SAP SERUMEN
Posted by kodok blog at Sabtu, Januari 01, 2011 | Sabtu, 01 Januari 2011 | 0 comments Labels: SAP BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Serumen adalah hasil dari produksi kelenjar sebasea, kelenj ar seruminosa yang terdapat dibagian kartilago liang telinga luar dan epitel kulit yang terlepas dan pertikel debu, yang berguna untuk melicinkan dinding dinding liang telinga dan mencegah masuknya masuknya serangga kecil kedalam liang telinga. Obstruksi serumen adalah adanya sumbatan serumen yang terdapat dibagian kartilago liang telinga luar dan epitel kulit yang terlepas dan perti kel debu, yang berguna untuk melicinkan dinding liang telinga dan mencegah masuknya serangga kecil kedalam liang telinga. Obstruksi serumen ini tidak terjadi pada usia tertentu, dapat terjadi pada siapa saja dan usia berapapun. Faktor yang menyebabkan menyebabkan serumen terkumpul dan mengeras di liang telinga sehingga menyumbat, antara lain dermatitis kronik liang telinga luar, liang telinga sempit , produksi serumen banyak dan kental kental , adanya benda asing di liang telinga, adanya adanya eksostosis liang telinga, serumen terdorong oleh jari tangan atau ujung handuk setelah mandi atau kebiasaan mengorek telinga. Paling banyak kasus terjadi adalah karena penumpukan serumen yang banyak dan akhirnya mengeras sehingga dapat mengakibatkan sumbatan. Serumen juga berperan sebagai pelindung telinga telin ga mengikat kotoran yang masuk ketelinga. Seruman menghasilkan bau yang tidak enak sehingga serangga tidak masuk ke telinga. Oleh karena itu jagalah telinga anak-anak kita demi masa depanya. Bila kita menemui prestasi belajar menurun periksakan segera ke dokter ahli THT dan periksakan telinga secara rutin apabila terdapat keluhan kotoran telinga. 1.1.1 MANFAAT Dengan diadakannya penyuluhan ini diharapkan khususnya bagi pasien, dan keluarga pasi en dan masyarakat secara umum dapat mengerti dan memahami te ntang obstrusi serumen. 1.2 TUJUAN 1.2.1 TUJUAN UMUM Setelah diberikan materi penyuluhan tentang obstruksi serumen, diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat memahami tentang obstruksi serumen dengan benar. 1.3.2 TUJUAN KHUSUS Setelah mendapatkan meteri penyuluhan diharapakan keluarga pasien dapat: a. Obstruksi serumen 1. Menjelaskan definisi obstruksi serumen 2. Menyebutkan penyebab obstruksi serumen 3. Menyebutkan tanda dan gejala obstruksi serumen 4. Menjelaskan bentuk bentuk serumen 5. Menjelaskan fungsi serumen 6. Menyebutkan yang tidak boleh dilakukan 7. Menyebutkan yang sebaiknya dilakukan. 8. Menyebutkan penatalaksanaan obstruksi serum BAB II PEMBAHASAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Obstruksi Serumen
Sub Pokok Bahasan : Obstruksi serumen Sasaran : Keluarga pasien di Poli THT. RSSA Malang Waktu : 30 menit Hari/Tanggal : Jum’at, 16 Juli 2010 Jam : 07.00-selesai WIB Penyuluh : Mahasiswa Praktik Klinik Keperawatan Medikal A. Materi Penyuluhan/Sub Pokok Bahasan A. Menjelaskan definisi obstruksi serumen B. Menyebutkan penyebab obstruksi serumen C. Menyebutkan tanda dan gejala obstruksi serumen D. Menjelaskan bentuk bentuk serumen E. Menjelaskan fungsi serumen F. Menyebutkan yang tidak boleh dilakukan G. Menyebutkan yang sebaiknya dilakukan. H. Menyebutkan penatalaksanaan obstruksi serum
B. Analisa Situasi 1. Peserta penyuluhan Keluarga pasien di Poli THT RSU Dr. Saiful Anwar Malang 2. Penyuluh Mahasiswa Mampu mengkomunikasikan penyuluhan dengan metode yang sesuai Mampu menguasai peserta penyuluhan untuk memusatkan perhatian 3. Tempat penyuluhan Ruang poliklinik THT RSU Dr. Saiful Anwar Ma lang I. Kegiatan Penyuluhan No. Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Metode Media Waktu 1. Pembukaan 1. Memberi salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan penyuluhan 4. Membuat kontrak waktu 5. Bina hubungan saling percaya 1. Menjawab salam 2. Mendengarkan Ceramah 5 menit 2. Pelaksanaan Obstruksi serumen 1. Menjelaskan pengertian obstruksi serumen 2. Menjelaskan penyebab obstrusi serumen 3. Menyebutkan tanda dan gejala obstruksi serumen 4. Menyebutkan faktor resiko Menyebutkan cara menangani 5. penatalaksanaan obstruksi serumen 6. menjelaskan tentang apa yang boleh dilakukan dan tiidak boleh dilakukan 1. Mendengarkan 2. Menanyakan materi yang belum dimengerti Ceramah dan tanya jawab 15 menit 3. Penutup 1. Memberikan pertanyaan sesuai dengan materi yang telah diberikan 2. Menarik kesimpulan 3. Sambutan bimbingan CI
4. Menutup penyuluhan (salam) 1. Menjawab pertanyaan pert anyaan 2. Menjawab salam Tanya jawab 10 menit Jumlah penyuluh : 5 orang (kelompok 2) Jumlah peserta : Feed back : J. Media Penyuluhan 1. LCD 2. LAPTOP K. Metode Penyuluhan 1. Diskusi 2. Tanya jawab L. Pengorganisasian 1. Moderator : IKA RETNO UTAMI 2. Penyaji materi : DWI WAHYU INDAH PUTRI 3. Fasilitator : DIFKA BAGUS H 4. Observer : LAILATUL FITRI 5. Anggota : ADUNG DWI C M. Materi (Terlampir) N. Kriteria Evalusi Kriteria hasilnya adalah keluarga pasien dapat: 1. Menjelaskan definisi obstruksi serumen 2. Menyebutkan penyebab obstruksi serumen 3. Menyebutkan tanda dan gejala obstruksi serumen 4. Menjelaskan bentuk bentuk serumen 5. Menjelaskan fungsi serumen 6. Menyebutkan yang tidak boleh dilakukan 7. Menyebutkan yang sebaiknya dilakukan. 8. Menyebutkan penatalaksanaan obstruksi serum
2.1 OBSTRUKSI SERUMEN 2.1.1 Definisi Serumen adalah hasil dari produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa yang terdapat dibagian kartilago liang telinga luar dan epitel kulit yang terlepas dan pertikel debu, yang berguna untuk melicinkan dinding dinding liang telinga dan mencegah masuknya masuknya serangga kecil kedalam liang telinga. Obstruksi serumen adalah adanya sumbatan serumen yang terdapat dibagian kartilago liang telinga luar dan epitel kulit yang terlepas dan perti kel debu, yang berguna untuk melicinkan dinding liang telinga dan mencegah masuknya serangga kecil kedalam liang telinga. Penyebab Faktor yang menyebabkan serumen terkumpul dan mengeras di liang telinga sehingga menyumbat, antara lain: 1. Dermatitis kronik liang telinga luar 2. Liang teli nga sempit 3. Produksi serumen banyak dan kental 4. Adanya benda asing di liang telinga teli nga 5. Adanya eksostosis liang telinga 6. Serumen terdorong oleh jari tangan atau ujung handuk setelah mandi atau kebiasaan mengorek telinga.
1.1.3 Tanda dan gejala Gejala yang timbul akibat sumbatan serumen adalah pendengaran berkurang. Rasa nyeri timbul apabila serumen keras membatu dan menekan dinding liang telinga. Telinga berdengung (tinitus), pusing (vertigo) bila bila serumen telah menekan membrane timpani, kadang-kadang disertai batuk oleh karena rangsangan nervus vagus melalui cabang aurikuler. 1.1.4 Bentuk- bentuk serumen 1. Keras 2. Lunak 3. Basah 4. Kering 1.1.5 Peringatan 1. Apabila liang telinga dikorek korek, serumen dapat terdorong kedalam atau liang telinga mengalami infeksi karena keadaan yang kotor dan lembab. 2. Apabila telinga kita kemasukan air, serumen dapat mengembang sehingga menimbulkan rasa nyeri di telinga. 1.1.6 Akibat/ bahaya serumen 1. Tuli/ penurunan pendengaran 2. Nyeri telinga 3. Grebeg-grebeg 4. Rasa gatal pada telinga 5. Rasa berair pada telinga 1.1.7 Penatalaksanaan Penatalaksanaan disesuaikan dengan konsistensi serumen. Jika serumen lembek hanya dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator. Serumen yang sudah keras dikeluarkan dengan cara dikait dengan alat pengait. Serumen yang terlalu dalam (mendekati membrane timpani), dikeluarkan dengan cara mengirigasi liang telinga.1 Pada serumen yang keras membatu sebelum dikeluarkan harus dilembekkan terlebih dahulu dengan karbol gliserin 10% tiga kali tiga tetes sehari, selama tiga sampai lima hari, setelah itu dikait dengan alat pengait atau diirigasi jika serumen telah terdorong jauh kedalam liang telinga. 1.1.8 Yang tidak boleh dilakukan 1. Mengorek telinga dengan cutton bud, benda taj am dapat mendorong serumen semakin kedalam dapat terjadi luka pada liang telingan atau yang paling sering dijumpai cutton bud tertinggal didalam liang telinga. 2. Tidak boleh memasukan air ketelingabila pada liang telinga terdapat serumen maka serumen akan mengembang dan menimbulkan rasa nyeri ditelinga. 1.1.9 Yang sebaiknya dilakukan 1. Memeriksakan kepoli THT atau dokter ahli THT diperliukan alat dan keterampilan khusus untuk melihat dengan jelas bentuk,jenis dan posisi serumen serta membersihkan serumen 2. Membersihkan telinga dengan lap basah atau handuk hanya dibagian luar telinga saja.serumen dapat keluar sendiri secara alamiah karena posisi liang telinga telin ga kebawah, dengan gerakan mengunyah, serumen akan terbawa keluar telinga dan serumen dapat mengering karena udara. 1.1.10 Cara mengaluarkan serumen 1. Hanya boleh dilakukan dengan ah;linya dipoliklinik THT ata u dokter ahli THT 2. Tergantung pada jenis, jumlah dan bentuknya 3. Dapat dikeluarkan dengan kain atau irigasi dan bila perlu dilunakan dengan obat sesuai petunjuk dokter ahli THT.
BAB III PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN Serumen merupakan kotoran telinga yang biasanya terjadi pada setiap ora ng tanpa mengenal umur. Serumen juga berperan sebagai pelindung te linga mengikat kotoran yang masuk ketelinga. Seruman menghasilkan bau yang tidak enak sehingga serangga tidak masuk ketelinga. Oleh karena itu jagalah telinga anak-anak kita demi masa depanya. Bila kita menemui prestasi belajar menurun periksakan segera ke dokter ahli THT.Dan periksakan telinga secara rutin apabila terdapat keluhan kotoran telinga http://dokumen.tips/documents/leaflet-serumen-55c3b6e8ea02c.html SATUAN ACARA PENYULUHAN Mata Ajaran : Sistem Sensori Persepsi Pokok Bahasan : Gangguan fungsi pendengaran Sub Pokok Bahasan : Pemahaman tentang Kotoran telinga Sasaran : Kader Posyandu desa Bangelan Tempat : Balai Desa Bangelan, Kec. Wonosari Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Juni 2011 Waktu : Pukul 09.00 – 09.45 WIB Penyaji Pembawa Acara : Barti Marhaendrajani Penyaji/ Tim Ilmiah : Yohanes Adi Yunanto : Mohammad Prihantono Observer : Abu Amar 1. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM Setelah mengikuti proses penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang gangguan fungsi pendengaran, seluruh kader posyandu desa Bangelan mampu memahami tentang kotoran telinga, kegunaan produksi kotoran telinga, jenis, kebiasaan umum membersihkan, waktu pembersihan dilakukan, bahaya pembersihan kotoran telinga, dan cara membersihkan yang benar. 2. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan seluruh kader posyandu dapat :
1. Menjelaskan tentang kotoran telinga 2. Menyebutkan tentang kegunaan produksi kotoran telinga 3. Menyebutkan tentang jenis-jenis kotoran telinga 4. Menjelaskan tentang kebiasaan umum membersihkan kotoran telinga 5. Menjelaskan tentang kapan pembersihan dilakukan 6. Menyebutkan tentang bahaya pembersihan kotoran telinga 7. Menjelaskan tentang cara membersihkan yang benar SAPSi stemSensor iPersepsi 2| 3. KEGIATAN PENYULUHAN Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Metode Media Pendahuluan 10 Menit Mengucapkan
Salam. Memperkenalkan
diri dari masingmasing team. Mempersiapkan
diri Menyampaikan
tujuan pokok materi Membagikan
leaflet pada peserta Menjawab salam
Bertanya jati diri
perawat
Menerima
pembagian leaflet Ceramah Tanya jawab Pengeras suara. Leaflet Penyajian 30 Menit Menyajikan materi
tentang : a) Kotoran telinga b) Kegunaan produksi kotoran telinga c) Jenis-jenis kotoran telinga d) Kebiasaan umum membersihkan kotoran telinga e) Kapan dilakukan pembersihan f) Bahaya pembersihan kotoran telinga Mendengarkan
dengan penuh perhatian. Sesekali
menyampaikan pertanyaan sederhana. Ceramah, Tanya jawab Flip Chart Leaflet Poster SAPSi stemSensor iPersepsi 3| g) Cara membersihkan kotoran yang benar Melakukan Tanya
jawab Bertanya tentang
hal-hal yang belum jelas dan belum mengerti Penutup 5 Menit Melakukan
evaluasi dengan memberikan
pertanyaan sederhana Menyampaikan
ringkasan Materi Mengakhiri dengan
mengucapkan salam Sasaran dapat
menjelaskan dan menyebutkan tentang kotoran telinga dan cara membersihkan. Menjawab salam
Ceramah 4. SETTING TEMPAT 5. GARIS BESAR MATERI MATERI ( TERLAMPIR) 1. Menjelaskan tentang kotoran telinga 2. Menyebutkan tentang kegunaan produksi kotoran telinga A C B C Keterangan : A = Penyaji B = Observer C = Audience
SAPSi stemSensor iPersepsi 4| 3. Menyebutkan tentang jenis-jenis kotoran telinga 4. Menjelaskan tentang kebiasaan umum membersihkan kotoran telinga 5. Menjelaskan tentang kapan pembersihan dilakukan 6. Menyebutkan tentang bahaya pembersihan kotoran telinga 7. Menjelaskan tentang cara membersihkan yang benar 6. EVALUASI Evaluasi Struktural Kesiapan masyarakat RW 05
Kesiapan materi penyaji
Kesiapan Leaflet
Kesiapan tempat Balai Desa Bangelan Kec. Wonosari
Kesiapan Waktu pelaksanaan.
Evaluasi Proses Peserta penyuluhan akan memenuhi waktu pelaksanaan
Peserta aktif dalam melaksanakan tanya jawab
Evaluasi Hasil Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
Adanya kesepakatan antara peserta penyuluhan(kader) dengan perawat
dalam melaksanakan implementasi Kader posyandu dapat menjelaskan tentang kotoran telinga, kegunaan
produksi kotoran telinga, jenis, kebiasaan umum membersihkan, waktu pembersihan dilakukan, bahaya pembersihan kotoran telinga, dan c ara membersihkan yang benar. Kader posyandu dapat memberikan informasi pada masyarakat secara luas
7. DAFTAR PUSTAKA Mansjoer Arif, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid 1. Penerbit
Buku Aesculapius Fakultas Kedokteran VI, Jakarta. http://www.pantirapih.or.id/index.php? option=com_content&view=article&id=132:cerumenSAPSi stemSensor iPersepsi 5| prop&catid=51:umum&Itemid=97 http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/sumbatan-serumen.html http://www.scribd.com/doc/43227124/Wax-Serumen 8. LAMPIRAN - Materi Lengkap - Daftar Hadir Peserta GANGGUAN FUNGSI PENDENGARAN AKIBAT PENUMPUKAN SERUMEN Banyak yang menganggap bahwa kotoran telinga yang berwarna kuning atau coklat merupakan hasil aktifitas bakteri. Itu merupakan pemahaman yang salah. Kotoran telinga yang dalam bahasa ilmiah disebut serumen, sebenarnya diproduksi oleh telinga itu sendiri, tepatnya pada kelenjar kulit pada lubang telinga bagian luar. Pengertian Kotoran telinga adalah substansi lengket berwarna kekuningan sampai coklat, yang ada di liang telinga. Substansi tersebut adalah hasil produksi dari kelenjar minyak dan modifikasi kelenjar keringat dinding telinga. Nama lain dari kotoran tersebut adalah tai telinga, getah telinga, serumen (dalam bahasa medis) Kegunaan dan Manfaat di produksinya kotoran telinga oleh tubuh : - Pembersihan Dinding dalam telinga, membrane tympani (gendang telinga) setiap hari menghasilkan epitel mati. Serumen membantu pengeluaran epitel-epitel tersebut SAPSi stemSensor iPersepsi 6| sehingga tidak menumpuk dengan bantuan gerakan rahang mulut.
- Lubrikasi/ pelicin Serumen mencegah terjadinya desikasi/ kekeringan, rasa gatal, dan panas dalam liang telinga. - Antibakterial dan anti jamur Kemampuan antibacterial dan antijamur serumen karena serumen bersifat asam, mengandung enzim lysozyme*, dan adanya asam lemak. Produksi kotoran telinga dipengaruhi oleh stres fisik dan stres psikis. Bila produksi serumen berlebihan, serumen dapat menumpuk dan menyumbat liang telinga, dan menyebabkan penurunan pendengaran. Diperkirakan 60-80% keluhan penurunan pendengaran disebabkan oleh sumbatan serumen. Jenis – jenis kotoran telinga ini secara umum dibagi menjadi: 1) Tipe basah : o Serumen putih (White/Flaky Cerumen), sifatnya mudah larut bila diirigasi. o Serumen coklat (light-brown), sifatnya seperti jeli, lengket. 2) Tipe kering : o Serumen gelap/ hitam, sifatnya keras, biasanya erat menempel pada dinding liang telinga bahkan menutup liang sehingga menimbulkan gangguan pendengaran. Serumen tipe basah lebih dominan dibandingkan tipe keri ng. Kebiasaan umum yang dilakukan masyarakat terhadap kotoran telinga adalah langsung mengkorek dengan menggunakan : SAPSi stemSensor iPersepsi 7| 9. Cutton bud/ kapas lidi khusus 10. Batang korek api 11. Pensil/alat tulis 12. Benda yang terbuat dari logam mis Peniti/ penjepit rambut, anak kunci 13. Pengait serumen
Tentunya hal ini tidak boleh dilakukan sendiri namun harus dilakukan oleh orang yang ahli dan terampil dalam menangani kotoran telinga. Kapan sebaiknya pembersihan telinga dilakukan Membersihkan serumen secara terus-menerus apalagi sampai dihilangkan seluruhnya justru akan merugikan. Pada prinsipnya, telinga akan membersihkan dirinya sendiri. Biasanya serumen akan terbentuk sedikit demi sedikit, kemudian akan keluar sendiri pada waktu mengunyah dengan membawa serta berbagai ko ntaminan yang terperangkap bersamanya. Setelah sampai di luar l ubang telinga, serumen akan hilang menguap oleh panas. Namun, kondisinya mungkin berbeda pada setiap orang, bergantung pada banyaknya produksi serumen. Memang tidak ada batasan yang pasti berapa kali pembersihan harus dilakukan, namun beberapa praktisi berpendapat 2-3 kali dalam setahun sudah cukup memadai dan dilakukan oleh tenaga ahli yang mempunyai keterampilan khusus. Pembersihan serumen yang terlalu sering, justru merangsang produksi serumen lebih banyak. Bahaya/Komplikasi yang di timbulkan kar ena pembersihan dengan dilakukan sendiri: 1. Apabila menggunakan Cotton Bud, kapas banyak yang tertinggal dalam liang SAPSi stemSensor iPersepsi 8| telinga. 2. Terakumulasi dan terdorongnya produksi kotoran telinga sampai pada gendang telinga. 3. Kulit pada lubang telinga rawan terkena infeksi dan akan meningkatkan pertumbuhan bakteri karena hilangnya sifat asam pada lubang telinga. 4. Tertusuknya gendang telinga sehingga menyebabkan perdarahan dan robekan. Cara membersihkan yang benar Sebelum dilakukan pembersihan haruslah kita lihat jenis kotoran telinga ini. Bila kotoran bersifat cair, maka dapat dipergunakan kapas dengan pelilit kapas khusus.
Memang hal ini ada beberapa ahli yang berpendapat, dalam keadaan k otoran telinga/serumen yang sangat berlebihan penggunaan lidi kapas/cotton bud dapat dibenarkan. Tapi itu pun hanya terbatas untuk membersihkan bagian luar lubang telinga, bukan untuk mengoreknya. Kotoran telinga/serumen yang keras harus dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Kadangkala serumen yang keras akan sulit dikeluarkan dan menimbulkan nyeri pada pasien. Pelaksanaan tindakan ini hanya dilakukan oleh tenaga ahli dan terampil. Selanjutnya akan dilakukan tindakan irigasi dengan menggunakan cairan/ obat tertentu pada liang telinga dengan menggunakan alat khusus dan hanya dilakukan oleh tenaga yang ahli dan terampil. Selain itu dapat dilakukan dengan cara Vacum/sedot dengan menggunakan alat khusus dengan tekanan tertentu. SAPSi stemSensor iPersepsi 9| DAFTAR PUSTAKA Mansjoer Arif, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid 1. Penerbit
Buku Aesculapius Fakultas Kedokteran VI, Jakarta. http://www.pantirapih.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=132:cerumenprop&catid=51:umum&Itemid=97
http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/sumbatan-serumen.html
http://www.scribd.com/doc/43227124/Wax-Serumen
Download
of 9
SAP Serumen by tonny-mohammad-prihantono on Aug 06, 2015 Report
Category:
Documents
Download: 1
Comment: 0 393
views Comments Description Download SAP Serumen
Transcript SAP Sistem Sensori Persepsi 1| SATUAN ACARA PENYULUHAN Mata Ajaran Pokok Bahasan Sasaran Tempat Hari/Tanggal Waktu Penyaji Pembawa Acara : Barti Marhaendrajani : Mohammad Prihantono Observer : Abu Amar Penyaji/ Tim Ilmiah : Yohanes Adi Yunanto : Sistem Sensori Persepsi : Gangguan fungsi pendengaran : Kader Posyandu desa Bangelan : Balai Desa Bangelan, Kec. Wonosari : Sabtu, 25 Juni 2011 : Pukul 09.00 – 09.45 WIB Sub Pokok Bahasan : Pemahaman tentang Kotoran telinga 1. TUJUAN INTRUKSIONA L UMUM Setelah mengikuti proses penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang gangguan fungsi pendengaran, seluruh kader posyandu desa Bangelan mampu memahami tentang kotoran telinga, kegunaan produksi kotoran telinga, jenis, kebiasaan umum membersihkan, waktu pembersihan dilakukan, bahaya pembersihan kotoran telinga, dan cara membersihkan yang benar. 2. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan seluruh kader posyandu dapat : 1 . Menjelaskan tentang kotoran telinga 2. Menyebutkan tentang kegunaan produksi kotoran telinga 3 . Menyebutkan tentang jenis-jenis kotoran telinga 4. Menjelaskan tentang kebiasaan umum membersihkan kotoran telinga 5. Menjelaskan tentang kapan pembersihan dilakukan 6. Menyebutkan tentang bahaya pembersihan kotoran telinga 7. Menjelaskan tentang cara membersihkan yang benar
SAP Sistem Sensori Persepsi 2| 3. KEGIATAN PENYULUHAN Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Pendahuluan 10 Mempersiapkan Memperkenalkan masing team.
Mengucapkan Menit Salam.
Membagikan leaflet pada peserta Menyampaikan tujuan materi diri Menerima pembagian Ceramah, jawab Flip ChartPenyajian 30 Menit Bertanya jati diri Tanya jawab diri dariLeaflet Poster pokok Menjawab salam Metode Ceramah Media masingperawat Kegiatan Peserta Pengeras suara. Leaflet Mendengarkan tentang : a) Kotoran telinga Menyajikan materi leaflet kotoran telinga c) Jenis-jenis kotoran t elinga d) Kebiasaan umum membersihkan kotoran telinga e) Kapan f) Bahaya pembersihan kotoran telinga g) Cara membersihkan kotoran yang benar dilakukan pembersihan dengan perhatian. menyampaikan pertanyaan sederhana. penuh Tanya Sesekali b) Kegunaan produksi
SAP Sistem Sensori Persepsi 3| Bertanya tentang jawab hal-hal yang belum jelas dan Melakukan Tanya Melakukan evaluasi memberikan pertanyaan sederhana
Penutup 5 Menit Menjawab
salam Mengakhiri dengan Menyampaikan ringkasan Materi mengucapkan salam 4. SETTING TEMPAT A C B C Keterangan : A = Penyaji B = Sasaran dapat CeramahObserver C = Audience dengan belum mengerti menjelaskan dan menyebutkan tentang kotoran telinga dan cara membersihkan. 5. GARIS BESAR MATERI MATERI ( TERLAMPIR) 1. Menjelaskan tentang kotoran telinga 2. Menyebutkan tentang kegunaan produksi kotoran telinga 3. Menyebutkan tentang jenis jenis kotoran telinga 4. Menjelaskan tentang kebiasaan umum membersihkan kotoran telinga 5. Menjelaskan tentang kapan pembersihan dilakukan 6. Menyebutkan tentang bahaya pembersihan kotoran telinga 7. Menjelaskan tentang cara membersihkan yang benar 6. EVALUASI
SAP Sistem Sensori Persepsi 4| Evaluasi Struktural • • • • • Kesiapan masyarakat RW 05 Kesiapan
materi penyaji Kesiapan Leaflet Kesiapan tempat Balai Desa Bangelan Kec. Wonosari Kesiapan Waktu pelaksanaan. Evaluasi Proses • • • • • Peserta penyuluhan akan memenuhi waktu pelaksanaan Peserta aktif dalam melaksanakan tanya jawab Kegi atan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan Adanya kesepakatan antara peserta penyuluhan(kader) dengan perawat Kader posyandu dapat menjelaskan tentang kotoran telinga, kegunaan Evaluasi Hasil dalam melaksanakan implementasi produksi kotoran telinga, jenis, kebiasaan umum membersihkan, waktu pembersihan dilakukan, bahaya pembersihan kotoran telinga, dan cara membersihkan y ang benar. • Kader posyandu dapat memberikan informasi pada masyarakat secara luas 7. DAFTAR PUSTAKA Mansjoer Arif, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid 1 . Penerbit Buku Aesculapius Fakultas Kedokteran VI, Jakarta. http://www.pantirapih.or.id/index.php? option=com_content&view=article&id=132:cerumenprop&catid=51:umum&Itemid=97 http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/sumbatan-serumen.html http://www.scribd.com/doc/43227124/Wax-Serumen 8. LAMPIRAN Materi Lengkap Daftar Hadir Peserta
SAP Sistem Sensori Persepsi 5| GANGGUAN FUNGSI PENDENGARAN AKIBAT PENUMPUKAN SERUMEN Banyak yang menganggap bahwa kotoran telinga yang berwarna kuning atau coklat merupakan hasil aktifitas bakteri. Itu merupakan pemahaman yang salah. Kotoran telinga yang dalam bahasa ilmiah disebut serumen, sebenarnya diproduksi oleh telinga itu sendiri, tepatnya pada kelenjar kulit pada lubang telinga bagian luar. Pengertian Kotoran telinga adalah substansi lengket berwarna kekuningan sampai coklat, yang ada di liang telinga. Substansi tersebut adalah hasil produksi dari kelenjar minyak dan modifikasi kelenjar keringat dinding telinga. Nama lain dari kotoran tersebut adalah tai telinga, getah telinga, serumen (dalam bahasa medis) Kegunaan dan Manfaat di produksinya kotoran telinga oleh tubuh : Pembersihan Dinding dalam telinga, membrane tympani (gendang telinga) setiap hari menghasilkan epitel mati. Serumen membantu pengeluaran epitel-epitel tersebut sehingga tidak menumpuk dengan bantuan gerakan rahang mulut. Lubrikasi/ pelicin Serumen mencegah terjadinya desikasi/ kekeringan, rasa gatal, dan panas dalam liang telinga. Antibakterial dan anti jamur Kemampuan antibacterial dan antijamur serumen karena serumen bersifat asam, mengandung enzim lysozyme*, dan adanya asam lemak.
SAP Sistem Sensori Persepsi 6| Produksi kotoran telinga dipengaruhi oleh stres fisik dan stres psikis. Bila produksi serumen berlebihan, serumen dapat menumpuk dan menyumbat liang telinga, dan menyebabkan penurunan pendengaran. Diperkirakan 60-80% pendengaran disebabkan oleh sumbatan serumen. keluhan penurunan Jenis – jenis kotoran telinga ini secara umum dibagi menjadi: 1) Tipe basah : o Serumen putih (White/Flaky Cerumen), sifatnya mudah larut bila diirigasi. o Serumen coklat (light-brown), sifatnya seperti jeli, lengket. 2) Tipe kering : o Serumen gelap/ hitam, sifatnya keras, biasanya erat menempel pada dinding liang telinga bahkan menutup liang sehingga menimbulkan gangguan pendengaran. Serumen tipe basah lebih dominan dibandingkan tipe kering. Kebiasaan umum yang dilakukan masyarakat terhadap kotoran telinga adalah langsung mengkorek dengan menggunakan : 9. Cutton bud/ kapas lidi khusus 10. Batang korek api 11. Pensil/alat tulis 12. Benda yang terbuat dari logam mis Peniti/ penjepit rambut, anak kunci 13. Pengait serumen Tentunya hal ini tidak boleh dilakukan sendiri namun harus dilakukan oleh orang yang ahli dan terampil dalam menangani kotoran telinga.
SAP Sistem Sensori Persepsi 7| Kapan sebaiknya pembersihan telinga dilakukan Membersihkan serumen secara terus-menerus apalagi sampai dihilangkan seluruhnya justru akan merugikan. Pada prinsipnya, telinga akan membersihkan dirinya sendiri. Biasanya serumen akan terbentuk sedikit demi sedikit, kemudian akan keluar sendiri pada waktu mengunyah dengan membawa serta berbagai kontaminan yang terperangkap bersamanya. Setelah sampai di luar lubang telinga, serumen akan hilang menguap oleh panas. Namun, kondisinya mungkin berbeda pada setiap orang, bergantung pada banyaknya produksi serumen. Memang tidak ada batasan yang pasti berapa kali pembersihan harus dilakukan, namun beberapa praktisi berpendapat 2-3 kal i dalam setahun sudah cukup memadai dan dilakukan oleh tenaga ahli yang mempunyai keterampilan khusus. Pembersihan serumen yang terlalu sering, justru merangsang pro duksi serumen lebih banyak. Bahaya/Komplikasi yang di timbulkan karena pembersihan dengan dilakukan sendiri: 1. Apabila menggunakan Cotton Bud, kapas banyak yang tertinggal dalam liang telinga. 2. Terakumulasi dan terdorongnya produksi kotoran telinga sampai pada gendang telinga. 3. Kulit pada lubang telinga rawan terkena infeksi dan akan meningkatkan pertumbuhan bakteri karena hilangnya sifat asam pada lubang telinga. 4. Tertusuknya gendang telinga sehingga menyebabkan perdarahan dan robekan.
SAP Sistem Sensori Persepsi 8| Cara membersihkan yang benar Sebelum dilakukan pembersihan haruslah kita lihat jenis kotoran telinga ini. Bila kotoran bersifat cair, maka dapat dipergunakan kapas dengan pelilit kapas khusus. Memang hal ini ada beberapa ahli yang berpendapat, dalam keadaan kotoran telinga/serumen yang sangat berlebihan penggunaan lidi kapas/co tton bud dapat dibenarkan. Tapi itu pun hanya terbatas untuk membersihkan bagian luar lubang telinga, bukan untuk mengoreknya. Kotoran telinga/serumen yang keras harus dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Kadangkala serumen yang keras akan sulit dikeluarkan dan menimbulkan nyeri pada pasien. Pelaksanaan tindakan ini hanya dilakukan oleh tenaga ahli dan terampil. Selanjutnya akan dilakukan tindakan irigasi dengan menggunakan cairan/ obat tertentu pada liang telinga dengan menggunakan alat khusus dan hanya dilakukan oleh tenaga yang ahli dan terampil. Selain itu dapat dilakukan dengan cara Vacum/sedot dengan menggunakan alat khusus dengan tekanan tertentu. Mansjoer Arif, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran DAFTAR PUSTAKA Edisi III jilid 1. Penerbit Buku Aesculapius Fakultas Kedokteran VI, http://www.pantirapih.or.id/index.php?Jakarta. option=com_content&view=article&id=132:cerumenprop&catid=51:umum&Itemid=97 http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/sumbatan-serumen.html http://www.scribd.com/doc/43227124/Wax-Serumen X
Recommended
SAP Impaksi Serumen
SATUAN ACARA PENYULUHAN IMPAKSI SERUMEN KELOMPOK 10 1. A. A Bayu Putra Ningrat (11.321. 1143) 2. Ni Made Des y Pariani (11.321.1146) 3. Ni Komang Dewik Mariani (11.321.1157)…
obstruksi serumen
defka blog welcome to my blog Search her defka blog blog nich q bwat untuk temen2 yang mau cari tugas asuhan keperawatan / laporan pendahuluan or cari bahan untuk kuliahnya,,have…
Leaflet Serumen
Leaflet Serumen SAP Depan
Leaflet Serumen
Leaflet SAP Serumen Belakang
Serumen Prop.docx
serumen prop
obstruksi serumen
NURUL HIDAYAH HASANAH FARIDA NURUL HIDAYAH HASANAH FARIDA 2009730150 Definisi Obstruksi serumen adalah adanya sumbatan serumen yang terdapat dibagian kartilago liang telinga…
makalah serumen
makalah serumen
IMPAKSI SERUMEN
jdhtuihxuzri
IMPAKSI SERUMEN
sekilas ttg impaksi serumen
penyuluhan serumen
SERUMEN = KOTORAN TELIGA PENYULUHAN KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT THT TELINGA Kotoran Kotoran telinga = Serumen Hasil produksi : Kelenjar s ebase Kelenjar seruminosa Epitel kulit yang…
Serumen tugas kelompok
free
Analisa Resep_otitis Ext & Serumen
otitis
Edukasi Tentang Serumen Obsturan
Edukasi tentang serumen obsturan Produksi cerumen adalah proses fisiologis yang normal. Oleh karena itu, tindakan pencegahan harus difokuskan terhadap orang-orang orang- orang yang berada…
Serumen tugas kelompok
free
Lp Impaksi Serumen
laporan pendahuluan impaksi serumen
Tatalaksana Serumen Plug.docx
BAGUS lengkap
Lp Impaksi Serumen
SISTEM SENSORI PERSEPSI LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP IMPAKSI SERUMEN OLEH KELOMPOK 10 A5C 1. A. A Bayu Putra Niengrat (11.321. 1143) 2. Ni Made Desy Pariani (11.321.1146) 3.…
ASKEP IMPAKSI SERUMEN
ASUHAN KEPERAWATAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehariseharihari. Telinga adalah…
ASKEP IMPAKSI SERUMEN
impaksi serumen
REFLEKSI KASUS serumen
tht
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
1. 1. Konsep Dasar Penyakit Pen yakit 2. a. Pengertian Impaksi serumen s erumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan…
View more
Keperawatan Modern Kamis, 06 November 2014 Asuhan Sumbatan Serumen
MAKALAH
SKEP SUMBATAN SERUMEN
OLEH :
Nama : Moetia Rahayu A. Manto
NIRM : 1201024
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2013/204
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nyalah, saya selaku penulis makalah yang berjudul ”Askep Sumbatan Serumen” yang mana makalah ini sebagai salah satu tugas yang diberikan, Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Manado, 02 Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………….….2
DAFTAR ISI………..……………………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN………...……………………………………………………………………….4
A.
Latar Belakang………………………………………………………………………………………….4
B.
Tujuan…………………………………………………………………………………………………..5
BAB II PEMBAHASAN………………….……………………………………………………………….6
A.
Pengertian………………………………………………………………………………………………6
B.
Etiologi / Penyebab……………………………………………………………………………………..6
C.
Patofisiologi…………………………………………………………………………………………….6
D.
Manifestasi Klinis………………………………………………………………………………………7
E.
Penatalaksanaan Therapi…………………………………………………………………………….....7
F.
Komplikasi………………………………………………………………………………………….….8
G.
Pathway / Penyimpangan KDM…………………………………………………………………….….8
H. Auhan Keperawatan teori………………………………………………………………………………8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN (Contoh Kasus)……………………………………...............…16
BAB IV PEMBAHASAN KASUS SESUAI TEORI……………………………………………………23
BAB V PENUTUP………………………………………………………………………………….……24
A.
Kesimpulan…………………………………………………………………………….…………...…24
B.
Saran…………………………………………………………………………………………………. .24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Serumen obsturan merupakan salah satu kelainan telinga, dimana pada liang telinga terdapat sumbatan oleh serumen. Sumbatan yang disebabkan oleh serumen obsturan dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh serumen obsturan pada
anak terhadap gangguan pendengaran. Sekitar 9,6 juta orang Indonesia tercatat mengalami gangguan atau cacat pendengaran. Kasus itu banyak terjadi pada orang tua. Namun masalah lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah gangguan pendengaran akibat paparan bising, infeksi dan sumbatan kotoran telinga yang banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Gangguan pendengaran pada anak dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Data yang didapat dari Balai Kesehatan Indera Manusia (BKIM) kota Semarang pada November 2007 yang diperoleh pada anak-anak usia Sekolah Dasar, dari 467 siswa kelas 1 yang diperiksa telinganya ditemukan persentase kejadian serumen obsturan sebesar 29,55%. Angka temuan ini merupakan jumlah yang besar dibandingkan penyebab gangguan pendengaran lain seperti otitis media kronik supuratif (OMKS) 1,28% dan sensory neural hearing loss (SNHL) unilateral 0,21 %1. Penelitian mengenai insidensi serumen obsturan di Indonesia belum begitu banyak, mungkin hal ini disebabkan karena serumen obsturan ini dianggap bukan suatu permasalahan yang terlalu serius. Data dari WHO pada akhir tahun 2007 didapatkan gambaran umum insidensi serumen obsturan di Indonesia sebesar 18,7%. Di Kota Semarang sendiri penelitian yang dilakukan oleh BKIM kota Semarang, pada tahun 2007 menunjukkan angka yang cukup besar pada penderita serumen obsturan pada anak usia sekolah dasar. Sekitar 29,55 % anak SD kelas 1di kota Semarang ditemukan adanya serumen obsturan, jadi dari total 25.471 anak SD kelas 1 di kota semarang, 7.526 anak mengalami serumen obsturan 1. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil penelitian yang menunjukkan insidensi serumen obsturan sebesar 21,4%. Angka insidensi serumen obsturan ini dipengaruhi oleh faktor resiko pembentukan serumen obsturan. Penelitian yang dilakukan oleh Guest JF dkk. Menyebutkan bahwa berbagai faktor berkaitan dalam pembentukan serumen obsturan, factor internal seperti kelainan bentuk
anatomis liang telinga, sekret serumen berlebihan, kelainan sistemik, aktifitas bakteri dan jamur dalam liang telinga berperan dalam pembentukan serumen obsturan. Faktor eksternal seperti car membersihkan liang telinga, kelembaban udara yang tinggi, serta lingkungan yang berdebu juga
berperan dalam pembentukan serumen obsturan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar kita sebagai mahasiswa mengerti bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan penyakit sumbatan serumen (gangguan telinga)
2. Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui definisi dari penyakit sumbatan serumen
2.
Untuk mengetahui etiologi dari penyakit sumbatan serumen
3.
Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit sumbatan serumen
4.
Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit sumbatan serumen
5.
Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pada penyakit sumbatan serumen
6.
Untuk mengetahui penatalaksanan medis penyakit sumbatan serumen
7. Untuk mengetahui bagai mana asuhan keperawatan pada pasien penyakit sumbatan serumen
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Sumbatan serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu.
Sumbatan Serumen adalah hasil dari produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa yang terdapat dibagian kartilago liang telinga luar dan epitel kulit yang terlepas dan pertikel debu, yang berguna untuk melicinkan dinding liang telinga dan mencegah masuknya serangga kecil kedalam liang telinga. Dalam keadaan normal serumen terdapat disepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan didaerah ini dan keluar dengan sendirinya
dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membrane timpani menuju keluar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.
B. Etiologi
Sumbatan pada telinga bagian luar biasanya disebabkan oleh kotoran telinga (serumen). Saluran telinga memiliki kelenjar yang menghasilkan serumen untuk melindungi telinga dari masuknya debu, bakteri, dan partikel asing yang dapat menyebabkan kerusakan pada telinga. Normalnya serumen ini akan perlahan-lahan keluar dari telinga atau bisa dikeluarkan dengan membersihkan telinga. Jumlah serumen yang dihasilkan berbeda-beda pada setiap orang. Beberapa orang memiliki produksi serumen yang lebih banyak dibanding orang lain. Pada beberapa kasus, serumen bisa mengeras di dalam saluran telinga dan menyebabkan sumbatan. Kondisi ini bisa memberat jika kotoran telinga (serumen) terdorong masuk saat membersihkan telinga.
Pada anak-anak, sumbatan juga bisa disebabkan oleh benda asing. Anak-anak bisa memasukkan benda-benda kecil ke dalam telinganya, misalnya manik-manik, anting, penghapus karet, mainan, kancing, atau kacang-kacangan. Serangga juga kadang bisa ditemukan di dalam liang telinga. Biasanya benda-benda tersebut bisa tersangkut dan tidak dapat keluar.
C. Patofisiologi
Kumpulan serumen yang berlebihan bukanlah suatu penyakit. Sebagian orang menghasilkan amat banyak serumen seperti halnya sebagian orang lebih mudah berkeringat dibandingkan
yang lain. Pada sebagian orang,serumen dapat mengeras dan membentuk sumbatan yang padat ;pada yang lain , mungkin merasakan telinganya tersumbat atau tertekan.Bila suatu sumbatan serumen yang padat menjadi lembab,misalnya setelah mandi ,maka sumbatan tersebut dapat mengembang dan menyebabkan gangguan pendengaran sementara.(Adams boies higler)
Dermatitis kronik pada telinga luar, Liang telinga sempit, Produksi serumen terlalu banyak dan kental, Kebiasaan membersihkan telinga yang salah yang menjadikan terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran . usaha membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul akibat sumbatan serumen dapat berupa rasa telinga tersumbat, sehingga pendengaran berkurang. Rasa nyeri dapat timbul apabila serumen keras membatu, dan menekan dinding liang telinga. Telinga berdengung (tinitus) dan pusing dapat timbul apabila serumen telah menekan membran timpani, terkadang dapat disertai batuk, oleh karena rangsangan nervus vagus melalui cabang aurikuler.
E. Penatalaksanaan Terapi
a. Serumen yang masih lunak, dapat dibersihkan dengan kapas yang dililitkan oleh aplikator (pelilit).
b. Serumen yang sudah agak mengeras dikait dan dibersihkan dengan alat pengait.
c. Serumen yang lembek dan letaknya terlalu dalam, sehingga mendekati mebran timpani, dapat dikeluarkan dengan mengirigasi liang telinga (spooling).
d. Serumen yang telah keras membatu, harus dilembekkan terlebih dahulu dengan karbol gliserin 10 %,
3 kali 3 tetes sehari, selama 2-5 hari (tergantung keperluan), setelah itu dibersihkan dengan alat pengait atau diirigasi (spooling).
v Teknik Irigasi Liang Telinga
Dalam melakukan tindakan irigasi liang telinga (spooling) ada beberapa hal yang harus diketahui dan diperhatikan oleh tenaga medis sebelum melakukan tindakan tersebut, antara lain :
• Pasien tidak mempunyai riwayat sakit telinga yang menyebabkan rupture gendang telinga, seperti riwayat congekan (OMSK), maupun riwayat trauma gendang telinga.
• Pasien tidak sedang mengalami sakit telinga luar (otitis eksterna).
F. Komplikasi
a. Penyumbatan
b. Otitis eksterna
c. Perikondritis (inf tl.rawan : kartilago)
d. Trauma gendang telinga
G. Pathway
Produksi serumen
Cara membersihkan serumen (kotoran) yg salah
Penumpukkan serumen
Serumen mengeras/membatu dan menekan dinding liang telinga
Nyeri
perubahan persepsi sensoris
laserasi kulit dan trauma membrane timpani
Gangguan pendengaran
Resiko infeksi
H. Asuhan Keperawatan pada Sumbatan Serumen
1.
PENGKAJIAN
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, alamat dan rencana terapi.
1.1 RIWAYAT KESEHATAN
1.
Riwayat penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami Riwayat kesehatan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran karena sumbatan serumen,biasanya kebiasaan dan kecerobohan membersihkan telinga yang tidak benar atau klien suka berenang dapat mempengaruhi penyakit ini
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita biasanya mengeluh nyeri, Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, rasa tidak enak ditelinga.
.
3. Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit sumbatan serumen dalam telinga seperti klien saat ini atau apakah ada riwayat pendengaran atau riwayat keluarga.
1.2 PEMERIKSAAN FISIK
Kaji keadaaan umum:kaji tingkat kesadaran,berat badan dan tinggi badan klien. Dan kaji tanda-tanda
vital klien.
KEPALA
Amati bentuk kepala apakah ada oedema,dan amti apakah ada kondisi luka(jahitan)
Rambut
Biasanya rambut klien tidak bersih, rontok dan dikepala tidak ada pembengkakan.
Wajah
Biasaya wajah pasien kelihatan pucat karna adanya nyeri
Mata
Biasanya kedua mata klien simetris,reflek cahaya baik, dan konjungtiva biasanya anemis,biasanya palpebra klien tdak udema,skelera tdak ikterik,pupil isokor
Telinga
Biasanya telinga klien Terjadi penyumbatan Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, Pendengaran terganggu, Rasa nyeri telinga / otalgia
Hidung
Biasanya klien tidak ada mengeluh dengan masalah hidung.
Bibir
Biasanya bibir pasien tampak pucat dan kering.
Gigi
Biasanya kelengkapan gigi, kondisi gigi klien tampak normal dan biasanya kebersihan gigi kurang.
Lidah
Biasanya tampak normal tdakkotor,tdak hiperik
LEHER
Biasanya leher pada klien penyakit benda asong dalam telinga ini tampak normal saja
DADA
Inspeksi
Biasanya bentuk dan kesemetrisan rongga dada tampak normal. Biasanya klien tampak susah bernafas / mengatur jalannya nafas dada,frekwensi nafas 12 sampai 20 X permeni,tidak dyspnea.
Palpasi
Biasanya normal,biasanya dgn menggunakan getaran vocal yg dsebut vocal primitus
Perkusi
Biasanya bunyi ketukan pada dinding dada dan bunyi dada normal jaringan sonor
Auskultasi
Biasanya tidak ada terdengar bunyi tambahan pada saat klien melakukan insipirasi dan ekspirasi.
4. JANTUNG
1. inspeksi : biasanya ictus cordis tampak normal terlihat pada ICS -5
2. palpasi : biasanya lokasi ictus cordis teraba normal tidak lebih dri 1cm
3. perkusi : biasanya batas-batas jantung klien pada penyakit ini normal
4. auskultasi : biasanya irama denyutan jantung terdengar normal
5. ABDOMEN
1.Inspeksi : biasanya tidak adanya pembesaran rongga abdomen
2.Auskultasi : biasanya bunyi bising usus terdengar frekuensinya tidak normal karna klien mengalami penurunan nafsu makan
3.Palpasi
: biasanya teraba normal saja
4. Perkusi : biasanya bunyi ketukannya terdengar normal
6. GENITOURINARIA
Biasanya klien tidak ada terpasang kateter
EKSTREMITAS
Biasanya kekuatan otot kurang dari normal akibat klien terasa letih menahan nyeri dan biasanya ekstremitas atas terpasang infus untuk menambah cairan dalam tubuh klien karna nafsu makan klien berkurang dan biasanya kekuatan otot klien ini menurun.
SISTEM INTEGUMEN
Biasanya warna kulit klien tampak pucat dan biasanya suhu kulit meningkat
SISTEM NEUROLOGI
Biasanya sistem neuro pada klien penyakit ini normal saja
9. DATA POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
Nutrisi
kondisi
1.Selera makan
Sebelum sakit
Saat sakit
2.Frekuensi makan
3.Makanan pantangan
4.Pembatasan pola makan
Biasanya klien mempunyai nafsu makan yang tinggi.
Biasanya klien makan 3x sehari.
sbelum sakit klien sering minum yang dingin dan makan makanan yang pedas-pedas.
Sebelum sakit pola makan klien tidak teratur.
Biasanya nafsu makan klien menurun.
Biasanya klien makan 1x sehari karna tidak adanya nafsu makan.
Saat sakit klien tidak ada lagi makan makanan pamntangan.
Saat sakit pola makan klien di atur
Eliminasi (BAB & BAK)
kondisi
- BAB
1. frekuensi (waktu)
2.Kesulitan
3.Obat pencahar
-
BAK
Sebelum sakit
Saat sakit
Frekuensi
Warna dan bau
Biasanya pagi dan sore.
Biasanya seblm skit tdk ada kesulitan.
Biasanya tidak menggunakan obat pencahar
Biasanya 5x sehari
Biasanya warnanya kuning kejernihan dan berbau amis
Saat sakit frekuensinya biasnya berkurang,kadang2 tdk ada.
Biasanya terjadi defekasi.
Biasanya kadang2 menggunakan obat pencahar
Biasanya saat sakit BAK sering karna penambahan cairan melalui infus.
Biasanya warnanya kuning kejernihan dan berbau amis,kadang berbau obat,klien yg mengonsumsi
obat antibiotik biasnya urine nya berbau obat itu.
Istirahat dan tidur
kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
Jam tidur
-
Siang
-
Malam
Kesulitan tidur
Biasanya jarang tidur siang karna kesibukan di luar rumah.
Biasanya tidur malam klien teratur.
Biasanya klien tidak mengalami kesulitan tidur
Biasnya sering tidur siang karna klien hanya berbaring di tempat tidur.
Biasnya klien susah tidur malam.
Biasanya klien mengalami kesulitan tidur karna kondisi penyakitnya.
Aktifitas sehari-hari dan perawatan diri
kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
Kegiatan sehari-hari
Perawatan diri
Klien sibuk dan menghabiskan waktu d luar rumah karna pekerjaan.
Perawatn dri klien biasanya teratur dan bersih.
Klien hanya istirahat di tempat tidur.
Perawtan diri klien berkurang, hygine klien berkurang.
10.DATA SOSIAL EKONOMI
Biasanya jika klien masih remaja dan orangtua klien sebagai PNS, biasanya yang menbiayai
pengobatan klien orangtua, dan biasanya mengalami masalah keuangan karna biaya penginapan RS
dan pengobatan klien selama di RS.
11.DATA PSIKOSOSIAL
Biasanya psikologis klien terganggu selama di rawar di RS karna sakit yang di deritanya dan
ketidaknyamanan,biasanya klien mempunyai harapan cepat sembuh dan ingin pulang dan adanya
kemampuan mekanisme koping dalam keluarga klien.
12.DATA SPIRITUAL
Biasanya pelaksanaan ibadah klien tidak sama dengan pelaksanaan ketika klien masih sehat,klien
sholat hanya berbaring di atas tempat tidur karna klien tidak mampunya untuk shnolat berdiri, dan
biasanya klien merasakan beban yang sangat berat atas kondisinya saat ini.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d serumen yg mengeras
b. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
c. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani
3.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d. serumen yg mengeras Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang, KH:
- Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
- Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
1. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (010 )
2. Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.
Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi
1. Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.
2. Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri.
2 . Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran
pasien meningkat, KH:
- Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan gesekan tangan
- Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
1. Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau , jika diperlukan seperti musik lembut
3. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan
Rasional :
1. Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2. Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas tenang
3. Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan
3 Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani
.Setelah diberikan asuhan
keperawatan, risiko infeksi tidak terjadi, KH:
- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
- Tanda- tanda vital dalam batas normal
1. Observasi adanya tanda-tanda terjadinya
infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa)
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Pertahankan tehnik aseptik dalam melakukan tindakan
4. Kolaborasi:
Berikan antibiotika sesuai indikasi.
Rasional :
1. Mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi dan indicator dalam melakukan intervensi selanjutnya
2. Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.
3. Tindakan aseptik saat merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.
4. Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur dan menurunkan risiko infeksi
Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN (contoh kasus)
1. Nama
: Sdr. A
2. Usia
: 12 Tahun
3. Jenis kelamin
: Laki-laki
4. Agama
: Islam
5. Status marital
:
6. Pendidikan/ pekerjaan
: Siswa
7. Alamat
: kel. Islam kec. Tuminting
Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri pada daerah telinga dan sering merasakan pusing sejak seminggu ini.
1.1 RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami Riwayat kesehatan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran karena sumbatan serumen,
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri, Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, rasa tidak enak ditelinga.
.
3. Riwayat Penyakit Keluarga.
Keluarga pasien mengatakan ada salah satu anggota keluarganya pernah mengalami penyakit seperti yang dirasakan sekarang.
1.2 PEMERIKSAAN FISIK
• keadaaan umum:
tingkat kesadaran : GCS
kesadaran : compos mentis
tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmhg, Nadi : 68x/mnt, suhu : 37,7’ C, TB : 145 cm, BB : 38kg
• KEPALA
Amati bentuk kepala apakah ada oedema,dan amti apakah ada kondisi luka(jahitan)
• Rambut
Biasanya rambut klien tidak bersih, rontok dan dikepala tidak ada pembengkakan.
• Wajah
Biasaya wajah pasien kelihatan pucat karna adanya nyeri
• Mata
Biasanya kedua mata klien simetris,reflek cahaya baik, dan konjungtiva biasanya anemis,biasanya palpebra klien tdak udema,skelera tdak ikterik,pupil isokor
• Telinga
Biasanya telinga klien Terjadi penyumbatan Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, Pendengaran terganggu, Rasa nyeri telinga / otalgia
• Hidung
Biasanya klien tidak ada mengeluh dengan masalah hidung.
• Bibir
Biasanya bibir pasien tampak pucat dan kering.
• Gigi
Biasanya kelengkapan gigi, kondisi gigi klien tampak normal dan biasanya kebersihan gigi kurang.
• Lidah
Biasanya tampak normal tdakkotor,tdak hiperik
• LEHER
Biasanya leher pada klien penyakit benda asong dalam telinga ini tampak normal saja
• DADA
Inspeksi
Biasanya bentuk dan kesemetrisan rongga dada tampak normal. Biasanya klien tampak susah bernafas / mengatur jalannya nafas dada,frekwensi nafas 12 sampai 20 X permeni,tidak dyspnea
Palpasi
Biasanya normal,biasanya dgn menggunakan getaran vocal yg dsebut vocal primitus
Perkusi
Biasanya bunyi ketukan pada dinding dada dan bunyi dada normal jaringan sonor
Auskultasi
Biasanya tidak ada terdengar bunyi tambahan pada saat klien melakukan insipirasi dan ekspirasi.
4. JANTUNG
1. inspeksi : biasanya ictus cordis tampak normal terlihat pada ICS -5
2. palpasi : biasanya lokasi ictus cordis teraba normal tidak lebih dri 1cm
3. perkusi : biasanya batas-batas jantung klien pada penyakit ini normal
4. auskultasi : biasanya irama denyutan jantung terdengar normal
5. ABDOMEN
1.Inspeksi : biasanya tidak adanya pembesaran rongga abdomen
2.Auskultasi : biasanya bunyi bising usus terdengar frekuensinya tidak normal karna klien mengalami penurunan nafsu makan
3.Palpasi
: biasanya teraba normal saja
4. Perkusi : biasanya bunyi ketukannya terdengar normal
6. GENITOURINARIA
Biasanya klien tidak ada terpasang kateter
EKSTREMITAS
Biasanya kekuatan otot kurang dari normal akibat klien terasa letih menahan nyeri dan biasanya ekstremitas atas terpasang infus untuk menambah cairan dalam tubuh klien karna nafsu makan klien berkurang dan biasanya kekuatan otot klien ini menurun.
7. SISTEM INTEGUMEN
Biasanya warna kulit klien tampak pucat dan biasanya suhu kulit meningkat
8. SISTEM NEUROLOGI
Biasanya sistem neuro pada klien penyakit ini normal saja
9. DATA POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
• Nutrisi
kondisi
Sebelum sakit
1.Selera makan
2.Frekuensi makan
Saat sakit
3.Makanan pantangan
4.Pembatasan pola makan
Biasanya klien mempunyai nafsu makan yang tinggi.
Biasanya klien makan 3x sehari.
sbelum sakit klien sering minum yang dingin dan makan makanan yang pedaspedas.Sebelum sakit pola makan klien tidak teratur.Biasanya nafsu makan klien menurun.Biasanya klien makan 1x sehari karna tidak adanya nafsu makan.Saat sakit klien tidak ada lagi makan makanan pamntangan. Saat sakit pola makan klien di atur
• Eliminasi (BAB & BAK)
kondisi
Sebelum sakit
- BAB
1. frekuensi (waktu)
2.Kesulitan
3.Obat pencahar
Saat sakit
-
BAK
Frekuensi
Warna dan bau
Biasanya pagi dan sore. Biasanya seblm skit tdk ada kesulitan. Biasanya tidak menggunakan obat pencahar Biasanya 5x sehari Biasanya warnanya kuning kejernihan dan berbau amis Saat sakit frekuensinya biasnya berkurang,kadang2 tdk ada.Biasanya terjadi defekasi. Biasanya kadang2 menggunakan obat pencahar Biasanya saat sakit BAK sering karna penambahan cairan melalui infus. Biasanya warnanya kuning kejernihan dan berbau amis,kadang berbau obat,klien yg mengonsumsi obat antibiotik biasnya urine nya berbau obat itu.
• Istirahat dan tidur
kondisi
Jam tidur
-
Siang
-
Malam
Sebelum sakit
Saat sakit
Kesulitan tidur
Biasanya jarang tidur siang karna kesibukan di luar rumah. Biasanya tidur malam klien teratur. Biasanya klien tidak mengalami kesulitan tidur Biasnya sering tidur siang karna klien hanya berbaring di tempat tidur. Biasnya klien susah tidur malam. Biasanya klien mengalami kesulitan tidur karna kondisi penyakitnya.
• Aktifitas sehari-hari dan perawatan diri
kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit, Kegiatan sehari-hari, Perawatan diri.
Klien sibuk dan menghabiskan waktu d luar rumah karna pekerjaan. Perawatn dri klien biasanya teratur dan bersih. Klien hanya istirahat di tempat tidur. Perawtan diri klien berkurang, hygine klien berkurang.
10.DATA SOSIAL EKONOMI
Biasanya jika klien masih remaja dan orangtua klien sebagai PNS, biasanya yang menbiayai pengobatan klien orangtua, dan biasanya mengalami masalah keuangan karna biaya penginapan RS dan pengobatan klien selama di RS.
11.DATA PSIKOSOSIAL
Biasanya psikologis klien terganggu selama di rawar di RS karna sakit yang di deritanya dan ketidaknyamanan,biasanya klien mempunyai harapan cepat sembuh dan ingin pulang dan adanya kemampuan mekanisme koping dalam keluarga klien.
12.DATA SPIRITUAL
Biasanya pelaksanaan ibadah klien tidak sama dengan pelaksanaan ketika klien masih sehat,klien
sholat hanya berbaring di atas tempat tidur karna klien tidak mampunya untuk shnolat berdiri, dan
biasanya klien merasakan beban yang sangat berat atas kondisinya saat ini.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d.serumen yang mengeras
b. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
c. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani
3.INTERVENSI
NO.
DIAGNOSA
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Nyeri akut b.d. serumen yg mengeras.Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang,
- Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
- Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
1. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-10 )
2. Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.
Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi
1. Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.
2. Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri.
2.
Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran
- Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan gesekan tangan
- Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
1. Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau , jika diperlukan seperti musik lembut
3. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan
1. Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2. Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas tenang
3. Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan
3.
Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani
.Setelah diberikan asuhan keperawatan,
risiko infeksi tidak terjadi
- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
- Tanda- tanda vital dalam batas normal
1. Observasi adanya tanda-tanda terjadinya infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa)
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Pertahankan tehnik aseptik dalam melakukan tindakan
4. Kolaborasi:
Berikan antibiotika sesuai indikasi.
1. Mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi dan indicator dalam melakukan intervensi selanjutnya
2. Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.
3. Tindakan aseptik saat merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.
4. Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur dan menurunkan risiko infeksi
Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan
4.IMPLEMENTASI
Melaksanakan/ melakukan tindakan yang telah direncanakan sesuai dengan intervensi untuk kesembuhan dan meningkatkan kesehatan klien.
5.EVALUASI
Pada tahap ini perawat akan mengevaluasi atau melakukan pemeriksaan kembali untuk mengetahui sejauh manakah perkembangan terhadap pasiennya serta untuk mengetahui apakah intervensi dan implementtasi telah tercapai atau belum.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
DIAGNOSA
1. Nyeri akut b.d. serumen yg mengeras
serumen (kotoran telinga) diproduksi oleh kelenjar yang ada di telinga ketika liang telinga jarang dibersihkan serumen bisa mengeras di dalam saluran telinga dan menyebabkan sumbatan. Kondisi ini bisa memberat jika kotoran telinga (serumen) terdorong masuk saat membersihkan telinga. Rasa nyeri dapat timbul apabila serumen keras membatu, dan menekan dinding liang telinga.
2. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
Sama halnya dengan diagnose yang pertama Kebiasaan membersihkan telinga yang salah yang menjadikan terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran .
3. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani
Dalam keadaan normal serumen terdapat disepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan didaerah ini dan keluar dengan sendirinya dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membrane timpani menuju keluar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah. Ketika produksi serumen meningkat dan terjadi sumbatan maka serumen sulit untuk dikeluarkan sehingga akan melewati membrane timpani dan akan menyebabkan trauma atau cedera pd daerah tsb.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumbatan serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu.
Sumbatan pada telinga bagian luar biasanya disebabkan oleh kotoran telinga (serumen). Pada beberapa kasus, serumen bisa mengeras di dalam saluran telinga dan menyebabkan sumbatan. Kondisi ini bisa memberat jika kotoran telinga (serumen) terdorong masuk saat membersihkan telinga.
Gejala yang timbul akibat sumbatan serumen dapat berupa rasa telinga tersumbat, sehingga pendengaran berkurang. Rasa nyeri , terkadang dapat disertai batuk, Telinga berdengung (tinitus) dan pusing.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangkekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang,dan kami juga berharap:
•
Setelah membaca makalah ini,kami berharap kita menjadi lebih tahu dan lebih faham
tentang proses keperawatan tentang sumbatan serumen di telinga.
•
Dan yang paling penting kita bisa mengaplikasikan ilmu ini dalam kahidupan
pekerjaan kelak.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://www.riversideonline.com
·
http://tht-fkunram.blogspot.com/2009/02/otitis-eksternaoe_ 24.html
·
http://obatsumbatanserumen.wordpress.com/
·
http://artikelkeperawatan.com/askepsumbatanserumen/od33
·
Ari, Elizabeth. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pendengaran dan Wicara. Editor : Dr. Mutia Ayu., Sp THT-KL., M.Kes. UNPAD Bandung.
Diposting oleh Muthiea Indra di 00.43 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar: Posting Komentar Posting Lama Beranda Langganan: Posting Komentar (Atom)