dan lbtiddaiah di seluruh wilayah !K) diketahui bahwa angka kelainan refraksi ratarata sebesar 11,+. 5ehingga di )ndonesia dari 6 , juta murid 5ekolah !asar diperkirakan terdapat *, juta orang anak yang menderita kelainan refraksi. 8'iro Pusat 5tatistik, 19 (iopiaa tingg (iopi tinggii adalah salah satu peny penyebab ebab kebutaan pada usia dibawah tahun. (iopia tinggi adalah myopia dengan ukuran dioptri atau lebih. Pendarita dengan minus di atas dioptri akan menyebabkan :- kali lebih besar untuk terjadi ter jadinya nya kom kompli plikas kasii pad padaa mat mata. a. !al !alam am bid bidang ang ofta oftalmo lmolog logii terc tercatat atat bah bahwa wa miopia merupakan obyek penelitian yang paling lama telah dilakukan. $al ini disebabkan karena penglihatan sangat penting untuk kehidupan *. !alam sejarahnya kelainan miopia telah diketahui sejak ;aman ristoteles, tetapi penelitian yang lebih mendalam dan akurat serta sistematis baru dilakukan pada pertengahan abad 19 oleh ,1. Pre/alensi Pre/alensi hipermetropia mencapai titik terrendah di sekitar usia 2 bulan namun naik dan tetap lebih tinggi setelah usia itu9. stigmatisme idiopatik lebih sering. 5ecara klinis astigmatisme refraktif ditemukan sebanyak 9*+ mata. )nsidensi astigmatisme yang signifikan secara klinis dilaporkan 7,*-7*+, bergantung pada specific study dan defenisi derajat astigmatisma yang signifikan secara klinis. Kira-kira + dari populasi umum memiliki astigmatisme lebiih dari .* !, 1+ lebih dari 1. !, dan + lebih dari 1.* !. !iband !ib anding ingkan kan den dengan gan selu seluruh ruh kel kelain ainan an refr refraks aksii mata man manusi usia, a, mio miopia pia diketah dik etahui ui mer merupa upakan kan masa masalah lah yan yang g pali paling ng bes besar ar kar karena ena men menya yangk ngkut ut jum jumlah lah
2
dan lbtiddaiah di seluruh wilayah !K) diketahui bahwa angka kelainan refraksi ratarata sebesar 11,+. 5ehingga di )ndonesia dari 6 , juta murid 5ekolah !asar diperkirakan terdapat *, juta orang anak yang menderita kelainan refraksi. 8'iro Pusat 5tatistik, 19 (iopiaa tingg (iopi tinggii adalah salah satu peny penyebab ebab kebutaan pada usia dibawah tahun. (iopia tinggi adalah myopia dengan ukuran dioptri atau lebih. Pendarita dengan minus di atas dioptri akan menyebabkan :- kali lebih besar untuk terjadi ter jadinya nya kom kompli plikas kasii pad padaa mat mata. a. !al !alam am bid bidang ang ofta oftalmo lmolog logii terc tercatat atat bah bahwa wa miopia merupakan obyek penelitian yang paling lama telah dilakukan. $al ini disebabkan karena penglihatan sangat penting untuk kehidupan *. !alam sejarahnya kelainan miopia telah diketahui sejak ;aman ristoteles, tetapi penelitian yang lebih mendalam dan akurat serta sistematis baru dilakukan pada pertengahan abad 19 oleh ,1. Pre/alensi Pre/alensi hipermetropia mencapai titik terrendah di sekitar usia 2 bulan namun naik dan tetap lebih tinggi setelah usia itu9. stigmatisme idiopatik lebih sering. 5ecara klinis astigmatisme refraktif ditemukan sebanyak 9*+ mata. )nsidensi astigmatisme yang signifikan secara klinis dilaporkan 7,*-7*+, bergantung pada specific study dan defenisi derajat astigmatisma yang signifikan secara klinis. Kira-kira + dari populasi umum memiliki astigmatisme lebiih dari .* !, 1+ lebih dari 1. !, dan + lebih dari 1.* !. !iband !ib anding ingkan kan den dengan gan selu seluruh ruh kel kelain ainan an refr refraks aksii mata man manusi usia, a, mio miopia pia diketah dik etahui ui mer merupa upakan kan masa masalah lah yan yang g pali paling ng bes besar ar kar karena ena men menya yangk ngkut ut jum jumlah lah
2
penderita kelainan refraksi yang tertinggi serta menyebabkan gangguan terhadap kehidupan serta pekerjaan sehari-hari. 8$. 5idarta )lyas, 2
:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kelainan Refraksi
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Pada mata normal kornea dan lensa mebelokkan mebelokkan sinar pada pada titik fokus fokus yang tepat pada sentral sentral retina. Keadaan ini ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada Pada orang orang normal normal daya daya bias bias media media pengli penglihat hatan an dan panjan panjangny gnyaa bola bola mata mata seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media refraksi dibiaskan tepat di daerah makula lutea.1 5ecara keseluruhan status refraksi dipengaruhi oleh 1. Kekuat Kekuatan an kornea kornea 8rata-ra 8rata-rata ta : ! 2. Keku Kekuata atan n lensa lensa 8rat 8rata-r a-rata ata 21 21 ! :. Panjan Panjang g aksi aksial al 8rata 8rata-rat -rataa 2 2 cm cm !ikenal beberapa titik didalam bidang refraksi, seperti Punctum Proksimum merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas. Puctum Puctum 0emotu 0emotum m adalah adalah titik titik terjauh terjauh dimana dimana seseora seseorang ng masih masih dapat dapat melihat melihat dengan jelas. ?itik ini merupakan titik didalam ruang yang berhubungan dengan retina atau fo/eola bila mata istirahat.1 Emetropia adalah mata tanpa adanya kelainan refraksi pembiasan sinar mata Ametro ropi pia a adalah dan dan berf berfun ungs gsii norm normal al.. Amet adalah keadaa keadaan n pembia pembiasan san mata mata dengan dengan
panjang bola mata yang tidak seimbang.1 ?erdap erdapat at bebera beberapa pa kelain kelainan an refraksi refraksi antara antara lain miopia, miopia, hiperme hipermetro tropia pia,, presbiopia, dan astigmat.2
EMETRPIA
3metropia adalah suatu keadaan dimana sinar yang sejajar atau jauh dibiaskan atau difokuskan oleh sistem optik mata tepat pada daerah makula lutea tanpa mata melakukan akomodasi. Pada mata emetropia terdapat keseimbangan antara kekuatan pembiasan sinar dengan panjangnya bola mata. Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar dibentuk oleh dataran depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding media penglihatan mata yang lainnya. @ensa memegang peranan terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda A beda. 'ila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea 8mendatar, mencembung atau adanya perubahan panjang 8lebih panjang, lebih pendek bola mata sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, astimat. Kelainan lain pada pembiasan mata normal adalah gangguan perubahan kecembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkuranganya elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi. &angguan akomodasi dapat terlihat pada usia lanjut sehingga terlihat keadaan yang disebut presbiopia.
PRESBIPIA
!efinisi Presbiopi merupakan kondisi mata dimana lensa kristalin kehilangan fleksibilitasnya sehingga membuatnya tidak dapat fokus pada benda yang dekat. Presbiopi adalah suatu bentuk gangguan refraksi, dimana makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin meningkatnya umur. Presbiopi merupakan bagian alami dari penuaan mata. Presbiopi ini bukan merupakan penyakit dan tidak dapat dicegah. Presbiopi atau mata tua yang disebabkan karena daya akomodasi lensa mata tidak bekerja dengan baik akibatnya lensa mata tidak dapat menmfokuskan cahaya ke titik kuning dengan tepat sehingga mata tidak bisa melihat yang dekat. !aya akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk
*
mencembung dan memipih. 'iasanya terjadi diatas usia tahun, dan setelah umur itu, umumnya seseorang akan membutuhkan kacamata baca untuk mengkoreksi presbiopinya. 1. 3tiologi •
Kelemahan otot akomodasi
•
@ensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.
2. Patofisiologi Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. !engan meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras 8sklerosis dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung. !engan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.
&ambar 1. Presbiopia
:. Klasifikasi a. Presbiopi )nsipien A tahap awal perkembangan presbiopi, dari anamnesa didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak kelainan bila dilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak preskripsi kaca mata baca b. Presbiopi Bungsional A mplitud akomodasi yang semakin menurun dan akan didapatkan kelainan ketika diperiksa. c. Presbiopi bsolut A Peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi fungsional, dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali. d. Presbiopi Prematur A Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia tahun dan biasanya berhungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit.
e. Presbiopi Cokturnal A Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelap disebabkan oleh peningkatan diameter pupil . &ejala a. Kesulitan membaca tulisan dengan cetakan huruf yang halus D kecil. b. 5etelah membaca, mata menjadi merah, berair, dan sering terasa pedih. 'isa juga disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu lama. c. (embaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca atau menegakkan punggungnya karena tulisan tampak kabur pada jarak baca yang biasa 8titik dekat mata makin menjauh. d. 5ukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam hari. e. (emerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca. f. ?erganggu secara emosional dan fisik. g. 5ulit membedakan warna. *. !iagnosis •
Pemeriksaan
dasar
untuk
menge/aluasi
presbiopi
dengan
menggunakan 5nellen 4hart •
0efraksi A Periksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien diminta untuk memperhatikan kartu "aeger dan menentukan kalimat terkecil yang bisa dibaca pada kartu. ?arget koreksi pada huruf sebesar 2D:.
•
(otilitas okular,
penglihatan
binokular, dan
akomodasi A
termasuk
pemeriksaan duksi dan /ersi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes $irschberg, amplitud dan fasilitas akomodasi, dan steoreopsis •
Penilaian
kesehatan
okular dan
skrining kesehatan
umum A
untuk
mendiagnosa penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan presbiopia. •
Pemeriksaan ini termasuk reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, penglihatan warna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan segmen anterior dan
posterior
dari mata dan adneEanya. 'iasanya
pemeriksaan dengan ophthalmoskopi indirect diperlukan untuk menge/aluasi segmen media dan posterior.
7
. Penatalaksanaan a. !igunakan lensa positif untuk koreksi presbiopi. ?ujuan koreksi adalah untuk mengkompensasi ketidakmampuan mata untuk memfokuskan objek-objek yang dekat. b. Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahan dengan lensa positif sesuai usia dan hasil pemeriksaan subjektif sehingga pasien mampu membaca tulisan pada kartu "aeger 2D:. c. Karena jarak baca biasanya :: cm, maka adisi F:. ! adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini, mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada jarak :: cm, karena tulisan yang dibaca terletak pada titik fokus lensa F:. !.
Gsia 8tahun * * **
Kekuatan @ensa Positif yang dibutuhkan F1. ! F1.* ! F2. ! F2.* ! F:. !
d. 5elain kaca mata untuk kelainan presbiopi saja, ada beberapa jenis lensa lain yang digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada bersamaan dengan presbiopia. )ni termasuk •
'ifokal A untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. 'isa yang mempunyai garis hori;ontal atau yang progresif.
•
?rifokal A untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. 'isa yang mempunyai garis hori;ontal atau yang progresif.
•
'ifokal kontak - untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. 'agian bawah adalah untuk membaca. 5ulit dipasang dan kurang memuaskan hasil koreksinya.
•
(ono/ision kontak A lensa kontak untuk melihat jauh di mata dominan, dan lensa kontak untuk melihat dekat pada mata non-dominan. (ata yang
dominan umumnya adalah mata yang digunakan untuk fokus pada kamera untuk mengambil foto. •
(ono/ision modified A lensa kontak bifokal pada mata non-dominan, dan lensa kontak untuk melihat jauh pada mata dominan. Kedua mata digunakan untuk melihat jauh dan satu mata digunakan untuk membaca.
e. Pembedahan refraktif seperti keratoplasti konduktif, @5)K, @53K, dan keratektomi fotorefraktif
MIPIA
(iopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. !alam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi di/ergen,membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur. 1,2
&ambar 2. (iopia
Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. 5eseorang miopia mempunyai kebiasaan mengernyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau unutk mendapatkan efek pinhole 8lubang kecil. Pasien miopia mempunyai punctum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan
9
kon/ergensi. 'ila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esotropia.2
Klasifikasi!"#
!ikenal beberapa tipe dari miopia
!$ Miopia Aksial
'ertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang dewasa panjang aEial bola mata 22, mm. Perubahan diameter anteroposterior bola mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar : dioptri.
%$ Miopia Refraktif
'ertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. (enurut derajat beratnya, miopia dibagi dalam 1. (iopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-: ! 2. (iopia sedang, dimana miopia kecil daripada :- ! :. (iopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari ! (enurut perjalanannya, miopia dikenal denan bentuk a. (iopia stasioner, miopia yang menetap b. (iopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata c. (iopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan. (iopia maligna biasanya bila mopia lebih dari dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina.
1
Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli sepertimiopik kresen yaitu bercak atrofi koroid yang berbentuk bulan sabit pada bagian temporal yang berwarna putih keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi ini mengelilingi
papil
yang
disebut
annular
patch.
!ijumpai degenerasi
dari retina berupa kelompok pigmen yang tidak merata menyerupai kulit harimau yang disebut fundus tigroid, degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer 8degenerasi latis.2,: !egenerasi latis adalah degenerasi /itroretina herediter yang paling sering dijumpai, berupa penipisan retina berbentuk bundar, o/al atau linear, disertai pigmentasi,
garis
putih bercabang-cabang dan
bintik kuning keputihan.
!egenerasi latis lebih sering dijumpai pada mata miopia dan sering disertai ablasio retina, yang terjadi hampir 1D: pasien dengan ablasio retina. 2,:
&ambar :. !egenerasi @atis
'erdasarkan gambaran klinisnya, miopia dibagi menjadi 2,-* a. (iopia simpleks )ni lebih sering daripada tipe lainnya dan dicirikan dengan mata yang terlalu panjang untuk tenaga optiknya 8yang ditentukan dengan kornea dan lensa atau optik yang terlalu kuat dibandingkan dengan panjang aksialnya. b. (iopia nokturnal )ni merupakan keadaan dimana mata mempunyai kesulitan untuk melihat pada area dengan cahaya kurang, namun penglihatan pada siang hari normal.
11
c. Pseudomiopia ?erganggunya penglihatan jauh yang diakibatkan oleh spasme otot siliar. d. (iopia yang didapat ?erjadi karena terkena bahan farmasi, peningkatan le/el gula darah, sklerosis nukleus atau kondisi anomali lainnya.
&e'ala Klinis%()(*(+
&ejala subjektif miopia antara lain a.
Kabur bila melihat jauh
b.
(embaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
c.
@ekas lelah bila membaca 8 karena kon/ergensi yang tidak sesuai
dengan akomodasi . 2-:
&ejala objektif miopia antara lain !$ Miopia simpleks
a Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif b
lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen miopia 8myopic cresent yang ringan di sekitar papil saraf optik.2.: %$ Miopia patologik
&ambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks &ambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada 1. 'adan kaca dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia 2. Papil saraf optik terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.2,:
12
&ambar . Myopic cresent
:. (akula berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula. . 0etina bagian perifer berupa degenersi kista retina bagian perifer *. 5eluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. kibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.
&ambar *. Bundus ?igroid
Pemeriksaan Pen,n'ang%()(*
Gntuk
mendiagnosis
miopia
dapat
dilakukan
dengan
beberapa
pemeriksaan pada mata, pemeriksaan tersebut adalah 1. 0efraksi 5ubjektif !iagnosis miopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan rekraksi subjektif, metode yang digunakan adalah dengan metode Htrial and errorI. "arak pemeriksaan meter dengan menggunakan kartu 5nellen.
1:
2. 0efraksi %bjektif Jaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja sferis F2. ! pemeriksa mengamati refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop 8against mo/ement. :. utorefraktometer Jaitu
menentukan
miopia
atau
besarnya
kelainan
refraksi
dengan
menggunakan komputer.
Penatalaksanaan
a. @ensa Kacamata Kacamata masih merupakan yang paling aman untuk memperbaiki refraksi. Gntuk mengurangi aberasi nonkromatik, lensa dibuat dalam bentuk meniskus 8kur/a terkoreksi dan dimiringkan ke depan 8pantascopic tilt. 1-
b. @e ns a Ko nt ak @ensa kontak pertama merupakan lensa sklera kaca yang berisi cairan. @ensa ini sulit dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea dan rasa tidak enak pada mata. @ensa kornea keras, yang terbuat dari polimetilmetakrilat, merupakan lensa kontak pertama yang benar-benar berhasil dan diterima secara luas sebagai pengganti kacamata. Pengembangan selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeabel udara., yang terbuat dari asetat butirat selulosa, silikon, atau berbagai polimer plastik dan silikon dan lensa kontak lunak, yang terbuat dari beragam plastik hidrogel semuanya memberikan kenyamanan yang lebih baik, tetapi risiko terjadinya komplikasi serius lebih besar.2- @ensa keras dan lensa yang permeabel-udara mengoreksi kesalahan refraksi dengan mengubah kelengkungan permukaan anterior mata. !aya refraksi total merupakan daya yang ditimbulkan oleh kelengkungan belakang lensa 8kelengkungan dasar bersamsa dengan daya lensa sebenarnya yang disebabkan oleh perbedaan kelengkungan antara depan dan belakang. $anya yang kedua yang
1
bergantung pada indeks refraksi bahan lensa kontak. @ensa keras dan lensa permeabel-udara
mengatasi
astigmatisme
kornea
dengan
memodifikasi
permukaan anterior mata menjadi bentuk yang benar-benar sferis.2-* @ensa
kontak lunak, terutama
bentuk-bentuk
yang
lebih
lentur,
mengadopsi bentuk kornea pasien. !engan demikian, daya refraksinya hanya terdapat pada perbedaan antara kelengkungan depan dan belakang, dan lensa ini hanya sedikit mengoreksi astigmatisme kornea, kecuali bila disertai koreksi silindris untuk membuat suatu lensa torus.
a$ Be-a. Keratorefraktif
'edah keratorefraktif mencakup serangkaian metode untuk mengubah kelengkungan permukaan anterior mata. 3fek refraktif yang diinginkan secara umum diperoleh dari hasil empiris tindakan-tindakan serupa pada pasien lain dan bukan didasarkan pada perhitungan optis maternatis. :-
/$ Lensa Intraok,lar
Penanaman lensa intraokular 8)%@ telah menjadi metode pilihan untuk koreksi kelainan refraksi pada afakia. ?ersedia sejumlah rancangan, termasuk lensa lipat, yang terbuat dari plastik hidrogel, yang dapat disisipkan ke dalam mata melalui suatu insisi kecil dan lensa kaku, yang paling sering terdiri atas suatu optik yang terbuat dari polimetilmetakrilat dan lengkungan 8haptik yang terbuat dari bahan yang sama atau polipropilen. Posisi paling aman bagi lensa intraokular adalah didalam kantung kapsul yang utuh setelah pembedahan ekstrakapsular.,*
Ekstraksi Lensa Jerni. Unt,k Miopia
3kstaksi lensa non-katarak telah dianjurkan untuk koreksi refraktif miopia sedang sampai tinggi hasil tindakan ini tidak kalah memuaskan dengan yang dicapai oleh bedah keratorefraktif menggunakan laser. Camun, perlu dipikirkan
1*
komplikasi operasi dan pascaoperasi bedah intraokular, khususnya pada miopia tinggi.:-*
Komplikasi%
Komplikasi lebih sering terjadi pada miopia tinggi. Komplikasi yang dapat terjadi berupa -
!inding mata yang lebih lemah, karena sklera lebih tipis
-
!egenerasi miopik pada retina dan koroid. 0etina lebih tipis sehingga terdapat risiko tinggi terjadinya robekan pada retina
-
blasi retina
-
%rang dengan miopia mempunyai kemungkinan lebih tinggi terjadi glaukoma
Prognosis
Prognosis miopia sederhana adalah sangat baik. Pasien miopia sederhana yang telah dikoreksi miopianya dapat melihat objek jauh dengan lebih baik. Prognosis yang didapat sesuai dengan derajat keparahannya. Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi retina dan juling. "uling biasanya esotropia akibat mata berkon/ergensi terus-menerus. 'ila terdapat juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia. 1-:
ASTI&MAT
1. !efinisi stigmatisme merupakan kelainan refraksi mata, dimana didapatkan bermacam-macam derajat refraksi atau /ariasi kur/atura atau kelengkungan
1
pada kornea atau lensa pada bermacam-macam meridian, sehingga sinar yang sejajar pada mata itu tidak difokuskan pada satu titik. Pada astigmatisme, pembiasan sinar tidak sama pada semua bidang atau meridian. 2. 3tiologi stigmatisme biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir. Pada anak-anak, astigmat berubah dengan cepat dan bila terdapat pada usia bulan akan hilang sama sekali. Pada usia pertengahan kornea menjadi sferis kembali sehingga terbentuk astigmat. Pada umumnya penyebab astigmatisma berasal dari kornea dan lensa.
a. Kornea Kelainan di kornea berupa perubahan kelengkungan dengan atau tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior-posterior bola mata. (erupakan kelainan kongenital atau akuisita, akibat kecelakaan, peradangan kornea atau operasi yang meghasilkan jaringan parut pada kornea. "ahitan yang terlalu kuat pada bedah mata, dapat mengakibatkan perubahan permukaan kornea. 'ila dilakukan pengencangan dan pengendoran jahitan pada kornea maka dapat terjadi astigmat akibat adanya perubahan kelengkungan kornea. danya astigmatisme di kornea dapat diperiksa dengan tes placido, terlihat gambaran di kornea tidak teratur. Kelainan kornea merupakan penyebab utama 89+ dari astigmatisme. b. @ensa Kelainan di lensa berupa kekeruhan lensa, biasanya katarak insipient atau imatur. Kelainan /isus tidak dapat diatasi dengan lensa karena menunggu saatnya tiba untuk operasi lensa. Kelainan lensa terjadi pada 1+ penderita astigmatisme. :. Klasifikasi 5ecara garis besar, astigmatisme diklasifikasikan menjadi a. stigmatisme regular
17
"enis astigmatisme di mana meridian mata mempunyai titik fokus tersendiri yang letaknya teratur. (eskipun setiap meridian memiiki daya bias tersendiri, tetapi perbedaan itu teratur, dari meridian dengan daya bias yang terlemah kemudian membesar sampai meridian dengan daya bias terkuat. 'entuk lensa seperti bola rugby. (eridian dengan daya bias terlemah 8minimal tegak lurus terhadap meridian dengan daya bias terkuat 8maksimal sehingga terdapat meridian /ertikal dan hori;ontal. (isalnya, jika daya bias terkuat berada pada meridian 9L, maka daya bias terlemahnya berada pada meridian 1L. "ika daya bias terkuat berada pada meridian *L, maka daya bias terlemah berada pada meridian 1:*L. stigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa silindris yang tepat, dapat menghasilkan tajam penglihatan normal. ?entunya jika tidak disertai adanya kelainan penglihatan lain. 'erdasarkan hal tersebut, maka astigmatisme regular dibagi menjadi dua, yaitu -
stigmatisme with the rule 8direct ?erjadi bila meridian /ertikal mempunyai daya bias lebih besar dari hori;ontal. Pada astigmatisme ini, koreksi dilakukan dengan silinder negatif dengan sumbu hori;ontal atau * hingga -* derajat. Keadaan ini sering didapatkan pada anak atau orang muda akibat perkembangan normal dari serabut-serabut kornea. stigmatisme jenis ini merupakan bentuk astigmat tersering.
-
stigmatisme against the rule 8inverse ?erjadi bila meridian hori;ontal mempunyai daya bias lebih besar dibandingkan meridian /ertikal. Kelainan ini dikoreksi dengan silinder negatif dan dilakukan dengan sumbu tegak lurus 8-12 derajat atau dengan silinder positif sumbu hori;ontal 8:-1* derajat. stigmatisme ini sering ditemukan pada usia lanjut. 5edangkan berdasarkan letak fokusnya terhadap retina, astigmatisme regular dibagi menjadi
•
stigmatisme miopia simpleks
1
Pada astigmatisme jenis ini, titik berada di depan retina, sedangkan titik ' berada tepat pada retina. 4ontoh koreksi dengan lensa 4-2. M 9 .7 •
stigmatisme hipermetropia simpleks Pada astigmatisme jenis ini, titik berada tepat pada retina, sedangkan titik ' berada di belakang retina. 4ontoh koreksi dengan lensa 4F2. M * .
•
stigmatisme miopia kompositus Pada astigmatisme jenis ini, titik berada di depan retina, sedangkan titik ' berada di antara titik dan retina. 4ontoh koreksi dengan lensa 5-1.* 4-1. M .
•
stigmatisme hipermetropia kompositus Pada astigmatisme ini, titik ' berada di belakang retina, sedangkan titik di antara titik ' dan retina. 4ontoh koreksi dengan lensa 5F:. 4F2. M : .
•
stigmatisme mikstus Pada astigmatisme jenis ini, titik berada di depan retina, sedangkan titik ' berada di belakang retina. 4ontoh koreksi dengan lensa 5F2. 4-*. M 1 . 'ayangan yang terjadi pada astigmat regular dengan bentuk yang teratur dapat berbentuk garis, lonjong, atau lingkaran. b. stigmatisme ireguler stigmatisme ini tidak mempunyai 2 meridian yang saling tegak lurus. Perbedaan refraksi tidak hanya pada meridian yang berbeda tapi juga terdapat bagian berbeda pada meridian yang sama, sehingga bayangan menjadi ireguler. stigmatisme ireguler terjadi akibat ketidakteraturan kontur permukaan kornea atau lensa, seperti pada infeksi kornea, trauma, keratektasia, distrofi, kelainan pembiasan atau adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam bola mata atau pun lensa mata, misalnya pada katarak stadium awal. Pada
19
astigmatisme ireguler, pemeriksaan plasidoskopi terdapat gambaran yang ireguler. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dapat seperti pada astigmatisme yang lainnya. Camun untuk mendapatkan perhitungan yang tepat secara klinis, dapat menggunakan corneal topographer dan wavefront aberrometer . 'ila memiliki keireguleran yang sangat tinggi, maka bentuk lensa tidak lagi seperti bola rugby, dapat berbentuk aspherical, coma, atau trefoil. stigmatisme jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata atau lensa kontak lunak 8 softlens. (eskipun bisa, biasanya tidak memberikan hasil akhir berupa tajam penglihatan normal. "ika astigmatisme irregular hanya disebabkan ketidakteraturan kontur permukaan kornea, koreksi optimal masih dapat dilakukan, yaitu dengan pemakaian lensa kontak kaku 8 hard contact lens atau dengan tindakan operasi 8 LASIK , keratotomi. @ensa kontak keras digunakan bila epitel tidak rapuh atau dengan lensa kontak lunak bila disebabkan infeksi, trauma dan distrofi untuk memberikan efek permukaan yang regular. c. stigmatisme oblik (erupakan jenis astigmatisme dengan meredian utama kedua bola matanya cenderung searah dan sama A sama memiliki de/iasi lebih dari 2L terhadap meredian hori;ontal atau /ertikal 8bersifat simetris. (isalnya, kanan 4 -,* M **L dan kiri 4 -,7* M **L %! sumbu atau aEis N , %5 sumbu atau aEis N 12. Keluhan biasanya sakit kepala akibat efek pseudostereopsis dan perubahan bentuk bayangan benda. Keluhan ini akan hilang dengan lensa kontak.
.
!iagnosis Pada mata normal, permukaan kornea yang melengkung teratur akan memfokuskan sinar pada satu titik. Pada astigmat, pembiasan sinar tidak difokuskan pada satu titik atau dibiaskan tidak sama pada semua arah sehingga tidak didapatkan titik fokus pembiasan di retina. 5ebagian sinar dapat terfokus pada bagian depan
2
retina sedang sebagian sinar lain difokuskan di belakang retina sehingga penglihatan akan terganggu. #alaupun astigmatisme ringan terkadang bersifat asimtomatik, sebagian besar astigmatisme memberikan keluhan - (elihat jauh kabur, sedangkan melihat dekat lebih baik - (elihat ganda dengan satu atau kedua mata - (elihat benda bulat menjadi lonjong - Penglihatan kabur untuk penglihatan jauh ataupun dekat - 'entuk benda yang dilihat berubah - 'erusaha mengecilkan celah kelopak - 5akit kepala - (ata tegang, pegal dan lelah -
Pada astigmat tinggi 8-! yang selalu melihat kabur sering mengakibatkan ambliopia.
stigmatisme juga dapat ditegakkan dengan langkah-langkah pemeriksaan, antara lain - ?erlebih dahulu dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan Snellen Chart, Logmar, Chart, atau Symbol . - Periksa kelainan refraksi myopia atau hipermetropia yang dimulai dengan lensa 5 A atau 5F sampai /isus tercapai sebaik-baiknya. - ?entukan tajam penglihatan. 'ila tidak ada kemajuan /isus pada pemberian lensa sferis, baru diberikan lensa fogging untuk menghilangkan akomodasi. Kemudian dengan pemberian lensa 4 A untuk menentukan fokus di dekat retina. ?erakhir baru diberikan lensa 5 -, bila /isusnya belum dapat dikoreksi sempurna. ?eknik fogging yaitu dengan meminta penderita melihat gambaran kipas dan ditanya manakah garis yang paling jelas terlihat. &aris ini sesuai dengan meridian yang paling ametrop, yang harus dikoreksi dengan lensa silinder dengan aksis tegak lurus pada derajat bidang meridian tersebut. - Pengukuran
kelengkungan
setiap
meridian
kornea
dilakukan
dengan
keratometri. ?eknik ini biasanya dilakukan pada pemasangan lensa kontak,
21
pengukuran lensa tanam dan tindakan bedah refraktif. Pada keratometri terdapat bentuk •
!ith the rule, meridian kornea /ertikal lebih lengkung, sedang meridian hori;ontal lebih datar.
•
Against the rule, meridian hori;ontal lebih lengkung. !ilakukan dengan mengingat $ukum "a/al dalam melakukan koreksi astigmat, yaitu dengan cara 'erikan kaca mata koreksi pada silinder astigmatisme with the rule dengan silinder minus sumbu 1 derajat, hasil keratometri yang ditemukan, dikurangi dengan ,* !. 'erikan hasil kaca mata koreksi pada astigmatisme against the rule dengan silinder minus sumbu 9 derajat. $asil yang ditemukan dengan keratometri ditambah dengan ,* !. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan, antara lain a. Pemeriksaan silinder silang @ensa silinder silang dibentuk oleh dua lensa silinder yang sama, tapi dengan kekuatan berlawanan dan diletakkan dengan sumbu saling tegak lurus 8silinder silang "ackson sehingga e ki/alen sferisnya menjadi nol. 'iasanya lensa silindris silang terdiri atas 2 lensa silinder yang menjadi satu. !apat terdiri atas silinder A .2* 8- .* dan silinder F .2* 8F .* yang sumbunya saling tegak lurus. @ensa ini dipergunakan untuk
- melihat koreksi silinder yang telah dilakukan pada kelainan astigmat pasien. Pada mata ini dipasang silinder silang yang sumbunya sejajar dengan sumbu koreksi. 'ila sumbu lensa silinder silang diputar 9, ditanyakan apakah penglihatan membaik atau mengurang. 'ila membaik berarti pada kedudukan kedua lensa silinder mengakibatkan perbaikan penglihatan. 'ila silinder itu dalam kedudukan lensa silinder positif maka untuk koreksi pasien diperlukan pemasangan tambahan lensa silinder positif. Keadaan ini dapat sebaliknya. - Gntuk melihat apakah sumbu lensa silinder pada koreksi yang telah diberikan sudah sesuai.
22
Pada keadaan ini dipasang lensa silinder silang dengan sumbu * terhadap sumbu silinder koreksi yang telah dipasang. Kemudian lensa silinder silang ini sumbunya diputar cepat 9 . 'ila pasien tidak melihat perbedaan perubahan tajam penglihatan pada kedua kedudukan ini berarti sumbu lensa koreksi yang dipakai sudah sesuai. 'ila pada satu kedudukan lensa silinder silang ini terlihat lebih jelas maka silinder positif dari lensa koreksi diputar mendekati sumbu lensa silinder positif lensa silinder silang 8dan sebaliknya. Kemudian dilakukan sampai tercapai titik netral atau tidak terdapat perbedaan. b.
%ftalmoskopi Pada astigmatisme yang ringan, tak menimbulkan perubahan pada
gambaran fundus. Pada derajat yang tinggi, papil tampak lonjong dengan aksis
yang
panjang
sesuai dengan aksis
dari
lensa
silinder
yang
mengoreksinya. c.
0etinoskopi 0efraksi obyektif dilakukan dengan retinoskopi. 5ebagian besar
retinoskopi menggunakan sistem proyeksi strea" yang dikembangkan oleh 4opeland dan sisanya oleh #elch-alynn. 0etinoskopi dapat menentukan secara objektif kelainan refraksi sferosilindris, seperti astigmatisme regular atau ireguler, serta menentukan kepadatan dan keiregulerannya. 0etinoskopi sebaiknya dilakukan pada keadaan mata relaksasi. Pasien melihat ke suatu benda pada jarak tertentu yang diperkirakan tidak membutuhkan daya akomodasi. !engan alat ini mata disinari dan penilaian dilakukan terhadap refleks retinoskopi, antara lain kecepatan, kecerahan, dan luasnya. Kelainan refraksi yang tinggi memilki refleks yang lambat, lebih buram, dan lebih sempit, begitu pula sebaliknya. 0efleks pada kelainan refraksi diimbangi dengan lensa koreksi, yang dapat langsung menentukan kelainan refraksi pasien. Pada astigmatisme, ketika retinoskop digerakkan maju mundur, kita hanya dapat menentukan kekuatan pada satu aksis. "ika digerakkan kiri ke kanan 8dengan oreintasi strea" 9, maka kita dapat menentukan kekuatan
2:
optik pada 1 , yang disediakan oleh lensa silinder aksis 9 . %leh karena itu, aksis yang paling nyaman yang digunakan pada retinoskopi strea" , sejajar dengan aksis yang digunakan pada lensa koreksi. Pada astigmatisme with the rule, dinetralisir dua refleks, satu dari masing-masing meridian. Gntuk menentukan kekuatan aksis yang dinilai antara lain - Keretakan $al ini terlihat bila retinoskop strea" tidak sejajar dengan salah satu meridian. %rientasi dari strea" reflek pada pupil tidak sama dengan yang diproyeksikan, garisnya terputus atau retak. Keretakan ini tak terlihat 8garisnya tampak menyambung ketika strea" dirotasikan ke aksis yang benar dan lensa silinder koreksi telah diletakkan pada aksis tersebut. - @ebar ?erlihat lebarnya ber/ariasi bila strea" digerakkan disekitar koreksi aksis dan sempit ketika strea" sejajar dengan aksis koreksi. - )ntensitas )ntensitas garis menjadi lebih terang bila strea" berada pada aksis yang benar. - Kemiringan Kemiringan 8gerakan oblik reflek strea" dapat digunakan untuk menentukan aksis pada silinder yang kecil. 5ingkatnya, dengan retinoskopi didapatkan refleks yang bergerak kearah yang sama dengan retinoskopi di kedua meridian. ?etapi pada meridian yang satu, bayangannya lebih terang dan geraknya lebih cepat. )ni menunjukkan adanya astigmatisme. *.
Penatalaksanaan stigmatisme dapat dikoreksi dengan kaca mata, lensa kontak, atau pembedahan. @ensa kontak keras secara temporer dapat membentuk ulang mata 8orthokeratologi dan dapat direkomendasikan untuk pemakaian seharihari. Kaca mata dan lensa kontak memiliki /ariasi kur/atura kon/eks dan konkaf atau keduanya untuk mengimbangi distorsi mata.
2
Astigmatic #incisional$ "eratotomy telah digunakan untuk indi/idu dengan astigmatisme berat atau tidak bisa mentoleransi kaca mata atau lensa kontak. Astigmatic atau "eratotomy radial 80K yaitu membuat insisi kecil yang menyilang aksis terbesar pada lengkung kornea untuk mendatarkan bentuknya. ?etapi tindakan ini menimbulkan komplikasi myopia yang progresif. ?eknik pembedahan merupakan terapi yang banyak dipilih saat ini. ?erdiri dari pemotongan tipis dan membentuk flap pada kornea, mengangkat flap dan membentuk ulang bagian bawah kornea dengan laser 8 Laser Assisted In%Situ Keratomileus atau LASIK . &lap dipindahkan untuk melindungi dan mempercepat
penyembuhan
mata.
Pilihan
kedua
yaitu
fotorefraktif
keratotomi 8P0K dengan prosedur flap yang sama. Pada P0K, lapisan luar kornea dipotong atau dibuang dengan alkohol dalam persiapan untuk membentuk ulang mata dengan laser. ?eknik pembedahan astigmatisme sering dikombinasikan dengan koreksi myopia atau hipermetropia. Koreksi astigmatisme dapat ditingkatkan dengan mengembangkan teknologi pengukuran kur/atura ireguler dengan tepat. .
Prognosis )ndi/idu dengan astigmatisme, keadaannya tidak akan berubah setelah usia 2* tahun. Pada beberapa kasus yang berat, astigmatisme tidak dapat dikoreksi penuh. stigmatisme yang disebabkan oleh parut dan gangguan pada kornea tidak dapat dikoreksi dengan kaca mata tapi dapat dengan lensa kontak keras atau
pembedahan.
Keratotomi
astigmatisme
atau
keratotomi
insisi
memberikan hasil yang ber/ariasi. ?eknik pembedahan seperti LASIK menurunkan tingkat kejadian astigmatisme. Pasien yang diterapi dengan LASIK atau P0K memberikan hasil yang baik dengan sangat sedikit efek samping. 'eberapa hanya mengalami sensasi benda asing atau kekeringan pada mata, sedangkan beberapa lainnya mengalami fotofobia, melihat halo, starburst , dan berkurangnya penglihatan pada malam hari. 2*
Komplikasi seperti parut pada kornea merupakan kejadian yang jarang tapi dapat menyebabkan gangguan /isus. @ebih dari satu aksis yang harus dikoreksi pada mata yang sama, sulit bahkan tidak mungkin dilakukan koreksi penuh. Pemakaian lensa kontak dapat meningkatkan aberasi kornea.
KATARAK
Katarak berasal dari Junani Katarrhakies, )nggris 4ataract, dan @atin 4ataracta berarti air terjun. 'ahasa )ndonesia disebut bular karena penglihatan seperti tertutup air akibat lensa yang keruh. Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa keruh cahaya sulit menembus retina dan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Katarak adalah kekeruhan lensa terjadi akibat hidrasi 8penambahan cairan lensa, denaturasi protein lensa. 'iasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif dan tidak mengalami perubahan dalam waktu
lama. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan,
sehingga pupil berwarna putih atau abuAabu. Pada mata tampak kekeruhan lensa dalam berbagai bentuk dan tingkat, atau berbagai lokalisasi di lensa sepert di kortek dan nukleus.
3tiologi Katarak 3tiologi katarak menurut 'udiono yaitu a. Kelainan bawaan danya gangguan proses perkembangan embrio saat dalam kandungan dan kelainan pada kromosom secara genetik dapat menimbulkan kekeruhan lensa saat lahir. Pada umumnya kelainan tidak hanya pada lensa tetapi juga pada bagian tubuh yang lain sehingga berupa suatu sindrom.
b. Proses penuaan
2
5eiring dengan bertambah usia, lensa mata akan mengalami pertambahan berat, ketebalan, dan mengalami penurunan daya akomodasi. 5etiap pembentukan lapisan baru dari serat kortikal secara konsentris, nukleus lensa akan mengalami kompresi dan pengerasan 8nucleus sclerosis. (odifikasi kimia dan pembelahan proteolitik crystallins 8lensa protein mengakibatkan pembentukan kumpulan protein dengan berat molekul yang tinggi. Kumpulan protein ini dapat menjadi cukup banyak untuk menyebabkan fluktuasi mendadak indeks bias lokal lensa, sehingga muncul hamburan cahaya dan mengurangi transparansi dari lensa. (odifikasi kimia dari protein lensa dapat meningkatkan pigmentasi, sehingga lensa tampak berwarna kuning atau kecoklatan dengan bertambahnya usia.
Perubahan lain meliputi penurunan konsentrasi glutasi dan kalium, dan
peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium dapat sitoplasma sel lensa. Patogenesis multifaktoral dan tidak sepenuhnya dipahami.
c. Penyakit sistemik danya kelainan sistemik menyebabkan katarak adalah diabetes mellitus. !asar patogenesis yang melandasi penurunan /isus pada katarak dengan diabetes adalah teori akumulasi sorbitol yang terbentuk dari akti/asi alur polyol pada keadaan hiperglikemia yang mana akumulasi sorbitol dalam lensa akan menarik air ke dalam lensa sehingga terjadi hidrasi lensa yang merupakan dasar patofisiologi terbentuknya katarak. Kemudian teori glikosilasi protein, dimana adanya &3 akan mengganggu struktur sitoskeletal yang dengan sendirinya akan menurunkan kejernihan lensa.
d. ?rauma danya trauma akan menganggu struktur lensa mata baik secara makroskopis maupun mikroskopis. $al ini diduga menyebabkan adanya perubahan struktur lensa dan gangguan keseimbangan metabolisme lensa sehingga katarak dapat terbentuk.
e. Penyakit mata lainnya
27
danya glaucoma dan u/eitis menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit yang menyebabkan kekeruhan lensa.
Baktor ?erjadinya Katarak a. !iabetes mellitus atau penyakit infeksi tertentu mengakibatkan kekeruhan lensa sehingga timbul katarak komplikata. b. 0adang menahun di dalam bola mata dapat mengakibatkan perubahan fisiologis pada lensa sehingga terjadi katarak. c. ?rauma mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong, panas yang tinggi, bahan kimia dapat merusak lensa mata sehingga timbul katarak traumatik. d. 0iwayat keluarga dengan katarak memiliki risiko diturunkan pada anak disebabkan peradangan dalam kehamilan sehingga timbul katarak kongenital. e. Penggunaan obat dalam jangka waktu lama seperti betametason, klorokuin, klorproma;in,
kortison,
ergotamin,
indometasin,
medrison,
neostigmin,
pilokarpin, dan beberapa obat lainnya. f. (erokok memberikan dampak timbulnya katarak karena racun yang terdapat di dalam kandungan rokok. g. ?erpajan banyak sinar ultra/iolet 8matahari membuat lensa mata menjadi mengeras sehingga timbul kekeruhan lensa.
Klasifikasi Katarak
Klasifikasi katarak berdasarkan penyebabnya menurut meliputi a. Katarak kongenital merupakan katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan bayi terutama penanganan yang kurang tepat. Pengkajian penyebab katarak konengital didapatkan dari hasil pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubella pada kehamilan trimester pertama dan pemakaian obat selama kehamilan.
2
b. Katarak ju/enil merupakan katarak yang lembek dan terdapat pada usia muda 8usia kurang dari sembilan tahun dan lebih dari tiga bulan. Katarak ju/enil merupakan kelanjutan katarak kongenital. c. Katarak senil merupakan semua kekeruhan lensa pada usia lanjut 8diatas * tahun yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti. d. Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, tumor intra okular, iskemia okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. e. Katarak diabetes merupakan katarak karena akibat penyakit diabetes mellitus. f. Katarak sekunder merupakan katarak karena akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, dan terlihat sesudah dua hari sesudah operasi katarak ekstra kapsular atau sesudah trauma yang memecah lensa. 'ila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik biasanya terdapat pada semua katarak senil, katarak herediter, dan katarak kongenital.
5tadium Katarak (enurut 'udiono stadium katarak meliputi a. Katarak insipien (erupakan kekeruhan lensa tahap awal dengan /isus yang relatif baik. b. Katarak imatur (erupakan kekeruhan lensa mulai terjadi dapat terlihat oleh bantuan senter, terlihat iris shadow, /isus O1D. c. Katarak matur (erupakan kekeruhan lensa terjadi menyeluruh, dapat terlihat dengan bantuan senter, tidak terlihat iris shadow, /isus 1D: atau light perception positif. d. Katarak hipermatur ?erjadi ketika massa lensa mengalami kebocoran melalui kapsul lensa sehingga kapsul menjadi berkerut dan menyusut. e. Katarak morgagni
29
(erupakan proses katarak yang berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal sehingga korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks berbentuk sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. f. Katarak brunesen (erupakan katarak berwarna coklat sampai hitam 8katarak nigra pada nukleus lensa, terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan miopia tinggi. Ketajaman penglihatan lebih baik dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari * tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.
Patofisiologi Katarak Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel 8;unula yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa sehingga menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi sehingga mengaburkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. 5alah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. ?eori lain mengatakan bahwa suatu en;im mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. "umlah en;im akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. !isebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis seperti diabetes. Camun sebenarnya konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal. Karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopio dan kehilangan penglihatan permanen. Baktor yang paling berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultra/iolet ', obat-obatan, alkohol,
:
merokok, diabetes mellitus, dan asupan /itamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
Penatalaksanaan Katarak Penatalaksanaan pasien katarak dengan prosedur pembedahan. "ika gejala katarak tidak mengganggu tindakan pembedahan tidak diperlukan. Penggunaan kacamata bila belum menghalangi dan mengganggu penglihatan. ?indakan bedah dilakukan untuk mendapatkan penglihatan yang lebih baik. Pembedahan katarak bertujuan mengeluarkan atau membersihkan lensa yang keruh. @ensa dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang dibekukan. ?erkadang dilakukan dengan menghancurkan lensa dan menghisap keluar. @ensa dikeluarkan dengan cara 1 bersama pembungkusnya atau ekstraksi katarak intra kapsular 83K)K 2 meninggalkan pembungkus lensa yang keruh atau ekstraksi katarak ekstra kapsular 83K3K. Pembedahan dapat juga dilakukan dengan cara menghisap lensa yang keruh setelah pembungkusnya dibuka. 5emua cara pengeluaran lensa yang keruh memberikan hasil yang sama baiknya yaitu mendapatkan perbaikan penglihatan yang bermanfaat untuk pekerjaan sehari-hari. Pembedahan katarak merupakan pembedahan halus dan kecil yang dilakukan menggunakan mikroskop dan alat bedah halus.
?ahapan Pembedahan Katarak a. %perasi katarak ekstrakapsuler atau 3kstraksi katarak ekstrakapsuler 83K3K ?indakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut, kemudian dikeluarkan melalui insisi 9-1 mm, lensa intraokular diletakkan pada kapsul posterior. "enis 3K3K antara lain ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi. Pembedahan dilakukan pada pasien dengan katarak imatur, kelainan endotel, keratoplasti, implantasi lensa intra okular posterior, implantasi sekunder lensa intra okular, kemungkinan dilakukan bedah glaukoma, predisposisi prolaps /itreous, ablasi retina, dan sitoid makular edema.
:1
b. Bakoemulsifikasi Pembedahan menggunakan /ibrator ultrasonik untuk menghancurkan nukleus kemudian diaspirasi melalui insisi 2,*-: mm, dan dimasukkan lensa intra okular yang dapat dilipat. Keuntungan fakoemulsifikasi adalah pemulihan /isus lebih cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi, dan inflamasi pasca bedah minimal. Komplikasi pembedahan katarak ekstrakapsul dapat terjadi katarak sekunder yang dapat dihilangkan atau dikurangi dengan tindakan laser.
c. %perasi katarak intrakapsuler atau ekstraksi katarak intrakapsuler 83K)K Pembedahan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. !ilakukan pada ;onula ;inn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada 3K)K tidak terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sudah populer. Pembedahan dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga komplikasi sedikit. Katarak 3K)K tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari tahun yang masih mempunyai ligamen hiailoidea kapsular. Komplikasi pembedahan adalah astigmat, glaukoma, u/eitis, endoftalmitis, dan pendarahan.
:2
BAB III PEN0AJIAN KASUS
STATUS 1TALML&I
A$ I-entitas Pasien
Cama
Cy. P
"enis Kelamin
Perempuan
Gsia
* ?ahun
5tatus
5udah (enikah
lamat
&g. 5anjaya
5uku
"awa
Pekerjaan
)0?
gama
)slam
?anggal Konsul * pril 21
B$ Anamnesis Kel,.an Utama 2
(ata kanan dan kiri terasa kabur
Ri3a4at Pen4akit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan pandangan terasa kabur pada kedua mata sejak lebih dari * tahun yang lalu . Pandangan kabur apabila melihat jarak jauh dan huruf keliahatan berbayang. Pasien juga mengeluhkan kurang jelas jika melihat dekat. khirnya pasien membuat kaca mata 6 : tahun yang lalu, namun selama 1 tahun terakhir pasien merasa kaca matanya sudah tidak cocok lagi dan terasa semakin kabur. Pandangan kabur terjadi perlahan dan makin lama makin kabur, pasien juga mengeluh harus mengernyitkan mata untuk melihat fokus pada suatu benda. Keluhan mata merah 8-, nyeri 8-, silau 8-, kotoran mata 8- dan terkadang berair.
::
Ri3a4at Pen4akit Da.,l,
0iwayat menggunakan kacamata sebelumnya 8F. 0iwayat kencing manis disangkal, riwayat hipertensi disangkal. 0iwayat trauma pada daerah mata disangkal. 0iwayat minum obat-obatan dalam jangka waktu lama disangkal. Ri3a4at Pen4akit Kel,arga
?idak ada anggota keluarga maupun orang-orang di dekat pasien yang memiliki keluhan sama seperti yang dialami pasien. 0iwayat $? 8-, !( 8-, lergi 8- dalam keluarga.
5$ Stat,s &eneral
Kondisi Gmum
'aik
Kesadaran
4ompos (entis
?anda-tanda
?ekanan !arah 12D7 mm$g
-
$0 7EDmenit 00 2ED menit
-
?emp. :,*o4
5tatus gi;i Kepala Kulit "antung Paru $ati @impa @imfe 3kstremitas
Kesan gi;i cukup mesochepal tidak ada kelainan tidak ada kelainan tidak ada kelainan tidak ada kelainan tidak ada kelainan tidak ada kelainan tidak ada kelainan
D$ Stat,s ftalmologi Ta'am Pengli.atan 67is,s8
%!
2D F P$ *D2 5P$ -*, 4 -,7* 1 N *D2 dd N F2.7*
:
%5
2D F P$ *D2 5P$ -:.* 4 -1,2* 9
N *D2 dd N F2.7*
Pergerakan Bola Mata OS
OD
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
D
•
S
%rthoforia
Posisi /ola mata
%rthoforia
Pergerakan 8F,
Palpe/ra
Pergerakan 8F, Ptosis 8-,
pseudoptosis 8-,
lagoftalmos 8-, edema 8-,
lagoftalmos 8-, edema
nyeri tekan 8-
8-, nyeri tekan 8- ?arsal hiperemi
Kon',ngti9a
•
8-, membran 8- •
+
+
'ulbi hiperemi
?arsal hiperemi 8-, membran 8-
•
'ulbi hiperemi 8-,
8-, discharge 8-
discharge 8- injeksi
injeksi konjungti/a
konjungti/a 8-, injeksi
8-, injeksi siliar 8-,
siliar 8-, chemosis 8-,
chemosis 8-, benda
benda asing 8-
asing 8-
•
?earing 8-
:*
?earing 8-
•
"ernih dan licin, edema
Kornea
"ernih dan licin, edema 8-,
8-, ulkus 8-, infiltrat 8- "ernih dan dalam
Bilik Anterior
ulkus 8-, infiltrat 8- "ernih dan dalam
)ris berwarna cokelat,
Iris -an P,pil
)ris berwarna cokelat, intak
intak
Pupil bulat, diameter
Pupil bulat, diameter
6:mm, isokor, reflek cahaya
6:mm, isokor, reflek
8F 5hadow test 8F
cahaya 8F 5hadow test 8F Keruh, 5hadow test 8F
Lensa
Keruh, 5hadow test 8F
"ernih dan 'ening,
7itreo,s
"ernih dan 'ening,
perdarahan 8- 'atas Papil tegas dan
perdarahan 8- 1,n-,s
'atas Papil tegas dan bulat
bulat 4ap !isc ratio 1 : 4ap !isc ratio 1 : (akula (akula 0asio rteri 82 /ena 8: 0asio rteri 82 /ena 0etina berwarna kemerahan
8: 0etina berwarna kemerahan Tes lapang pan-ang 6konfrontasi8
Cormal
Intrao:,lar Press,re -engan Palpation Tonometr4 Cormal Tes Is.i.ara
?idak diperiksa
Tes 1l,oresen
?idak diperiksa
Tes Sensi/ilitas
Positif
:
E$ Res,me
Pasien datang ke 'alai Pengobatan (ata mengeluhkan pandangan terasa kabur pada kedua mata sejak lebih dari * tahun yang lalu. Pandangan kabur apabila melihat jarak jauh dan huruf keliahatan berbayang. Pasien juga mengeluhkan kurang jelas jika melihat dekat. khirnya pasien membuat kaca mata 6 : tahun yang lalu, namun selama 1 tahun terakhir pasien merasa kaca matanya sudah tidak cocok lagi dan terasa semakin kabur. Pandangan kabur terjadi perlahan dan makin lama makin kabur, pasien juga mengeluh harus mengernyitkan mata untuk melihat fokus pada suatu benda. Keluhan mata merah 8-, nyeri 8-, silau 8-, kotoran mata 8- dan terkadang berair. 0iwayat menggunakan kacamata sebelumnya 8F. 0iwayat kencing manis disangkal, riwayat hipertensi disangkal. 0iwayat trauma pada daerah mata disangkal. 0iwayat minum obat-obatan dalam jangka waktu lama disangkal. ?ajam penglihatan pada kedua mata pasien yakni %! 2D F P$ *D2 dan %5 2D F P$ *D2. Kelainan pada konjungti/a tarsal %! yakni hiperemi 8-. Konjungti/a bulbi %! hiperemi 8-, injeksi konjungti/a 8-, dan berair 8-. Palpebra kornea, bilik mata depan, iris, pupil dan lensa tampak normal. 5edangkan palpebra, konjungti/a, kornea, bilik mata depan, iris, pupil dan lensa pada mata kiri pasien secara keseluruhan dalam kondisi normal dan tidak ditemukan adanya kelainan. 1$ Diagnosis Diagnosis Ker'a
%!5
(yopia derajat sedang Presbiopia stigmatism Katarak 5enilis )matur
Diagnosis Ban-ing
%!5
$ipermetropia
:7
&$ Ren:ana Pemeriksaan Tam/a.an
-
Gji Placido
H$ Terapi
Kacamata 'ifokal (ata Kanan Kiri
5pher - *. - :.*
4yl - .7* - 1. 2*
s 1 9
dd F 2.7* F 2.7*
(onitoring /isus
Penjelasan tentang presbiopia.
Penjelasan mengenai kacamata bifokal
Penjelasan mengenai kontrol rutin mata.
?indakan operatif berupa ekstraksi katarak intra kapsular 83K)K, ekstraksi katarak ekstra kapsular 83K3K atau Bakoemulsifikasi
I$ Prognosis
%!5 d /itam
bonam
d functionam
dubia ad bonam
d sanactionam dubia ad bonam
:
BAB I7 PEMBAHASAN
!ari anamnesis didapatkan keluhan -
Pandangan kedua mata kabur yang timbul secara perlahan, 6 * tahun yang lalu
-
Pandangan kabur saat melihat jauh dan saat membaca jarak dekat, huruf kelihatan berbayang.
-
Pasien sudah menggunakan kaca mata sejak : tahun yang lalu.
-
Pandangan kabur terjadi perlahan dan makin lama makin kabur, pasien juga mengeluh harus mengernyitkan mata untuk melihat fokus pada suatu benda.
!ari pemeriksaan fisik didapatkan %!
2D F P$ *D2 5P$ -*, 4 -,7* 1 N *D2 dd N F2.7*
%5
2D F P$ *D2 5P$ -:.* 4 -1,2* 9
N *D2 dd N F2.7*
5hadow test %!5 8F @ensa %!5 keruh 8F %!5 Kornea jernih, 4% jernih dan dalam, iris dan pupil intak, bulat, diameter 6 :mm, isokor, reflek cahaya 8F.
$al ini sesuai dengan kepustakaan bahwa miopia merupakan suatu keadaan refraksi mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga dalam keadaan mata istirahat, dibiaskan di depan retina sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur. 4ahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat mungkin dibiaskan tepat di retina tanpa akomodasi. 5elain itu pasien juga menderita Presbiopia atau yang dikenal dengan gangguan akomodasi pada usia lanjut yang dapat terjadi akibat kelemahan otot akomodasi maupun berkurangnya lastisitas akibat sklerosis lensa. Pada pemeriksaan oftalmologi juga
:9
ditemukan gangguan refraksi pada %!5 pasien berupa stigmat yaitu suatu gangguan refraksi yang diakibatkan karena berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada dua garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea, sehingga menampilkan gambaran berbayang pada mata pasien. Pasien ini diterapi dengan lensa bifokal untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. @ensa sferis negati/e untuk penglihatan jarak jauh A *. pada %! dan A :.* pada %5 sedangkan untuk melihat jarak dekat, pasien diterapi !igunakan lensa positif F 2.7* !ioptri untuk koreksi presbiopi. ?ujuan koreksi adalah untuk mengkompensasi ketidakmampuan mata untuk memfokuskan objekobjek yang dekat. Gkuran lensa sferis yang digunakan adalah yang terkecil yang memberikan /isus maksimal pada saat dilakukan koreksi. $al ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pada penderita miopia diberikan lensa sferis negatif yang terkecil yang memberikan /isus maksimal. 5elain mengalami kelainan refraksi, pasien juga mengalami Katarak senilis imatur. Pada pemeriksaan 5hadow tes didapatkan hasil positi/e 8F pada kedua bagian mata dan juga didapatkan kekeruhan pada kedua lensa mata, namun hanya sebagian, hal ini merupakan salah satu ciri dari katarak imatur. Gsia dan paparan sinar matahari merupakan faktor resiko pada pasien ini, terpajan banyak sinar ultra/iolet 8matahari membuat lensa mata menjadi mengeras sehingga timbul kekeruhan lensa. 5eiring dengan bertambah usia, lensa mata akan mengalami pertambahan berat, ketebalan, dan mengalami penurunan daya akomodasi. 5etiap pembentukan lapisan baru dari serat kortikal secara konsentris, nukleus lensa akan mengalami kompresi dan pengerasan 8nucleus sclerosis. ?indakan yang dapat dilakukan untuk mengobati katarak pada pasien ini adalah tindakan operatif berupa ekstraksi katarak intra kapsular 83K)K,
ekstraksi
katarak ekstra kapsular 83K3K dan Bakoemulsifikasi yaitu pembedahan menggunakan /ibrator ultrasonik untuk menghancurkan nukleus kemudian diaspirasi melalui insisi 2,*-: mm, dan dimasukkan lensa intra ocular.