BAB IV
KELAS
Kuantitas ABK yang ada di SD Hikmah Teladan menurut koordinator inklusi yaitu Bu Endah berjumlah 1-3 orang dari jumlah siswa rata-rata 32 orang per kelas dengan jumlah kelas sebanyak 16 buah. Jumlah keseluruhan ABK pada tahun ajaran 2013-2014 ini berjumlah 40 orang. Jenis ABK yang ada di SDHT ini adalah autis, MR, dan tuna rungu. Secara khusus, kami melakukan pengamatan pada dua kelas yang disediakan oleh kepala sekolah, yaitu kelas 2 Aqsha dan 2 Haram.
Kelas 2 Aqsha
Kelas 2 Haram
Profil ABK
Nama : Adin
Jenis : Autis
Adin terlihat sangat menyendiri dan tidak bergabung dengan teman-temannya dalam proses pembelajaran. Namun terkadang Adin diajak oleh temannya dan dapat bermain sebentar, lalu kembali menyendiri lagi. Penampakan gejala autis yang sering diperlihatkan Adin tidak terlalu parah, terkadang Adin hanya berteriak-berteriak.
Nama : Baron
Jenis : Tuna Rungu
Baron melakukan tugas sebagaimana yang teman-temannya lakukan. Untuk berkomunikasi Baron harus diajak bicara dengan suara yang keras. Kemampuan bicaranya kurang. Cara berkomunikasi dengannya yaitu dengan berhadapan dan sejajar, melihat mukanya dengan jarak yang dekat, dan artikulasinya harus jelas.
Metode Pembelajaran
Pada dasarnya, jenis kebutuhan khusus yang dimiliki Adin dan Baron masih dalam skala menengah. Keduanya belajar bersama-sama dengan teman-temannya dengan metode mengajar yang biasa diterapkan bagi keumuman siswa lain. Pada kelas 2 Haram ini terdapat satu orang wali kelas dan dua orang guru pendamping. Dengan adanya guru pendamping, wali kelas sama sekali tidak mengalami kesulitan ketika proses belajar mengajar.
Guru di kelas ini menggunakan metode pembagian kelompok berdasarkan nama negara. Masing-masing negara memiliki empat anggota yang berperan sebagai presiden, wakil presiden, sekretaris, dan bendahara. Presiden bertugas sebagai ketua kelompok, wakil presiden bertugas sebagai wakil ketua kelompok, sekretasris bertugas mencatat poin yang didapat apabila kelompok tersebut berhasil mengumpulkan tugas, poin-poin tersebut nantinya akan ditukar dengan uang, setiap satu poin ditukar dengan Rp 100,- yang dikumpulkan di bendahara negara. Selain itu, setiap siswa yang mendapat bagian menjadi Ketua Murid serta Imam shalat juga mendapat satu poin. Poin-poin tersebut dapat berkurang apabila anggota kelompok melakukan kesalahan. Penggunaan metode seperti ini dapat diikuti dengan baik oleh semua murid, termasuk Adin dan Baron.
Adin dan Baron belajar dengan materi yang sama dengan teman-temannya, akan tetapi apabila materi dirasa terlalu tinggi, sementara Adin dan Baron tidak mampu menguasai materi tersebut, maka Adin dan Baron dengan didampingi guru pendamping mengulang materi tersebut. Standar keberhasilan belajar Adin dan Baron tentu saja lebih rendah daripada teman-temannya. Ketika ulangan harian maupun ulangan akhir, Adin dan Baron dipisahkan dengan teman-temannya. Dilakukan demikian karena Adin sering berteriak-teriak ketika mengerjakan soal, sementara Baron harus dibacakan soalnya dengan keras sehingga dapat mengganggu teman-temannya.
Fasilitas Pendidikan
Layanan yang tersedia di SD Hikmah Teladan bagi ABK yaitu program individual berupa program pendidikan yang mengacu proses pembelajaran di kelas lalu dimodifikasi sehingga dapat diterima bagi anak ABK tersebut. Selain itu terdapat ruang khusus bagi ABK yaitu ruang stimulasi untuk melakukan terapi selama dua minggu sekali.
Bagi Adin dan Baron dari kelas 2 Haram, tidak ada fasilitas khusus pembelajaran. Hal tersebut disebabkan keduanya memiliki jenis kebutuhan yang tidak terlalu parah. Adin,walaupun sering menyendiri tapi dapat mengikuti pembelajaran dengan didampingi guru pendamping. Baron pun walaupun pendengarannya kurang, asalkan dia sudah mengerti apa yang diperintahkan, baik dibacakan maupun memakai isyarat, dia dapat melakukannya dengan baik.
Sosial
Kehidupan sosial di SD inklusi pada umumnya sangat baik. Anak-anak sudah terbiasa bertemu-tatap dengan ABK sehingga daya kepekaannya sangat tinggi. Secara umum, anak autis di SD Hikmah Teladan lebih banyak kecenderungan tidak ada interaksi, anak yang memiliki MR ada yang bisa ada yang tidak bisa, namun kebanyakan anak ABK melakukan interaksi dengan ABK lagi. Tidak jarang juga ada anak yang jahil kepada teman-teman sekolahnya. Penerimaan terhadap ABK oleh teman-temannya cukup baik. Hal tersebut karena mereka diberikan pemahaman oleh wali kelas atau tutor dari ABK tersebut.
Secara khususnya di kelas 2 Haram, Adin dan Baron tampak tidak mengalami kesulitan bersosialisai dengan teman-temannya. Adin yang memiliki autis, memang lebih banyak menyendiri, namun ternyata temannya tidak segan mendekatinya untuk sekedar mencubit pipinya atau mencoba bercanda dengannya. Demikian pula Baron, walaupun dengan pengucapan kata-katanya yang tidak terlalu baik, teman-temannya tampak nyaman berbicara dengannya walaupun harus dengan menyentuhnya dulu atau berbicara dengan keras. Baron menyadari kalau lingkungan di sekitarnya tiba-tiba menjadi berisik dengan ucapannya: "Ih berisik....". Wali kelas 2 Haram ini mengatakan bahwa anak-anak di sekolah tersebut lebih peduli apabila menemukan anak ABK di luar sekolah. Tidak seperti sebagian besar masyarakat yang masih menjaga jarak dengan ABK, mereka tidak segan untuk mengajar bicara anak ABK yang baru ditemuinya. Kendati demikian, beliau tidak memungkiri bahwa terkadang ada saja masalah yang ditimbulkan apabila Adin sedang tidak stabil emosinya.