Kasus 1/kelompok 1 (ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS PADA RESPON FISIK) Bapak W umur 28 tahun dirawat diruang medikal bedah karena diare sudah sebulan tak sembuhsembuh meskipun sudah berobat ke dokter. Pekerjaan bapak W adalah supir truk dan dia baru saja menikah dua tahun yang lalu. Bapak W mengatakan bahwa dia diare cair ±15 x sehari dan BB menurun 7 kg dalam satu bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan. Hasil foto thorax ditemukan pleural effusi kanan, hasil laboratorium sebagai berikut: Hb 11 gr/dL, leukosit 20.000/Ul, trombosit 160.000/UL, LED 30 mm, Na 8 mmol/L, K 2,8 mmol/L, Cl 11o mmol/L, protein 3,5. Tanda-tanda vital: TD=120/80 mmHg, N=120x/mnt, P=28x/menit, S=390C, konjungtiva anemis, sklera tdk ikterik, paru-paru : ronchi +/+ dan wheezing +/-. Diagnosa Medis HIV positif. Pertanyaan : 1. Apa penyebab diare yang tdk kunjung sembuh pada kasus tersebut? 2. Proses terjadinya efusi pleura pada kasus diatas? 3. Bagaimana respon secara imunitas virus HIV didalam tubuh? 4. Mengapa muncul sariawan dan tidak nafsu makan? 5. Bagaimana prinsip universal precaution dalam penanganan pasien HIV? 6. Sebutkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus tersebut (minimal 3 dx. Keperawatan) 7. Buat perencanaan keperawatan (tujuan/NOC dan Intervensi/NIC) pada setiap diagnosa keperawatan yang dibuat!
Kasus 2/kelompok 2 (ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HIV/AIDS PADA RESPON PSIKOSOSIAL-SPIRITUAL) Bapak J umur 37 tahun dirawat di rumah sakit karena diare sejak 1 bulan yang lalu, keringat pada malam hari, dan kadang demam serta tubuh terasa lemah. Ada riwayat sebagai penggunan narkoba suntik jenis putaw sejak 12 tahun. Bapak J dikucilkan oleh keluarganya karena menggunakan obat terlarang. Klien memakai obat karena merasa terpukul akibat ibunya meninggal dunia. Klien juga punya riwayat melakukan sex bebas dengan warga asing. Sejak 1 bulan yang lalu klien mengalami diare 3 - 5 kali sehari. Sejak 15 hari yang lalu diarenya makin parah dan tak terkontrol. Keadaan umum : pasien nampak sakit berat, lemah kurus dan pucat.
Kesadaran kompos mentis, GCS : 4-5-6, T 110/70 mmHg, N 120 x/menit, S 37,8 0C, RR 22 X/menit. Klien di rawat di Ruang khusus infeksi. Klien belum tahu penyakit yang dialaminya. Klien merasa ditelantarkan oleh teman dan keluarganya, sejak lama tidak berkomunikasi. Klien tidak percaya dengan kondisinya sekarang. Mekanisme koping pasrah. Klien ingin diperlakukan manusiawi. Selama berada di rumah sakit pernah mencoba melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari lantai II akibat merasa tidak berguna lagi. Klien jarang pergi ke gereja. Pertanyaan : 1. Sebutkan tahapan reaksi psikologis pasien HIV menurut Grame Stewart? 2. Sebutkan lima tahap reaksi emosi seseorang terhadap penyakit menurut Kubler Ross? 3. Sebutkan respon-respon pasien HIV secara spiritual dan sosial 4. Sebutkan empat jenis dukungan sosial bagi penderita HIV? 5. Sebutkan jenis dukungan spiritual bagi penderita HIV? 6. Sebutkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus tersebut (minimal 3 dx. Keperawatan) 7. Buat perencanaan keperawatan (tujuan/NOC dan Intervensi/NIC) pada setiap diagnosa keperawatan yang dibuat!
Kasus 3/kelompok 3 (Infeksi Opurtinistik pasien HIV/AIDS) Ibu J umur 34 tahun dirawat di ruang penyakit dalam karena diare sudah 1 bulan tidak sembuh, nyeri panggul dan rasa terbakar saat miksi. Terdapat kandidiasis pada lidah, herperszooster dan neuropati perifer. Riwayat pekerjaan ibu J sebelumnya adalah Pekerja Seks Komersial (PSK). Ibu J mengeluh mudah lelah, BB menurun, turgor kulit jelek. Hasil lab: Limfosit < 500, Hb 11 gr/dl, Leukosit 20.000 unit, Trombosit 160.000/uL, konjungtiva anemis. TTV: S= 380C, N= 110 x/menit ( 60 – 100 x/menit), TD= 90/60 mmHg, RR= 16 x/menit. Pertanyaan : 1. Definisi infeksi opurtinistik (IO)? 2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi opurtinistik pasien HIV/AIDS? 3. Sebutkan jenis-jenis IO yang sering terjadi di Indonesia dan jelaskan secara singkat 4. Sebutkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus tersebut (minimal 3 dx. Keperawatan)
5. Buat perencanaan keperawatan (tujuan/NOC dan Intervensi/NIC) pada setiap diagnosa keperawatan yang dibuat!
Kasus 4/kelompok 4 (Kehamilan dan HIV/AIDS) Sebuah keluarga dengan tiga anak perempuan, 23 th (Ibu M), 18 th (An.I) dan 11 th (An. H) tinggal di rumah kontrakan, cukup dihuni 6 orang. Bapak dulu sopir angkot, Ibu tidak bekerja. Anak I (Ibu M), putus sekolah sejak SD kelas 2, HIV+ tertular dari perkawinan dengan suami yang sudah meninggal karena IDU dan HIV+. Dari perkawinan ini lahir anak pertama, meninggal umur 5 bulan, dicurigai HIV+ karena sariawan, jamur, diare dan infeksi-infeksi lain. Anak kedua, umur 3 tahun, HIV(-) tapi pertumbuhannya tidak maksimal kurus, belum bisa bicara, sering pilek, belum tumbuh gigi. Anak II (An. I) putus sekolah karena tidak ada biaya, kerja membantu merawat anak SK2. Anak III (An. H) masih sekolah di Madrasah Tsanawiyah karena murah dan dekat, dibiayai SK2 yang menjadi tulang punggung keluarga. Dia bekerja di pabrik anduk. Dia jarang kontrol karena kalau sering minta ijin kantor takut dipecat . Sering putus obat meskipun tahu hal ini tidak boleh. Dia merasakan seperti makan buah simalakama. Pertanyaan : 1. Sebutkan factor risiko penulran dari ibu ke anak ? 2. Bagaimana mekanisme penularan HIV dari ibu ke anak? 3. Bagaimana strategi pencegahan penularan dari ibu ke janin? 4. Bagaimana strategi pencegahan dari ibu ke bayi? 5. Sebutkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus tersebut (minimal 3 dx. Keperawatan) 6. Buat perencanaan keperawatan (tujuan/NOC dan Intervensi/NIC) pada setiap diagnosa keperawatan yang dibuat!
Kasus 5/kelompok 5 Ibu A (SK 1) tinggal di sebuah rumah petak kira-kira 2 X 2.5 m, satu ruang, ‘tingkat’ dua dengan kayu, di perkampungan padat bersama ibu kandungnya, adiknya dan anaknya satu. Pernah menikah pada umur 16 tahun dengan suami (Sm1) penasun. Sm1 meninggal dengan HIV (+), dan saat itu istri sedang hamil 7 bulan melahirkan dengan SC. Lahir anak (A1) dan test HIV+.
Adik SK1, 17 th, tidak sekolah lagi sejak ayahnya meninggal kira-kira 1 th yl (Adik ini waktu SMA dibiayai oleh Sm1). Sekarang terpaksa kerja cuci piring di restoran dengan gaji Rp 550.000/bulan dari jam 8-22:00. Sekarang ibu juga terpaksa kerja, serabutan (cucian tetangga atau membantu masak). SK1 menjanda beberapa waktu kira-kira 1 tahun. SK1 menikah lagi dengan Sm2, sopir angkot, bujangan. SK1 3 bln terakhir mendapat modal bergulir dari YPI, jualan jagung dan es di SD. Anak SK1 dirawat sama nenek dan adiknya, Rn (anaknya cekatan). A1 pernah sekolah (play group) tapi karena nakal, akhirnya diberhenti oleh ibunya (SK1). Sebagian masyarakat di lingkungannya tahu status SK1 HIV+ dari kemunculannya di TV. Tetangga melarang anak2nya main dg anak SK1. Bekas urin anaknya, suka disiram air panas oleh tetangga. Menurut adik SK1 (Rn) jika ada yg olok-olok (A1), didiamkan saja dan tidak boleh bermain ditempat itu lagi. Masih ada kakak yang masih takut menggunakan alat makan dan minum SK1 dan A1, ketakutan bila tertukar gelas bekas minumnya meski tahu cara menularkannya. Pertanyaan : 1. Bagaimana langkah-langkah kelompok anda untuk memberdayakan ekonomi klien? 2. Bagaimana langkah-langkah kelompok anda untuk mengurangi/menghilangkan stigma masyarakat? 3. Sebutkan dukungan sosial yang harus diberikan pada kasus tersebut? 4. Sebutkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus tersebut (minimal 3 dx. Keperawatan) 5. Buat perencanaan keperawatan (tujuan/NOC dan Intervensi/NIC) pada setiap diagnosa keperawatan yang dibuat!