan ketika diterapkan dalam dua lapis. Kehadiran pernis signifikan mengurangi difusi asam dari semen ke dentin. Akibatnya, penggunaannya direkomendasikan secara rutin, terutama dalam persiapan yang mendalam, dengan restoratif atau penyemenan bahan yang mengandung asam. Pernis gigi tidak digunakan di bawah komposit karena pelarut dalam pernis bisa bereaksi dengan atau melunakkan komponen resin dalam komposit, dapat mempengaruhi polimerisasi. Bebas monomer resin dapat melarutkan film pernis, rendering itu tidak efektif. Varnish tidak harus diterapkan pada setiap dinding gigi disiapkan yang akan atau diperlakukan (terukir dan prima) untuk ikatan. Buku ini tidak lagi merekomendasikan penggunaan pernis gigi. Sebaliknya, sealer dianjurkan di bawah restorasi nonbonded, dan sistem ikatan digunakan untuk restorasi berikat. Tujuan dari kedua pendekatan ini adalah untuk menutup tubulus dentin disiapkan. Restorasi amalgam nonbonded harus disegel dengan gluma Desensitizer sebelum penempatan amalgam. Bahan yang sama dapat digunakan sebelum penyemenan restorasi dengan nonbonding agen luting. Semua restorasi terikat (komposit, amalgam, bahan kaca ionomer-jenis, dan terikat restorasi tidak langsung)
menggunakan berbagai sistem ikatan yang tidak hanya ikatan material untuk gigi, tetapi juga menutup preparasi struktur gigi. Sejarah penggunaan liners, basa, dan pernis telah menjadi usang karena lebih fokus diarahkan pada penggunaan berbagai agen untuk penyegelan tubulus dentin. Seiring dengan peningkatan bukti mengenai manfaat bahan-bahan tersebut, penggunaan liners, basa, dan pernis mungkin hanya dibatasi pada situasi klinis di mana exposure pulpa telah terjadi, namun, bahkan indikasi yang akhirnya dapat dihilangkan dalam mendukung penggunaan resin perekat. Terlepas dari bahan yang digunakan, melindungi pulpa diharuskan untuk pe mulihan stuktur gigi.
Tahap 7 : Secondary Resistance and Retention Forms Setelah tahap 6 dan tahap 7 dilakukan, tambahan resistensi dan retensi mungkin diperlukan dalam preparasi. Beberapa bahan dan preparasi yang kompleks membutuhkan tambahan ini. Ketika preparasi gigi melibatkan permukaan oklusal dan proksimal, masingmasing area tersebut harus memiliki retensi dan resistensinya sendiri-sendiri. Karena k ebanyakan preparasi yang membutuhkan tambahan retensi juga membutuhkan resistensi tambahan, maka kedua hal tersebut pasti dilakukan. Jika ada retensi tambahan pasti ada resistensi tambahan. Secondery resistence and retention ada dua tipe yaitu mechanical preparation dan treatments of the preparation wall dengan cara etching, priming dan adhesive materials. Tipe kedua sebenarnya bukan merupakan bagian dari preparasi gigi, namun merupakan tahap pertama dalam insersi bahan restorasi. Mechanical Preparation Features Berbagai macam perubahan mekanis yang dilakukan dalam preparasi untuk menambah retensi, dan perubahan-perubahan ini membutuhkan pembuangan struktur gigi tambahan. Dan dibagi dalam 5 bagian ini: Retention Locks, Grooves and Coves
Retention locks dan retention grooves yang berorientasi secara vertikal digunakan untuk menyediakan tambahan retensi untuk bagian proksimal pada beberapa preparasi gigi; locks untuk restorasi amalgam dan grooves untuk restorasi cast metal. Retention grooves yang berorientasi secara horizontal disediakan untuk preparasi kelas III dan V amalgam dan di beberapa preparasi komposit di permukaan akar gigi. Retention coves biasanya ditempatkan di undercuts untuk retensi incisal kelas III amalgam, bagian oklusal dari kelas V amalgan , dan kadang-kadang untuk memfasilitasi insersi restorasi gold-foil. Retention locks dalam preparasi kelas II amalgam bisa menambah retensi dari bagian proksimal terhadap gerakan proksimal sekunder. Dan juga bisa menambah resistensi dari restorasi terhadap fraktur di bagian proksimal dan oklusal junction. Groove Extentions Retensi tambahan oleh bahan restorasi bisa diperoleh dengan memperluas preparasi untuk gigi molar ke arah permukaan fasial dan lingual untuk mengikutsertakan facial atau lingual groove. Skirts Skirts adalah preparasi yang digunakan di restorasi cast gold yang memperluas preparasi di sekeliling (beberapa atau semua) line angles gigi. Penempatan skirts juga menambah resistensi dengan mencegah fraktur di gigi dari tekanan oklusal. Beveled Enamel Margins Cast gold/metal dan beberapa restorasi komposit menggunakan konfigurasi beveled marginal. Bevel untuk cast metal bisa menambah retensi ketika ada bevel yang berlawanan, tapi lebih difunakan untuk menghasilkan junctional relationship yang lebih baik antara logam dan gigi. Pins, Slots, Steps and Amalgampins Apabila kebutuhan penambahan retensi besar, khususnya pada restorasi amalgam, beberapa hal bisa digunakan dalam preparasi. Penggunaan pins dan slots bisa menambah retensi dan resistensi. Amalgampins dan steps yang ditempatkan dengan tepat juga bisa menambah retensi. Placement of etchant, primer, or adhesive on prepared walls
Beberapa perubahan pada dinding preparasi dengan berbagai macam bahan juga bisa meningkatkan retensi dan resistensi terhadap fraktur. Permukaan enamel dan dentin bisa menggunakan etchants (etsa) atau primer atau kedua-keduanya untuk prosedur restorasi tertentu. Enamel Wall Etching Dinding enamel di-etsa untuk restorasi terikat yang menggunaka porselen, komposit atau amalgam. Prosedur ini terdiri dari mengetsa enamel dengan asam, menghasilkan permukaan mikroskopis yang kasar yang bahan pengikatnya sudah terikat secara mekanis. Dentin Treatment Permukaan dentin mungkin membutuhkan etsa dan priming ketika menggunakan restorasi porselen, komposit atau amalgam. Bahan restorasi yang digunakan sebenarnya berbeda-beda, namun kebanyakan untuk restorasi komposit, dentin bonding agent sangat dianjurkan. Terkahir, retensi dari restorasi tidak langsung ditingkatkan dengan penggunaan luting agent. Walaupun tidak disebut sebagai bagian dari preparasi gigi, prosedur sementasi mempengaruhi retesi dari restorasi-restorasi tersebut dan beberapa bahan sementasi membutuhkan pre-treatment dari dentin, menghasilkan banyak tingkar ikatan mikromekani
Tahap 8 : Procedures for Finishing the External Walls of the Tooth Preparation.Finishing
the
external
walls
of
the
preparation
entails
consideration of both degree of smoothness and cavosurface design, since each re-storative material has its maximum effectiveness Tahap akhir dalam preparasi gigi meliputi pembersihan kavitas, pemeriksaan kavitas dan pemakaian sealer jika dibutuhkan. Langkah pertama yaitu menghilangkan debris yang terakumulasi , mengeringkan kavitas dan pemeriksaan akhir untuk dentin yang masih terinfeksi, tepi enamel yang tidak kokoh atau kondisi apapun yang akan membuat bahan material tidak dapat diterima saat preparasi. Biasanya pembersihan kavitas dilakukan untuk membebaskan preparasi dari debris yang terlihat dengan air hangat dari syringe. Biasanya debris melekat pada dinding dan sudut kavitas, oleh karena itu hal ini sangat penting yaitu pembersihan menggunakan cotton pellet kecil. Setelah semua debris
dihilangkan, kavitas dikeringkan dari kondisi yang lembab. Pada tahap ini tidak diperkenankan menggunakan alkohol karena akan mengakibatkan dehidrasi. Setelah kavitas cukup bersih, selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk mengkonfirmasi kepantasan kavitas untuk menerima bahan material.
Tahap 9 : Final Procedures: Cleaning, Inspecting, and Sealing. langkah 9 : Prosedur Akhir : Cleaning,Inspecting dan Sealing Langkah akhir dalam preparasi gigi adalah membersihkan preparasi,memeriksa preparasi,dan memberikan sealer bila diperlukan.
Menghilangkan semua chip dan debris-debris yang terakumulasi pengeringan preparasi
Biasanya sebagian besar debris telah hilang selama lan gkah-langkah preparasi sebelumnya,namun beberapa debris biasanya masih tetap ada pada dinding preparasi ketika pemotongan selesai. langkah - langkah dalam cleaning adalah membersihkan preparasi dari debris yang terlihat dengan air hangat dari syringe dan untuk menghilangkan uap yang terlihat dengan sedikit cahaya gelombang udara dari air syringe(mengenai kelembaban pada permukaan dentin,harus tau bahwa sistem ikatan dentin mempun yai persyaratan tertentu dalam pengetasaan,priming dan mengaplikasikan bonding agent,yang biasanya hidrofilik).Dalam beberapa kasus debris akan melekat pada dinding dan sudut meskipun telah dilakukan upaya diatas,dan mungkin diperlukan untuk menghilangkan material ini menggunakan cotton pellet kecil. Setelah semua debris yang terlihat hilang,preparasi dikeringkan dari uap-uap yang ada.penting untuk diingat untuk tidak mengeringkan gigi dengan udara atau alkohol yang berlebihan
memeriksa preparasi
setelah preparasi bersih, preparasi diperiksa apakah masih ada d entin yang terinfeksi atau margin enamel yang tidak sehat,atau kondisi apapun yang dapat membuat preparasi tidak dapat menerima bahan restorasi..
penggunaan agen bonding dentin (untuk bonded restoration) dan sealer (untuk nonbonded res-torations) untuk mempengaruhi dentin tubular
Restorasi komposit ,yang berikatan pada gigi membutuhkan treatment preparasi sebelum memasukan material restorasi.Treament yang dilakukan biasanya memberikan etsa pada enamel dan dentin dan menempatkan dentin bonding agent.Hal ii menciptakan ikatan mekanik yang kuat antara komposit dengan dentin.Ikatan mekanik yang kuat terjadi antara komposit dengan etsa enamel,jika enamel hadir.
Sterilisasi
Dalam menyelesaikan langkah akhir sebelum memasukan materi restoratif,sterrilisasi dari preparasi dapat dilakukan.Sterilisasi pada preparasi sebelum memasukan restorasi adalah prosedur yang logis.Beberapa operator melakukan pengobatan pada preparasi dengan tujuasterilisasi,berdasarkan faktor-faktor empiris.beberapa telah mempelajari langkah ini menemukan literatur yang kontroversial pada step sterilisasi preparasi. ”Lumen tubukus detin diameternya bervariasi dari 1-4 um diberbagai jarak antara DEJ dan pulpa,tentu memperlihatkan ukuran yang cukup untuk jalur masuk bagi mikroorganisme dalam tubulus dentin dibawah dinding preparasi.Bagaimanapun fakta ini tidak menunjukan bahwa karies berkembang atau gagal akan terjadi.” “ Pada awal tahun 1943 Besic menyatakan bahwa karies dentin akan berhenti segera setelah lesi karies ditutup dari lingkungan oral,walaupun ada bakteri didalam dentin.Investigator telah mencatat bahwa jumlah bakteri dari tubulus dentin lebih sedikit dibandingkan dengan di lesi karies superfisial.” Pertanyannya adalah apakah organisme yang tersisa mampu memperluas karies dibawah kawasan restorasi.Tentu saja kemungkinan infeksi pulpa selalu menjadi pertimbangan ketika
bakteri tetap berada di saluran yang berakhir diruang pulpa.Dalam hal ini resisten dari jaringan vital untuk masuknya bakteri harus diperhatikan. Dalam banyak kasus kehadiran reparatif dentin dideposit sebagai hasil dari pemaparan pulpa yang merupakan penghalang bagi progres bakteri.kemungkinan lain mengapa semua gigi dengan karies yang tidak berkembang menjadi infeksi pulpa adalah bakteri mungkin dalam kondisi aktif sebagai hasil dari lingkungan yang tertutup dari gigi yang direstorasi Dasar pertimbangan sterilisasi adalah : 1.apakah agen yang digunakan efektif? 2.apakah mampu menghasilkan bidang yang steril? 3.apakah berbahaya bagi pulpa? para investigator mengindikasikan bahwa antiseptik yg umum pernah digunakan secara rutin dalam sterilisasi preparasi hanya efektif sebagai desinfektan permukaan ketika digunakan dalam waktu yang terbatas.Oleh karna itu penggunaan agen seperti silver nitrate,phenol,atau etil alkohol hanya menciptakan rasa keamanan yang palsu.Jika beberapa agen ini diizinkan untuk digunakan dalam jangka waktu lama,dapat terjadi penetrasi tubulus dan kerusakan dentin yang tidak dapat diperbaiki. sebagian besar restorasi yang tidak steril menunjukan tidak adanya karies pada dinding internal karena penetrasi cairal oral(saliva),ada kemungkinan bahwa mekanisme pertahan alami gigi atau aksi dari germicidal bakteri pada bahan restorasi merusak bakteri-bakteri yang menginvasi.germicidal atau efek protektif didapat dari kandungan fluoride dari beberapa bahan pada interface dinding prepasi pada amalgam.Zinc-oksida eugenol mempunyai agent germicidal yang dapat bertahan dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu beberapa perlindungan pada karies lanjut diberikan oleh beberapa bahan restorasi. Intinya : penggunaan sterilisasi masih kontroversial namun lebih cend erung tidak pake,cukup pake bonding agent ajaa(lihat yang tulisannya miring)