Pelaknsanaan Transplantasi ditinjau dari segi Agam dan HAM
Syarat dilaksanakannya transplantasi adalah: 1. Keamanan Tindakan operasi harus aman bagi donor maupun penerima organ. Secara umum keamanan tergantung dari keahlian tenaga kesehatan, kelengkapan sarana dan alat kesehatan 2. Voluntarisme Transplantasi dari donor hidup maupun mati hanya bisa dilakukan jika telah ada persetujuan dari donor dan ahli waris atau keluarganya (pasal 34 ayat 2 UU No. 23/1992). Sebelum meminta persetujuan dari donor dan ahli waris atau keluarganya,
dokter wajib memberitahu resiko tindakan transplantasi tersebut kepada donor (pasal 15 PP 18/1981).
Pada transplantasi organ yang melibatkan donor organ hidup, pengambilan organ dari donor harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan. Pengambilan organ baru dapat dilakukan jika donor telah diberitahu tentang resiko operasi, dan atas dasar pemahaman yang benar tadi donor dan ahli waris atau keluarganya secara sukarela menyatakan persetujuannya (pasal 32 ayat 2 UU No. 23/1992)
Transplantasi organ dari donor hidup wajib memenuhi 4 persyaratan: 1. Resiko yang dihadapi oleh donor harus proporsional dengan manfaat yang didatangkan oleh tindakan tersebut atas diri penerima. 2. Pengangkatan organ tubuh tidak boleh mengganggu secara serius kesehatan donor atau fungsi tubuhnya. 3. Perkiraan penerimaan organ tersebut oleh penerima 4. Donor wajib memutuskan dengan penuh kesadaram dan bebas, dengan mengetahui resiko yang mungkin terjadi.
Pada prinsipnya transplantasi organ merupakan suatu tindakan mulia, dimana seorang donor memberikan sebagian tubuh atau organ tubuhnya untuk menolong pasien yang mengalami kegagalan fungsi organ tertentu. Transplantasi organ dari donor hidup pada prinsipnya hanya boleh dilakukan jika ada informed consent dari donor, dengan memperhatikan resiko donor, efektifitas pendonoran organ, kemungkinan keberhasilan pada penerima dan tidak adanya unsu r ”jual beli” atau komersialisasi komersialis asi di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA 1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 ttentang Kesehatan 2. Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Otopsi Anatomi, Otopsi Klinik dan Transplantasi Alat dan Jaringan Tubuh Manusia 3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis 4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis
Dalam PP No.18 tahun 1981 tentana bedah mayat klinis, beda mayat anatomis dantransplantasi alat serta jaringan tubuh manusia tercantum pasal tentang transplantasi Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia,dilakukan dengan persetujuan tertulis dengan keluarga terdekat. pasal 15
1. Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikanoleh donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang merawatnya,termasuk dokter konsultan mengenai operasi, akibatakibatya, dankemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
2. Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar ,bahwa calon donor yang bersangkutan telah meyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.
Pada pasal 10, 14, dan 15 tersebut diatas diatur tentang informed consent baik padadonor hidup maupun donor jenazah. Untuk transplantasi dengan donor hidup, maka harus diberikan informed consent harus diberikan diatas kertas bermaterai disaksikan oleh duao r a n g s a k s i ,
hal
ini
sesu ai d enga n Pa sal
13 P P No. 18
T a h u n 1 9 8 1 . N a m u n t i d a k dijelaskan secara rinci siapa yang berhak sebagai saksi. Sebelum seseorang memutuskan menjadi donor hidup, seseorang harus mengetahuid a n mengerti
resiko
yang
akan
dihadapinya,
selain
itu
orang
tersebut tidak bolehmengalami tekanan psikologi. Seh in gga
yan g d apa t
men jad i d ono r h id up
a d a l a h seseorang yang
sudah berhak melakukan perbuatan hokum, yaitu apabila sudah cukupumur dan
sehat akalnya. Menurut hukum perdata di Indonesia, seseorang dikatakan sudahcukup umur jika sudah berumur 21 tahun atau sudah menikah.
Transplantasi ginjal menurut agama
a. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup Dalam syara seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya mendonorkan sebuah organ tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang membutuhkan organ yang disumbangkan itu, seperti ginjal. Akan tetapi mendonorkan organ tunggal yang dapat mengakibatkan kematian si pendonor, seperti mendonorkan jantung, hati dan otaknya. Maka hukumnya tidak diperbolehkan, berdasarkan firman Allah SWT dalam Al – Qur’an surat Al – Baqorah ayat 195 ” dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan ” An – Nisa ayat 29 ” dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri ” Al – Maidah ayat 2 ” dan jangan tolong – menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. ” Dan dalam hal ini Allah SWT telah membolehkan memberikan maaf dalam masalah qishash dan berbagai diyat. Allah SWT berfirman : “ Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kalian dan suatu rahmat.” (QS. Al Baqarah : 178) .
Di dalam Agama Islam, diajarkan bahwa tidak boleh mengorbankan orang lain demi kepentingannya sedniri. Jika dikaitkan dengan transplantasi, maka transplantasi baru bisa dilakukan sebagai langkah terakhir dalam kondisi gawat darurat. Teknik ini juga dilakukan setelah semua langkah pengobatan tidak membawa hasil.
Ghufron A. Mas adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.