Patofisiologi
Spondilitis piogenik terjadi melalui penyebaran baik secara hematogen maupun secara nonhematogen. Penyebaran secara hematogen dapat melalui arterial maupun vena. Penyebaran secara arteri lebih sering terjadi akibat adanya septicemia, dan terjadi pada arteriolar yang menyuplai korpus vertebra. Sumber infeksi sering berasal dari kulit, saluran pernapasan, traktus genitourinarius, atau pada kavum oral. Pada spondylitis pyogenic, pyogenic, bakteri menyebar secara hematogen menginvasi anastomosa vascular. Pembuluh darah yang menyuplai pada vertebra memiliki aliran darah yang lambat namun mengandung darah yang cukup untuk tempat pertumbuhan dari bakteri.2,3 Pada anak – anak, terjadi diskitis akibat dari penyebaran secara hematogen melalui pembuluh darah pada diskus. Namun, pada orang dewasa, diskus adalah avascular, sehingga penyebaran terjadi secara langsung oleh bakteri yang menginvasi end – arterial arcades arcades pada region subkondral ke diskus intervertebralis. Diskus dihancurkan oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh bakteri.1,4 Penyebaran bakteri secara hematogen melalui sistem vena juga dapat terjadi, melalui pleksus Batson. Pleksus Batson merupakan tempat yang berpotensi sebagai rute penyebaran dari infeksi bakteri menuju vertebra.1,2,3
Gejala klinis
Manifestasi klinis dari spondylitis pyogenic biasanya pyogenic biasanya beronset secara tiba – tiba, tiba, dengan gejala berupa nyeri pada leher atau punggung yang terjadi pada 90% kasus. Demam jarang terjadi, dan hanya terjadi pada 20% kasus spondylitis kasus spondylitis pyogenic. pyogenic. Diikuti dengan manifestasi klinis berupa lemas, mual, muntah, penurunan berat badan, anoreksia, dan kurang konsentrasi. Kesulitan menelan juga dapat terjadi akibat dari cervical pyogenic spondylitis spondylitis dengan abses retrofaringeal. Kesemutan, kelemahan anggota gerak, atau gangguan pada sfingter dapat terjadi akibat dari kompresi tulang belakang atau kauda equina.1,3 Pada penelitian yang dilakukan oleh Butler et al melaporkan bahwa 79% pasien dengan spondylitis pyogenic mengalami defisit neurologi, berupa kelemahan ekstremitas.1
Diagnosis
Untuk memperoleh diagnosis dari spondylitis pyogenic dapat diperoleh berdasarkan hasil gejala klinik atau pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, temuan radiologi, dan kultur jaringan histopatologi. 1. Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan laboratorium digunakan erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau dengan menggunakan C – reactive protein yang dapat membantu untuk mendiagonsis dari spondylitis pyogenic. Akan diperoleh peningkatan dari erythrocyte sedimentation rate (ESR) dengan hasil 48 – 87mm/jam dan C – reactive protein.1 Pada hasil leukosit bisa saja tidak mengalami peningkatan atau meningkat yang tidak signifikan dengan rata – rata 11.8x103 per liter.2,4
2. Pemeriksaan pencitraan (radiologi)
Foto polos Pada pemeriksaan dengan menggunakan foto polos, pada proses awal dapat ditemukan gambaran dari penyempitan celah diskus. Hal ini disebabkan oleh karena penghancuran diskus oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh bakteri dan diikuti dengan tepi end – plate yang ireguler dari tulang yang hancur.1 kerusakan tulang terus berlanjut seiring dengan perjalanan penyakit. Pada minggu ke 8 – 12, tampak kerusakan tulang, berupa kolaps dari korpus vertebra yang seringkali menyebabkan terjadinya kifosis. Adanya abses paraspinal dicurigai dari gambaran bayangan jaringan lunak yang abnormal.2 Selain itu, pada kerusakan yang kronis, dapat ditemui gambaran osteofit, pembentukan sclerosis, dan ankilosis, serta kifosis. 3
Magnetic Resonance Imaging (MRI) Pemeriksaan MRI merupakan gold standard dalam mendiagnosis spondylitis pyogenic dengan sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi adalah 96%, 92%, dan 94%.1,3 Pada pemeriksaan MRI, pada myelitis vertebra akut ditemukan gambaran hipointens pada T1 dan hiperintens pada T2 dikarenakan oedem yang terjadi di sumsum tulang pada area yang terinfeksi. Selain itu, dapat pula ditemukan gambaran hipointens pada T1 dan T2 akibat adanya korpus vertebra yang mengalami kolaps dan sklerotik pada end – plate.1,2 Pada beberapa kasus, infeksi dimulai dari anterolateral korpus vertebra dekat end – plate.2 Adanya abses pada korpus vertebra menunjukkan adanya gambaran peningkatan kontras pada bagian perifer, erosi korpus vertebra, dan adanya kerusakan dari diskus.2,3 Pada tuberculosa spondylitis, ditandai dengan dimulai dari bagian tulang spongiosa vertebra anterior, diikuti dengan korpus vertebra yang hancur,
kemudian ke ligament anterior bawah, dan membentuk abses dekat korpus vertebra. Menurut beberapa penelitian, abses pada tuberculosa spondylitis mencakup beberapa korpus vertebra (multiple), sehingga pada pemeriksaan MRI, akan tampak gambaran dengan banyak peningkatan kontras pada beberapa korpus vertebra yang menandakan adanya abses pada beberapa korpus vertebra.3,4 Paraspinal abses pada spondylitis pyogenic memberikan gambaran dinding abses yang tebal dan irregular. Hal ini dibedakan dengan paraspinal abses pada tuberculosa spondylitis yang memiliki dinding abses yang tipis dan regular. Selain itu, gambaran kerusakan korpus vertebra juga lebih banyak pada gambaran MRI tuberculosa spondylitis dibandingkan dengan spondylitis pyogenic.1,2
gambaran di atas menunjukkan gambaran Sagital T1 – weighted image yang menunjukkan adanya hipointens pada korpus vertebra L4 – L5 pada spondylitis pyogenic.
Gambaran di atas menunjukkan gambaran sagittal T2 – weighted image yang menunjukkan gambaran isointens pada korpus vertebra L4 – L5 dengan normal vertebra lainnya pada spondylitis pyogenic.
Gambaran pada tuberculosa spondylitis, menunjukkan adanya gambaran hipointens heterogen pada T1 di korpus vertebra T8 – T9.
Gambaran pada tuberculosa spondylitis, menunjukkan adanya gambaran hiperintens heterogen pada T2 di korpus vertebra T8 – T9.
3. Kultur jaringan histopatologi (biopsy) Spesimen yang digunakan untuk biopsy adalah Gram – smear , kultur aerobic dan anaerobic, kultur Mycobacterium tuberculosis, polymerase chain reaction, dan kultur jamur. Pada pemeriksaan biopsy dapat dilakukan endoscopic biopsy atau dengan percutaneous vertebral biopsy dengan tingkat keakuratan 74%. 2,3
Daftar pustaka 1. Lee, K.Y. Comparison of Pyogenic Spondylitis and Tuberculosa Spondylitis. Asian Spine J . 2014;8(2):216-223. 2. Cheung, W.Y. Pyogenic Spondylitis. International Orthopaedics. 2012;36:397-404. 3. Jung, N.Y, et al. Discrimination of Tuberculous Spondylitis from Pyogenic Spondylitis on MRI. American Journal Radiology. 2004;182:1405-1410. 4. Tali, E.T. Spinal Infection. Neuro Imaging Clinics of North America. Vol. 25. Philadelphia: Elsevier.2015.