Storyline Pameran Jalur Rempah REMPAH MENGUBAH DUNIA 1. PENDAHULUAN
Lautan bagi anak-anak Nusantara bukan hambatan. Laut justru pencipta kesatuan, membangun hubungan antar manusia, antar antar suku bangsa. Lautan menjadi sarana penghubung yang penting dan strategis bagi bangsa di Nusantara yang ingin menjadi bangsa yang maju dan diperhitungkan oleh dunia internasional. Itu sebabnya predikat bangsa archipelago pantas untuk disandang. Archipelago bukan bukan negara atau bangsa bangsa kepulauan kepulauan seperti yang selama ini ini kita kenal, tapi negara negara “Kelautan”, sebagai mana arti kata archipelago yang b erasal dari kata archi dalam bahasa Yunani yang berarti utama dan Pelagos yang berarti laut. Lautlah yang utama, bukan daratan.
Perdagangan rempah antar daerah di Nusantara pada masa-masa masa-m asa awal awal telah melahirkan jalur pelayaran antar pulau dan munculnya pelabuhan-pelabuhan. Pelaut-pelaut Bugis dan Makassar bahkan telah mampu menjelajah hingga Madagaskar di barat Nusantara dan Pulau Paskah di sebelah timur. Bukti ketangguhan dan keberanian mengarungi laut dan menjelajah hingga jauh anak-anak bahari dengan berbekal pengetahuan dan teknologi seadanya. Perdagangan dan penjelajahan yang membuktikan cikal bakal bangsa-bangsa di Nusantara sebagai bangsa Maritim, bangsa penguasa lautan di belahan selatan dunia.
Perdagangan rempah antar pulau dan daerah pada akhirnya melahirkan hubungan dagang dengan bangsa-bangsa di utara seperti China, India dan Asia Barat. Pada masa pengaruh Hindu Buddha di Indonesia, bukti-bukti sejarah dan berbagai temuan arkeologi menunjukkan hubungan Kerajaan-kerajaan di Nusantara seperti Mataram Kuno, Sriwijaya, Singhasari dan Majapahit yang telah menjalin hubungan dagang dengan bangsa-bangsa tersebut. Sutera, kain yang halus, kain yang kasar, porselain, alat-alat logam, batu permata, senjata api, dan sebagainya adalah komoditi yang dipertukarkan dengan berbagai jenis rempah yang dihasilkan di Nusantara.
Rempah Dan Jalur Rempah Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
menjelaskan
definisi
rempah
yaitu:
rempah2 / /rr em·pah/ em·pah/ n n berbagai jenis hasil tanaman yang beraroma dan berasa kuat, seperti pala, cengkih, lada untuk memberikan bau dan rasa khusus pada makanan. Definisi ini dengan jelas menekankan kata “beraroma” sebagai pembeda rempah dengan jenis tumbuhan lainnya. Dan sejarah memang membuktikan, aroma itulah yang mengundang penjelajahan dunia, membangun hubungan dagang antar bangsa dan benua, bahkan memicu lahirnya kolonialisme, yang mau tak mau telah membawa perubahan pada perkembangan peradaban dunia.
EMPAT JENIS REMPAH-REMPAH REMPAH-REMPAH UTAMA 1)
Lada (Piper nigrum) nigrum)
2)
Cengkeh (Syzyigium Syzyigium aromaticum). aromaticum).
3)
Pala (Myristica fragrans) fragrans) 1
2
4)
Kayumanis (Cinnamomum zeylanicum)
Pala ( Myr is tica Fragrans ), Lada (Piper Nig rum), dan Cengkeh ( S izyg ium Aromaticum) adalah tiga jenis rempah yang paling dikenal selain Kayu Manis, Kayu Cendana, Kamper, Damar dan berbagai jenis rempah lainnya. Meski sebagian besar berfungsi sebagai pelezat dan pemberi rasa pada makanan, pada prakteknya rempah juga dapat berfungs i sebagai bahan pengawet, kosmetik, obat-obatan dan sekedar pengharum. Rempah-rempah inilah yang melahirkan perburuan dan perdagangan dunia, yang dalam prosesnya melahirkan garis-garis imajiner yang menghubungkan berbagai tempat dan pelabuhan yang terlibat, yang kelak disebut Jalur Rempah.
ARTI PENTING REMPAH a) Barang Berharga Rempah-rempah merupakan komoditas perdagangan paling berharga pada zaman
o
prakolonial. Rempah-rempah tertentu, terutama, lada, cengkih dan pala menjadi barang yang sangat
o
berharga karena sangat dicari oleh bangsa-bangsa Eropa untuk memenuhi kebutuhan kelompok elite di pusat-pusat peradaban Eropa. b) Daya Tarik Migrasi Bangsa-Bangsa Rempah-rempah adalah salah satu alasan penjelajah Portugis, Vasco Da Gama, mencapai
o
India dan Maluku. Rempah-rempah ini pula yang menyebabkan Belanda kemudian menyusul ke Maluku. c) Senjata Manusia Untuk Menaklukkan Jasad Renik Berbagai jenis rempah-rempah yang dicampurkan dalam makanan sebelum dimasak
o
mengandung zat pembuhuh bakteri sehingga kesehatan manusia lebih terjaga. SekuRang-kurangnya ada 30 jenis rempah yang memiliki zat pembuhuh bakeri. Diantaranya
o
adalah bawang putih, kayumanis, jintan, cengkeh, adas, ketumbar, pala, lada, dan jahe
2. ISI a. PERDAGANGAN DAN POLITIK Perdagangan
-
Komoditas yang diperdagangkan dalam pelayaran dan perdagangan di Nusantara itu sangat banyak dan bervariasi seperti cengkeh, pala, bunga pala, kayu manis, kayu cendana, kayu sapan, sagu, beras, dan sebagianya.
-
Pedagang nusantara menjualnya kepada pedagang asing (Cina, Asia Barat, dan India) dengan sutera, kain yang halus, kain yang kasar, porselain, alat-alat logam, batu permata, senjata api, dan sebagainya.
-
Ramainya perdagangan dan pelayaran tidak terlepas dari peran bandar atau pelabuhan yang menyediakan bermacam fasilitas bagi para pedagang yang hendak menjual atau membeli barang dagangan.
-
Pelabuhan-pelabuhan ini menyebar mulai dari bagian utara, timur, dan selatan Pulau Sumatra, Semenanjung Malayu, sepanjang pantai utara Jawa, Sulawesi Selatan, Nusa
3
Tenggara, kepulauan Maluku, dan begitu banyak yang lainnya di pulau-pulau besar dan kecil. Politik
-
Pada abad ke 16 M, bangsa Eropa ke Nusantara untuk menguasai daerah-daerah utama penghasil rempah-rempah. Bangsa Eropa yang pertama sampai ke Nusantara adalah orang Portugis, disusul dengan Spanyol dan kemudian bangsa-bangsa Eropa lainnya. Orang Belanda baru sampai ke Banten pada tahun 1596. Pada abad 16 belum ada satu kekuatan kekuatan yang berhasil memonopoli perdagangan rempah-rempah. Menjelang abad 17 bangsa Belanda secara bertahap berhasil mengusir para saingan dari Eropa dan kemudian menegakkan monopoli perdagangan rempah-rempah dengan mendirikan VOC(Verenigde Oost-Indische Compagnie) yang memiliki kapal. Gudang, dan toko-toko rempah sendiri
-
Upaya bangsa Belanda untuk memonopoli perdagangan menimbulkan perlawanan dari berbagai kekuatan yang ada di Indonesia. Sejak awal abad 17 sampai dengan tahun 1684 Banten menolak monopoli Belanda melalui VOC terhadap perdagangan lada. Demikian juga Makassar tidak mengakui monopoli Belanda terhadap perdagangan cengkeh dan pala. Sementara itu, Aceh sepanjang abad 17-18 tidak pernah bisa ditaklukkan Belanda. Kepentingan dagang Belanda terhadap komoditi lada di wilayah kekuasaan kesultanan Aceh diatur melalui berbagai kotrak perjanjian.
Keruntuhan Monopoli Dagang VOC Sejak abad ke-18 kegiatan perdagangan rempah-rempah yang dilakukan VOC mengalami kemerosotan. Hal ini disebabkan karena persaingan dagang dengan negara-negara Eropa lainnya seperti Perancis dan Inggris. Sejak abad 18 Perancis telah berhasil menanam tanaman cengkeh di koloninya di Zanzibar. Sebagai akibatnya VOC tidak bisa lagi memonopoli perdagangan cengkeh. Selain itu, pada tahun 1819 Belanda dan Inggris menandatangani perjanjian pertukaran wilayah, Inggris melepas Bengkulu, dan Belanda melepas Semenanjung Malaka. Inggris membangun Singapura yang berada di Semenanjung Malaka sebagai pelabuhan besar perdagangan bebas. Penyebab kemerosotan VOC lainnya adalah permintaan penduduk Eropa terhadap komoditi rempah-rempah juga menurun karena perubahan selera. Masalah menjadi semakin parah karena para pegawai maskapai dagang ini banyak yang terlibat korupsi. Akibat utang VOC yang semakin menumpuk akhirnya perusahaan ini dinyatakan bangkrut oleh pemerintah Belanda pada tahun 1779. Dengan ditutupnya VOC maka berakhirlah monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilakukan perusahaan ini selama lebih dari 150 tahun.
4
b. KERAJAAN DAN PELABUHAN PERDAGANGAN 500-1500 MASEHI Kerajaan Sriwijaya
-
Sriwijaya merupakan kerajaan maritim pertama di nusantara yang telah berkembang sejak akhir abad ke-7 dengan cakupan wilayah hampir mencakup seluruh wilayah Sumatera Selatan dan Bangka. Mencapai puncak perkembangan pada abad ke-10 dan ke-12 dengan wilayah dominasi hingga semenanjung Melayu di utaranya.
-
Komoditi yang diperdagangkan antara lain benzoin (kemenyan), campor (kamper), dan resin (bahan untuk pernis, perekat, dupa, dan parfum). Selain itu, terdapat juga barangbarang eksotik yang berasal dari hutan, gua-gua dan rawa-rawa, misalnya rumput laut, sarang burung, kulit mangrove, madu, berbagai macam kayu, tanduk badak, burung betet dan kulit penyu.
-
Perdagangan internasional dilakukan dengan negeri-negeri yang berasal dari India, Timur Tengah, dan China (Dinasti Sung).
Kerajaan Mataram Kuna
-
Pandangan umum yang mengatakan bahwa Mataram Kuno bukan Negara maritim perlu di luruskan. Kerajaan ini mencapai tingkat kegemilangan pada pertengahan abad ke-8 hingga akhir abad ke-9.
-
Komoditi perdagangan adalah kulit padi serat nenas, tebu, adas, merica/ladapenyu, emas, perak, cula badak, gading, dan tuak bunga kelapa.
-
Hubungan perdagangan yang dilakukan antara lain dengan Cina (Dinasti Tang), India dan Arab.
Kerajaan Singhasari
-
Singhasari merupakan kerajaan pertama yang tumbuh sebagai sebuah imperium dengan sejumlah negara bagian di sekitar Jawa Timur.
-
Komoditi utama yang dihasilkan oleh kerajaan yaitu beras, garam, ikan, penyu, unggas, kambing, sapi, pepaya, kelapa, tebu, dan taro. Negeri ini juga menghasilkan emas, perak, cula badak, gading, kayu cendana, lada, pinang, kayu sapan, kain katun dan beternak ulat sutra untuk membuat kain sutra.
-
Pusat-pusat peradaban dunia yang menjalin hubungan dengan Singhasari adalah Cina masa dinasti Sung (960-1279) dan dinasti Yuan/Mongol (1280-1367).
Kerajaan Majapahit
-
Kerajaan Majapahit memiliki kemiripan dengan Mataram dengan corak ekonomi agraris maupun maritim, namun dengan skala yang lebih luas dan birokrasi yang lebih kompleks. Muncul pada akhir abad ke-13 dan mencapai puncak perkembangannya pada abad ke14.
5
-
Komoditi utama kerajaan ini adalah beras yang dikirim ke wilayah Indonesia Timur maupun ke Indonesia barat. Pada tahun 1381 utusan dari kerajaan ini membawa lada ke Cina sebanyak 75.000 kati.
-
Pusat-pusat peradaban dunia yang menjalin hubungan dengan Majapahit adalah Cina masa dinasti Yuan (1280-1367) dan Ming (1368-1643).
1200-1700 M:KOTA-KOTA ISLAM SEBAGAI PUSAT PERDAGANGAN REMPAHREMPAH Maluku dan Kepulauan Rempah-Rempah
-
Penggunaan nama “Maluku” pada abad ke-16 digunakan untuk menyebut kepada lima pulau penghasil cengkeh, yaitu Ternate, Tidore, Makian, Moti dan Bacan. Semua tempat ini merupakan bagian dari wilayah kerajaan Jailolo yang berpusat di Halmahera (Villier,: 1990: 84).
-
Terdapat dua komoditi rempah-rempah utama yang dihasilkan di Kepulauan Maluku yang diperdagangkan dalam perdagangan antar benua (Asia dan Eropa). Kedua komoditi tersebut adalah Cengkeh dan Pala. Cengkeh dan pala adalah tanaman asli dari Indonesia. Cengkeh merupakan tanaman yang berasal dari Maluku Utara, sedangkan pala merupakan tanaman asli dari Kepulauan Banda.
-
Jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa, sistem organisasi sosial di kepulauan rempahrempah telah berkembang secara kompleks dan telah melakukan aktivitas perdagangan dengan wilayah-wilayah lain di kepulauan nusantara. Perdagangan cengkeh di Maluku Utara terutama dilakukan oleh dua kesultanan di daerah itu, yaitu Ternate dan Tidore.
-
Orang-orang Banda di bagian selatan Maluku dikenal sebagai pelayar tangguh yang memiliki kapal untuk kegiatan perdagangan dengan Jawa dan Malaka. Pada awal abad ke 16, banyak pedagang dari Banda di pelabuhan Jawa (Gresik), dan dari tempat ini banyak pedagang, termasuk pedagang Portugis berlayar ke timur menuju Timor, Banda dan Maluku.
Kesultanan Banten
-
Kesultanan Banten dengan pusat pemerintahan di wilayah pesisir telah berkembang sejak abad awal abad ke-16 hingga akhir abad ke-17. Di antara kota-kota pelabuhan di pantai utara Jawa, Banten tampil sebagai pelabuhan yang terbesar pada periode ini.
-
Kedudukan ini bertahan hingga akhir abad ke-17 ketika monopoli Belanda melalui VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) yang semula pernah melakukan hubungan dagang di Banten kemudian menguasai Sunda Kelapa dan mengembangkannya sebagai pusat aktivitas utama di Nusantara.
-
Komoditi ekspor utama Banten adalah lada. Tanaman lada sesungguhnya berasal dari India, namun berhasil ditanam dan tumbuh dengan subur di bagian barat dan selatan
6
Pulau Sumatra, serta ujung barat Pulau Jawa (Banten). Selain lada yang mutunya bagus, pada awal abad ke-17, Banten merupakan produsen cengkeh dan gula tebu yang dijual kepada Inggris. Hasil lainnya adalah
buah-buahan dan hasil pertanian yang dikonsumsi
oleh penduduk lokal.
-
Pedagang-pedagang asing
yang telah lama
berhubungan dagang dengan Banten
berasal dari China, Cambay, Gujarat, Mesir, Turki, Goa, Melayu, Benggala dan Abesinia.
Makasar: Kesultanan Gowa-Tallo
-
Kejatuhan Malaka di tahun 1511 ke tangan Portugis telah menyebabkan jaringan perdagangan Islam di Asia Tenggara yang tadinya berpusat di Malaka, membentuk pusatpusat perdagangan baru. Sejak abad 16 bermunculan kota-kota dagang yang menggantikan peran Malaka. Di bagian barat Nusantara muncul Kesultanan Aceh dan Banten yang melakukan kegiatan perdagangan lada, sedangkan di Timur muncul Kesultanan Gowa di Makassar yang mengatur kegiatan perdagangan cengkeh dan pala.
-
Makassar merupakan gabungan dari dua kerajaan, yaitu Gowa dan Tallo yang berkembang pada awal abad ke-16 hingga akhir abad ke-17 (1512-1669).
-
Ekspor utama Makassar pada akhir abad ke-16 adalah beras, emas, kulit penyu,Teripang dan besi yang berasal dari Luwu untuk diperdagangkan dengan orang Jawa sebagai bahan keris. Letaknya yang strategis, Makasar menjadi semacam tempat persinggahan untuk barang-barang produk kepulauan nusantara, termasuk rempah-rempah.
-
Pedagang-pedagang asing yang berhubungan dengan Makasar antara lain berasal dari Cambay, Bengal, dan Koromandel.
-
Upaya Belanda untuk memonopoli perdagangan menimbulkan perlawanan dari berbagai kekuatan yang ada di nusantara, termasuk Makasar yang tidak mengakui monopoli Belanda terhadap perdagangan cengkeh dan pala. Pada tahun 1666, Kerajaan Makasar baru berhasil ditaklukan Belanda melalui Perjanjian Bongaya.
Kesultanan Aceh
-
Aceh merupakan kerajaan Islam yang mewarisi kerajaan-kerajaan sebelumnya yang berkembang sejak abad ke-13, yatu Pasai, Lamby dan Samudera. Kerajaan ini muncul sejak abad ke-16 dan mencapai puncaknya pada abad ke-17 pada masa pemerintahan Iskandar Muda (1607-1636).
-
Komoditi ekspor rempah utama Aceh pada awal abad ke-17 adalah lada dan cengkeh. Perdagangan dilakukan terutama dengan Cina pada masa Dinasti Ming, India pada masa Dinasti Moghul, dan Persia pada masa Dinasti Shafawi.
Mataram Islam dan Jalur Perdagangan di Pantai Utara Jawa
-
Abad 16 sampai
awal abad 17 kota-kota dagang di pantai utara Jawa semakin
berkembang menjadi bagian dari jalur rempah. Kota-kota dagang itu antara lain adalah:
7
Cirebon, Semarang, Tuban, Lasem, dan Surabaya. Pada saat yang bersamaan kerajaan terbesar di Jawa, Mataram, mulai meluaskan pengaruhnya ke seluruh Jawa. Di masa kekuasaan Sultan Agung (1613-1645) Mataram mencapai puncak kejayaanya dengan menguasai Pulau Jawa kecuali Banten dan Batavia. Pada tahun 1628 dan 1629 Sultan Agung melakukan serangan terhadap VOC di Batavia. Kedua serangan tersebut tidak berhasil, namun dengan itu kekuasaan Sultan Agung di Mataram tidak pernah diganggu oleh VOC. Berkuasanya Mataram di bawah Sultan Agung di hampir seluruh wilyah Jawa menyebabkan kegiatan perdagangan di pantai utara Jawa agak surut. Hal ini disebabkan karena Mataram berporientasi agraris.
Teluk Palu Dan Jaringan Maritim
-
Nama Donggala sebagai kota pelabuhan sudah disebut-sebut dalam literatur Perancis dengan kata “Dunggally.” Seperti dalam peta tua Pulau Sulawesi yang dibuat pada tahun 1805 oleh David Woodard, sedangka dalam peta pulau Sulawesi yang lebih tua yang dibuat oleh Lodocus Hondius pada tahun 1611, Donggala disebut dengan “Durate”. Asal kata Donggala sendiri menur ut tradisi tutur masyarakat di wilayah Teluk Palu bersumberdari nama pohon Dongg ala yang banyak tumbuh di wilayah ini. Dalam literature China, Wilayah Donggala disebut dengan nama “ Tun Chia La,” sedangkan penyebutan orang luar terhadap Donggala seperti Don Nggolo, Dunggally , Durate, dan Tun Chia La. Sebutan yang cukup beragam tentang Donggala sebagai salah satu pelabuhan di Teluk Palu memberikan informasi bahwa sejak masa lalu Teluk Palu merupakan jaringan pelayaran yang cukup penting di mata orang-orang asing, seperti orang China maupun Eropa. Teluk Palu sebagai bagian dalam jaringan pelayaran dunia tidak lepas dari posisinya yang menghadap Selat Makassar yang mempunyai akses terbuka dengan Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, hingga Laut Sulawesi.
-
Posisi Teluk Palu sangat strategis yang menjadi penghubung jaringan ke bagian Barat, Utara dan jaringan ke bagian Selatan. Jalur ke Utara menghubungkan kawasan Teluk Palu ke Laut Sulawesi dan Laut Zulu di bagian Negara Filipina Selatan hingga China. Sementara hubungan Teluk Palu ke Selatan terhubung ke Makassar, Laut Jawa, Laut Flores, Negeri-Negeri Melayu di Sumatera dan Semenanjung Malaya hingga India, Arab, dan Eropa. Bahkan beberapa literature luar yang memberikan informasi awal tentang hubungan orang Kaili di wilayah Teluk Palu dengan dunia luar sampai ke Eropa. Tulisan Mills, Henley mengenai Fertility, Kotilainen, Padtbrugge (Gubernur Maluku) tahun 1794, Domingo Navarette tahun 1657, John Dalton tahun 1828, Woodard tahun 1794, Valentijn, dan Collins yang telah menginformasikan keadaan pelabuhan pantai di Teluk Palu, Sulawesi Tengah.
-
Masyarakat Teluk Palu sendiri telah memiliki jaringan perdagangan lokal dan internasional. Perdagangan pribumi tidak terlepas dari ikatan niaga antara masyarakat pesisir dan pedalaman yang mengantungkan hidupnya pada Alam dan sekitarnya. Sumber tertua China menyebut nama Tun Chia La sebagai satu destinasi pelabuhan dagang. Dalam Kitab “ Shun Fêng Hsiang Fung ditulis tahun 1430, masa Dinasti Ming, terutama sejak masa pemerintahan Kaisar Hung Wu
8
(1368-1398). Masa Kaisar Yung Le (1402-1424) yang menerapkan kebijakan ekspansi maritime negeri di luar China menyebut sekitar seratus tempat tujuan perjalanan kapal-kapal China. Rute Barat terdapat lima rute cabang, rute Kwang Tung menuju Malaka dan rute Wu Yu, dekat Amoy menuju Tuban, Jaratan, Sukadana dan Lawe. Rute Timur memiliki dua rute cabang, yakni dari Chuan-Chou menuju Brunei dan Donggala di Teluk Palu.
-
Rute Chuan-Chou menuju Donggala, kapal-kapal Cina berangkat dari Chuan-Chou menuju Busuanga (di Filipina) menuju Sulu. Kemudian dari Sulu dilanjutkan ke Ma-Li-Pen Mountain (Tanjung Mangkalihat, Kalimantan Timur), selama 10 Kêng lagi ke arah 142,5 derajat Bujur Timur, kapal akan tiba di Teluk Palu. Selama perjalanan, para pelayar telah melihat (dari kejauhan) sebuah gugusan pegunungan yang bernama Pi-Chia-San atau Pen Rack Mountain (Bukit Sidole) di bagian Timur. Setelah itu kapal akan tiba di Tung-Chia-La (Donggala). TungChia-La dikatakan sebagai ibukota negeri. Donggala menjadi transit untuk kemudian menuju Makassar sebagai rute terakhir jalur ini untuk kembali ke Chuan-Chou atau sekitar 24 jam, 1 Kêng sepadan dengan 2,4 jam.
-
Dalam sumber Eropa tentang Teluk Palu oleh Valentijn dalam catatannya berdasarkan laporan Serdadu VOC bahwa tanah di sekitar Palu cukup subur. Serdadu VOC itu juga menyebutkan keberadaan wilayah pedalaman, seperti Napu, Bada dan Besoa, masa itu disebut sebagai daerah penghasil emas dan fuya. Di Bada dikenal dengan sebutan “ Ranta,” sementara di Behoa disebut “Inodo,” di Napu dikenal dengan sebutan “ Hampi ,” di Kulawi disebut dengan nama “Kumpe.” Woodard memberi komentar mengenai kain tenunan serta benang buatan Donggala, sedangkan di daerah pedalaman juga dikenal sebagai penghasil pakaian yang terbuat dari kulit kayu (fuya). Fuya yang diproduksi, terutama didaerah pedalaman juga diekspor hingga ke Jawa dan pulau-pulau lain di nusantara. Fuya juga dimanfaatkan sebagai tirai tidur (kelambu) dan kertas.
-
Kapal pedagang Portugis pernah menyerang bandar yang berada di teluk Palu untuk dikuasai, sehingga terjadi saling serang antara pihak kerajaan dengan Portugis tahun 1669 di masa pemerintahan Raja La Bugia Pue Uva dan dapat mempertahankannya. Sebelumnya pedagang dari Gujarat (India), Arab dan China sudah sering mendatangi kota itu. Mereka membawa barang-barang untuk dijual dan sebaliknya membeli hasil bumi berupa: rotan, damar, kayu cendana, dan repah-rempah. Kemudian pedagang Gujarat tahun 1767 mulai memperkenalkan cara menenun kain sutra yang kini dikenal sarung Donggala yaitu pada masa pemerintahan Raja Banawa I Sabida (1758-1800). Josep Condrad, misalnya seorang pengarang berkebangsaan Inggris kelahiran Polandia, menjadikan Donggala sebagai salah satu tempat penjelajahan Nusantara (1858-1924) dan sempat menjalin persahabatan dengan La Sabanawa I Sangalea Dg. Paloera, Raja Banawa ke-7 (1845-1888).
1.700 M-1.800 M Batavia Sebagai Emporium Nusantara
9
-
Pada awal abad 18 kota Batavia muncul sebagai emporium yang menyatukan jaringan perdagangan rempah di Nusantara. Kota dagang yang dikuasai oleh VOC ini juga menjadi kota dagang utama yang menghubungkan jaringan perdagangan Nusantara dengan wilayah Asia lainnya dan Eropa.
-
Masa kejayaan Batavia terutama tercapai di dekade ketiga awal abad 18. Pada masa itu Batavia tumbuh menjadi salah satu kota dagang terbesar di Asia dengan fasilitas, pelabuhan, gudang-gudang, pasar-pasar, dan pusat perbaikan kapal di Pulau Onrust. Sebagai emporium yang didatangi oleh berbagai bangsa, Emporium Batavia berpenduduk multi-etnis. Selain suku-suku yang berasal dari berbagai penjuru nusantara, penduduk Batavia juga terdiri dari berbagai bangsa. Pada awal abad ke18, Batavia sebagai pusat jaringan perdagangan rempah dikenal sebagai kota “Queen of the East” atau “Ratu di Timur”. Sebutan ini diberikan karena kemakmuran dan keindahan kota Batavia.
c. PERKAPALAN
Penemuan homofloresiensis di wilayah Timur Indonesia yang diperkirakan berasal dari 18.000 tahun yang lalu menjadi petunjuk bahwa nenek moyang ras Malanesia yang bermigrasi dari arah Barat Nusantara telah menyeberangi laut dalam dengan kendaraan air, mungkin dalam bentuk rakit bambu. Pengenalan atas kendaraan air dalam bentuk yang lebih bagus juga digambarkan di gua-gua prasejarah di daerah Sulawesi.
Hornell yang mengadakan penyelidikan terhadap jenis-jenis perahu di Nusantara dan negara-negara di sekitarnya menyimpulkan bahwa perahu bercadik adalah perahu khas bangsa Indonesia. Keberadaannya di luar Indonesia karena pengaruh atau pembawaan dari bangsa Indonesia.
Perahu bercadik ini digunakan untuk mengangkut kayu manis ke Afrika. Banyak bukti sejarah maupun bukti etnografis yang memperkuat keberadaan aktifitas pelayaran dan perdagangan masyarakat Nusantara ke Afrika pada masa lalu. Pernyataan ini diperkuat oleh catatan sejarah yang menunjukkan besarnya permintaan pasar terhadap komoditas kayu manis nusantara oleh bangsa Afrika.
Kemungkinan kapal bercadik telah ada jauh sebelum Candi Borobudur dibangun dan telah menginspirasi berbagai bentuk kapal dibelahan dunia yang lain. Kapal bercadik bisa jadi kapal pelopor pelayaran antar samudera pelaut Nusantara.
d. REMPAH MENGINSPIRASI DUNIA Bak semut mendapat gudang gula, maka para pelaut dan pedagang rempah telah membawa rempah ke seluruh penjuru dunia, dan membawa berbagai perubahan dari hal-hal sederhana hingga ke yang besar dalam peradaban. Dari mulai terjadinya perubahan tradisi kuliner, teknologi pengawetan, kosmetik, pengobatan, pergaulan dan stratifikasi sosial. Rempah bahkan telah menjadi bagian penting dari pergaulan sehari-hari, menjadi alat tukar, dan bahkan sebagai telah menjadi pampasan dan alat tukar politik dalam perjanjian antar negara.
10
Kuliner Rempah telah merubah kebiasaan makan dunia terutama di India, Asia Barat dan Eropa. Sebuah kisah dari masa awal masehi menceritakan seorang pria Romawi bernama Apicius telah menulis buku resep yang digunakan orang-orang kaya di Romawi yang menunjukkan penggunaan rempah-rempah seperti kayu manis, lada, pala dan cengkeh yang didatangkan dari India. Masa itu bangsa Eropa menyebut wilayah di timur jauh sebagai India. Pala digunakan pada masakan daging di negara-neg ara seperti; Arab, Iran, dan utara India. Di India, masakan seperti masala mengandung pala, demikian pula ras el hanout dari Moroko, dan galat dagga dari Tunisia, serta baharat dari Arab Saudi. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (eggnog)
Kuliner Eropa yang agak hambar dan hanya bertumpu pada pemberi rasa seperti garam dan keju, juga ikut berubah sejalan dengan kehadiran rempah di sana. Resep makanan tertua yang pernah didokumentasikan yang berjudulnya Forme of Cury ditulis pada 1390 di Inggris. Bukan sembarang resep yang disajikan. Panduan meracik dan meramu makanan tersebut berisi jenis makanan yang dihidangkan di hadapan raja-raja. Antara lain adalah
mortrews (babi giling berbumbu pedas) berupa irisan ladah dan potongan daging babi. Lada adalah bahan pembuat lasagna dan salah satu campuran minuman mulled wine.
Kosmetik Rempah juga berfungsi sebagai bahan pembuatan kosmetik sejak dahulu. Pala berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang digunakan dalam industri pengalengan dan kosmetik. Di pasar internasional, gaharu diperdagangkan dalam bentuk kayu, serbuk, dan minyak. Minyak gaharu merupakan bahan baku yang sangat mahal dan terkenal untuk industri kosmetik, bahan parfum, pembuatan hio/dupa dan obat-obatan (farmasi). Indonesia merupakan negara produsen gaharu terbesar di dunia dengan kualitas terbaik.
Pengawetan Makanan dan Obat-Obatan Rempah juga digunakan sebagai pengawet makanan dan obat-obatan. Berbagai sumber tertulis menyatakan biji pala dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin. Pala juga sangat baik untuk obat pencernaan, obat muntah-muntah dan lain-lain. Pada abad pertengahan minyak ekstrak cengkeh dan kayu manis digunakan untuk mengurangi rasa sakit penderita pes. Orang Yunani menyadari pentingnya rempah-rempah sebagai suplemen dan obat sejak tahun 500 SM. Biarawan Fransiskan Roger Bacon (1220-1292) menyarankan campuran yang terdiri
11
dari ular tedung yang digiling dan dikeringkan, cengkeh, pala dan bunga pala sebagai ramuan Anti Tua.
Hadiah Kronik tentang penggunaan rempah dalam kehidupan sehari-hari bertebaran di berbagai bangsa. Ratu Sheba membawakan hadiah kepada Raja Sulaiman (Solomon) berupa rempah-rempah dalam jumlah yang luar biasa pada abad 992 SM.
Kolonialisme Rempah memang mengharumkan nama nusantara. Sebuah ilustrasi dari Giles Milton dalam bukunya yang berjudul Nathaniel Nutmeg, mengatakan: The is land can be s melled
before it can be seen, yang berarti: kepulauan Banda dapat tercium wanginya sebelum pulaunya terlihat. Namun keharuman rempah selain menjadi berkah buat bangsa-bangsa Nusantara, juga menjadi bencana. Bangsa-bangsa di Nusantara juga merasakan pedihnya penjajahan kolonial selama ber-abad-abad akibat rempah-rempah. Dan diperkirakan kolonialisme dimulai dari hasrat bangsa-bangsa di utara untuk mencari rempah-rempah ketimbang mencari emas dan sutera yang selama ini digembar-gemborkan. Semua orang tahu, urusan lidah dan perut pasti jauh lebih penting ketimbang pakaian dan perhiasan.
Alat Tukar/Objek Perjanjian Raja Inggris menerima ganti sewa dari walikota Launceston berupa seratus shilling dan satu pohon lada pada tahun 1937. Pada Zaman Romawi, cengkeh jadi bahan tukar menukar oleh bangsa Arab di abad pertengahan. Pada abad pertengahan (sekitar 1600 Masehi) cengkeh pernah menjadi salah satu rempah yang paling populer dan mahal di Eropa, melebihi harga emas. Pada era perdagangan rempah dari abad ke-15, harga 1 pon cengkeh sempat setara 7 ons emas di Eropa. Pada abad 16-17 Masehi, 1 kg Cengkeh = 7 gram emas, 1 karung lada = sewa apartemen mewah selama 2 tahun berikut biaya perawatannya di London. (Penel 15: Rempah di istana) Sebuah kisah unik adalah saat Belanda berusaha mempertahankan sebuah pulau bernama Rhun yang merupakan pulau penghasil Pala paling baik di sekitar Banda. Harga biji dan bunga pala saat itu lebih mahal dari harga emas. Belanda menjaganya sekuat tenaga. Rupanya Inggris yang juga memiliki klaim atas pulau tersebut. Usaha keras untuk mempertahankan pulau itu membuat Belanda bersedia menukar sebuah tanah kecil di Benua Amerika dengan Pulau Rhun. Belanda mendapatkan Pulau Rhun sementara Inggris mendapat tanah kecil di Amerika Utara yang sekarang dikenal dengan nama New York (Pulau Manhattan /New Amsterdam). Sekarang New York menjadi salah satu kota metropolitan paling penting di muka bumi, sementara Pulau Rhun bak pulau tak bertuan. Perjanjian ini dituangkan dalam Perjanjian Breda, 31 Juli 1667. (Panel 16: Pulau Rhun dan New York)
12
Penemuan Rokok Kretek Cengkeh membuat rokok kretek menjadi lebih harum dan segar. Ramuan cengkeh yang ditambahkan ke tembakau merupakan penemuan tidak sengaja oleh seorang yang bernama Jamhari di Kudus pada abad paruh akhir abad ke-19
Pelayaran dan Perdagangan Dunia Rempah juga menciptakan jalur perlayaran dan perdagangan dunia. Yunani menciptakan jalur perdagangan (Incense Route) dengan tujuan utamanya mencari rempah-rempah sejak 950 SM. Tome Pires dalam pelayarannya tahun 1515, menulis: Pedagang Melayu mengatakan bahwa Tuhan menciptakan Timor untuk kayu cendana, Banda untuk bunga pala (fuli) dan Maluku untuk cengkeh, dan barang dagangan ini tidak dikenal di tempat lain di dunia. Orang-orang Belanda dipengaruhi oleh buku Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien (Catatan Perjalanan ke Timor atau Hindia Portugis) karya Jan Huygen van Linschoten. Dia adalah seorang pelaut Belanda yang bekerja pada armada Portugis yang melakukan perdagangan di kepulauan Nusantara pada awal abad ke-16. Dalam bukunya tersebut dia menuliskan dengan baik keindahan pohon penghasil rempah-rampah dan berbagai keajaibannya. (Panel 18: Rempah dan Pelayaran)
Interaksi Sosial Penggunaan cengkeh sebagai penyegar nafas ketika hendak bertemu dan berinteraksi dengan Kaisar Cina (Dinasti Han). Sehingga ada suatu peraturan bahwa siapapun yang akan menghadap raja diwajibkan mengunyah cengkeh terlebih dahulu. Cengkeh saat itu adalah simbol kebangsawanan dan prestis. Cengkeh juga dipercaya untuk meningkatkan kemampuan seksual. Hal ini telah terjadi sejak tahun 206 SM
Konservasi Minyak cengkih digunakan dalam campuran tradisional chōjiyu (1% minyak cengkih dalam minyak mineral; "chōji" berarti cengkih; "yu" berarti minyak) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan pedang mereka.
Strata Sosial Jamuan makan yang di sajikan dengan ditaburi lada, menunjukan status sosial orang tersebut. Semakin banyak lada yang ditaburkan, artinya semakin kaya orang tersebut. Mereka menggunakan wadah lada yang terbuat dari perak.
13
Rempah adalah status sosial karena harganya yang mahal.
Inspirasi Museum Rempah menginspirasi berdirinya museum-museum modern di berbagai belahan dunia. Di antaranya adalah: Spicy’s Gewurzmuseum di Hamburg, Jerman yang Berdiri tahun 1993, museum ini memiliki koleksi rempah yang lengkap dan pengunjung dapat menikmati aneka aroma rempah. Museum of Spices di Saint-Petersburg, Rusia terdapat koleksi rempah termahal di dunia yaitu Saffron yang harganya 1 pound kualitas terbaik sama dengan kuda pacuan terbaik di dunia. Museum of Food and Drink di Brooklyn, Amerika Serikat. Di museum ini dijelaskan bagaimana rempah ditemukan atau dibuat dari alamnya. Museum ini didirikan pada tahun 2015. A Museum of Asian Spices di Pattaya, Thailand. Museum ini didirikan pada tahun 2012. Di Museum ini terdapat tanaman asli yang dibudidayakan di dalam museum dan dijelaskan pula proses pembuatan rempah hingga menjadi bumbu dapur. (panel 17: Museum rempah)
3. PENUTUP a. KEMBALILAH MENDJADI BANGSA SAMUDRA! Amanat Presiden Soekarno pada resepsi pembukaan Munas Maritim ke-I, di Sekretariat Munas, Djalan Prapatan, Djakarta, pada tanggal 23 September 1963 Departemen Penerangan RI “…Jang kita maksudkan dengan perkataan bahari, zaman bahari ialah zaman purbakala, zaman dahulu, zaman kuno; zaman jang lampau itu kita namakan zaman bahari. Apa sebab? Sebabnja ialah kita di zaman lampau itu adalah satu bangsa pelaut. Bahar, elbaher artinja laut, zaman kita mengarungi laut, zaman tatkala kita adalah bangsa pelaut. Dan memang, Saudara-saudara, kita ini dahulu benar-benar bangsa pelaut. Bahkan bangsa kita ini sebenarnja tersebar melintasi lautan dari satu pokok asal, tersebar melintasi lautan, mendiami pulau-pulau antara pulau Madagaskar dan pulau Paskah dekat Amerika Selatan. Dari Madagaskar sampai ke pulau Paskah... Pada waktu itu kita mengarungi samudera, dari \madagaskar kita pergi ke pulau Djawa, dari pulau Djawa kita pergi kepulau Paskah, dari pulau Paskah kita pergi ke Philipina, dari Philipina kita pergi ke Malaya dan lain-lain sebagainja. Waktu itu kita benar-benar bangsa pelaut, waktu itu kita benar-benar bangsa bahar, waktu itu betul-betul kita adalah umat bahari...Zaman itu adalah benar-benar zaman bahari, zaman laut, zaman elbaher...Saudara-saudara kita ini dulu, belakangan kita mendjadi satu bangsa jang berdiam adem-adem di lereng-lereng gunung. Belakangan, saudara-saudara, tatjkala kita terdesak dari pantai-pantai oleh bangsa asing jang mendiami pantai-pantai kita, kita mendjadi bangsa jang hidup adem tentrem dilereng-lereng gunung, adem tentrem...karena itu, Saudara-saudara, kita bolehlah dengan bangga, kita mengingatkan kembali zaman bahari kita itu. Tetapi Saudara-saudara, sesudah sebagai kukatakan tadi itu, sedjarah berdjalan, lama-lama kita kehilangan kita punja djiwa pelaut.
14
... di dalam usaha kita nation-building, nation-rebuilding, sebagai kukatakan tadi. Kita sekarang satu persatu, seorang demi seorang harus jakin bahwa bangsa Indonesia tidak bisa menjadi negara jang kuat, sentausa, sedjahtera, djikalau kita tidak menguasai pula samudera, djikalau kita tidak kembali mendjadi satu bangsa bahari, bangsa pelaut sebagai kita kenal dizaman bahari itu. ”
b. Keberanian Sultan dan rakyat Gowa-Tallo melawan dominasi Belanda Perang Makasar (1666-1668) sebenarnya dipicu oleh perang dagang antara Kerajaan Makasar yang menjadikan pelabuhannya bebas dikunjungi oleh kapal-kapal dari Eropa ataupun dari Asia dan Nusantara, dengan pihak VOC yang ingin memaksakan monopoli. Pelabuhan Makasar dianggap menyaingi perniagaan VOC. Keinginan VOC untuk mengontrol jalur perniagaan laut, ditolak oleh Sultan Hasanuddin. Dalam kebudayaan bahari yang dimiliki oleh orang Makasar, mereka memiliki filosofi bahwa secara umum laut adalah milik bersama, siapapun boleh melayarinya. Permintaan VOC agar Sultan menerima monopoli perdagangan di Makasar ditolak oleh Sultan Hasanuddin. Bahkan Sultan mengatakan: “Tuhan telah menciptakan bumi dan lautan, telah membagi-bagi daratan di antara umat manusia. Tetapi mengaruniakan laut untuk semuanya. Tak pernah kedengaran larangan buat siapapun untuk mengarungi lautan.”1 Jawaban ini meneguhkan semangat orang-orang Makasar untuk melawan tindakan yang memaksakan kehendak, padahal sudah sejak lama, perniagaan laut di Asia Tenggara ini berjalan dengan sistem pasar bebas. Pihak penguasa hanya mengontrol keamanan laut dan pelabuhan dengan menarik cukai atas bermacam mata dagangan. Bahkan para penguasa juga menjadi kaya karena menjadi juragan atau pemilik kapal-kapal dagang. Namun sejak kekalahan dalam Perang Makasar banyak bangsawan, saudagar, dan pelaut Makasar yang meninggalkan kampung halamannya pergi merantau ke seluruh kepulauan Nusantara.
c. ijikjkjnjknijn
Gimmick/Info Menarik (salah satu bisa di buat untuk pesan di bloknote atau magnet kulkas)
1. Terdapat penemuan dramatis berupa cengkeh di situs arkeologi bekas kota kuno Terqa di Syiria yang diperkirakan berasal dari 3710-3550 tahun yang lalu (Spriggs :9). Satu-satunya tempat asli cengkih adalah di kepulauan rempah-rempah di Nusantara. Ini membuktikan bahwa hubungan perniagaan jarak jauh telah berlangsung hampir 1.500 tahun lebih tua lagi dari dugaan semula
15
2. Monopoli perdagangan di abad 16-18 hanya terjadi untuk cengkeh dan pala, sedangkan lada dan kayumanis adalah komoditas perdagangan bebas. 3. Cengkeh dihasilkan dari Ternate, Tidore, Halmahera, Seram, dan Ambon, sementara pala dan bunga pala banyak dihasilkan di Kepulauan Banda. Kayu manis, kemenyan, kapur barus, dari Sumatera dan Jawa, kayu cendana banyak dihasilkan di Pulau Timor dan Sumba, sedangkan lada banyak dihasilkan dari Banten, Lampung, dan pesisir timur dan utara Pulau Sumatra, dan Kalimantan selatan.
4. Di Kepulauan Banda dan Aru perdagangan pala dilakukan oleh para kepala desa yang disebut dengan “orang Kaya”. 5. Pada abad 16-17 Masehi, 1 kg Cengkeh = 7 gram emas, 1 karung lada = sewa 2 tahun apartemen mewah di London abad 17 Masehi 6. Salah satunyan isi Perjanjian Breda yang ditandatangani pada 24 Januari 1667, yaitu penyerahan Pulau Run di Kepulauan Banda kepada Belanda dengan ditukar Pulau Manhattan atau Nieuw Amsterdam di New York kepada Inggris. Pulau Run adalah daerah penghasil pala di Kepulauan Maluku. 7. Tome Pires dalam pelayarannya tahun 1515 di Maluku, menuliskan pendapatnya tentang tanaman rempah-rempah dan kayu cendana, sebagai berikut: Pedagang Melayu mengatakan bahwa Tuhan menciptakan Timor untuk kayu cendana dan Banda untuk bunga pala (fuli) dan Maluku untuk cengkeh, dan barang dagangan ini tidak dikenal di tempat lain di dunia kecuali di tempat itu. 8. Penyebab lain dari pelayaran orang Belanda dipengaruhi oleh penerbitan buku Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien (Catatan Perjalanan ke Timor atau Hindia Portugis) karya Jan Huygen van Linschoten. Van Linschoten adalah seorang pelaut Belanda yang bekerja pada armada Portugis yang melakukan pelayaran perdagangan di kepulauan Nusantara pada awal abad ke-16. Dalam bukunya tersebut dia menuliskan dengan baik keindahan pohon penghasil rempah-rampah dan keajaiban buah itu, yang memiliki khasiat penyembuh bermacam penyakit.
Tulisannya tentang pala, bunga pala, dan cengkeh diuraikan sebagai berikut: Pohon-pohon yang membuahkan pala dan bunga pala itu tidak berbeda dengan pohon buah pir, tetapi daunnya lebih pendek dan bundar, baik untuk peneyembuh sakit kepala, untuk ibu dan untuk syaraf. Pala terbalut oleh tiga jenis kulit. Yang paling utama dan paling luar seperti daging kelapa, yang membalut buahnya, adalah bunga pala, yang berguna bagi obat-obatan. Buah pala menenangkan otak, menajamkan daya ingat, menghangatkan dan menguatkan tenggorokan, mengusir angin dari tubuh, menyegarkan nafas, melancarkan kencing dan menghentikan mencret. …bunga pala terutama baik untuk selesma dan untuk pria yang lemah, menghilangkan rasa marah dan memudahkan buang angin….Pohon cengkeh banyak dahannya dan bunganya tidak sedikit, yang kemudian menjadi buah-buah yang dinamakan ‘cloves’ karena bentuknya mirip cakar atau ’claws’. Cengkeh banyak digunakan untuk memasak daging maupun meramu obat. Air cengkeh hijau yang disuling harum baunya, dan menguatkan jantung, yang sakit cacar menjadi berkeringat dengan
16
cengkih, bunga pala, dan cabe hitam….Cengkeh memperkuat hati, tenggorokan, jantung, melancarkan pencernaan, memudahkan ke luarnya kencing, dan bila ditaruh di mata dapat memelihara penglihatan.