1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini dengan lancar. Judul yang diambil dalam Proposal Penelitian ini yaitu
“
Analisis Finansial
Usaha Tani Buah Naga Di Kelurahan Sinar Baru Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka”
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan proposal penelitian ini sehingga dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1.
Bapak Yudi Sapta Pranoto, S.P.,M.Si selaku dosen pembimbing utama dalam penelitian ini.
2.
Ibu Dr. Endang Bidayani, S. Pi., M.Si selaku s elaku pembimbing pendamping dalam penelitian ini.
3.
Ibu Dr. Fournita Agustina, S.P.,M.Si selaku ketua program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung.
4.
Semua pihak yang telah membantu memberikan masukan dalam penulisan proposal penelitian ini. Penulis sadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proposal penelitian
ini. Oleh karena itu semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Balunijuk, Maret 2017 Penulis,
Yunanda
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR TABEL
3
I. PENDAHULUAN
4
A. Latar Belakang
4
B. Rumusan Masalah
6
C. Tujuan Masalah
6
D. Manfaat Penelitian
6
II. TINJAUAN PUSTAKA 7 A. Landasan Teori .............................................. .................................................................... ...................................... ................ 7 1. Tinjauan umum buah naga
7
2. Deskripsi budidaya buah naga
8
3. Analisi finansial
13
4. Saluran Pemasaran ............................................... ....................................................................... ..........................14 ..14 5. Lembaga tataniaga ............................................ .................................................................. ..............................15 ........15 6. Fungsi fungsi tataniaga.......................... tataniaga................................................ ..........................................1 ....................17 7 B. Penelitian Terdahulu..................................... Terdahulu........................................................... ....................................... ................. 22 C. Kerangka Pemikiran..................................... Pemikiran.............................................................. ....................................... .............. 22 D. Definisi Operasional........................................ Operasional.............................................................. .................................... .............. 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
25 25
B. Metode Penelitian
25
C. Metode Penarikan Contoh
25
D. Metode Pengumpulan Data
26
E. Metode Pengolahan dan Analisis Data
26
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR TABEL
3
I. PENDAHULUAN
4
A. Latar Belakang
4
B. Rumusan Masalah
6
C. Tujuan Masalah
6
D. Manfaat Penelitian
6
II. TINJAUAN PUSTAKA 7 A. Landasan Teori .............................................. .................................................................... ...................................... ................ 7 1. Tinjauan umum buah naga
7
2. Deskripsi budidaya buah naga
8
3. Analisi finansial
13
4. Saluran Pemasaran ............................................... ....................................................................... ..........................14 ..14 5. Lembaga tataniaga ............................................ .................................................................. ..............................15 ........15 6. Fungsi fungsi tataniaga.......................... tataniaga................................................ ..........................................1 ....................17 7 B. Penelitian Terdahulu..................................... Terdahulu........................................................... ....................................... ................. 22 C. Kerangka Pemikiran..................................... Pemikiran.............................................................. ....................................... .............. 22 D. Definisi Operasional........................................ Operasional.............................................................. .................................... .............. 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
25 25
B. Metode Penelitian
25
C. Metode Penarikan Contoh
25
D. Metode Pengumpulan Data
26
E. Metode Pengolahan dan Analisis Data
26
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
3
4
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 22 Tabel 2. Metode Analisis analisis data yang digunakan dalam penelitian ........... 27
5
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki kondisi agroekologi yang dapat mesnghasilkan hampir semua jenis buah, termasuk jenis buah yang berasal dari daerah subtropis. Lahan pertanian di Indonesia yang dapat digunakan untuk mengembangkan tanaman buah-buahan sekitar 33,3 juta hektar, antara lain lahan kering (tegalan) seluas 16,59 juta kektar dan lahan pekarangan seluas 4,9 juta hektar. Meskipun hampir semua jenis buah-buahan dapat dihasilkan di Indonesia, namun produktivitas hasil buah-buahan nasional masih rendah rata-rata 7,5 ton/ha. Peningkatan produksi buah-buahan nasional masih sangat dimungkinkan, dengan penggunaan bibit (varietas unggul) dan penerapan teknologi modern. Di negara-negara maju, penggunaan varietas unggul dan penerapan t eknologi modern dapat menghasilkan produksi buah-buahan sebesar 10 ton/ha (Rukmana, 2003). Tanaman buah naga (dragon fruit) merupakan salah satu tanaman buah buahan yang awalnya dikenal sebagai tanaman hias. Tanaman ini sudah lama dikenal masyarakat Taiwan, Vietnam, dan Thailand. Bagi masyarakat di negara tersebut, usaha budidaya tanaman buah naga terus dilakukan, karena sangat menguntungkan (Putra, 2011). Buah naga mulai muncul di indonesia pada tahun 2003. Dari jenisnya buah naga ada empat macam pertama buah naga daging putih (hylocereus undatus), buah naga daging merah (hylocereus polyrhizus ), buah naga daging super merah (hylocereus costariscensis ) dan buah naga kulit kuning daging putih (selenicirius megalanthus). Kebutuhan akan buah Naga Indonesia cukup besar dan bukan hanya pasar lokal saja yang ingin mencicipi buah ini. Peluang Ekspor juga tidak kalah besarnya, namun kebutuhan yang besar tersebut belum mampu di penuhi oleh produksi dalam negeri. Apalagi kondisi dalam negeri Indonesia cukup sulit memenuhi peluang pasar, karena hal-hal yang berhubungan dengan iklim investasi yang cenderung lesu. Tetapi melihat segi potensi
wilayah
lahan
pertanian
yang
luas
dan
kemungkinannya untuk mengembangkan tanaman jenis ini.
subur,
sangat
besar
6
Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung usaha budidaya buah naga memiliki prospek yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan karena masih sedikitnya petani yang menjadikan tanaman ini sebagai tanaman yang bersifat komersil, khusus di Kabupaten Bangka budidaya buah naga memang masih tergolong baru dan dari beberapa kecamatan yang membudidayakan tanaman ini hasilnya cukup baik sekitar satu ton per 250 m Lahan pengembangan buah naga ini. Keadaan iklim di Kabupaten bangka sangat mendukung pengembangan budidaya buah naga. Jenis buah naga yang dibudidayakan di Kabupaten bangka yaitu jenis buah naga berdaging putih dan buah naga berdaging super merah. Usahatani buah naga masih tergolong baru dan daerah pengembangannya masih terbatas. Tanaman ini memerlukan waktu 1,5 sampai 2 tahun untuk mencapai tahap produksi dan masa pengembalian investasinya relatif lama (Putra, 2011). Usahatani buah naga memiliki peluang pasar dalam skala kecil maupun besar. Peluang usahatani buah naga di Kelurahan Sinar Baru Kecamatan Sungailiat masih tinggi, tetapi usahatani buah naga membutuhkan investasi dan memerlukan modal yang
tinggi sehingga perlu dianalisis secara finansial
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dipandang perlu untuk malakukan penelitian dengan judul “Analisis Finansial Usahatani dan Pemasaran Buah Naga di Kelurahan Sinar Baru Kecamatan Sungailiat Kabupaten bangka”.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat diambil adalah: 1. Bagaimana kelayakan finansial usahatani buah naga di Kelurahan Sinar Baru Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka ? 2. Bagaimana saluran pemasaran buah naga di Kelurahan Sinar Baru Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka ? C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui kelayakan finansial usahatani buah naga di Kelurahan Sinar Baru Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka? 2. Mengetahui saluran pemasaran buah naga di Kelurahan Sinar Baru Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka? D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi petani diharapkan dapat memberikan informasi buah naga dalam mengelola usahanya. 2. Bagi pemerintah daerah Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan usahatani buah naga. 3. Bagi peneliti Sebagai bahan referensi dalam mengadakan penelitian lebih lanjut tentang usaha tani buah naga.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Tinjauan Umum Buah Naga
Buah naga adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal dari Meksiko, Amerika tengah dan Amerika Selatan namun sekarang juga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, Indonesia dan Malaysia. Buah ini juga dapat ditemui di Okinawa, Israel, Australia Utara dan Tiongkok Selatan. Hylocereus hanya mekar pada malam hari. Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang perancis dari Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias (Yuliarti, 2012). Adapun klasifikasi buah naga tersebut adalah sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta (tumbuhan berbiji), Subdivisi: Agiospermae (berbiji tertutup), Kelas: Dicotyledonae (berkeping dua), Ordo: Cactales, Famili : Cactales, Subfamili: Hylocereane, Genus: Hylocereus, Spesies: Hylocereus undatus (daging putih), Hylocereus polyrhizus (daging merah), Hylocereus Costaricensis (daging super merah atau super red), Selenicereus magalanthus (kulit kuning, daging putih, tanpa sisik). Morfologi tanaman buah naga terdiri dari akar, batang, duri, bunga dan buah. Akar buah naga hanyalah akar serabut yang berkembang dalam tanah, pada batang atas seperti akar gantung. Akar tumbuh disepanjang batang pada bagian punggung sirip disudut batang. Pada bagian duri akan tumbuh bunga yang bentuknya seperti bunga wijayakusuma. Bunga yang tidak rontok akan berkembang menjadi buah. Buah naga bentuknya bulat lonjong sebesar buah alpukat. Kulit buahnya ada yang berwarna merah, kuning, hijau bergantung pada varietas. Seluruh kulit di tumbuhi jumbai-jumbai yang dianalogikan sebagai sisik naga, oleh sebab itu buah ini dinamai dengan nama buah naga. 9 Batang buah naga berbentuk segitiga, durinya tidak terlalu panjang sehingga sering dianggap kaktus tak berduri. Bunga berukuran 30 cm dan mekar pada malam hari, oleh karena itu penyerbukannya juga berlangsung pada malam hari s ehingga buah naga
9
dikenal sebagai night blooming, akan tetapi apabila petani menghendaki adanya varietas baru bisa dilakukan dengan penyerbukan manual dengan bantuan tenaga manusia dan tentunya dilakukan pada malam hari juga. Budidaya tanaman dimulai dari cara pembibitan serta memilih bibit yang baik. Selanjutnya penyiapan lahan, cara penanaman, pemupukan, pengairan, perawatan tanaman dan cara panen (Yuliarti, 2012).
2. Budidaya Buah Naga A. Syarat Tumbuh Buah Naga
Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), tanaman buah naga termasuk tanaman tropis yang sangat mudah beradaptasi di berbagai lingkungan serta perubahan cuaca, seperti sinar matahari, angin, dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk partumbuhan dan perkembangan tanaman buah naga adalah 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600 - 1.300 mm/thn tanaman buah naga masih dapat tumbuh, namun tidak tahan dengan genangan air. Hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan, yang ditandai oleh pembusukan akar yang terlalu cepat dan merambat, seperti pangkal batang. Di sisi lain sinar matahari yang cocok bagi tanaman buah naga ialah 7080 persen. Sebaiknya buah naga ditanam di lahan yang tidak terdapat naungan dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Pertumbuhan dan perkembangan buah naga akan lebih baik jika ditanam di daerah dataran rendah, yakni 0-350m dpl. Suhu udara yang ideal bagi tanaman buah naga adalah 26- 36 ˚C dan kelembaban 70-90 persen. Tanah yang beraerasi baik dan berderajat keasaman (pH) tanah yang sangat tepat bagi tanaman buah naga adalah tanah yang bersifat alkalis, yaitu pH 6,5-7. B. Persiapan Bibit Dan Penanaman
Tanaman buah naga dapat dibudidayakan dengan cara :Stek dan biji tetapi umumnya ditanam dengan stek. Karena bibit buah naga bersifat identik dengan genetik induknya. Bentuk batang buah naga kuat, tegak, tahan terhadap hama penyakit, dan tidak mudah roboh. Saat ini telah dikembangkan secara vegetatif
10
atau stek. Dibutuhkan tanaman dengan panjang 25 – 30 cm yang ditanam dalam polybag dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Setelah bibit berumur 3 bulan,
bibit siap
dipindah/ditanam di lahan. Selanjutnya persiapan tiang penompang untuk tegakan tanaman, karena tanaman ini tidak mempunyai batang primer yang kokoh. Dapat menggunakan tiang dari kayu atau beton dengan ukuran 10 cm x 10 cm dengan tinggi 2 - 2,5 meter, yang ditancapkan ke tanah sedalam 30 -50 cm. Ujung bagian atas dari tiang penyangga diberi besi yang berbentuk lingkaran untuk menompang cabang tanaman. terlebih dahulu dibuatkan lubang tanam dengan ukuran 40 cm x 40cm x 40 cm dengan jarak tanam 3x3 meter, sehingga dalam satu hektar terdapat sekitar 1.100 tiang penyangga. Setiap tiang/pohon penyangga dibuat 3 – 4 lubang tanam dengan jarak sekitar 30 cm. Lubang tanam tersebut kemudian diberi pupuk kandang yang masak sebanyak 5 -10 kg dicampur dengan pasir (Putra,2011). C. Pemeliharaan
Penyulaman dalam budidaya buah naga sangat diperlukan agar tanaman dapat berproduksi optimal. Penyulaman dilakukan seminggu setelah bibit ditanam di lahan. Penyulaman merupakan tindakan mengganti tanaman yang mati, busuk pada pangkal batang, tidak tumbuh, atau kerusakan fisik lainnya. Pengairan pada awal pertumbuhan dilakukan 3 – 4 hari sekali. Pemberian air yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya pembusukan. Pemupukan tanaman diberikan dengan menggunakan pupuk kandang, dengan interval pemberian 3 bulan sekali sebanyak 5 – 10 kg. Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Sebelum ditemukan adanya serangan hama dan penyakit yang potensial, maka pembersihan lahan atau pengendalian gulma tetap dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman buah naga. Pemangkasan adalah pemotongan ranting ranting tanaman buah naga pemangkasan yang utama (primer) dilakukan setelah tinggi tanaman buah naga mencapai tiang penyangga (2 meter) dan ditumbuhkan 2 cabang sekunder, kmudian dari masing-masing cabang sekunder
11
dipangkas lagi dan disisakan 2 cabang tersier yang berfungsi sebagai cabang produksi (Kres Dahana & Putra,2011). D. Pemanenan
Setelah tanaman berumur 1,5 -2,0 tahun, tanaman mulai berbunga dan berbuah.
Pemanenan buah naga dilakukan pada buah yang memiliki ciri-ciri
warna kulit merah mengkilap, sisik kemerah-merahan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting. Buah dapat dipanen saat buah mencapai umur 50 hari terhitung sejak bunga mulai mekar dalam 2 tahun pertama. Setiap tiang penyangga dapat menghasilkan buah 8 – 10 buah naga dengan bobot sekitar 400600gram. Musim panen terbesar buah naga terjadi pada bulan Januari hingga April (Putra,2011). 3. Analisis Finansial Menurut Sanusi(2000) Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang
melihat dari sudut pandang petani sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan di dalamnya adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross-sales) dengan jumlah biaya-biaya (total cost), yang dinyatakan dalam nilai sekarang. Untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis finansial ialah waktu pengembalian modal (payback period), NPV, Net B/C, Gross B/C, IRR dan Analisis Sensitivitas. (1) Net Present Value Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih, merupakan metode yang menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau pengeluaran. Perhitungan ini diukur dengan nilai uang sekarang dengan kriteria: Metode ini dihitung berdasarkan selisih antara benefit dengan cost ditambah dengan investasi, yang dihitung dengan rumus: NPV = C0 + ( C1 / (1 + r)
12
Dimana : C1 = Uang yang akan diterima di tahun ke-1. r
= Discount rate/ opportunity cost of capital.
C0 = Jumlah uang yang diinvestasikan (karena ini adalah pengeluaran, maka menggunakan bilangan negatif). (a) Bila NPV > 0, maka investasi dinyatakan layak (feasible). (b) Bila NPV < 0, maka investasi dinyatakan tidak la yak (infeasible) (c) Bila NPV = 0, maka investasi berada pada posisi break event point .
(2) Gross Benefit Cost Ratio (Gross BC) Gross Benefit Cost Ratio (Gross BC) merupakan perbandingan antara penerimaan/manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan. n
Gross B/C
Bt
B
(1 i) t
C
(1 i) t
-
t 1 n
Ct
t 1
Keterangan: Gross B/C = net benefit cost ratio Bt = benefit (penerimaan) bersih tahun t Ct = cost (biaya) pada tahun t I = tingkat suku bunga(%) T = tahun (a) Jika Gross B/C > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. (b) Jika Gross B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak diusahakan (c) Jika Gross B/C = 1, maka usaha tersebut dalam keadaan break event point (3) Internal Rate of Return Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek, atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol.
13
IRR dihitung dengan menggunakan rumus: IRR = I2
+ NPV2 NPV1
x -
(i2 – i1)
NPV2
Di mana : I1= tingkat bunga 1tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1. I2
= tingkat bunga 2 tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2.
NPV1
= net present value 1
NPV2
= net present value 2
Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah: (1) Apabila IRR
> i, maka usahatani buah naga layak diusahakan
(2) Apabila IRR < i, maka usahatani buah naga tidak layak diusahakan (3) Apabila IRR = i, maka usahatani buah naga dalam keadaan impas ( Break Event Point ) (5) Payback period Payback period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari proyek. Rumus Payback Period=n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bis a menutup investasi a = Jumlah investasi b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1 Kriteria pengambilan keputusan: (1) Jika masa pengembalian ( Payback Period ) < umur ekonomis proyek, maka proyek layak untuk dilanjutkan (2) Jika masa pengembalian ( Payback Period ) > umur ekonomis proyek, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan
14
4. Saluran pemasaran
Saluran pemasaran merupakan suatu jalur arus yang dilalui oleh barang barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai ke konsumen. Saluran pemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara permintaan fisik dan hak dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu (Hasyim, 2012). Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa: (a) saluran pemasaran merupakan rantai yang terdiri beberapa kelompok (b) lembaga yang mengadakan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan, karena anggota-anggota kelompok terdiri dari beberapa pedagang dan agen, maka sebagian ada yang dikenal pembeli dan ada yang tidak, (c) pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran pemasaran, serta (d) saluran pemasaran melaksanakan dua kegiatan penting, yaitu menggolongkan produk dan mendistribusikannya. Dalam pemasaran komoditas pertanian seringkali dijumpai adanya rantai pemasaran yang panjang, yang melibatkan banyak pelaku pemasaran. Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu komoditas tergantung dari beberapa faktor, yang menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) terdiri dari : (a) Jarak antara produsen dan konsumen. Semakin jauh jarak produsen ke konsumen, maka saluran pemasaran akan semakin panjang. (b) Cepat tidaknya produk rusak. Jika produk mudah rusak, maka produk tersebut menghendaki saluran pemasaran yang pendek dan cepat. (c) Skala produksi. Jika produksi berlangsung dalam ukuran kecil, maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula. Hal ini akan menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam keadaan demikian, kehadiran lembaga perantara tidak dibutuhkan. (d) Posisi keuangan produsen. Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran dan melakukan lebih banyak fungsi tataniaga. Menurut Wiratama (2012) ada lima saluran tataniaga yang mungkin terjadi:
15
(a) produsen → konsumen akhir, (b) produsen → pengecer → konsumen, (c) produsen → pedagang besar→ pengecer → konsumen, (d) produsen → pengumpul →pedagang besar → pengecer → konsumen, (e) produsen → pengumpul →pengolahan → pedagang besar → pengecer → konsumen.
5. Lembaga Tataniaga
Lembaga Tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan taniaga produk pertanian sampai pihak konsumen (Saefudin, 1986). Lembaga tataniaga adalah orang, perusahaan dan lembaga lembaga itu terdiri atas petani produsen, pedagang perantara lembaga pemberi jasa. Produsen tugas utamanya menghasilkan produk pertanian. Pedagang perantara adalah mereka yang membeli dan mengumpulkan produk produk pertanian dari produsen dan menyalurkannya kekonsumen seperti pedagang pengumpul,pedagang grosir, pengecer, koperasi kredit dan eksportir. Lembaga pemberi jasa adalah lembaga atau badan yang memberikan jasa pelayanan kepada petani maupun lembaga tataniaga dalam melakukan suatu usaha atau kegiatan seperti perusahaan pengangkutan dan perusahaan pengudangan. Saluran tataniaga (marketing channel) adalah saluran yang digunakan untuk menyampaikan barang dan jasa dari produsen ke tangan konsumen, dimana di dalamnya terlibat beberapa lembaga tataniaga (Limbong dan Sitorus 2013). Setiap pelaku tataniaga akan memperoleh keuntungan yang berbeda dalam proses tataniaga. Beberapa faktor penting perlu dipertimbangkan dalam pemilihan saluran tataniaga yaitu ; 1. Pertimbangan pasar, meliputi konsumen akhir dengan melihat potensi pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli, dan volume tataniaga. 2. Pertimbangan barang, meliputi nilai barang per unit, besar, berat, harga, tingkat kerusakan, dan jenis barang. 3. Pertimbangan interen perusahaan, meliputi sumber permodalan, pengalaman manajemen, pengawasan, penyaluran dan pelayanan.
16
4. Pertimbangan terhadap lembaga dalam rantai tataniaga, meliputi segi kemampuan lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan kebijakan perusahaan. Semakin jauh jarak pasar antara produsen dan konsumen akan mengakibatkan panjangnya rantai tataniaga serta banyaknya fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan. Selain itu banyaknya jumlah lembaga yang terlibat dalam saluran tataniaga juga dipengaruhi oleh sifat komoditinya apakah cepat rusak atau tidak. Komoditi yang cepat rusak membutuhkan rantai tataniaga yang pendek dan harus dengan cepat diolah atau langsung diterima oleh konsumen. Kemudian saluran tataniaga tergantung pula pada skala produksi. Bila produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecil, maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, dan akan tidak menguntungkan bila produsen menjual langsung ke pasar. Dalam keadaan yang demikian kehadiran pedagang perantara diharapkan, dan saluran yang akan dilalui produk cenderung panjang. Kekuatan modal dan sumberdaya yang dimiliki juga berpengaruh bagi keterlibatan lembaga lembaga tersebut dalam saluran tataniaga karena produsen atau pedagang yang posisi modalnya kuat akan dapat melakukan lebih banyak fungsi tataniaga sehingga tataniaga dapat diperpendek. Menurut Kohls dan Uhl (2002), pendekatan kelembagaan ( the institutional approach) lebih menekankan kepada orang atau lembaga tataniaga yang menjadi pelaku aktivitas (fungsi-fungsi) tataniaga. Pela ku aktivitas tataniaga dalam produk pertanian dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Pedagang perantara (merchant middleman) Yang terdiri dari pengecer (retailers) dan grosir (wholesalers). Pedagang perantara mempunyai hak dan kepemilikan atas produk yang mereka tangani dan melakukan aktivitas jual beli untuk memperoleh keuntungan bagi mereka sendiri. Pengecer membeli produk dan menjualnya secara langsung kepada konsumen akhir. Grosir membeli secara langsung dari petani atau pedagang pengumpul lalu menjual kepada pengecer, grosir di kota lain atau kepada industri pengolahan. 2. Agen perantara (agent middleman)
17
yang terdiri dari makelar (brokers) dan komisioner (comission man). Agen perantara bertindak hanya sebagai wakil dari klien mereka dan tidak memiliki hak dan kepemilikan atas produk yang mereka tangani. Agen perantara memberikan jasa penjualan atau pembelian karena keahliannya dalam tawar menawar dan mempunyai pengetahuan pasar. Agen memperoleh pendapatan dalam bentuk upah dan komisi. Komisioner mempunyai wewenang yang lebih banyak karena dapat menangani produk secara fisik, mengatur waktu penjualan dan tugas-tugas lainnya tetapi makelar mempunyai wewenang yang lebih terbatas dan tidak menangani produk secara fisik serta mengikuti peraturan dari klien. 3. Perantara spekulatif ( speculative middleman) Yaitu perantara yang mempunyai kepemilikan atas produk dengan tujuan utama memperoleh keuntungan dari pergerakan harga. Perantara spekulatif berperan dalam mengambil risiko fluktuasi harga dengan penanganan minimum pada produk. 4. Pengusaha pengolahan dan pabrik ( processors and manufacturers) Yaitu pihak yang melakukan pengolahan secara fisik dan mengubah bentuk produk pertanian primer menjadi bahan setengah jadi atau produk akhir. Aktivitas pabrik pengolah menambah kegunaan waktu, tempat, bentuk, dan kepemilikan. 5. Organisasi pemfasilitasi ( facilitative organizations) Yang berperan untuk membantu atau memperlancar berbagai pelaku tataniaga dalam melakukan tugasnya. Fasilitator melakukan aktivitas seperti membuat peraturan-peraturan, kebijakan, asosiasi, jasa pengangkutan produk atau fungsi fasilitas spesifik lainnya. 6. Fungsi-Fungsi Tataniaga
Menurut Gumbira (2001), tataniaga diartikan sebagai kegiatan produktif yang ditujukan untuk memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Fungsi fungsi tataniaga merupakan berbagai kegiatan atau aktifitas bisnis yang terjadi dalam penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Apabila
18
fungsifungsi
tataniaga
berperan
sebagaimana
mestinya,
tataniaga
dapat
meningkatkan nilai ekonomi dan nilai tambah hasil produksi (Limbong dan Sitorus, 2013). Pendekatan fungsional (the functional approach) menurut Kohls dan Uhl (2002) bermanfaat dalam mempertimbangkan bagaimana pekerjaan harus dilakukan, menganalisis biaya-biaya tataniaga dan memahami perbedaan biaya antar lembaga dan fungsi yang dilakukan oleh lembaga tataniaga. Dalam mendistribusikan produk dari produsen ke konsumen dilaksanakan berbagai fungsi-fungsi tataniaga seperti: 1. Fungsi Pertukaran Fungsi pertukaran merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pemindahan hak milik suatu barang dan jasa melalui suau proses pertukaran. Fungsi pertukaran meliputi: a. Fungsi penjualan. Fungsi ini menjadi sangta penting dalam upaya memperlancar aliran produk dari tangan produsen sebagai hak milik ke konsumen akhir sebagai pemakai. b. Fungsi pembelian. Fungsi ini merupakan bagian penting dari suatu proses pemasaran produk atau komoditi . usaha pebelian dilakukan oleh pedagang perantara untuk dijual kembali dan oleh produsen untuk dijadikan bahan baku atau masukan dalam proses produksi. 2. Fungsi Fisik Fungsi fisik yaitu semua aktifitas untuk menangani. Menggerakan dan mengubah produk produk secara fisik sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Fungsi fisik meliputi : a. Fungsi pengangkutan Fungsi ini dilakukan oleh semua lembaga yang terlibat dalam sistem pemasaran, dari produsen sampai ke konsumen akhir unruk memperlancar proses penyaluran suatu produk komoditas. Tujuannya agar produk tersedia pada tempat yang sesuai. Jenis transportasi dan rute yang dipilih berpengaruh terhadap biaya
19
transportasi. Adanya keterlambatan dalam pengangkutan dan jenis alat angkut yang tidak sesuai dengan sifat barang yang diangkut dapat menimbulkan kerusakan dan penurunan mutu. b. Fungsi penyimpanan Fungsi ini dilakukan oleh semua lembaga yang terlibat dalam sistem pemasaran,
tetapi
tingkat
kerumitan
kegiatan
penyimpangan dan
biaya
penyimpangan yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran berbedabeda. Penyimpanan yang paling rumit dan mahal dilakukan adalah pedagang besar antar kota. Dalam upaya pemuasan konsumen membutuhkan biaya yang besar untuk mengatasi hambatan hambatan. c. Fungsi pengolahan Fungsi pengolahan merupakan kegiatan mengubah bentuk dasar dari produk agar mudah diterima oleh konsumen. 3. Fungsi penunjang Fungsi penunjang dalam pemasaran mengcakup semua kegiatan yang dapat membantu kelancaran proses pemasaran. Fungsi ini meliputi: a. Fungsi pembiayaan Fungsi ini berperan dalam perencanaan pembiayaan, pelaksanaan, pengawasan, pengevaluasian dan pengendalian pembiayaan. Hal ini ditujukan untuk
mengefektifkan
pelaksanaan
pembiayaan
dan
mengefisiensikan
pengeluaran biaya sampai batas yang tidak mengurangi efektifitas pembiayaan. b. Fungsi penanggungan resiko Penanggunan resiko merupakan salah satu unsur biaya atau penyedot biaya yang sulit diperkirakan besarnya dalam setiap aktifitas bisnis, baik resiko penurunan produksi maupun resiko penurunan dalam nilai produk atau pendapatan bersih usaha bisnis. c. Fungsi standarisasi dan grading Standarisasi adalah suatu ukuran tingkat mutu suatu produk dengan menggunakan standar warna, ukuran, bentuk, susunan, ukuran jumlah dan berbagai kriteria lainnya yang dapat dijadikan standar dasar mutu produk. Standarisasi dan grading memiliki peranan yang sangat penting bagi kelancaran
20
sistem pemasaran. Dengan standarisasi dan grading maka suatu produk yang dijual akan memiliki keseragaman mutu berdasarkan grade yang tertera pada label. d. Informasi pasar Penyediaan informasi pemasaran adalah salah satu fungsi fasilitas pemasaran yang memegang peranan penting dalam melancarkan proses operasi sistem pemasaran, dan dapat memperbaiki tingkat efisiensi proses pemasaran. Peranan informasi pasar sangat penting untuk membantu pengambilan keuputusan yang tepat oleh para pelaku pemasaran karena keputusan yang tepat untuk suatu tindakan harus didasarkan pada data dan fakta fakta yang ada. Dari ketiga fungsi diatas semuanya berguna bagi peningkatan kegunaan barang yaitu kegunaan waktu, tempat, bentuk, dan kegunaan kepemilikan. Fungsi pertukaran meliputi hak milik, penyediaan fisik, menciptakan kegunaan tempat dan waktu serta fungsi pelancar mengciptakan masalah standarisasi dengan grading, penanggungan resiko, kredit dan informasi pasar. 7. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran sering dipergunakan sebagai perbedaan antara harga di berbagai tingkat lembaga pemasaran di dalam sistem pemasaran. Pengertian margin pemasaran ini sering dipergunakan untuk menjelaskan fenomena yang menjembatani adanya kesenjangan ( gap) antara pasar di tingkat petani dengan pasar di tingkat pengecer memberikan dua alternatif dari definisi margin pemasaran, yaitu : 1) Perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen 2) Merupakan harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya permintaan dan penawaran jasa-jasa tersebut Hammond dan Dahl (1977), menyatakan bahwa margin tataniaga menggambarkan perbedaan harga di tingkat konsumen (Pr) dengan harga ditingkat produen (Pf). Nilai margin tataniaga (value of marketing margin) merupakan perkalian antara margin tataniaga dengan volume produk yang terjual
21
[(Pr-Pf).Qrf] yang mengandung pengertian marketing cost dan marketing charge. Jadi pendekatan terhadap nilai marjin tataniaga dapat melalui returns to factor (marketing cost ) yaitu penjumlahan dari biaya tataniaga, yang merupakan balas jasa terhadap input yang digunakan seperti tenaga kerja, modal, investasi yang diberikan untuk lancarnya proses tataniaga dan input-input lainnya, serta dengan pendekatan returns to institution (marketing charge), yaitu pendekatan melalui lembaga-lembaga
tataniaga
yang
terlibat
dalam
proses
penyaluran
atau
pengolahan komoditi yang dipasarkan (pedagang pengumpul, pengolah, grosir, agen dan pengecer) Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi yang dilakukan antar lembaga biasanya berbeda-beda, hal ini menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ketingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, semakin besar perbedaan harga antara produsen dengan harga ditingkat konsumen. Farmer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang diterima konsumen akhir. Bagian yang diterima lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan Sitorus, 2013).
FS =
Pf / Pr x 100%
Fs = Farmer`s share Pf = Harga ditingkat petani. Pr = Harga ditingkat lembaga pemasaran Keterangan : Fs = farmer’s share Pf = harga ditingkat petani Pe = harga di tingkat lembaga pemasaran
22
C. Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha tani buah naga
Proses produksi
Input
Output buah naga
1.Lahan 2.Pupuk 3.Obat-obatan 4.Alsintan 5.Tenaga kerja 6 .bibit
Pasar output
7. tiang
Biaya produksi
Penerimaan
Kelayakan Finansial IRR B\C Ratio NPV
Payback Period
Layak / menguntungkan
Tidak layak /tidak menguntungkan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Keterangan:
: Menghasilkan : Melakukan : Mempengaruhi
Saluran pemasaran Marjin pemasaran
23
Berdasarkan Gambar 1. Skema kerangka pemikiran penelitian diatas dapat dijelaskan bahwa petani buah naga melakukan tiga kegiatan yaitu input lahan . proses produksi dan output buah naga. Input lahan artinya petani mempersiapkan lahan dan menentukan saprodi yang akan dilakukan dalam melalukan usaha tani buah naga, input tersebut seperti, lahan pupuk obat-obatan alsintan tenaga kerja bibit
tiang. Proses produkai merupakan kegiatan yang dilakukan dalam
membudidayakan buah naga dan outpur buah naga merupakan hasil yang didapat dalam membudidaya buah naga.
D. Definisi Operasional
1.
Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.
2.
Usahatani buah naga adalah suatu rangkaian aktifitas budidaya buah naga yang direncanakan untuk mendapatkan manfaat dengan menggunakan sumber-sumber yang mempunyai titik waktu berakhirnya aktifitas.
3.
Biaya adalah jumlah seluruh nilai korbanan yang dikeluarkan untuk usahatani buah naga selama satu tahun dalam satuan rupiah (Rp).
4. Benefit – Cost adalah ukuran tentang kelayakan dinyatakan layak operasi bila benefit yang dihasilkan melebihi cost yang harus di tanggung(Rp) 5.
Benefit adalah keuntungan/manfaat yang diperoleh bukan dalam arti saving yang nyata dalam kalkulasi moneter (Rp)
6.
Penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima dari penjualan produk, dihitung dengan mengalikan jumlah seluruh hasil produksi buah naga dengan harga jual buah naga diukur dalam satuan rupiah (Rp).
7.
Pemasaran adalah proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk memindahkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen dengan tujuan memperoleh keuntungan di satu pihak, dan kepuasan di pihak lain(Rp)
8.
Harga pasar adalah tingkat harga yang diterima petani dalam penjualan hasil produksinya atau tingkat harga yang dibayar petani dalam pembelian faktor produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
24
9.
Titik impas merupakan kuantitas produksi yang dihasilkan di mana perusahaan tidak dalam keadaan untung atau rugi. Titik impas dapat digunakan untuk melihat kemampuan dan efisiensi perusahaan.
10. Analisis finansial adalah analisis yang didasarkan kepada perbandingan atau rasio manfaat (benefit) dan biaya (cost ) yang akan dikeluarkan selama umur ekonomis, atau diperhitungkan untuk melihat layak atau tidaknya usaha tersebut dilaksanakan. 11. Discount Factor adalah suatu faktor bilangan lebih kecil dari satu yang dapat digunakan untuk menghitung suatu nilai uang masa datang ( future value = t0), berapa nilainya saat ini ( present value = tn), dengan memperhitungkan tingkat bunga (i) yang tetap pada akhir setiap tahun (t). 12. Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih, merupakan metode yang menghitung selisih anatara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau pengeluaran. 13. Net benefit cost ratio (Net BC) merupakan perbandingan antara penerimaan manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan. 14. Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh 15. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani buah naga atau kumpulan harga jasa-jasa pemasaran yang timbul karena pelayanan permintaan dan penawaran, diukur dalam rupiah per kilogam buah naga (Rp/kg). 16. Farmer share adalah perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga di tingkat lembaga pemasaran yang dinyatakan dalam persentase.
25
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sinar Baru Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja ( purposive sampling ) dengan pertimbangan bahwa di Kelurahan Sinar Baru masih banyak terdapat lahan dan memiliki potensi untuk pengembangan usahatani buah naga karena cukup banyak petani yang tertarik untuk mebudidaya tanaman ini. penelitian dilaksanakan mulai dari tahap persiapan bulan Februari 2017 hingga tahap penyelesaian laporan akhir penelitian yang diperkirakan akan selesai pada bulan Agustus 2017. Dengan demikian secara keseluruhan penelitian ini dilakukan selama 6 bulan. B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Umar (2011) metode survei adalah melakukan pengambilan data secara langsung ke lapangan dengan mengambil contoh untuk melihat hubungan anatara variabel yang ditentukan dalam penelitian. Dalam met ode survei kajian sampelnya merupakan suatu bagian dari populasi serta hasil penelitian tersebut dapat menerangkan (mewakili) dari semua populasi yang ada.
C. Metode Penarikan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah 30 orang petani buah naga di Kelurahan Sinar Baru Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka yang semuanya dijadikan responden. Jadi penarikan contoh petani buah naga dilakukan dengan menggunakan metode sensus yaitu suatu metode pengambilan data secara keseluruhan dari semua sampel.
26
D. Metode Pengumpulan Data
Metode
Pengumpulan
data
dalam
penelitian
atau
pengamatan
ini
dilakukan
dengan
dilapangan
dalam
menggunakan metode : 1. Observasi ( pengamatan ) Metode
observasi
langsung
pengumpulan data oleh peneliti dilakukan dengan teknik observasi. Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan. Dalam hal ini berupa melihat secara langsung ke tempat yang akan diteliti yaitu di Kelurahan Sinar Baru Kecamata n Sungailiat.
2. Wawancara ( interview ) Menurut Umar (2011), wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antara peneliti dengan narasumber atau responden dilapangan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Untuk mendukung wawancara tersebut maka digunakan beberapa pertanyaan (kuisoner) yang diajukan kepada narasumber atau responden. Tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan data dari tangan pertama, sehingga data yang didapat akan lebih akurat, Untuk melengkapi beberapa pengumpulan data dari teknik lainnya serta. untuk menguji hasil data yang sebelumnya sudah terkumpul.
Menurut Hasan (2006), data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani buah naga sebagai responden yang telah ditentukan melalui tanya jawab dengan alat bantu berupa kuesioner yang telah ditentukan sebelumnya. Data primer dalam penelitian ini berupa: 1) identitas petani 2) bagaimana kelayakan finansial usaha tani buah naga, dan 3) bagaimana saluran pemasaran usaha tani buah naga. Sedangkan data sekunder berupa data kependudukan dan keadaan umum lokasi penelitian diperoleh dari kantor Desa,
27
kantor Kecamatan dan instansi terkait dengan penelitian ini serta literatur lainnya yang terkait dengan penelitian ini seperti: jurnal, skripsi, serta data dari internet dan perpustakaan Universitas Bangka Belitung.
E. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data dan informasi yang tercatat dalam daftar pertanyaan yang diperoleh dari lapangan diolah secara tabulasi dan dijelaskan secara deskriptif, yaitu dengan menguraikan hasil yang diperoleh dalam bentuk tabel dan uraian yang sistematis sehingga diperoleh hasil yang lengkap dan terperinci. Untuk metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada table berikut: Tabel 2. Metode Analisis Data Yang Digunakan Dalam Penelitian Rumusan Masalah bagaimana analisis kelayakan finansial usaha tani buah naga
Jenis Data
Metode Analisis Data
Data Primer
Metode Deskriptif Kuantitatif
Data Primer
Metode Kualitatif
di Kelurahan Sinar Baru?
Bagaimana saluran pemasaran buah naga di Kelurahan Sinar
Deskriptif
Baru Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka ?
Untuk menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka digunakan metode pengolahan data sebagai berikut : 1.
Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode analisis kelayakan berdasarkan data yang telah diambil di lapangan. Analisis yang digunakan dalam analisis finansial terdiri dari :
1. Net Present Value (NPV ) Metode ini dihitung berdasarkan selisih antara benefit dengan cost ditambah dengan investasi, yang dihitung dengan rumus:
28
NPV = C0 + ( C1 / (1 + r)
Dimana : C1 = Uang yang akan diterima di tahun ke-1. r
= Discount rate/ opportunity cost of capital.
Tingkat pengembalian/hasil investasi (%) dari investasi yang sebanding. C0 = Jumlah uang yang diinvestasikan (karena ini adalah pengeluaran, maka menggunakan bilangan negatif).
Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah: (1) Jika NPV > 0, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan (2) Jika NPV < 0, maka usaha tersebut tidak la yak untuk diusahakan (3) Jika NPV = 0, maka usaha tersebut dalam keadaan Break Event Point. 2. I nternal Rate of Return (I RR)
IRR dihitung dengan menggunakan rumus: IRR = I2
+ NPV2 NPV1
x -
(i2 – i1)
NPV2
Di mana : I1= tingkat bunga 1tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1. I2
= tingkat bunga 2 tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2.
NPV1
= net present value 1
NPV2
= net present value 2
Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah: (1) Apabila IRR > i, maka usahatani buah naga layak diusahakan (2) Apabila IRR < i, maka usahatani buah naga tidak la yak diusahakan (3) Apabila IRR = i, maka usahatani buah naga dalam keadaan impas ( Break Event Point ) 3. Gross Benefi t Cost Ratio (Gross B/C)
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Metode ini melihat perbandingan antara nilai tunai penerimaan dengan nilai tunai pengeluaran atau biaya. Gross B/C dapat dirumuskan :
29
n
Gross B/C
Bt
B
(1 i) t
C
(1 i) t
-
t 1 n
Ct
t 1
Keterangan: Gross B/C = net benefit cost ratio Bt = benefit (penerimaan) bersih tahun t Ct = cost (biaya) pada tahun t I = tingkat suku bunga(%) T = tahun Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah: (1) Jika Gross B/C > 1, maka usaha tersebut menguntungkan (2) Jika Gross B/C = 1, maka usaha tersebut dalam keadaan impa s (3) Jika Gross B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak diusahakan 4. Payback period
Rumus Payback Period=n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bis a menutup investasi a = Jumlah investasi b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1 Kriteria pengambilan keputusan: (1) Jika masa pengembalian ( Payback Period ) < umur ekonomis proyek, maka proyek layak untuk dilanjutkan (2) Jika masa pengembalian ( Payback Period ) > umur ekonomis proyek, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan 2.
Untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua metode yang digunakan analisis deskriptif berdasarkan data tentang pemasaran yang telah di dapat dan saluran pemasaran tersebut. Disajikan dalam bentuk deskripsi secara jelas bagaimana gambaran tentang sistem pemasaran yang terjadi di Kelurahan Sinar Baru Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka.
30
DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta. 341 hal. Ariyanto, H. 2006. Budidaya Tanaman Buah-buahan. PT. Citra Aji Parmana. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka 2017. Kabupaten Bangka Dalam Angka. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.2013. Luas areal tanaman buah naga. Lampung Cahyono, Bambang. 2009. Sukses Bertanam Buah Naga. Jakarta. Pustaka Min Gittinger. 1986. Analisis Ekonomi Proyek – Proyek Pertanian. Jakarta. UI Press. 597 hal. Hanafiah, T. dan A. M. Saefuddin. 1983. Tataniaga Hasil Perkebunan. UI Press. Jakarta. Hasyim, A, I. 2003. Pengantar tataniaga pertanian. Diktat ajar. Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung. Hasyim, A. I. 2012. Tataniaga Pertanian. Buku Ajar Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandarlampung. 253 halaman. Juwita,T. 2013. Manfaat Pembinaan dan Verifikasi Kopi Dalam Upaya Peningkatan Mutu Kopi di Tanggamus. Universitas lampung. Bandar Lampung. Khols RL, Uhl JN. 2002. Marketing of Agricultural Products. New Jersey (US): Prentice Hall. Kotler. 1993. Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian (Terjemahan) Edisi Keenam Jilid 1. Erlangga. Jakarta Kristanto. 2008. Buah Naga Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya. Jakarata. Limbong dan Sitorus.1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian.Diktat kuliah. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor. Rukmana. (2003). Kaktus. Cet 5. Kanisius. Yogyakarta
31
Putra. 2011.Budidaya Buah Naga. Jakarta : Laksana Sanusi, B. 2000. Pengantar evaluasi proyek. Jakarta. UI Press. 197 hal. Sa’id, E. Gumbira dan A. Harizt Intan, 2001. Manajemen Agribisnis, Jakarta.Ghalia Indonesia Tim karyatani mandiri. 2010. Pedoman bertanam buah naga . Bandung : Nuansa Amalia Yuliarti, N.2012. Bisnis Buah Naga. IPB Press. Bogor.66 hlm. Wiratama, D.2012. Peranan Saluran Distribusi dalam www.scribd.com/doc/41789451/ . Di akses pada 17 maret 2017
Pemasaran.
32
KUISIONER PENELITIAN ANALISIS FINANSIAL USAHA TANI BUAH NAGA DI KELURAHAN SINAR BARU KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA A.IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama
:
2. Umur
:
3. Alamat
:
4. Jenis Kelamin
: A. Laki Laki B. Perempuan
5. No. Telp
:
6. Tingkat Pendidikan
:
7. Status Pernikahan
: A. Menikah B. Belum Menikah C. Janda\Duda
8. Pekerjaan 1.Pokok
:
2. Sampingan
:
9. Luas Lahan
:
Ha
B. Keadaan Usaha Tani Buah Naga 1. Sejak Tahun Berapa Saudara Mulai Menanam Tanaman Buah Naga ? 2. Berapa Luas Lahan Untuk Menanam Buah Naga ?
33
3. Status Penggunaan Lahan ? A. Milik Semdiri
C. Lainnya: .................
B. Sewa Jika Sewa, Berapa Besar Biaya Dalam Menyewa Lahan Tersebut ? Jawaban:................................................................................................................... ............................................................................................ 4. Modal Yang Digunakan Dalam Usaha Tani : A. Modal Sendiri B. Modal Pinjaman 5. Jika Pinjaman, Berapa Besar Dan Bagaimana Sisteem Pengambilannya : Jawaban:................................................................................................................... ............................................................................................
c. Teknis Budidaya Buah Naga 1. Bagaimana Cara Pengolahan Lahan Dan Penentuan Waktu Tanam Buah Naga ? Jawaban:............................................................................................................. .......................................................................... 2. Bagaimana Pembuatan Ajir Yang Dilakukan Dalam Penanaman Buah Naga ? Jawaban:............................................................................................................. ................................................................................... 3. Berapa Pembuatan Lubang Dan Jarak Tanam Pada Tanaman Buah Naga ? Jawaban:............................................................................................................. ........................................................................................ 4. Berapa Kali Pemberian Pupuk Dilakukan ? Jawaban:............................................................................................................. .............................................................................................
34
5. Apakah Dalam Melakukan Pemberian Pupuk, Bapak Mengikuti Aturan Dari Penyuluh Pertanian Lapangan ? Jawaban:............................................................................................................. ............................
6. Pupuk Apa Saja Yang Digunakan : Jenis Pupuk Yang Jumlah (Kg) Digunakan Urea
Waktu (Bulan)
Sp36 Kompos KCL Lainnya :
7. Adakah Hama Dan Penyakit Yang Menyerang Tanaman Buah Naga Yang Diusahakan ? Jawaban:............................................................................................................. ...................................................................................... 8. Apa Upaya Yang Bapak Lakukan Untuk Mengatasi Serangan Hama Dan Penyakit Buah Naga Tersebut ? Jawaban:............................................................................................................. ......................................................................................... 9. Berapa Banyak Buah Naga Yang Dihasilkan ? Jawaban:............................................................................................................. .................................................................................................
35
D. PENGGUNAAN TENAGA KERJA No
Uraian Kegiatan
1
Pembukaan Lahan
2
Pengolahan
3
Penanaman
4
Pemukaan
5
Pengendalian Hama Dan Penyakit Panen
6
Laki Laki Perempuan DK HOK LK DK HOK LK HOK HOK
Keterangan : DK
:
LK
:
HOK
:
1. Upah Tenaga Kerja Laki Laki : Rp......................./................... Perempuan
:Rp....................../....................
2. Berapakah Rata Rata Umur Tenaga Kerja Yang Saudara Gunakan Dalam Usaha Tani Buah Naga ? Alasan:.................................................................................................................. ...................................................................... 3. Tingkat Pemdidikan Tenaga Kerja Yang Digunakan Dala Melakukan Usaha Tani Buah Naga ? Alasan:.................................................................................................................. ............................................................................
36
E. Biaya Produksi 1. Biaya Variabel Jenis A.Bibit
Jumlah (Kg)
Harga (Rp/Kg)
Total Nilai
B.Pupuk KCL SP36 KCL C.Pestisida Herbisida Fungisida Insektisida D.Lainnya 1. ............... 2. .............. Jumlah
....................... ....................... ....................... .......................
....................... ....................... ....................... .......................
.............................. .............................. .............................. ..............................
....................... ....................... .......................
...................... ...................... ......................
............................. ............................. .............................
2. Biaya Tetap Nama Alat
Jumlah Harga (Unit) (Rp/Unit )
Total
Umur Pemakaia n
Penyusuta n
1. 2. 3. 4.
Cangkul Parang Sabit Handspraye r 5. Karung 6. Traktor 7. Lainnya a. ................. b. ................. c. ................. Jumlah F. Lain Lain 1. Apa Yang Menyebabkan Bapak Tertarik Untuk Mengusahakan Tanaman Buah Naga ? Jawaban:................................................................................................................... ...................................................................................