SOAL PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN MORAL PESERTA DIDIK 1.
Kemampuan berikut ini yang merupakan perkembangan kognitif adalah…
A.
kemampuan berkomunikasi
B.
kemampuan berinteraksi
C.
kemampuan untuk mengintegrasikan diri
D.
Kemampuan untuk memecahkan masalah
2.
Kemampuan berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika tapi masih terkait dengan obyek-obyek bersifat konkrit merupakan ciri-ciri kemampuan anak berusia A. 0 - 2 tahun B. 2 -- 7 tahun C. 7 -- 11/12 tahun D. 11/12/ -- 14/15 tahun
3.
Faktor utama yang memengaruhi perkembangan kognitif peserta didik adalah . . .
A.
perasaan
B.
gaya pengasuhan
C.
psikologis
D.
individu
4.
Menggunakan potongan sapu lidi, kelereng, globe, gambar-gamba gambar-gambarr yang menyangkut pembelajaran IPA serta IPS sebagai media adalah sesuai dengan tahapan perkembangan berfikir anak yang dikenal sebagai tahapan A. Pengamatan dan penginderaan yang intensif terhadap lingkunganya (sensomotor)
B. Dominasi pengamatan bersifat egosentris C. Anak memahami bilangan dan angka tetapi masih terkait dengan obyek bersifat kongkrit (operasional konkrit) D. Kemampuan mengoperasikan kaidah logika yang tidak terikat lagi dengan obyek yang bersifat konrit (operasional formal)
5.
Peserta didik telah memiliki yang memiliki moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Dia mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi. Hal ini merupakan contoh perilaku moral-spritual pada tahapan ...
A.
penalaran pascakonvensional
B.
penalaran konvensional
C.
penalaran prakonvensional
D.
penalaran interkonvensional
6.
Individu memandang apa yang diharapkan oleh keluarga, kelompok, masyarakat dan bangsa serta setia mendukung aturan social bukan hanya untuk ketenangan tetapi disadari sebagai sesuatu yang berharga. Pernyataan tersebut merupakan tahapan perkembangan moral A. Prekonvensional B. Konvensional C. Pascakonvensional D. Interkonvensional
PERKEMBANGAN MORAL PESERTA DIDIK April 04, 2017
Seto Mulyadi (2002a) menyatakan tentang Robert Coles yang menggagas tentang kecerdasan moral yang juga memegang peranan amat penting b agi kesuksesan seseorang dalam hidupnya. Hal ini ditandai dengan kemampuan seorang anak untuk bisa menghargai dirinya sendiri maupun diri orang lain, memahami perasaan terdalam orang-orang di sekelilingnya, mengikuti aturan-aturan yang berlaku, semua ini termasuk merupakan kunci keberhasilan bagi seorang anak di masa depan. Suasana damai dan penuh kasih sayang dalam keluarga, contoh-contoh nyata berupa sikap saling menghargai satu sama lain, ketekunan dan keuletan menghadapi kes ulitan, sikap disiplin dan penuh semangat, tidak mudah putus asa, lebih banyak tersenyum daripada cemberut, semua ini memungkinkan anak mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan kecerdasan kognitif, kecerdasan emosional maupun kecerdasan moralnya. Teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap yaitu: Penalaran prakoven sional, konvensional, dan 1)
pascakonvensional. Tingkat
Satu:
Penalaran
Prakonvesional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal. Contoh dalam dunia pendidikan: Peserta didik mau belajar kalau mendapatkan hadiah uang. 2)
Tingkat
Dua:
Penalaran
Konvensional
Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori perkembangan moral Kohlberg. Seorang menaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.
Contoh: siswa di satu kesempatan mau belajar dengan tekun karena kesadaran sendiri tetapi tidak mau menaati perintah orang tua yang mengharuskan belajar dari pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00
3)
Tahap
Tiga:
Penalaran
Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standarstandar
orang
lain.
Seorang
mengenal
tindakan
moral
alternatif,
menjajaki
pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi. Contoh : Anak dengan penuh kesadaran menaati tata tertib sekolah baik diawasi atau tidak, ada sanksi atau tidak.
Sumber: Modul Guru Pembelajar KKA : Karakteristik Peserta Didik
PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK April 04, 2017
Empat Tahap Perkembangan Kognitif Peserta Disik Menurut Piaget (1) tahap sensori motor (0 – 2 tahun), Pada tahap sensori motor (0-2 tahun) seorang anak akan belajar untuk menggunakan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian perbuatan yang bermakna. Pada tahap ini, pemahaman anak sangat bergantung pada kegiatan (gerakan) tubuh dan alat -alat indera mereka. (2) tahap pra-operasional (2 – 7 tahun), Pada tahap pra-operasional (2-7 tahun), seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indera, sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten. (3) tahap operasional konkret (7 – 11 tahun), Pada tahap operasional konkret (7-11 tahun), umumnya anak sedang menempuh pendidikan di sekolah dasar. Di tahap ini, seorang anak dapat membuat kesimpulan dari suatu situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari suatu situasi nyata secara bersamasama (misalnya, antara bentuk dan ukuran). (4) tahap operasional formal (11 tahun ke atas). Pada tahap operasional formal (lebih dari 11 tahun), kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam perkembangan kognitif.
SOAL UTN PLPG 2017 KESULITAN BELAJAR SISWA April 03, 2017
1. Memaksimalkan kegiatan ekstrakurikuler, melakukan rekreasi dengan guru, dan melakukan kegiatan informal lainnya memiliki fungsi untuk mengatasi kesulitan belajar dalam hal ….
A. mengemukakan gagasan
B. mengaktualisasikan diri
C. penciptaan hubungan yang baik
D. menformulasikan tindakan
2. Tindakan yang paling tepat dilakukan pada saat siswa mengalami kesulitan memahami pelajaran yang sedang diajarkan adalah:
A. Mengulang kembali bahan yang diajarkan
B. Memberikan tugas agar siswa mempelajari bahan yang belum dipahami
C. Memberikan buku sumber untuk dipelajari siswa
D. Membantu setiap siswa yang mengalami kesulitan
3. Seorang peserta didik mampu mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru tetapi pada saat ditanya ia tidak mengerti apa yang ia dengar. Peserta didik tersebut mengalami kesulitan/ gangguan belajar dalam hal ....
A.
kesulitan akademis
B.
gangguan simbolik
C.
gangguan nonsimbolik
D.
gangguan social
4. Perbedaan antara konseling dan wawancara terletak pada maksud dan tujuannya. Tujuan
konseling adalah....
A. Membantu siswa agar dapat memecahkan masalah pribadinya
B. Menbantu siswa agar dapat melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya
C. Membantu siswa agar dapat mengatasi kesulitan belajar
D. Membantu siswa agar memperoleh informasi tertentu
5. Cara yang yang paling cepat dan akurat yang digunakan untuk men gidentifikasi kesulitan belajar peserta didik yang bersumber dari faktor sosial adalah …
A. sosiometri
B. angket
C. wawancara
D. brainstorming
6. Bila anda sebagai guru menemukan peserta didik mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang diberikan, tindakan apa yang akan dilakukan ?
A. Memindahkantempat duduk peserta didik ke meja yang paling depan
B. Mengulangi penjelasan bahan ajar kepada seluruh peserta didik
C. Memberikan bantuan belajar kepada peserta didik yang bersangkutan
D. Menugaskan seluruh peserta didik membaca buku sumber
7. Peserta didik banyak meluangkan waktu untuk bermain dengan teman-temannya. Dia rela menghabiskan waktunya untuk teman daripada belajar. Ketika hasil tes dibagikan, serta didik mendapat nilai yang kurang memuaskan. berusaha menyadarkan siswa. hal tersebut merupakan penyadaran kesulitan belajar yang bersumber dari faktor ...
A. keluarga B. sosial
C. kondisi fisik D. intelektual
FAKTOR PENYEBAB DAN CARA MENGATASI KESULITAN BELAJAR ANAK April 15, 2017
MENGIDENTIFIKASI DAN MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA
A. Pengertian Kesulitan Belajar Siswa Hamalik (hal: 1983) menyatakan kesulitan belajar dapat diartikan sebagai keadaan di mana peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut tidak bisa diabaikan oleh seorang pendidik karena dapat menjadi penghambat tujuan pembelajaran. Kesulitan belajar tidak hanya disebabkan oleh faKtor intelegensi yang rendah, akan tetapi bisa disebabkan oleh faktorfaktor nonintelegensi. Oleh karena itu, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Wood (2007:33) menyatakan kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatanhambatan tersebut diakibatkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik maupun luar diri peserta didik.
B. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar Siswa Empat jenis kesulitan/gangguan belajar dalam perkembangan seorang anak: 1.
Kesulitan belajar akademis, meliputi kesulitan membaca, kesulitan menulis, dan kesulitan berhitung.
2.
Gangguan simbolik, yaitu ketidakmampuan anak untuk dapat memahami suatu obyek sekalipun ia tidak memiliki kelainan pada organ tubuhnya.
3.
Gangguan nonsimbolik, yaitu ketidakmampuan anak untuk memahami isi pelajaran karena ia mengalami kesulitan untuk mengulang kembali apa yang telah dipelajarinya.
4.
Ganguan sosial-emosional, yaitu gangguan yang berasal dari lingkungan dan emosi dalam diri anak.
C. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Penyebab kesulitan belajar antara lain sebagai berikut. 1. Faktor intelektual, yaitu inteligensi yang rendah dan terbatas; 2. Faktor kondisi fisik dan kesehatan, termasuk kondisi kelainan, seperti kurangnya gizi pada ibu hamil, bayi dan anak, kerusakan susunan dan fungsi otak, dan penyakit persalinan; 3. Faktor sosial,seperti pengaruh teman bermain, pergaulan d an lingkungan sekitar; 4. Faktor keluarga, seperti keadaan keluarga yang tidak baik dan kurangnya dukungan belajar dari orang tua.
D. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Cara mengatasi mengatasi kesulitan belajar adalah seba gai berikut. 1. tempat duduk siswa Anak yang mengalami kesulitan pendengaran dan penglihatan hendaknya mengambil posisi tempat duduk bagian depan. 2. Gangguan kesehatan
Anak yang mengalami gangguan kesehatan sebaiknya diistirahatkan di rumah dengan tetap memberinya bahan pelajaran dan dibimbing oleh orang tua dan keluarga lainnya. 3. Program remedial Siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran akibat gangguan internal, perlu ditolong dengan melaksanakan program remedial. 4. Bantuan media dan alat peraga Penggunaan alat peraga pelajaran dan media belajar kiranya cukup membantu siswa yang mengalami kesulitan menerima materi pelajaran. Misalnya, karena materi pelajaran bersifat abstrak sehingga sulit dipahami siswa. 5. Suasana belajar menyenangkan Suasana belajar yang nyaman dan menggembirakan akan membantu siswa yang mengalami hambatan dalam menerima materi pelajaran.
E. Rancangan Kegiatan Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik Rancangan mengatasi kesulitan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan cara sebag ai berikut.
1. Bimbingan Belajar Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkahlangkah sebagai berikut : (1) Identifikasi kasus; Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar. (2) Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini
akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan. (3) Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya. (4) Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa. (5) Melakukan analisis sosiometris; dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan Penyesuaian social
2. Identifikasi Masalah Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks proses belajar mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keu angan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.
3. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus) Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
Sumber Pustaka: Mudini, dkk. 2016. Karakteristik Peserta Didik. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan