JENIS-JENIS SISTEM PENGKODEAN DATA
1. Sytem Pengkodean BCD (Binary Code Decimal)
BCD adalah sistem pengkodean bilangan desimal yang metodenya mirip dengan bilangan biner biasa; hanya saja dalam proses konversi, setiap simbol dari bilangan desimal dikonversi satu per satu, bukan secara keseluruhan seperti konversi bilangan desimal ke biner biasa. Hal ini lebih bertujuan untuk ―menyeimbangkan‖ antara kurang fasihnya manusia pada umumnya untuk melakukan proses konversi dari desimal ke biner -dan- keterbatasan komputer yang hanya bisa mengolah bilangan biner. Dalam dunia elektronik dan komputer, pengkodean ini bertujuan untuk memudahkan pengkonversian data bilangan desimal ketika akan ditampilkan pada suatu display (seven-segment misalnya). Selain itu, BCD juga digunakan untuk mempercepat suatu proses kalkulasi. Dengan teknik pengkodean BCD ini, maka akan dapat dihindari kerumitan baik dari sisi hardware maupun software. Sitem pengkodean BCD juga sangat umum dalam sistem elektronik dimana nilai numerik yang akan ditampilkan, terutama dalam sistem yang terdiri dari logika digital, dan tidak mengandung mikroprosesor. Dengan memanfaatkan BCD, manipulasi data numerik untuk layar dapat sangat disederhanakan dengan memperlakukan setiap digit sebagai rangkaian tunggal yang terpisah-sub. Ini erat kaitannya dengan realitas fisik dalam menampilkan hardware desainer mungkin memilih untuk menggunakan rangkaian terpisah identik seven segmen yang menampilkan tujuh elemen pembangunan sebuah sirkuit metering, misalnya. Jika jumlah angka disimpan dan dimanipulasi sebagai biner murni, interfacing sedemikian akan menampilkan sirkuit kompleks. Oleh karena itu, dalam kasus di mana perhitungan relatif sederhana yang bekerja dengan pengkodean BCD dapat mengakibatkan sistem secara keseluruhan lebih sederhana daripada konversi ke biner. Argumen yang sama berlaku ketika hardware jenis ini menggunakan mikrokontroler tertanam atau prosesor kecil lainnya. Seringkali, hasil kode yang lebih kecil ketika mewakili angka internal dalam format BCD, karena konversi dari atau ke representasi biner bisa mahal pada prosesor terbatas tersebut. Untuk aplikasi ini, beberapa prosesor kecil fitur mode BCD aritmatika, yang membantu saat menulis rutinitas yang memanipulasi BCD kuantitas.
Dalam sistem bilangan BCD, sebuah digit bilangan desimal diwakili oleh 4 bit bilangan binernya. Dasar pengkodean bilangan desimal menjadi bilangan BCD adalah dengan mengganti setiap digit bilangan desimal dengan bilangan biner 4 bit sebagai berikut: Desimal : Biner
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
: 0000 0001 0010 0011 0100 0101 0110 0111 1000 1001
Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada contoh berikut : Misalkan bilangan yang ingin dikonversi adalah 170 10. Sesuai dengan dasar pengkodean bilangan decimal menjadi bilangan BCD, dapat dilihat bahwa bilangan biner dari : 110 — > 00012 710 — > 01112 010 — > 00002 Tetapi, berhubung hasil yang diinginkan adalah bilangan BCD, maka basis bilangannya tinggal ditulis sebagai berikut : 110 — > 0001 BCD 710 — > 0111 BCD 010 — > 0000 BCD maka, nilai BCD dari 170 10 adalah 0001 0111 0000 BCD. Harap diperhatikan bahwa setiap simbol dari bilangan desimal dikonversi menjadi 4 bit bilangan BCD. Contoh lain, misalkan bilangan yang ingin dikonversi adalah 309 10. 310 —– > 0011 BCD 010 —– > 0000 BCD 910 —– > 1001 BCD maka, nilai BCD dari 309 10 adalah 0011 0000 1001 BCD.
Tabel BCD
2. System Pengkodean BAUDOT
Baudot code diambil dari nama seorang ahli teknik pos dari Prancis yang bekerja di bidang telepon sekitar tahun 1874. Orang Amerika yaitu Murray, bekerja dengan profesi yang sama dengan Baudot, dan beberapa orang menyebut kode ini sebagai Murray code. Kode baudot terdiri dari 5 bit kode biner untuk merepresentasikan setiap karakternya, sehingga bila ditotal 2
5
= 32 karakter yang bisa dipakai). Yang terdiri dari karakter abjad dan bilangan ( termasuk tanda baca dan tanda operasi aritmatika ). Didalam penggunaannya,untuk membedakan antara abjad dengan bilangan dipakai kode khusus yang disebut shift figure ( pengganti regu bilangan ) dan shift letter ( pengganti regu abjad ). Dimana semua bentuk karakternya dicantumkan didalam tabel dibawah ini.
Kode biner dari kedua kode khusus tersebut di representasikan dengan 11011 untuk figures shift dan 11111 untuk letters shift. Sehingga semua abjad,bilangan,tanda baca,dan tanda operasi aritmatika dapat dikode binerkan.
Didalam aturan pengkodean sandi baudot pertama kali kita harus mengacu kepada tabel sandi baudot yang telah dibuat. Untuk mengkodekan huruf,terlebih dahulu kita harus memakai kode letter shift sehingga kode berikutnya dapat diisi dengan kode – kode huruf. Dan untuk mengkodekan bilangan terlebih dahulu kita harus memakai kode figure shift sehingga kode berikutnya dapat diisi dengan kode – kode bilangan. Kesimpulannya adalah setiap ada penggantian didalam penggunaan huruf atau bilangan, terlebih dahulu harus menggunakan kode penggantian regu yang akan digunakan. CR (Carriage Return) digunakan untuk mengembalikan / memulai ke baris baru atau sama seperti enter dan LF ( Line Feed ) mengulur baris atau membuat spasi satu baris. Space digunakan untuk memberi spasi antar kata, untuk menggunakan spasi tidak dibutuhkan pengawalan kode khusus karena space terletak didua tempat yaitu figure dan letter. Bell digunakan untuk membunyikan bel yang berfungsi untuk memanggil operator. Sebagai contohnya yaitu bila kita ingin mengkodekan ISTN 2011 kedalam sandi baudot. Caranya seperti dibawah ini. Letter shift
11111 Spasi
00100
I
S
T
N
00110
00101
10000
01100
figure shift
2
0
1
1
11011
10011
10110
10111
10111
Sehingga didalam sandi baudot , 1111 00110 10000 01100 00100 11011 10011 10110 10111 10111 untuk merepresentasikan ISTN 2011
Adapun ciri dari pengkodean baudot ini antara lain :
Diciptakan oleh emile baudot.
Selain bilangan, baudot juga bisa digunakan untuk merepresentasikan abjad, tanda baca dan tanda operasi aritmatika.
Setiap karakter direpresentasikan dengan 5 bit kode biner.
Menggunakan letter shift untuk mengawali kode huruf
Menggunakan figure shift untuk mengawali kode bilangan, tanda baca,dan tanda operasi aritmatika.
.
Gambar Keyboard dari Teletype yang menggunakan kode Baudot
Kelebihan Kode Boudot
lebih sedikit kabel yang harus digunakan antar lokasi dibandingkan dengan perangkat pengirim pesan lainnya,
membuat sistem yang jauh lebih ekonomis karena hanya menggunakan kabel yang lebih sedikit,
pesan bisa dikirim melalui radio.
kode yang kosong masih bisa dikembangkan sehingga akan terpenuhi sampai 64 karakter.
Kekurangan Kode Baudot :
Hanya Terdiri dari 5 bit, sehingga jumlah karakter yang bisa di kodekan hanya terbatas sampai 64 karakter. 32 karakter pada grup abjad dan 32 karakter untuk grup bilangan.
Hanya terbatas 32 macam simbol.
Diperlukan 2 sandi khusus agar semua abjad dan angka dapat diberi sandi, yaitu LETTERS ( 11111 ) FIGURES ( 11011 ).
Sulit untuk melakukan operasi penambahan dan pengurangan seperti halnya untuk operasi biner biasanya.
Hanya terbatas pada penulisan pesan saja. Penggunaan sandi baudot pada awalnya digunakan untuk mengirim pesan melalui saluran
komunikasi seperti telegraf kawat atau sinyal radio. Pesan yang dikirim berupa serangkaian sandi baudot yang di representasikan dalam bentuk sinyal radio atau yang dicetak dengan tanda kosong dan lingkaran yang berlubang. Simbol yang dikodekan kedalam sandi baudot di kenal dengan nama baud sesuai dengan nama penemunya.
Baudot menjadi metode komunikasi utama untuk Western Union dan hampir semua layanan berita kawat. Baudot juga digunakan secara luas oleh organisasi-organisasi militer berbagai negara sebagai sarana pengiriman dan penerimaan pesan – pesan penting dalam peperangan.
Tabel BAUDOT
3. Kode Gray
Gray code atau juga dikenal dengan reflected binary code dinamakan setelah Frank Gray, adalah sistem penomoran biner dimana dua nilai yang bersebelahan hanya memiliki tepat satu digit beda. Pada awalnya, gray code digunakan untuk mencegah keluaran yang palsu dari suatu sinyal elektromekanik. Akan tetapi dewasa ini, gray code digunakan secara luas untuk memfasilitasi koresi galat pada komunikasi digital. Dalam kode Gray, setengah bagian atas, yaitu untuk kode desimal 5-9, merupakan bayangan cermin dari pada setengah bagian bawah, yaitu kode untuk desimal 0-4, kecuali untuk bit 3 (bit ke 4 dari kanan). Sifat ini disebut reflective. Di samping itu, seperti dapat dilihat pada Tabel 1.1 di depan, kode Gray juga mempunyai sifat bahwa kode untuk desimal yang berturutan berbeda hanya pada 1 bit. Sifat ini sangat penting dalam pengubahan sinyal-sinyal mekanis atau listrik ke bentuk digital. Sebagai contoh, kalau tegangan yang dikenakan pada suatu voltmeter digital berubah dari 3 volt ke 4 volt (dalam biner dari 0011 ke 0100), maka ada kemungkinan bit 2 (bit ke 3 dari kanan) akan berubah lebih dulu dari bit-bit yang lain sehingga akan memberikan penunjukan sementara 0111 (= 7) yang jelas salah. Dengan penggunaan kode Gray kesalahan seperti ini tidak akan terjadi. Kode gray biasanya dipakai pada mechanical encoder , misalnya pada telegraf. 1.
Konversi biner ke kode gray
Terdapat beberapa langkah untuk mengubah bilangan biner menjadi kode gray : a.
Tulis kebawah bilangan biner
b.
MSB bilangan biner adalah MSB kode gray
c.
Jumlahkan (dengan menggunakan modulo2) bit pertama bilangan biner dengan bit
kedua, hasilnya adalah bit kedua kode gray. d.
Ulangi langkah c untuk bit-bit selanjutnya.
Contoh : Ubahlah bilangan biner 1001001 kedalam kode gray Jawab : Biner
Gray
Keterangan
1
MSB Biner = MSB Gray
1001001 1001001
1001001
11
1 modulo2 0 = 1
1001001
110
0 modulo2 0 = 0
1001001
1101
0 modulo2 1 = 1
1001001
11011
1 modulo2 0 = 1
1001001
110110
0 modulo2 0 = 0
1001001
1101101
0 modulo2 1 = 1
Jadi kode gray dari bilangan biner 1001001 adalah 1101101 2.
Konversi kode gray ke bilangan biner
Terdapat beberapa langkah untuk mengubah kode gray menjadi bilangan biner : a.
Tulis kebawah bilangan biner
b.
MSB ko de gray adalah MSB bilangan biner
c.
Jumlahkan (dengan menggunakan modulo2) bit pertama kode gray dengan bit
kedua bilangan biner, hasilnya adalah bit kedua bilangan biner. d.
Ulangi langkah c untuk bit-bit selanjutnya.
Contoh : Ubahlah kode gray 1101101 kedalam bilangan biner Jawab : Biner
Gray
Keterangan
1101101
1
MSB Biner = MSB Gray
1101101
10
1 modulo2 1 = 0
1101101
100
0 modulo2 0 = 0
1101101
1001
0 modulo2 1 = 1
1101101
10010
1 modulo2 1 = 0
1101101
100100
0 modulo2 0 = 0
1101101
1001001
0 modulo2 1 = 1
1101101
Jadi bilangan biner dari kode gray 1101101 adalah 1001001 Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh di bawah berikut ini. 1.
Berapakah kode gray dari 1010 bilangan biner?
Jawab : 1010 biner, dimana MSD = 1 dan LSD = 0 Jadi 1 = MSD Gray atau digit pertama Gray;
Selanjutnya 1 + 0 = 1 adalah digit kedua Gray; Digit ketiga Gray adalah 0 + 1 = 1; Digit keempat Gray adalah LSD Gray, yaitu 1 + 0 = 1 Jadi, 1010 biner = 1111 kode Gray 2.
Berapakah bilangan biner dari 1011 kode Gray?
Jawab : Digit pertama adalah MSD = 1 Gray = 1 biner Digit kedua biner adalah 1 + 0 = 1 Digit ketiga biner adalah 0 + 1 = 1 Digit keempat biner adalah LSD Gray, yaitu 0 + 1 = 1 Jadi, 1011 Gray = 1101 biner
4.
Kode Excess-3 (XS3)
Merupakan sistem bilangan yag secara sederhana dapat diartikan sebagai bilangan biner yang memiliki lebih 3 angka dari bilangan biner biasa. Contohnya 0 = 011, 1 = 100, 2 = 101. Seperti dapat dilihat dari Tabel 1.1, kode Excess-3 (XS3) diperoleh dengan menambahkan 3 (0011) kepada kode BCD standar, dan inilah alasan pemberian namanya. Tetapi dengan
penambahan
ini
diperoleh
sifat bahwa komplemen dalam kode XS3 juga
menghasilakan komplemen dalam desimal. Sebagai contoh, komplemen 0100 (= 1 dalam desimal) adalah 1011 (= 8 dalam desimal) dan dalam desimal 1 adalah 8. Watak mengkomplemenkan sendiri (self complementing) ini sangat berguna dalam komputer yang menggunakan kode BCD dalam perhitungannya sebab rangkaian elektronik komplemennya menjadi sederhana. Kode excess-3 didapat dengan menjumlahkan nilai desimal dengan 3, selanjutnya diubah ke dalam bilangan biner. Desimal
Biner
Excess-3
0
0000
0011
1
0001
0100
2
0010
0101
3
0011
0110
4
0100
0111
5
0101
1000
6
0110
1001
7
0111
1010
8
1000
1011
9
1001
1100
Untuk lebih jelasnya perhatikan beberapa contoh di bawah ini. 1.
Berapakah ekses-3 dari 25 D?
Jawab : 2+3=5
0101
5+3=8
1000
Jadi, 25 D adalah 0101 1000 ekses-3 2.
Berapakah ekses-3 dari 154 D?
Jawab : 1+3=4
0100
5+3=8
1000
4+3=7
0111s
Jadi, 154 D adalah 0100 1000 0111 ekses-3 3.
Berapakah bilangan desimal dari 1011 1010 ekses-3?
Jawab : 1011 = 11, maka
11 – 3 = 8
1010 = 10, maka
10 – 3 = 7
Jadi 1011 1010 ekses-3 adalah 87 D
4.
Berapakah bilangan desimal dari 1100 1000 0110 ekses-3?
Jawab : 1100 = 12, maka
12 – 3 = 9
1000 = 8, maka 8 – 3 = 5 0110 = 6, maka 6 – 3 = 3 Jadi 1100 1000 0110 ekses-3 adalah 953 D
5.
Berapakah bilangan desimal dari 0011 1010 1001 ekses-3?
Jawab : 0011 = 3, maka 3 – 3 = 0 1010 = 10, maka
10 – 3 = 7
1001 = 9, maka 9 – 3 = 6 Jadi 0011 1010 1001 ekses-3 adalah 76 D
5. System Pengkodean SBCDIC (Standart Binary Coded Decimal Interchange)
Standart Binary Coded Decimal Interchange Code itu adalah suatu kode berbit 8 yang merupakan suatu perluasan dari kode IKB berbit 6 yang digunakan secara luas dalam komputer generasi
pertama
dan
kedua
yang
mana
intinya
untuk
jadi
standar
perubahan
bilangan desimal menjadi bilangan binary. Binary
dalam
matematika
berarti
penomoran
yang
berbasis
dua
misalnya
menggunakan angka nol dan satu, atau on dan off. Data ini merupakan inti dari instruksiinstruksi mesin komputer dan perangkat berbasis digital lainnya. Data ini dibuat sedemikian rupa melalui boolean algebra atau aljabar boolean, sebagai dasar instruksi yang dimengerti oleh mesin. Dalam format file, adalah berupa file yang berbentuk format apapun untuk data digital yang disusun berdasarkan kode bit dan bukan merupakan data yang bisa dicetak langsung (printable
text).
Istilah
ini
kadangkala
disebut
juga
dengan
machine
code.
Decimal kadangkala disingkat dengan D saja. Desimal berarti persepuluhan, bilangan berbasis 10. Bilangan tersebut adalah 0 sampai dengan 9. Bilangan ini adalah bilangan yang umum digunakan
secara
umum
oleh
manusia
untuk
perhitungan
matematika.
code, merupakan simbol yang terdiri dari huruf, angka, tanda baca, serta lambang lainnya. Kode ini
memiliki
arti
yang
disepakati
oleh
komunitas
atau
bagi
mereka
yang
terkait.
Decimal Code. Kode yang diklasifikasikan atas dasar sepuluh unit angka desimal dimulai dari angka 0 sampai dengan 9 atau dari 00 sampai 99, tergantung dari banyaknya kelompok. SBCDIC menggunakan kombinasi 6bit sehingga lebih banyak kombinasi yang dihasilkan yaitu 64 kombinasi kode. Ada sepuluh kode untuk digit angka, 26 kode untuk digit huruf alfabet,
sisanya digunakan untuk karakter khusus tertentu. SBCDIC digunakan pada komputer generasi kedua. SBCDIC
Karakter
SBCDIC
Karakter
001010
0
100001
J
000001
1
100010
K
000010
2
100011
L
000011
3
100100
M
000100
4
100101
N
000101
5
100110
O
000110
6
100111
P
000111
7
101000
Q
001000
8
101001
R
001001
9
010010
S
110001
A
010011
T
110010
B
010100
U
110011
C
010101
V
110100
D
010110
W
110101
E
010111
X
110110
F
011000
Y
110111
G
011001
Z
111000
H
111001
I
Perkembangan dari kode SBCDIC adalah kode EBCDIC ( Extend Binary Decimal Interchange code) adalah kode 8 bit yang memungkinkan untuk mewakili karakter 256 kombinasi karakter.
Pada EBICDIC, high order bits atau 4 bit pertama disebut zone dits dan low order bits atau 4 bit kedua disebut dengan numeric bits. Kode EBCDIC banyak dipakai pada komputer generasi ketiga. seperti pada sistem operasi komputer merk IBM, seperti z/OS, OS/390, dll. kode ini merupakan hasil dari pengembangan
kode 6 bit yang dipakai untuk kartu berlubang ( punched card ) pada komputer IBM antara akhir tahun 1950 1n sampai 1960 an. 6. Sytem Pengkodean EBCDIC (Extended Binary Code Decimal Interchange Code)
EBCDIC kepanjangan dari Extended Kode Biner Desimal Interchange Code. EBCDIC adalah 8 - bit pengkodean karakter ( halaman kode ) yang digunakan pada IBM mainframe sistem
operasi seperti z
/
OS , OS/390 ,VM dan VSE ,
serta IBM komputer
midrange sistem operasi sepertiOS/400 , dan i5/OS. Hal ini juga digunakan pada platform nonberbagai
IBM
seperti Fujitsu - Siemens ' BS2000/OSD , HP MPE
/
ix ,
dan UnisysMCP .
EBCDIC turun dari kode yang digunakan dengan kartu menekan dan enam bit yang sesuai kode biner-desimal kode yang digunakan dengan sebagian besar IBM peripheral komputer dari akhir 1950-an dan awal 1960-an. EBCDIC dirancang pada tahun 1963 dan 1964 oleh IBM dan diumumkan dengan rilis dari IBM System/360 garis mainframe komputer . Dan ini adalah karakter encoding bit-8, berbeda dengan, dan dikembangkan secara terpisah dari, 7-bit ASCII skema pengkodean. EBCDIC diciptakan untuk memperpanjang Kode Desimal-Biner (BCD) pengkodean yang ada pada waktu itu, yang sendiri dirancang sebagai cara yang efisien pengkodean zona dua dan pukulan nomor kartu menekan menjadi 6 bit. Sementara IBM adalah pendukung utama komite standarisasi ASCII, mereka tidak punya waktu untuk mempersiapkan peripheral ASCII (seperti mesin punch card) untuk kapal dengan perusahaan System/360komputer, sehingga perusahaan diselesaikan pada EBCDIC pada saat itu. System/360 itu menjadi sangat sukses, dan dengan demikian begitu juga EBCDIC. Semua mainframe IBM peripheral dan sistem operasi (kecuali Linux di zSeries atau iSeries ) menggunakan EBCDIC sebagai pengkodean yang melekat mereka, tetapi perangkat lunak dapat menerjemahkan dari dan ke encoding lain. Banyak peripheral perangkat keras menyediakan terjemahan dan mainframe modern (seperti IBM zSeries ) termasuk petunjuk prosesor, di tingkat hardware, untuk mempercepat terjemahan antara set karakter. EBCDIC tidak memiliki keunggulan teknis modern atas berdasarkan kode halamanASCII seperti ISO-8859 seri atau Unicode . Ada beberapa basis teknis di masing-masing, misalnya, ASCII dan EBCDIC keduanya memiliki satu bit yang menunjukkan huruf atau lebih
rendah. Tetapi ada beberapa aspek dari EBCDIC yang membuatnya jauh lebih sedikit menyenangkan untuk bekerja dengan dari ASCII, seperti alfabet non-berdekatan. Seperti dengan single-byte ASCII diperpanjang codepages, paling EBCDIC codepages hanya tunggu hingga 2 bahasa (Inggris dan satu bahasa lain) untuk digunakan dalam database teks file. Variasi dari kode EBCDIC ini disebut CCSID 500 yang ditampilkan pada tabel di bawah ini dalam normat bilangan komputer hexadesimal. Kode 00 sampai 3F dipakai untuk huruf kendali, kode 40 untuk spasi, dan lain sebagainya. Tabel EBCDIC -0
0-
1-
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
NUL SOH STX ETX SEL
HT
RNL DEL GE
00
01
09
7F
DLE
DC1 DC2 DC3
10
11
02
12
03
13
RES NL ENP
BS
-9
-A
-B
-C
SPS RPT VT FF 0B
0C
POC CAN EM UBS CU1 IFS
08
18
19
1C
-D
-E
-F
CR
SO
SI
0D
0E
0F
IGS
IRS
1D
1E
IUS ITB 1F
2-
DS
SOS FS
5-
6-
7-
8-
BYP LF INP
0A
SYN IR
3-
4-
WUS
PP
ETB ESC SA 17
SFE
1B
TRN NBS EOT SBS IT
16
SM SW
CSP MFA ENQ ACK BEL 05
RFF CU3 DC4
04
06
07
NAK
SUB
14
15
1A
SP
RSP â
ä
à
á
ã
å
ç
ñ
[
.
<
(
+
!
20
A0
E2
E4
E0
E1
E3
E5
E7
F1
5B
2E
3C
28
2B
21
&
é
ê
ë
è
í
ß
]
$
*
)
;
^
26
E9
EA
EB
E8
E0
EE
EF
ED
DF
5D
24
2A
29
3B
5E
-
/
Â
Ä
À
Á
Ã
Å
Ç
Ñ
¦
,
%
>
?
2D
2F
C2
C4
C0
C1
C3
C5
C7
D1
A6
2C
25
5F
3E
3F
ø
É
Ê
Ë
È
Í
`
:
#
@
'
=
"
F8
C9
CA
CB
C8
CD
CE
CF
CC
60
3A
23
40
27
3D
22
Ø
a
b
c
d
e
f
g
h
i
«
»
ð
ý
þ
±
D8
61
62
63
64
65
66
67
68
69
AB
BB
F0
FD
FE
B1
î
Î
ï
Ï
ì
Ì
_
9-
A-
B-
C-
D-
E-
F-
°
j
k
l
m
n
o
p
q
r
ª
º
æ
¸
Æ
¤
B0
6A
6B
6C
6D
6E
6F
70
71
72
AA
BA
E6
B8
C6
A4
µ
~
s
t
u
v
w
x
y
z
¡
¿
Ð
Ý
Þ
®
B5
7E
73
74
75
76
77
78
79
7A
A1
BF
D0
DD
DE
AE
¢
£
¥
·
©
§
¶
¼
½
¾
¬
|
¯
¨
´
×
A2
A3
A5
B7
A9
A7
B6
BC
BD
BE
AC
7C
AF
A8
B4
D7
{
A
B
C
D
E
F
G
H
I
SHY ô
ö
ò
ó
õ
7B
41
42
43
44
45
46
47
48
49
AD
F4
F6
F2
F3
F5
}
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
¹
û
ü
ù
ú
ÿ
7D
4A
4B
4C
4D
4E
4F
50
51
52
B9
FB
FC
F9
FA
FF
\
÷
S
T
U
V
W
X
Y
Z
²
Ô
Ö
Ò
Ó
Õ
5C
F7
53
54
55
56
57
58
59
5A
82
D4
D6
D2
D3
D5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
³
Û
Ü
Ù
Ú
EO
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
83
D8
DC
D9
DA
7. System Pengkodean ASCII
ASCII singkatan dari American Standard Code for Information Interchange. Kode ASCII telah dibangun oleh American National Standards Institute (ANSI). Kode Standar Amerika untuk Pertukaran
Informasi atau ASCII juga
merupakan
suatu
standar
internasional
dalam
kode huruf dan simbol seperti Hex dan Unicode tetapi ASCII lebih bersifat universal, contohnya 124 adalah untuk karakter "|". Ia selalu digunakan oleh komputer dan alat komunikasi lain untuk menunjukkan teks. Kode ASCII sebenarnya memiliki komposisi bilangan biner sebanyak 8 bit. Dimulai dari 0000 0000 hingga 1111 1111. Total kombinasi yang dihasilkan sebanyak 256, dimulai dari kode 0 hingga 255 dalam sistem bilangan Desimal. Dalam fail yang menggunakan kode ASCII, setiap aksara (angka, abjad dan simbol khas) diwakili oleh sejumlah 7 bit yang terdiri daripada rentetan tujuh angka ‗0‘ atau ‗1‘. Ia melibatkan sejumlah 128 aksara biasa dengan tambahan 128 aksara lanjutan. Kode ASCII adalah kod tujuh bit, ini bermakna ia menggunakan susunan tujuh angka binari dari angka desimal 0 hingga 127 untuk mewakili setiap simbol. Sewaktu kod ASCII diperkenalkan,
banyak komputer pasa masa itu menggunakan lapan-bit bait ( kumpulan bit, yang dikenali sebagai Oktet, sebagai unit terkecil untuk data. Di dalam kode ASCII tujuh-bit, bit ke-8 biasanya digunakan sebagai bit pariti untuk memeriksa jika terdapat sembarang kesalahan didalam talian komunikasi atau untuk fungsi peralatan yang lain. Berikut ini adalah tabel ASCII
Struktur ASCII :
Angka 0-9 diwakili oleh nilai mereka di dalam angka binari menggunakan 0011 ( ini bermaksud, mengubah BCD kepada ASCII adalah dengan hanya mengambil BCD masingmasing secara berasingan dan menambah 0011 kepadanya.
Huruf kecil dan huruf besar hanya berbeda dari segi susunan bit dengan perbedaan 1 bit saja, dengan meringkaskan kotak pertukaran kepada ujian terhadap (untuk mengelakkan pertukaran simbol yang bukan huruf) dan hanya satu operasi bit. Kotak pertukaran pantas
adalah penting kerana ia sering digunakan untuk situasi pengabaian simbol di dalam pencarian algoritma .
Perbandingan dengan EBCDIC, huruf kecil dan huruf besar masing-masing memenuhi 26 posisi secara berturutan.
8. System Pengkodean Unicode
Unicode adalah suatu standar industri yang dirancang untuk mengizinkan teks dan simbol dari semua sistem tulisan di dunia untuk ditampilkan dan dimanipulasi secara konsisten oleh komputer. Dikembangkan secara tandem dengan standar Universal Character Set dan dipublikasikan dalam bentuk buku The Unicode Standard, Unicode mengandung suatu kumpulan karakter, suatu metodologi pengkodean dan kumpulan standar penyandian karakter, suatu kumpulan bagan kode untuk referensi visual, deskripsi sifat karakter seperti huruf besar dan huruf kecil, suatu kumpulan data referensi berkas komputer, serta aturan normalisasi, dekomposisi, pembandingan (collation), serta penggambaran (rendering). Unicode Consortium, suatu organisasi nirlaba yang mengkoordinasikan pengembangan Unicode memiliki tujuan ambisius untuk dapat, pada akhirnya, menggantikan skema pengkodean karakter yang ada dengan Unicode dan skema Unicode Transformation Format (UTF) nya, karena banyak skema yang ada sekarang memiliki keterbatasan ukuran dan lingkup dan takserasi dengan lingkungan multibahasa. Kesuksesan Unicode menyatukan set karakter telah membawa pada penggunaannya yang luas dan pradominan dalam internasionalisasi dan lokalisasi perangkat lunak komputer. Standar ini telah diterapkan pada teknologi-teknologi terkini, termasuk XML, bahasa pemrograman Java, dan sistem operasi modern. Pada dasarnya ada 4 cara untuk mengkodekan karakter Unicode, yaitu: 1. UTF-8: 128 karakter digunakan untuk mengkode 1 byte (karakter ASCII). 1.920 karakter digunakan mengkode 2 byte (untuk karakter Roma, Yunani, Cyrilic, Coptic, Armenian, Ibrani dan Arab). 63.488 karakter digunakan untuk mengkde 3 byte (Cina dan Jepang). 247.418.112 karakter yang lain, yang belum digunakan, dapat digunakan untuk mengkpde 4, 5, 6 karakter.
2. UCS-2: Tiap-tiap karakter direpresentasikan oleh 2 byte. Pengkodean ini digunakan untuk merepresentasikan 65.536 karakter Unicode yang pertama. 3. UTF-16: Ini adalah perluasan dari UCS-2 dimana dapat direpresentasikan 1.112.064 karakter Unicode. 65.536 karakter Unicode yang pertama diwakili 2 byte, yang lainnya 4 byte. 4. UCS-4: Tiap-tiap karakter direpresentasikan oleh 4 byte.
Tabel karakter kode Unicode bahasa Armenia
9. System Pengkodean Hamming
Kode Hamming merupakan kode non-trivial untuk koreksi kesalahan yang pertama kali diperkenalkan. Kode ini dan variasinya telah lama digunakan untuk kontrol kesalahan pada sistem komunikasi digital. Kode Hamming ada dua macam, yaitu biner dan non-biner. Kode Hammin biner dapat dipresentasikan dalam bentuk persamaan berikut : m
m
(n,k) = (2 – 1, 2 – 1 – m ) , di mana k adalah jumlah bit informasi yang membentuk n bit kata sandi, dan m adalah bilangan bulat positif. Jumlah paritas bitnya adalah sejumlah m = n-k bit.
Jika m = 3 dan n = 7 dan k = 4, kode hammingnya adalah C(7,4) dengan dmin = 3. Tabel berikut menunjukkan data dan kode kata dari kode (7,4) . Datawords
Codewords
Datawords
Codewords
0000
0000000
1000
1000110
0001
0001101
1001
1001011
0010
0010111
1010
1010001
0011
0011010
1011
101100
0100
0100011
1100
1100101
0101
0101110
1101
1101000
0110
0110100
1110
1110010
0111
0111001
1111
1111111
Kode Hamming memiliki kemampuan mendeteksi dan koreksi kesalahan / error bit yang ditransmisikan, antara lain : 1. Mendeteksi semua kesalahan bit tunggal dan ganda sekaligus mengetahui posisi bit yang salah tersebut. Dilakukan dengan membandingkan codeword hasil encoding dengan codeword hasil deteksi
2. Mengkoreksi semua kesalahan bit tunggal. Jika terdeteksi adanya kesalahan bit dalam blok codeword pada proses decoding, maka dengan operasi XOR akan diperbaiki sebanyak 1 bit error yang terdeteksi.
Menurut Proakis (1989), kode Hamming termasuk ke dalam linear blok code (n,k) yang dapat dibentuk dengan ketentuan parameternya sbb: m
n
=2 -1
k
= 2 – m – 1
m
m = n-k
dimana : n = Jumlah bit blok codeword atau panjang kode k = Jumlah bit informasi m = Jumlah bit parity Berdasarkan jumlah parity bit kode Hamming dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu : m 3 4 5 6 7 8
(n.k) (7,4) (15,11) (31,26) (63,57) (127,120) (255,247)
Suatu Hamming code bisa mempunyai ―single-error correcting code ‖ atau ‖double error detecting‖, bila suatu Hamming code berupa single error, maka bila ada single error yang muncul
selama deteksi transmissi sinyal, maka nilai resultante syndrome adalah ―bukan nol (non zer o)dan terdiri dari bilangan bulat ( odd number ) dari 1, bila double error yang terjadi,nilai
syndrome juga merupakan nonzero tetapi biasanya angka ganjil ( even number ) dari 1.
10. System Pengkodean Kode Konvolusi
Kode ini merupakan kode yang sistem kerjanya adalah menerima k-bit blok uruan informasi, yang nantinya akan menghasilkan codeword v dari n buah simbol blok. Tiap blok encode bergantung tidak hanya pada message k-bit pengirim pada saat yang bersamaan, tetapi juga m blok pesan sebelumna. Encoder memiliki sebuah m memory order. Urutan encode dihasilkan dari sebuah kinput, n-output encoder dari memory order m yang sering disebut (n,k,m) kode konvolusi. Bit redundant dapat ditambahkan pada urutan informasi ketika k > n atau R > 1, penambahan redundant dilakukan dengan cara meningkatkan memory order m. 11. System Pengkodean BCH Code
Kode BCH merupakan kode yang dapat mengkoreksi kesalahan jamak pada codeword yang diterima, teknik pengkodean ini ditemukan oleh Bose, Chaudhuri dan Hocquenghem. Kode BCH mempunyai jenis yang bervariasi untuk mengkoreksi kesalahan, dimana tiap-tiap jenis kode BCH mempunyai kemampuan mengkoreksi kesalahan yang tergantung pada julah parity yang digunakan. Untuk nilai bilangan bulat positif m ≥ 3, kode BCH (n,k) memepunyai beberapa parameter, yaitu : m
a.
n = 2 – 1, yaitu panjang dari codeword (bit)
b.
t, yaitu jumlah maksimum dari kesalahan yang dapat dikoreksi
c.
k ≥ n - m*t, yaitu jumlah bit informasi dalam codeword
d.
dmin ≥ 2*t + 1, yaitu jarak Hamming minimum
Untuk t = 1 merupakan konstruksi dari kode BCH untuk membangkitkan kode Hamming. Algoritma pembentukan kode BCH dimulai dengan mengambil sebanyak k bit data dimana k adalah banyaknya dalam satu blok data pada kode BCH. Kemudian k bit tersebut dikalikan dengan generator matriks. Hasilnya merupakan kode BCH. 12. System Pengkodean CRC Code
Cyclic Redudancy Check (CRC) merupakan sistem dengan penambahan kontrol bit untuk menjamin keamanan data. Kontrol bit dibentuk oleh komputer pengirim berdasarkan perhitungan atas data yang dikirim. Pada prinsipnya, ketika data sampai di komputer penerima maka akan dilakukan perhitungan seperti yang dilakukan oleh komputer pengirim. Jika hasil perhitungan sama maka tidak ada kesalahan dalam pengiriman. CRC beroperasi pada sebuah frame/block. Setiap block berukuran m bit yang akan dikirim akan dihitung CRC checksumnya (berukuran r bit), kemudian dikirim bersama2 dengan frame (dengan ukuran m+r bit). Pada sisi penerima, penerima akan menghitung CRC checksum pada frame yang diterima, dan dibandingkan dengan checksum yang diterima, jika berbeda, berarti frame rusak CRC menggunakan prinsip modulo bilangan. Data dianggap sebagai sebuah bilangan, dan untuk menghitung checksum, sama dengan menambahkan digit untuk data dengan digit untuk checksum (berisi 0) kemudian dibagi dengan pembilang tertentu, dan sisa pembagiannya menjadi checksum untuk data tersebut.Tergantung pemilihan bilangan pembagi, CRC dapat mendeteksi single-bit error, double bit error, error berjumlah ganjil, burst error dengan panjang maks r. Bilangan pembagi disebut sebagai generator CRC – modulo arithmetic : Operasi penambahan dan pengurangan = XOR
Contoh: 1. Data memiliki m bit ; 1001, m = 4 2. Generator memiliki panjang r bit ; 101, r = 3 3. Tambahkan r-1 bit 0 ke data: 100100 4. Bagi bilangan ini dengan generator, sisanya (11) adalah checksum 5. Tambahkan checksum ke data asal: 100111 6. Pada sisi penerima, cukup membagi data yang diterima dengan generator. Jika sisanya bukan 0, berarti terjadi kesalahan 7. Jika sisanya 0, berarti tidak terjadi kesalahan, sesuai dengan kriteria generator yang digunakan
13. System Pengkodean Reed Solomon Code
Reed Solomon Code adalah suatu error-correction-code yang cukup populer dan merupakan pengembangan dari errorcorrection- code sebelumnya. Kemampuan deteksi dan koreksi dikenal sebagai multiple error. Seperti coding sebelumnya kemampuan koreksi data merupakan hubungan antara panjang blok data dengan parity. Kemampuan lain yang dikembangkan pada Reed Solomon Code adalah penerapan sistem interleave data. Sistem interleave tersebut menghasilkan kemampuan blok data yang dapat dikoreksi lebih panjang.Kode reed-solomon merupakan kode yang menyediakan kemampuan error-correction yang sangat handal dan mempunyai efisiensi kanal yang tinggi. Terdapat teknik coding blocked code berdasarkan permintaan penambahan parity redundant pada data untuk menjalankan error correction. Suatu data dikelompokkan menjadi blok-blok dan setiap blok diproses sebagai unit tunggal oleh encoder dan decoder. Banyaknya parity check perblok didapat dari banyaknya error correction yang diperlukan. Penambahan tersebut harus memiliki informasi yang cukup untuk menentukan posisi dan nilai dari error. Kode reed-solomonsering dideskripsikan sebagai (n,k) dimana parameter-parameternya adalah sebagai berikut : n
= panjang blok
k
= panjang informasi
n-k
= 2t nilai dari parity check
t
= nilai maksimum dari error yang terkoreksi.
Referensi : http://himahasbi.blogspot.com/2011/03/kode-ascii-bcd-bcdic-ebcdic-baudot.html http://www.scribd.com/doc/54917543/Makalah-Baudot-Code-Revisi http://www.scribd.com/doc/51633115/3-Pengkodean-Data http://ysechagoes.com/491/kode-boudot http://ysechagoes.com/477/kode-kode-pada-pengodean-data http://www.slideshare.net/guestca3fd33/sistem-pengkodean-data http://arundinapramana.blogspot.com/2011/11/pengkodean-lainnya.html http://dc166.4shared.com/doc/MR1nFMkI/preview.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Unicode http://www.scribd.com/doc/38037141/Tugas-Paper-Hamming