FORMULA TEKNO I
I.
Formula Asli
Tablet Antiinfluenza
II.
Rancangan Formula
Nama Produk
: Fenilpropanolaminofen® Tablet
Jumlah Produk
: 100 tablet @ 600 mg
Tanggal Formulasi
: 2 Mei 2013
Tanggal Produksi
: 5 Juni 2013
Nomor Registrasi
: DTL 1399900110A1
Nomor Batch
: 03150001
Komposisi
: Tiap 600 mg mengandung: Fenilpropanolamin
HCl
30 mg
02-Am
Asetaminofen
03-Ct
CTM
04-Av
Avicel
Zat aktif (analgetik) Zat aktif (antihistamin)
500 mg
50g
8 mg
0,8 g
30 mg
3g
6 mg
0,6g
12 mg
1,2 g
14 mg
1,4 g
Zat penghancur 05-Tk
Talk Zat pelincir
06-Pv
Povidone Zat pengikat
07-Ls
Laktosa Zat pengisi
IV.
Alasan Pebuatan Produk
Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan, tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh dokter
9. Dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak dan untuk terapi lokal (salut enterik) 10. Merupakan bentuk sediaan yang paling mudah diproduksi secara massal dengan proses pengemasan yang mudah dan murah sehingga biaya produksi lebih rendah 11. Pemakaian oleh pasien lebih mudah, sehingga keberterimaan pasien relatif tinggi. (Yohana.2009 : 79) Tablet adalah bentuk sediaan padat yang dibuat dengan cara kempa atau dengan mencetak dan mengandung zat obat dengan atau tanpa pengencer yang cocok, zat penghancur, zat penyalut, zat pemberi warna, dan zat pembantu lainnya (Ansel. 2008 : 96). Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa
demam sampai 40oC, nyeri sendi dan otot di seluruh tubuh, sakit tenggorokan dan kepala, radang mukosa hidung dan batuk kering yang dapat bertahan berminggu-minggu (Tjay dan Rahardja. 2006: 121). Rhinovirus dan selesma, disamping virus influenza masih terdapat lebih dari seratus jenis rhinovirus penyebab selema/pilek. Gangguan ini sering kali dikelirukan dengan influenza, karena gejala-gejalanya sama walaupun tidak sehebat dan praktis tidak pernah mengakibatkan kematian .Selesma juga sembuh spontan melalui pengobatan simtomatis dengan analgetika, obat batukdan tetes hidung atau telinga. (Tjay dan Rahardja. 2006 : 121). Seusai suatu epidema dan setiap tahun, virus-virus influenza A dan B bermutasi ringan khusus mengenai enzim hemagglutinnya. Berhubung dengan mutasi-mutasi kecil ini (antigenic drift) glikoproteinnya (H dan N) selalu
berubah
sedikit,
sehingga
secara
sangat
berangsur-angsur
Fenilpropanolamin adalah derivate tanpa gugus-CH pada atom-N dengan khasiat yang menyerupai efedrin.Kerjanya lebih panjang, efek sentral dan efek jantungnya lebih ringan.Namun, pada kkurang lebih.20 % dari pemakai tekanan darahnya meningkat dengan nyata (Tjay dan Rahardja. 2002: 488). Mekanisme kerja dari ketiga zat aktif yakni sebagai berikut: a. Fenilpropanolamin HCl Fenilpropanolamin bekerja pada reseptor α, , dan . Sehingga menyebabkan vasokonstriksi perifer, Obat ini menyebabkan vasokontriksi pada mukosa hidung & mengurangi aliran darah pada daerah yang bengkak karenanya dapat digunakan sebagai dekongestan hidung (Departemen Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran UI. 2007: 74) b. Parasetamol
Khusus parasetamol hambatan biosintesis prostaglandin hanya bisa terjadi bila lingkunganya rendah kadar peroksid yakni di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid yang dihasilkan oleh leukosit. Ini menjelaskan mengapa efek antiinflamasi
parasetamol
praktis
tidak
ada.Parasetamol
diduga
menghambat isoenzim COX-3 (variant COX-1. COX-3 ini hanya ada di
otak
((Departemen
Farmakologi
dan
Teraupetik
Fakultas
Kedokteran UI. 2007: 231-232) c. Klorfeniramin Maleat Mekanisme
kerja
klorfeniramin
maleat
adalah
sebagai
antagonis reseptor H1, klorfeniramin maleat akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos; selain itu klorfeniramin maleat dapat merangsang maupun menghambat susunan saraf pusaf (Tjay. 2002; Siswandono, 1995).
parasetamol berfungsi sebagai analgesik dan antipiretik dan CTM yang merupakan antagonis reseptor H 1. CTM ini akan berikatan dengan reseptor H1 sehingga mencegah efek dari H 1 dimana efek dari histamine akan menyababkan peradangan. Adapun contoh-contoh obat flu yang lain, Obat flu pada umumnya adalah obat tanpa resep dokter yang dapat diperoleh di apotek-apotek dan toko obat berizin. Obat flu umumnya merupakan kombinasi dari beberapa zat aktif, seperti kombinasi-kombinasi dari : 1. Analgesik/antipiretik + nasal dekongestan 2. Analgesik/antipretik + nasal dekongestan + antihistamin 3. Analgesik/antipiretik + nasal dekongestan + antihistamin + antitusif / ekspektoran
V.
Alasan Penambahan Bahan
2. Asetaminofen (zat aktif) a. Asetaminofen umumnya dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi. Reabsorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat (Tjay. 2002: 318). b. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak telihat, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa (Departemen Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran UI.2007 : 238). c. Digunakan pada nyeri ringan sampai sedang dan dapat digunakan bersama dengan obat opioid untuk mengurangi dosis masing-masing (Sukandar, Ellin dkk.2008 : 174). 3. CTM (zat aktif) a. Diabsorbsi secara baik baik oral maupun parenteral. Efeknya timbul 15-30 menit setelah 1-2 jam (Departemen Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran UI. 2007: 279)
5. Talk a. Talk digunakan karena talk tidak diserap secara sistemik setelah konsumsi oral sehingga dianggap tidak beracun (R owe. 2009: 728) b. Talk diguanakan sebagai glidan (pelicin) dan lubrikan (pelincir) (Rowe. 2009: 728) c. Talk merupakan bahan pelincir kedua terbanyak yang digunakan setelah asam stearat, garam-garam stearat
dan derivat-derivatnya
(Lachman. 2008:703) 6. Laktosa monohidrat a. Laktosa monohidrat sekaligus bertindak sebagai pengikat tablet dan pengisi tablet (Rowe. 2009: 364). b. Pada kempa langsung, bentuk kasar, derajat regular, atau sudah diayak, fraksi kristalin laktosa α monohidrat dapat digunakan karena sifat alirannya bagus (Agoes. 2008: 202).
VI.
Uraian Bahan
1. Fenilpropanolamin HCl (Sweetman. 2009: 1569) Nama resmi
: Phenylpropanolamine
Naman lain
: Fenilpropanolamina,
Fennylpropanolamin;
Fenyylipropanoliamiini dan phénylpropanolamine serta Phenylpropanolaminum. Nama kimia
: (1RS, 2RS)-2-Amino-1-phenylpropan-1-ol.
Rumus molekul
: C9H13 NO
Berat molekul
: 151,2
Rumus struktur
:
katekolamin. Tempat kerja beberapa senyawa adrenomimetik adalah pada ujung saraf simpatetik. Farmakodinamik :
efek
farmakodinamiknya
menyerupai efedrin dan potensinya hampir sama dengan efedrin kecuali bahwa obat ini kurang menimbulkan perangsangan pada SSP. Efek farmakodinamik efedrin banyak menyerupai efek Epi.Perbedaannya ialah bahwa efedrin bukan katekolamin, maka efektif pada pemberian oral, masa kerjanya jauh lebih panjang, efek sentralnya lebih kuat, tetapi diperlukan dosis yang jauh lebih besar daripada dosis Epi.Seperti halnya dengan Epi, efedrin bekerja pada reseptor α, β1 dan β2.Efek perifer efedrin melalui kerja langsung dan
penurunan tekanan darah pada dosis rendah tidak nyata pada efedrin. Efek samping
: Kerusakan hati pada penggunaan dosis tinggi
Dosis
: Diberikan secara oral 3 kali sehari 25-30 mg
Indikasi
: Meringankan
influenza
yang
disertai
gejala
demam, pilek, bersin-bersin, sakit kepala, dan batuk Kontra Indikasi
: Penderira dengan gangguan jantung dan diabetes mellitus
(DM),
gangguan
fungsi
hati
berat,
hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
2. Parasetamol (Dirjen POM. 1979: 37) Nama Resmi
: ACETAMENOPHENUM
Nama Lain
: Acetaminofen;
Acetaminophen;
N -Acetyl- p-
Penyimpanan
: Dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya
Kegunaan
: Sebagaantipiretik dan analgesik.
Farmakologi
: Farmakodinamik :
efek
analgesik
parasetamol
serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu
parasetamol
tidak
digunakan
sebagai
antireumatik.Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah.Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua
obat
ini,
demikian
juga
gangguan
Efek samping
: Jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan nekrose hati yang reversible.Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan – SH).Pada dosis diatas 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat pada protein dengan – SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan irreversible.Parasetamol dengan dosis diatas 20 g sudah berefek fatal. Over dosis bisa menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anorexia. Penanggulangannya dengan cuci
Dosis
: Digunakan secara oral, Dewasa : 4-6 kali sehari 325-650 mg; maks. Sehari 4 g. Anak: 60-120 mg, maks. Sehari 1,2-2,4 g
3. CTM (Sweetman. 2009: 571) Nama resmi
: CHLORPHENIRAMINI MALEAS
Nama lain
: Klorfeniramina
maleat;
Chlorfenamino maleinian;
maleatas;
Chlorofenaminy
Chlorphénamine,
Chlorphenamini Maleate;
Chlorfenamin-maleat;
maleas;
maléate
Chlorpheniramine
Chlorprophenpyridamine
Kloorifenamiinimaleaatti;
Maleate;
Klorfenaminmaleat;
Klórfenamin-maleát Nama kimia
de;
: 3-(4-Chlorophenyl)- NN -dimethyl-3-(2-
Farmakologi
: Farmakokinetik ; - Pemberian antihistamin H1 secara oral bisa diabsorpsi dengan baik dan mencapai konsentrasi puncak plasma rata-rata dalam 2 jam. Ikatan dengan
protein
99%.Sebagian
plasma besar
berkisar
antara
antihistamin
78H1
dimetabolisme melalui hepatic microsomal mixedfunction oxygenase system.Konsentrasi plasma yang relative rendah setelah pemberian dosis tunggal menunjukkan kemungkinan terjadi efek lintas pertama oleh hati. - Waktu paruh antihistamin H1 sangat bervariasi.
terutama bronkus, permeabilitas kapiler yaitu untuk mengurangi udem, untuk reaksi anafilaksis dan alergi, pada kelenjar eksokrin AH1 mempengaruhi sekresi saliva dan eksokrin lain akibat histamine, pada susunan saraf pusat dapat merangsang atau menghambat SSP umumnya terjadi kantuk atau sedasi pada pemakaian AH1, antikolinergik nemun tidak memadai untuk dosis terapeutik, Efek samping
: Efek samping yang sering terjadi adalah sedatif, gangguan saluran cerna, mulut kering, kesukaran miksi. Kontraindikasi dari klorfeniramin maleat ini menimbulkan aktivitas antikolinergik yang dapat memperburuk glaukoma.
asma
bronkial,
Klorfeniramin
retensi
memiliki
urin,
interaksi
Usia lajut : Mulai dengan dosis serendah mungkin. Pasien
usila
lebih
sensitif
terhadap
efek
antikolinergik. Anak-anak 6-12 tahun: Dosis yang disarankan adalah 2 mg setiap 4-6 jam, hingga 12 mg/hr. Anak-anak 6-12 tahun: Dosis yang disarankan adalah 2 mg setiap 4-6 jam, hingga 12 mg/hr.
4. Avicel (Rowe. 2009: 129) Nama Resmi
: MICROCRYSTALLINE CELLULOSE
Nama Lain
: Avicel
PH;
Cellets;
Celex;
cellulose
gel;
hellulosum microcristallinum; Celphere; Ceolus KG;
crystalline
cellulose;
E460;
Emcocel;
Ethispheres; Fibrocel; MCC Sanaq; Pharmacel;
Range
: Penghancur (5-15%) Pengikat (20-90%) Pengisi (20-90%)
Stabilitas
: Material higroskopik
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik dan tempat yang kering.
Inkompatibilitas
: Inkom dengan agen oksidator kuat
Kegunaan
: Zat penghancur
5. Talk (Rowe. 2009: 728-729) Nama Resmi
: TALCUM
Nama Lain
: Altalc, silicate,
E553b, hydrous
magnesium
hydrous
magnesium
magnesium
hydrogen
calcium
silicate,imperial,
metasilicate,
Magsil
Range
: Pelincir (1,0-10,0%)
Stabilitas
: Talk merupakan materil stabil dan bias disterilkan pada suhu 160 tidak kurang dari 1 jam
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik dan tempat kering
Inkompatibilitas
: Inkom dengan campuran amoniak
Kegunaan
: Zat pelincir tabelet
6. Laktosa Monohidrat (Rowe. 2009: 364-366) Nama Resmi
: LACTOSUM
Nama Lain
: CapsuLac,
GranuLac,
monohydricum, PrismaLac,
Lactochem,
Monohydrate,
SacheLac,
SorboLac,
Super Tab 30GR, Tablettose. Nama Kimia
: O-β-D-Galactopyranosyl-(14)-α-D-
lactosum
Pharmatose, SpheroLac,
Range
:-
Stabilitas
: Jamur tumbuh saat kelembapan tinggi. Laktosa berubah
menjadi
kecoklatanpada
penyimpana,
adanya reaksi yang dipercepat dengan pemanasan, kondisi
basah.Kemurnian
dari
laktosa
yang
berbeda dapat berubah-ubah dan penting untuk dilakukan evaluasi warna, terutama jika tablet sedang diformulasi.Stabilitas warna dari berbagai jenis laktosa juga berbeda. Penyimpanan
: Simpan pada wadah yang tertutup baik, dingin dan tempat yang kering.
Inkompatibilitas
: Reaksi kondensasi (Maillard-type) seperti terjadi antara laktosa dan senyawa amina primer menjadi produk yang berwarna coklat atau kuning. Interaksi
Berat molekul
: 2500-3.000.000
Pemierian
: Serbuk berwarna putih, krem-putih, tidak berbau atau hamper tidak berbau, higroskopik.
Kelarutan
: Larut dalam asam bebas, kloroform, etanol (95 %), keton, methanol, dan air, praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan minyak mineral.
Range
: Pengikat (0,5-5 %)
Stabilitas
: Stabil pada paparan panas sekitar 110-130oC, dapat disimpan
di
tempat
biasa
tanpa
mengalami
dekomposisi atau degradasi Penyimpanan
: Disimpan dalam wadah kedap udara dan di tempat yang sejuk dan kering
Inkompabilitas
: Kompatibel dalam larutan dengan berbagai gram
VII.
Perhitungan Bahan
1. Pertablet a. FenilpropanolaminHCl = 30 mg b. Asetaminofen
= 500 mg
c. CTM
= 8 mg
d. Povidone
=
e. Avicel
=
f. Talk
=
g. Laktosa monohidrat
= 600 – (500 + 8 + 12 + 30 + 6) = 14 mg
= 12 mg = 30 mg = 6 mg
2. Perbatch a. Fenilpropanolamin HCl
= 30 mg 100
b. Asetaminofen
= 500 mg 100 = 50.000 mg = 50 g
= 3000 mg = 3 g
VIII. Cara Kerja
Metode
pembuatanFenilpropanolaminofen®
Tabletini
adalah
dengan cetak langsung. Langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut: 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Ditimbang zat aktif (fenilpropanolamin 3 g, paracetamol 50 g, dan CTM 0,8 g) serta zat tambahan (povidon 1,2 g, avicel 3 g, talk 0,6 g, dan laktosa monohidrat 1,4 g) 3. Digerus zat aktif pada lumping 4. Ditambahkan povidon, avicel, dan laktosa monohidrat, kemudian digerus homogen 5. Ditambahkan zat pelincir dan pelicin (talk) pada mesin cetakan 6. Dikempa tablet pada mesin pencetak tablet. 7. Dibersihkan tablet yang telah jadi, 8. Dimasukkan ke dalam wadah botol gelap
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard. 2008. PengantarbBentuk Sediaan Farmasi, Jakarta: UIP Agoes, Goeswin. 2008, Pengembangan Sediaan Farmasi, Bandung: Penerbit ITB. Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: FK-UI. Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi, Jakarta: FK-UI. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Harkness, Richard. 1984. Interaksi Obat . Bandung: Penerbit ITB. Lachman, Leon,dkk. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI- Pres. Rowe, Raymond C dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Great Britain: RPS Publishing.
FENILPROPANOLAMINOFEN® Komposisi : Tiap Fenilpropanolaminofen®Tablet c
mengandung Fenilpropanolamin HCl 30 mg, paracetamol 500 mg dan CTM 8 mg.
Farmakologi :
Fenilpopanolaminofen
merupakan
senyawa
HCl
adrenomimetik,
merupakan simpatomimetik amin yang mempunyai aktivitasvasopresor sedikit lebih besar disbanding efedrin dengan efek rangsangan susunan syaraf ® RAMIDIPINE Tablet pusatdan toksisitas lebih rendah. Obat ini menyebabkan vasokontriksi pada
Fenilpropanolaminofen
Tablet
Netto: 100 tablet
Diproduksi oleh:
PT KHANZA FARMA Makassar-Indonesia
Komposisi per tablet @ 600 mg Fenilpropanolamin…….30 mg Asetaminofen…………..500 mg CTM……………………….8 mg
Indikasi :Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin disertai batuk
®
Fenilpropanolaminofen
Tablet
Netto: 100 tablet
Diproduksi oleh:
PT KHANZA FARMA Makassar-Indonesia
Aturan pakai : 3 x sehari
Penyimpanan : Simpan di tempat kering, sejuk, dan terlindung dari cahaya
No. Reg :DTL1399900110A1 No. Batch : 03150001
Fenilpropanolaminofen
Netto: 100 Tablet
Komposisi per tablet @600 mg
Fenilpropanolamin…….30 mg Asetaminofen…………..500 mg CTM……………………….8 mg
Penyimpanan: Simpan di tempat kering, sejuk, dan terlindung dari cahaya.
Indikasi : PT KHANZA FARMA
Meringankan gejala
MAKASSAR-INDONESIA
flu seperti demam,
Aturan Pakai : LIHAT BROSUR
sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin disertai batuk.
No. Reg :DTL 1399900110A1