BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga listrik merupakan kebutuhan yang sangat vital dan dalam kehidupan manusia sehari -hari baik untuk kepentingan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu tenaga listrik juga sangat dibutuhkan untuk industri, industri besar maupun industri industr i kecil, perkantoran, pertokoan dan lain sebagainya. Pertambahan kebutuhan tenaga listrik yang terus meningkat menyebabkan meningkatnya jumlah pembangkit yang beroperasi dan penambahan sistem tersedia dalam jumlah yang ckup pada waktu yang tepat, dengan keandalan yang tinggi dan mempunyai mutu yang baik. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan ketersediaan tenaga listrik tersebut diperlukan pengaturan yang baik dalam persediaan dan dalam penyaluran sistem tenaga listrik secara merata. Dengan bertambahnya pemakaian beban tenaga listrik, maka memerlukan pengembangan sistem tenaga listrik, baik disisi pembangkit, penyaluran dan pendistribusian. Untuk memenuhi keandalan sistem dan mutu yang baik sangat dibutuhkan suatu sistem yang terintegrasi. Dalam rangka meningkatkan mutu yang baik dan kehandalan sistem pasokan listrik, maka Area Pengatur Distribusi PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara menggunakan sistem SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) sebagai pengawasan kontrol dan pengambilan data dari jarak jauh, mulai dan pengambilan data pada peralatan pembangkit atau at au Gardu Induk, pengolahan informasik yang diterima, sampai reaksi yang ditimbulkan dari hasil pengolahan informasi. Dengan adanya sistem SCADA penyampaian dan pemrosesan data dari sistem tenaga listrik akan lebih le bih cepat diketahui oleh operator (dispatcher). Informasi pengukuran dan status indikasi dari sistem tenaga listrik dikumpulkan dengan menggunakan peralatan yang ditempatkan di Gardu Induk (GI) dan di pusat pembangkit. Kontrol penyaluran sistem peralatan memungkinkan penyampaian data secara remote. Data dapat dilakukan secara manual atau dengan perhitungan. Data yang baru dapat juga dihitung dan disimpan dalam database melaluipengumpulan nilai secara otomatis. Penyampaian data dan pemrosesan data dilakukan secara real time. Kecepatan dan keakuratan data informasi sangatlah dibutuhkan pada pengaturan sistem tenaga listrik, sehingga pusat pengatur tenaga listrik dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu pada laporan kerja praktik ini, penulis mengambil judul/topik “PENGGUNAAN SISTEM SCADA PADA AREA PENGATUR DISTRIBUSI PT. PLN (Persero) WILAYAH SUMATERA UTARA” 1.2. Pelaksanaan Tempat PKL
Hari/Tanggal
: APD PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Jalan K.L. Yos Sudarso No. 248, Medan : Senin, 9 Juli 2018 s/d Kamis, 9 Agustus 2018
1.3. Tujuan Adapun tujuan dari kegiatan PKL yang telah kami laksanakan sebagai berikut : 1. Mengetahui tentang penerapan SCADA pada sistem tenaga listrik APD PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. 2. Mempelajari kinerja dari peralatan SCADA
1.4. Manfaat 1.4.1. Manfaat Bagi Mahasiswa Penulisan laporan PKL ini diharapkan dapat bermanfaat, sebagai sarana pemebelajaran dan pengaplikasian bagi penulis dalam menginterprestasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah. a. Sebagai salah satu syarat meneyelesaikan program Strata 1 (S1) di Universitas Malikussaleh b. Untuk meningkatkan dan memperluas keterampilan yang memberntuk kemampuan Mahasiswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan pekerjaan sesuai dengan program studi yang dipilih. c. Agar Mahasiswa dapar berkomunikasi langsung secara baik dengan pegawai yang ada di perusahaan sehingga pekerjaan yang diberikan dapat dilakukan dengan baik. d. Mahasiswa dilatih untuk berdisiplin dengan cara mengikuti segala peraturan yang ada di perusahaan e. Dapat membandingkan serta menerapkan konsep teori dan praktik yang diperoleh dimasa perkuliahan f. Memberikan kesempatan kepada Mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dimasa perkuliahaan g. Membina sikap disiplin kerja dilingkungan dunia kerja maupun dilingkungan Masyarakat. 1.4.2. Manfaat Bagi Lembaga Pendidikan Universitas Malikussaleh Adapun Manfaat bagi lembaga pendidikan yaitu : a. Terjalinnya hubungan baik antara Lembaga Pendidikan dengan Instansi yang terkait b. Membuka peluang penyaluran tenaga kerja untuk Mahasiswa yang berprestasi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja sekarang ini. c. Meningkatkan kualitas SDM Mahasiswa Khususnya di Bidang Teknik Elektro, Universitas Malikussaleh d. Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan Mahasiswa dalam dala m menerapkan Ilmu khususnya di bidang Elektro 1.4.3. Manfaat Bagi Instansi Adapun manfaat bagi Instansi yaitu : a. Perusahaan atau instalasi merasa terbaru karena sebagian tugas-tugas pegawai diberikan kepada Mahasiswa yang melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) b. Perusahaan dapat membina kerja sama dengan lembaga pendidikan dan memerkerjakan Mahasiswa yang berpotensi dan berprestasi c. Perusahaan mendapatkan masukan dan saran yag dapat berguna yang ada hubungannya dengan kegiatan rutinitas perusahaan dari Mahasiswa yang Praktik di tempatnya d. Meningkatkan hubungan antara dunia kerja dengan dunia pendidikan e. Membantu dunia pendidikan agar dapat menciptakan Mahasiswa yang profesional, berkualitas dan berdisiplin tinggi
1.5. Ruang Lingkup Ruang lingkup Kerja Praktik sebagai berikut : a. Mengetahui apa saja peralatan pada sistem SCADA di APD PT PLN Wilayah Sumatera Utara b. Mengetahui bagaimana cara pengoperasian peralatan sistem SCADA di APD PT PLN Wilayah Sumatera Utara c. Mempelajari sistem perawatan dan perbaikan peralatan di APD PT PLN Wilayah Sumatera Utara 1.6.Sistem Pembahasan Topik Sistematika pembacaan dalam penyusunan laporan PKL yaitu sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan BAB II : Profil Perusahaan BAB III : Pembahasan BAB IV : Kesimpulan
BAB 2 PROFIL UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) SUMBAGUT Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah baru. Jika listrik mulai ada di wilayah Indonesia tahun 1893 didaerah Batavia (Jakarta Sekarang), maka 30 tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan yang sekarang ada di Jl. Listrik No. 12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM perusahaan swasta Belanda. Kemudian menuyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan (1924), Tebing Tinggi (1927), Brastagi dan Tarutung (1929), Tanjung Balai (1931), milik Gemeente-Kotapraja, Labuhan Bilik (1936), dan Tanjung Tiram (1937). Masa penjajahan Jepang, Jepang hanya mengambil alih pengelolaan Perusahaan Listrik Swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan perluasan jaringan. Daerah kerja dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatera Utara, Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi pemerintahan tentara Jepang waktu itu. Setelah Proklamasi RI 17 Agustus 1945, dikumandangkanlah Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik di seluruh penjuru tanah aur untuk mengambil alih perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang. Perusahaan listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada Pemerintah RI dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih itu, maka dengan Penetapan Pemerintah No. 1 SD/45 ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik. Sejarah memang membuktikan kemudian bahwa dalam suasana yang makin memburuk dalam hubungan Indonesia – Belanda, tanggal 3 Oktober 1953 keluar Surat Keputusan Presiden No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik swasta Belanda sebagai bagain dari perwujudan pasal 33 ayat (2) UUD 1945 . Setelah aksi ambil alih itu, sejak tahun 1955 di Medan berdiri Perusahaan Listrik Negara Dsitribusi Cabang Sumatera Utara (Sumatera Timur dan Tapanuli) yang mula-mula dikepalai R. Sukarno (merangkap kepala di Aceh). Tahun 1959 dikepalai oleh Ahmad Syaifullah. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri PPUT No. 16/1/20 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan dirubah. Sumatera Utara, Aceh, Sumbar, Riau menjadi PLN Eksploitasi Tahun 1965, BPU PLN dibubarkan dengan Peraturan Menteri PUT No. 9/PRT/64 dan dengan Peraturan Menteri No. 1/PRT/65 ditetapkan pembagian daerah kerja PLN menjadi 15 Kesatuan daerah Eksploitasi. Sumatera Utara tetap menjadi Eksploitasi I. Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eskploitasi 1 Sumatera Utara tersebut, maka dengan keputusan Direksi PLN No. KPTS 009/DIRPLN/66 tanggal 14 April 1966, PLN Eksploitasi I dibagi menjadi empat cabang dan satu sektor, yaitu Cabang Medan, Binjai, Sibolga, P.Siantar (Berkedudukan di Tebing Tinggi). PP No. 18 Tahun 1972 mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik ke seluruh Wilayah RI. Dalam SK Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diubah menjadi P LN Eksploitasi II Sumatera Utara. Kemudian menyusul Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 yang merubah PLN Eksploitasi menjadi PLN Wilayah. PLN Eksploitasi II menjadi PLN Wilayah I I Sumatera Utara. Dengan keluarnya peraturan pemerintah No. 23/1994 tanggal 16 Juni 1994 maka ditetapkan status PLN sebagi persero. Adapun yang melatarbelakangi perubahan status tersebut adalah untuk mengantisipasi kebutuhan listrik yang terus meningkat dewasa ini. Dimana pada abad 21 nanti, PLN tidak dapat tidak harus mampu menghadapi tantangan yang ada. PLN harus mampu menggunakan tolak ukur Internasional, dan har us mampu berswadaya tinggi, dengan manajemen yang berani transparan, terbuka, desentralisasi, profit center dan cost center.
Untuk mencapai tujuan PLN meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong perkembangan industri pada PJPT II yang tanggung jawabnya cukup besar dan berat, kerjasama dan hubungan yang harmonis dengan instansi dan lembaga yang terkait perlu dibina dan ditingkatkan terus. Perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat, hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan, kemampuan pasokan listrik dan indikasi-indikasi pertumbuhan lainnya. Untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan Sumatera Utara dimasa -masa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan jasa kelistrikan, maka berdasarkan Surat Keputusan Nomor 078.K/023/DIR/1996 tanggal 8 Agustus 1996 dibentuk organisasi baru bidang jasa pelayanan kelistrikan yaitu PT PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara. Dengan pembentukan Organisasi baru PT PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara yang terpisah dari PT PLN (Persero) Wilayah II, maka fungsi-fungsi pembangkitan dan penyaluran yang sebelumnya dikelola PT PLN (Persero) Wilayah II berpisah tanggung jawab pengelolaanya ke PLN Pembangkitan dan Penyaluran Sumbagut. Sementara it u, PT PLN (Persero) Wilayah II berkonsentrasi pada dis tribusi dan penjualan tenaga listrik. Pada Tahun 2003 PT PLN (Persero) Wilayah II Berubah Menjadi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. 2.2. Struktur Organisasi Struktur organisasi perusahaan merupakan hal yang sangat penting dimana dengan struktur organisasi yang baik akan membuat pembagian tugas yang jelas dan aktivitas kerjasama yang baik serta semangat kerja yang lebih tinggi sehingga tercapailah mekanisme prosedur kerja yang efektif dan efisien. Berikut adalah gambar struktur organisasi PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara:
MANAJER
ASSISTANT OFFICER
ASMAN
ASMAN
ANALYST
LINKUNGAN
OPSISDIST
SCADATEL
KINERJA
DAN K2
ADM
SPV. SPV. OPERASI
PERENCANAAN & EVALUASI
SPV.
SPV. TEKNOLOGI
SPV. RTU
INFORMASI DAN
DAN
TELEKOMUNIKASI
PERIPHERAL
PEMELIHARAAN
SPV. ADM. UMUM
SPV. KEUANGAN
SPV. PELAKSAAN DAN PENGADAAN
Gambar 2.1 Struktur Organisasi
2.3. Proses Bisnis APD SUMUT PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Sumatera Utara melakukan koordinasi dengan Wilayah Sumatera Utara dan Area-Area di Wilayah Sumatera Utara. Sehingga membutuhkan kerja sam yang baik di intern untuk mencapai tujuan operasi distribusi yang optimal kepada perseroan. PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Sumatera Utar juga koordinasi dengan P3B Sumatera (UPT & UPBSBU), dan IPP, Excees Power (Sistem 20 Kv) seperti pada blok diagram dibawah ini:
AREA -
P3B SUMATERA (UPT): -
Medan Pematang Siantar Pekan Baru
-
APD SUMUT
P3B SUMATERA (UPB):
Medan Binjai Lubuk Pakam Pematang Siantar Rantau Perapat Padang Sidem uan
KANWIL
SUMBAGUT SUMBAGTENG
-
BIDANG DISTRIBUSI BIDANG NIAGA
KIT SBU, IPP, EXCEES POWER (SISTEM 20 Kv)
Gambar 2.2 Grafik Proses Bisnis PT PLN APD SUMBAGUT
2.4. Visi dan Misi Perusahaan 2.4.1. Visi PT PLN APD SUMBAGUT
Visi Diakui sebagai pengelola penyaluran dan pengaturan beban sistem tenaga listrik dengan tingkat pelayanan setara dunia yang bertumbuh kembang, ungguk, dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani 2.4.2. Misi PT PLN APD SUMBAGUT
Misi 1. Mengelola operasi sistem tenaga listrik secara handal 2. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga lsitrik secara efisien, andal, dan akrab lingkungan 3. Melakukan pemeliharaan instalasi sistem transmisi tenaga listrik Sumatera 2.5. Bentuk Logo dan Makna Logo PT PLN APD SUMBAGUT 2.5.1. Bentuk Logo
Gambar 2.3 Bentuk Logo PT PLN
2.5.2. Makna Logo
Gambar 2.4 Bidang Persegi Panjang Vertikal Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lainnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan Masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan tersebut.
Gambar 2.5 Petir atau Kilat Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk jas a utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah melambangakan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapai tantangan perkembangan zaman
Gambar 2.6
Tiga Gelombang Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkit, penyaluran, dan ditribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelangganya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Disamping itu biru juga melambangankan keadadalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.
BAB 3 DASAR TEORI 3.1. Sistem SCADA
SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition), dapat didefinisikan secara sederhana dari kepanjangan dari SCADA itu sendiri : S : Supervisory – Mengawasi C : Control – Pengendalian ADA : And Data Acquisition – Akuisisi data Jadi SCADA adalah suatu sistem pengolahan data terintegrasi yang berfungsi mengawasi, mengendalikan dan mendapatkan data lebih akurat secara real time. SCADA memantau pengukuran yang ada pada gardu induk, jaringan atau pembangkit secara akurat lalu menampilkan hasil pengukuran pada control center. SCADA juga memantau status/indikasi peralatan listrik yang ada pada gardu induk, jaringan atau pembangkit kemudian menampilkannya pada pusat kontrol. Dan fungsi lainnya adalah SCADA melakukan eksekusi terhadap peralatan sis tem tenaga listrik yang ada pada gardu induk, jaringan atau pembangkit dari control center. PT. PLN (Persero) APD SUMBAGUT adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang kelistrikan sebagai unit pengaturan distribusi. Perusahaan ini membutuhkan dukungan sistem telekomunikasi yang handal, efisien, aman dan mampu mencakup seluruh wilayah operasinya. SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) merupakan sistem pendukung utama dalam sistem pengendalian tenaga listrik. Beberapa kelebihan sistem SCADA yaitu memudahkan dispatcher untuk memantau keseluruhan jaringan distribusi tanpa harus melihat langsung ke lapangan. Dispatcher adalah personal operasi sistem yang merupakan pengguna utama SCADA yang mempunyai tugas memantau keseluruhan parameter listrik maupun jaringan tanpa perlu melihat ke lapangan. Pengontrolan dan pengawasan seluruh sistem pada kawasan ini dapat dilakukan secara terintegrasi pada suatu tempat. Sistem SCADA sangat bermanfaat terutama pada saat pemeliharaan dan penormalan jika terjadi gangguan. Suatu sistem SCADA modern terdiri beberapa komponen yaitu sejumlah RTU ( Remote Terminal Unit ), satu unit MTU ( Master Terminal Unit ), media jaringan telekomunikasi data, perangkat-perangkat di lapangan dan perangkat lunak atau HMI ( Human Machine Interface). Tujuan dari sistem SCADA ini adalah mengumpulkan data dari plant yang lokasinya berada di tempat yang jauh dari MTU, mengirimkan data tersebut ke RTU, menampilkan data pada monitor atau master computer di ruang kontrol, menyimpan data ke hard drive dari master computer dan melakukan kontrol serta monitoring terhadap plant dari ruang kontrol melalui HMI. Penyampaian data dan pemerosesan data dilakukan secara real – time. Parameter sistem tenaga listrik dalam real time operation seperti Frekuensi, Tegangan, Daya aktif dan reaktif, serta tap changer position (posisi tap trafo), dapat dibaca di control center atau pusat pengatur beban adalah melalui sarana teleinformasi yang disebut telemetering. Beroperasinya peralatan sistem SCADA sangat tergantung pada:
Keandalan saluran data (komunikasi) karena dengan terganggunya saluran data akan berakibat terganggunya operasi pengaturan sistem. Kualitas power supply (catu daya) untuk menunjang beroperasinya peralatan.
Sistem SCADA tidak dapat berdiri sendiri dan memerlukan dukungan dariberbagai macam infrastruktur, yaitu:
Gambar 2.7 Gambar Konfigurasi Sistem SCADA
3.2. Bagian SCADA
Sistem SCADA tidak dapat berdiri sendiri dan memerlukan dukungan dari berbagai macam infrastruktur, seperti : 3.2.1. Remote Terminal Unit (RTU)
Remote Terminal Unit (RTU) atau Outstation Terminal Unit (OTU) atau Unit Terminal Jarak Jauh adalah suatu peralatan remote station berupa processor yang berfungsi menerima, mengolah, dan meneruskan informasi dari master station ke sistem yang diatur dan sebaliknya, juga kemampuan load shedding yang dilengkapi database, nama penyulang, identifikasi, beban. RTU terdiri dari beberapa modul yang ditempatkan pada suatu backplane dalam rak/cubicle. Modul-modul yang dimaksud adalah modul power supply, modul CPU, modul communication, modul digital input (DI), modul digital output (DO), dan modul analog input (AI).
Gambar 3.1 Gambar Remote Terminal Unit
Remote Terminal Unit (RTU) terdiri darikomponen-komponen antara lain: a. Central Processing Unit (CPU) b. Memory c. Modul Input / Output (I / O) d. Modul Power supply e. Telemetering (TM) yang datang dari CT, VTmelalui transducer disambung langsung kemodul Analog input. f. Telesinyal (TS) yang datang dari peralatan GI (PMT, PMS, ES, Trafo dll) disambung langsung ke modul digital input. g. Telecontrol digital (TC) yang dkeluarkan darimodul analog output disambung ke peralatanpembangkit atau Gardu induk (PMT, PMS,ES dll) yang dilengkapi dengan motorpenggerak untuk dikontrol dari pusatpengatur. h. Telecontrol analog (TC) yang dikeluarkandari modul analog output disambung ke UnitPembangkit yang bisa diatur pembebanannya.
Adapun fungsi utama dari RTU adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Mendeteksi perubahan posisi saklar (open/close/invalid ). Mengetahui besaran tegangan, arus, dan frekuensi di gardu induk. Menerima perintah remote control dari pusat kontrol untuk membuka dan menutup relai. Mengirim data dan informasi ke pusat kontrol yang terdiri dari status saklar, hasil eksekusi, dan nilai tegangan, arus, dan frekuensi.
3.2.2. Telekomunikasi
Telekomunikasi adalah komunikasi jarak jauh antara RTU dengan master station yang merupakan media untuk saling bertukar informasi. Komunikasi data digunakan untuk sistem SCADA. Komunikasi data menggunakan media komputer yang diteruskan menjadi transmisi elektronik. Beberapa jenis media komunikasi yang digunakan pada PT. PLN Unit Pengatur Beban Sumbagut diantaranya: Radio data, Fiber Optic, dan PLC ( Power Line Carrier ).
Gambar 3.2 Komunikasi SCADA
Sarana Komunikasi SCADA :
1. Radio Data 2. Fiber Optic 3. PLC (Power Line Carrier) a. Radio Data Sistem radio banyak dipakai untuk keperluan komunikisi operasi sistem tenaga listrik. Sistem radio yang banyak dipakai adalah :
Sistem Simplek satu atau dua frekuensi
Yaitu frekuensi untuk penerima (receiver ) dan Frekuensi untuk pengirim (transmitter ). Sistem radio simplex dengan satu atau dua frekuensi ini kebanyakan memakai modulasi frekuensi sehingga distorsi relatif tidak banyak tetapi jarak komunikasinya pendek. Untuk memperpanjang jarak komunikasi maka digunakanlah alat yang bernama repeater .
Sistem duplex
Sistem ini selalu digunakan frekuensi yang lain antara penerima dan pengirim walaupun tanpa repeater , sehingga penerima dan pengirim dapat berfungsi bersamaan.
Sistem Singlesi deband (SSB)
Sistem ini mengguanakan modulasi amplitude dengan hanya satu band yang dipakai, upper atau lowerside band . Sistem ini kualitas suaranya tidak sebaik yang mengguanakan modulasi frekuensi,tetapi jangkauannya lebih jauh.
b. PLC (Power Line Carrier) Power Line carrier merupakan system komunikasi yang paling banyak ditemukan pada sistem tenaga listrik. Penggunaan PLC banyak digunakan untuk keperluan SCADA, komunikasi suara, teleproteksi dan pembacaan-pembacaan meter-meter secara remote. Lebar frekuensi yang umum dipergunakan berkisar mulai dari 30 kHz sampai dengan 500 kHz. c. Fiber Optik Dengan adanya teknologi fiber optic (FO), perusahaan listrik menggunakan saluran FO untuk keperluan operasinya, karena bisa dipasang dalam kawat tanah pelindung sambaran petir dari saluran transmisi. Pada saluran transmisi yang sudah beroperasi tetapi belum ada saluran FO-nya, saluran FO bisa diberikan pada kawat tanah dalam keadaan operasi atau dipasang dibawah kawat fasa. 3.2.3. Master Station
Mengumpulkan data dari semua RTU di lapangan dan menyediakan kepada operator tampilan dari informasi dan fungsi kontrol di lapangan.
Gambar 3.3 Gambar Master Station Master Station merupakan kumpulan perangkat keras dan lunak yang ada di control center. Desain untuk sebuah master station tidak akan sama, secara garis besar desain dari sebuah master station terdiri atas : a. SCADA Server b. Workstation c. Historical Data d. Peripheral pendukung, seperti printer e. Voice Recorder f. Global Positioning System, untuk referensi waktu g. Dispatcher Training Simulator( Human Master Interface (HMI) h. Aplikasi SCADA dan energy management system i. Uninterruptable Power Supply (UPS), untuk menjaga ketersediaan daya listrik
j.
Automatic transfer switch (ATS) dan static tranfer switch (STS) untuk mengendalikan aliran daya listrik menuju master station. k. Komputer utama ( Main Computer ) Sebagai control center, perangkat yang ada di master station harus memenuhi beberapa persyaratan berikut:
Keamanan, kehandalan, dan ketersediaan sistem komputer
Kemudahan, kelangsungan, keakuratan pengiriman, penyimpanan, dan pemrosesan data.
Kebutuhan dan kapabilitas sistem komputer.
Kemudahan untuk dioperasikan dan dipelihara.
Kemampuan untuk dikembangkan
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1. Penggunaan Sistem SCADA Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan pengusahaan tenaga listrik terutama pengendalian operasi secara IrealtimeI. Suatu sisitem SCADA terdiri dari sejumlah RTU, sebuah Master Station / ACC (Area Control Center) , dan jaringan telekomunikasi data antara RTU dan ACC. RTU dipasang di setiap Gardu Induk atau Pusat Telekomunikasi data antara RTU dan ACC. RTU dipasang di setiap Gardu Induk atau Pusat Pembangkit yang hendak dipantau. RTU ini bertugas untukmengetahui setiap kondisi peraltan tegangan tinggi melalui pengumpulan besaran-besaran listrik, status peraltan, dan sinyal alarm yang kemudian diteruskan ke ACC melalui jaringan telekomunikasi data. RTU juga dapat menerima dan melaksanakn perintah untuk merubah status perlatan tegangan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah yang dikirim dari ACC 4.1.1.
Fungsi Dasar SCADA
Fungsi utama sistem SCADA ada 3macam : 1. Telecontrolling , yaitu pengoperasian peralatan switching pada Gardu Induk atau Pusat Pembangkit yang jauh dari pusat kontrol. 2. Telesignaling atau teleindikasi, yaitu mengumpulkan informasi mengenai kondisi sistem dan indikasi operasi, kemudian menampilkannya pada pusat kontrol (dalam hal ini APD) 3. Telemetering, yaitu melaksanakan pengukuran besaran-besaran sistem tenagalistrik pada seluruh bagian sistem, lalu menampilkannya pada Pusat Kontrol. Master station berfungsi untuk mengolah data yang diterima dari sistem tenaga listrik (Pusat listrik, Gardu Induk dll) yang ada fasilitas SCADA untuk dimonitor oleh operator melalui peralatan bantu yangdisebut Human Machine Interface (HMI). 4.1.2. Konfigurasi Sistem SCADA
Sistem SCADA terdiri dari sebuah Master Station dan beberapa RTU ( Remote Terminal Unit ). Master Station dalam berhubungan dengan RTU ada beberapa jenis network , yaitu: 1. Point to Point Merupakan konfigurasi network satu Master Station (MS) untuk satu RTU.
Gambar 4.2. Konfigurasi point to point
2. Star Merupakan konfigurasi network satu Master Station (MS) untuk beberapa RTU.
Gambar 4.3. Konfigurasi star 3. Party Line Merupakan konfigurasi network satu Master Station (MS) untuk beberapa RTU pada satu jalur komunikasi tunggal.
Gambar4.4. Konfigurasi Party line 4. Mix Star and Party Line Merupakan konfigurasi network satu Master Station dengan beberapa jalur komunikasi untuk beberapa RTU.
Gambar4.5 Konfigurasi Mix Star and Party line
4.2. Troubleshooting sistem SCADA 4.2.1.
Gangguan Master Station Gangguan Master Station antara lain sebagai berikut:
a. Gangguan komputer server Yang dikategorikan gangguan komputer server antara lain:
Server shutdown
Server dan aplikasi tidak berfungsi
Tidak bisa switch over (antara main dan backup). b. Gangguan komputer workstation Yang dikategorikan gangguan komputer workstation antara lain:
Workstation shutdown. Workstation dan aplikasi tidak berfungsi c. Gangguan peripheral Yang dikategorikan gangguan peripheral antara lain :
Printer tidak bisa mencetak.
Layar tayang tidak berfungsi.
Operasi dan Pemeliharaan Sistem SCADA Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan sistem SCADA harus mengacu kepada dokumendokumen terkait misalnya Manual Book, Introduction Book atau Installation Workbook. 4.3.1 Lingkup operasi dan pemeliharaan
Lingkup operasi dan pemeliharaan dibagi berdasarkan peralatan-peralatan sebagaiberikut: 1. Peralatan master station Peralatan master station pada SPLN S3.001: 2008 butir 6.2, yaitu: a. Server b. Workstation c. Monitor d. Printer e. Static display f. Global positioning system g. Layar Tayang h. Switch i. Router j. Local area network k. Storage. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian dan pemeliharaan peralatan di master station adalah sebagai berikut: a. Keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh SDM pengelola master station minimalmemiliki pengetahuan mengenai perangkat keras komputer, sistem operasi, system jaringan komputer, software SCADA dan aplikasi database. b. Pengetahuan mengenai prinsip kerja masing-masing peripheral. c. Kelengkapan dokumen prosedur pengoperasian.
d. Klasifikasi hak akses yang bisa diperoleh pihak-pihak yang mengoperasikan aplikasi di master station. e. Kelengkapan dokumen wiring instalasi. f. Ijin kerja pengoperasian. g. Kelengkapan peralatan kerja (tools). h. Seminimal mungkin tidak mengganggu system. i. Pengetahuan mengenai keselamatan kerja. 2. Peralatan Remote Station Peralatan remote station mengacu pada SPLN S3.001: 2008 butir 7.3, yaitu: a. Gateway b. Intelligent Electronic Device (IED) c. Local HMI d. Remote terminal unit (RTU) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian dan pemeliharaan peralatan di remote station dalam SPLN S7.001: 2008 adalah sebagai berikut : a. Pengetahuan mengenai prinsip kerja masing-masing peralatan teleinformasi data yang terpasang. b. Keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh SDM pelaksana di remote station minimal mengetahui teori rangkaian listrik, elektronika dan komputer c. Tools dan komponen yang dapat dipergunakan untuk mengoperasikan peralatan di remote station d. Software untuk pengoperasian remote station e. Software untuk diagnostik dan konfigurasi remote station f. Kelengkapan dokumen prosedur pengoperasian g. Kelengkapan dokumen wiring instalasi h. Ijin kerja dari pihak yang terkait i. Pengetahuan mengenai peralatan tenaga listrik j. Pengetahuan mengenai rangkaian proses k. Pengetahuan mengenai keselamatan kerja. 3. Tujuan Pemeliharaan Pemeliharaan adalah suatu pengawasan atau kegiatan yang dilakukan terhadap peralatan agar peraslatan tersebut dapat beroperasi normal, optimal, andal dan memenuhi standar kinerja. Dalam hal ini kegiatan pemeliharaan yang dimaksudkan adalah pemeliharaan peralatan SCADA dan telekomunikasi. Tujuan dari pemeliharaan ini adalah untuk menjamin kontinuitas operasional dan pengoptimalan peralatan SCADA dan telekomunikasi, antara lain: a. Untuk meningkatkan reliability, availability dan efisiensi b. Untuk mempertahankan lifetime peralatan c. Untuk mengidentifikasi masalah dan mencegah masalah yang lebih besar.
4. Pedoman Pemeliharaan Untuk menunjang tujuan pemeliharaan yang telah disebutkan sebelumnya, perlu dibuat pedoman pemeliharaan. Pedoman pemeliharaan meliputi: a. Prosedur kerja b. Jadwal pemeliharaan c. Dokumen pemeliharaan dan gambar kerja. Instalasi SCADA dan telekomunikasi secara berkala perlu dipelihara atau diperbaiki untuk mempertahankan kerja alat agar tetap melaksanakan fungsinya secara baik. Pelaksanaan pemeliharaan/perbaikan instalasi SCADA dan telekomunikasi tidak terlepas darikemungkinan adanya pelepasan beban distribusi, transmisi atau pembangkit beserta konsekuensinya. Prosedur kerja pemeliharaan SCADA dan telekomunikasi perlu disusun sebagai pedoman untuk melaksanakan pemeliharaan/perbaikan instalasi SCADA dan telekomunikasi.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
PT.PLN APD SUMBAGUT merupakan pengatur distribusi, maka dari itu perusahan ini memerlukan suatu sistem kontrol dan pengelolahan yang handal dalam mendistribusikan listrik kepada konsumen. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan dari praktek kerja lapangan yang sudah kami lakukan dan kerjakan, diantaranya : 1. Dalam mengendalikan sistem tenaga listrik harus diusahakan agar sistem selalu dalam keadaan normal, sehingga aspek pengoperasian sistem tenaga listrik yang meliputi keandalan, kualitas, dan ekonomis dapat dicapai dan memperoleh hasil yang maksimal. 2. Sistem SCADA terdiri dari Master Station (MS), Remote Terminal Unit (RTU) dan Saluran Komunikasi antar Master Station dan RTU.Sistem SCADA mempunyai fungsi utama sebagaitelecontrolling, telesignalling, dantelemetering. 3. Remote Terminal Unit (RTU) berfungsi untuk mengupulkan data status danpengukuran peralatan tenaga listrik, kemudian mengirimkan data danpengukuran tersebut ke Master Station(pusat control) setelah diminta oleh Master. Disamping itu RTU berfungsimelaksanakan perintah dari master station (remote control). 4. Dengan adanya peralatan SCADA penyampaian dan pemrosesan data dari sistem tenaga listrik akan lebih cepat dikatahui oleh operator. 5. Kualitas data yang ditampilkan dapat dipantau secara realtime dan apabila terdapat gangguan dapat terdeteksi dengan mudah. 6. Kualitas data yang ditampilkan dapat dipantau secara realtime 7. Apabila terdapat gangguan dapat terdeteksi dengan mudah 8. Efesiensi waktu dan tenaga.
31
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA 5.2 Saran
1. Pemeliharaan peralatan SCADA digardu-gardu secara berkala yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas sistem distribusi 20 KV. 2. Dengan perkembangan teknologi yangsemakin pesat, RTU yang dilengkapidengan mikrokomputer yang disebutintellegent remote sangat diperlukan.Karena dapat melakukan fungsi-fungsisecara otomatis tanpa perintah dariMaster Station. 3. Perlu difasilitasinya tentang pengembangan SCADATEL khususnya SCADA di PT. PLN (Persero) APD SUMBAGUT