SKRIPSI 2014
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN SERUMEN OBSTURAN PADA PASIEN RAWAT JALAN RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR
DISUSUN OLEH :
Muh. Idham Rahman C11109253
PEMBIMBING :
Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
Telah Disetujui untuk Dicetak dan Diperbanyak
Judul Skripsi :
“
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MEMPENGARUHI
PEMBENTUKAN SERUMEN OBSTURAN PADA PASIEN RAWAT ”
JALAN RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR
Makassar,
Pembimbing
(Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes)
PANITIA SIDANG UJIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Skripsi
dengan
judul
“
ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN SERUMEN OBSTURAN PADA PASIEN
RAWAT
JALAN
RSUD
LABUANG
BAJI
KOTA
MAKASSAR telah diperiksa, disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim ”
Penguji Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada :
Hari/Tanggal : Selasa, 22 Juli 2014 Waktu
: 10.00 WITA
Tempat
: Ruang Seminar IKM-IKK FKUH PB.622
Ketua Tim Penguji :
(Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes)
Anggota Tim Penguji :
Anggota I
(Dr. dr. A. Armyn Nurdin, M.Sc)
Anggota II
(dr. Muh. Rum Rahim, M.Kes)
LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi dengan judul :
“
Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Pembentukan Serumen Obsturan Pada Pasien Rawat Jalan RSUD Labuang Baji Kota Makassar
”
Oleh nama : Muh. Idham Rahman
Stambuk : C11109253
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar pada :
Hari / Tanggal
: Kamis, 17 Juli 2014
Pukul
: 11.00 WITA
Tempat
: Ruang Seminar PB. 622 IKM & IKK FK Unhas
Makassar, Juli 2014
Mengetahui,
Pembimbing
(Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes)
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan
segala
rahma
dan
karunia-Nya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Dengan rahmat dan petunjuk-Nya disertai usaha yang sungguh-sungguh, doa, ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dan pengalaman selama masa kepaniteraan klinik serta dengan arahan dan bimbingan dokter pembimbing, maka skripsi yang berjudul
“
Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Serumen Obsturan Pada Pasien Rawat Jalan RSUD Labuang Baji Kota Makassar ini akhirnya dapat ”
diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, tetapi penulis tetap berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan yang terbaik dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menghaturkan menghaturkan terima kasih kepada : 1.
Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes selaku pembimbing yang dengan kesediaan, keikhlasan, dan kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal proposal sampai pada penulisan skripsi ini.
2.
Staf pengajar Bagian Bagian IKM-IKK FK-UH yang yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian IKM-IKK FK-UH.
3.
Dr. dr. H. A. Armyn Nurdin, M.Sc selaku ketua Bagian IKM-IKK FK-UH yang telah memberikan banyak bimbingan dan bantuan selama penulis mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian IKM-IKK FK-UH.
4.
Dekan Fakultas Kedokteran Unhas, para Wakil Dekan, staf pengajar, dan seluruh karyawan yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti kepaniteraan klinik di FK Unhas.
5.
Pemerintah Kota Makassar yang telah membantu memberikan rekomendasi penelitian.
6.
Pihak RSUD Labuang Baji yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
7.
Rekan-rekan mahasiswa kepaniteraan klinik yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian serta semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Makassar,
Juli 2014
Penulis
SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN JULI 2014
Muh. Idham Rahman (C11109253) Dr.dr. Sri Ramadhany, M.Kes ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN SERUMEN OBSTURAN PADA PASIEN RAWAT JALAN RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR (xii + 33 halaman + 10 tabel + 1 skema + ) “
”
ABSTRAK Latar Belakang : Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya insidensi serumen obsturan sudah banyak diketahui secara teoritis, tapi belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan serumen obsturan. Metode : Penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional . Sampel berupa semua pasien rawat jalan yang berkunjung ke poliklinik THT RSUD Labuang Baji Makassar tanggal 25 November – 14 Desember 2013 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan metode consecutive sampling . Sampel diperiksa menggunakan alat otoskop pada kedua telinga. Faktor yang mempengaruhi pembentukan serumen obsturan dinilai melalui pertanyaan pertanyaan yang diajukan di dalam kuesioner. Hasil : Insidensi serumen obsturan sebanyak 57% (67 pasien) dari 121 pasien yang diteliti. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini terdiri dari 51 pasien laki-laki dan 70 pasien perempuan dengan distribusi serumen obsturan sebanyak 28 (23,1%) pasien laki-laki dan 41 (33,9%) pasien perempuan. Hasil uji komparatif Chi-square antara pembentukan serumen obsturan dengan jenis kelamin, umur, Indeks Massa Tubuh (IMT),dan riwayat sakit telinga tidak didapatkan hubungan yang signifikan. Pekerjaan dan perilaku membersihkan telinga berhubungan secara signifikan dengan kejadian serumen obsturan. Kesimpulan : Tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara serumen obsturan dengan jenis kelamin, umur, Indeks Massa Tubuh (IMT) , dan riwayat sakit telinga.Hubungan yang signifikan didapatkan antara kejadian serumen obsturan dengan pekerjaan dan perilaku membersihkan telinga. Kata Kunci : faktor pengaruh, serumen obsturan Kepustakaan : 17 (2006-2014)
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v ABSTRAK ...................................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR SKEMA .......................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2 1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................... 3 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3 1.4.1 Tujuan Umum ..................................................................... 3 1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................... 3 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ......................................................................................... 5 2.2 Epidemiologi ................................................................................ 5 2.3 Faktor risiko ................................................................................. 6 a. Jenis Kelamin ........................................................................... 6 b. Umur ......................................................................................... 6 c. Obesitas .................................................................................... 6 d. Pekerjaan / aktivitas ................................................................. 7 e. Riwayat sakit telinga ................................................................ 7 f. Riwayat membersihkan telinga ................................................. 7 2.4 Patomekanisme ............................................................................. 8
2.5 Diagnosis ....................................................................................... 8 2.6 Penatalaksanaan ........................................................................... 9 2.7 Prognosis dan Komplikasi ............................................................ 9 BAB III KERANGKA KONSEP
3.1 Dasar pemikiran variabel penelitian ............................................. 10 3.2 Kerangka konsep .......................................................................... 10 3.3 Definisi Operasional ..................................................................... 11 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain penelitian .......................................................................... 14 4.2 Waktu penelitian .......................................................................... 14 4.3 Lokasi penelitian .......................................................................... 14 4.4 Populasi dan sampel penelitian .................................................... 14 4.5 Kriteria seleksi .............................................................................. 15 4.6 Manajemen penelitian .................................................................. 15 4.7 Etika penelitian ............................................................................. 15 BAB V GAMBARAN UMUM RSUD LABUANG BAJI
5.1 Sejarah singkat ............................................................................. 17 5.2 Visi, misi dan tujuan...................................................................... 19 5.3 Fasilitas pelayanan ....................................................................... 19 5.4 Profil kunjungan pasien ................................................................ 20 BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil penelitian ............................................................................. 23 6.2 Pembahasan .................................................................................. 27 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ................................................................................... 30 7.2 Saran ............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32
DAFTAR SKEMA Skema
Halaman
3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 10
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
Tabel 1. Jumlah kunjungan pasein di RSUD Labuang baji Tahun 2011-2012 .................................................................................................... 20 Tabel 2. Daftar 10 penyakit terbanyak rawat jalan di RSUD Labuang Baji tahun 2012................................................................................... 21 Tabel 3. Daftar 10 penyakit terbanyak rawat inap di RSUD Labuang Baji tahun 2012 .................................................................................. 22 Tabel 4. Karakteristik sampel pasien rawat jalan RSUD Labuang Baji Makassar .................................................................................... 23 Tabel 5. Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obsturan .................................................................................................... 23 Tabel 6. Hubungan antara umur dengan kejadian serumen obsturan ....... 24 Tabel 7. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian serumen obsturan ....................................................................... 24 Tabel 8. Hubungan antara pekerjaan dengan kejadian serumen obsturan .................................................................................................... 25 Tabel 9. Hubungan antara perilaku membersihkan telinga dengan kejadian serumen obsturan ....................................................................... 26 Tabel 10. Hubungan antara riwat menderita sakit telinga dengan kejadian serumen obsturan ....................................................................... 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat pemberitahuan pelaksanaan penelitian
Lampiran 2
Surat undangan ujian skripsi mahasiswa
Lampiran 3
Surat Izin Penelitian BKPMD Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
Lampiran 4
Surat rekomendasi penelitian RSUD Labuang Baji
Lampiran 6
Riwayat Hidup Peneliti
Lampiran 7
Lembar Kuisioner penelitian
Lampiran 8
Hasil pengolahan data
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea dan kelenjar serumenosa yang terdapat di kulit sepertiga luar liang telinga. Dalam keadaan normal serumen dapat keluar sendiri bersama rambut dan kotoran lainnya saat mengunyah atau menelan tanpa kita sadari. Serumen menimbulkan masalah bila terjadi serumen obsturan atau serumen impaction, yaitu suatu keadaan patologis dari serumen yang walaupun tidak membahayakan jiwa tetapi dapat mengakibatkan rasa penuh di telinga, nyeri, gangguan pendengaran dan ketulian serta penurunan kualitas hidup.1,2 Serumen obsturan mempunyai prevalensi yang cukup tinggi dan bisa mengenai semua umur. Serumen obsturan dapat ditemukan pada sekitar 10% anak-anak, 5% orang dewasa normal, lebih dari 57% pada orang tua yang dirawat di rumah, dan 36% pasien dengan retardasi mental. 1,3 Penyakit ini ini merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak di poliklinik THT RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Hasil penelitian Farida Muhammad tahun 2008 dilaporkan 2.015 orang dari 7.184 orang atau terdapat sekitar 28% murid SD yang telah dilakukan pemeriksaan pada 14 SD di Makassar menderita serumen obsturan.1 Di Indonesia, adanya sumbatan kotoran telinga atau serumen prop merupakan penyebab utama dari gangguan pendengaran pada sekitar 9,6 juta orang. Berdasarkan survei cepat yang dilakukan Profesi Perhati dan Departemen Mata Fakultas Kedokteran Indonesia (FK UI) di beberapa sekolah di enam kota di Indonesia, prevalensi serumen prop pada anak sekolah cukup tinggi, yaitu antara 30-50%.4 Deformitas anatomi dan peningkatan jumlah rambut pada bagian luar liang telinga, serta penghalang fisik terhadap proses pembersihan serumen (seperti penggunaan cotton swab, alat bantu dengar, pelindung telinga) telah diketahui memiliki hubungan terhadap peningkatan insidens dari serumen obsturan. Pengeluaran serumen merupakan prosedur THT yang paling sering dilakukan 1
pada pelayanan kesehatan primer, sekitar 4% dari pasien yang datang ke pelayanan kesehatan primer akan mengkonsultasikan kepada dokter terkait adanya serumen obsturan.3 Tidak semua pasien yang datang untuk konsultasi ke dokter ahli disebabkan serumen obsturan. Sekitar 39,3 per 1000 pasien yang datang ke pelayanan kesehatan karen masalah yang terkait dengan serumen obsturan. Insidens yang cukup tinggi tersebut menunjukkan masalah yang cukup serius terkait serumen pada penduduk yang menerima perawatan kesehatan primer. Namun, tidak ada literatur yang dapat merincikan setiap faktor antropologi, psikologis, faktor sosial ekonomi atau medis yang mempengaruhi serumen obsturan pada pasien. Bahkan sebuah survei di Lothian, Skotlandia melaporkan bahwa dari 289 pelayanan kesehatan primer rata-rata melayani 5 hingga >50 pasien dengan dengan serumen obsturan setiap bulan.5 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya serumen obsturan pada pasien rawat jalan di poliklinik THT-KL RSUD Labuang Baji Makassar. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi epidemiologi di bidang THT Komunitas serta dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya kesehatan telinga serta pencegahan terhadap timbulnya serumen obsturan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan referensi dan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, Prevalensi penyakit serumen obsturan masih sangat tinggi dan ditemukan pada setiap kelompok usia, serta merupakan penyebab utama terjadinya gangguan pendengaran. Penyakit ini ditemukan pada setiap unit pelayanan kesehatan primer masyarakat. Berbagai literatur telah mengungkapkan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian serumen obsturan serta komplikasi yang dapat ditimbulkan. Namun, masih sedikit dilakukan penelitian terkait faktor-faktor apa saja yang mempunyai hubungan dengan kejadian serumen obsturan. Hal ini sangat penting untuk diketahui agar dapat menentukan penanganan yang tepat dalam mencegah terjadinya serumen obsturan ataupun komplikasinya di masyarakat. Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah faktor apa saja yang 2
menjadi faktor risiko terjadinya serumen obsturan pada pasien yang mengunjungi pelayanan kesehatan primer.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya serumen obsturan ? 2. Apakah terdapat hubungan antara umur dengan terjadinya serumen obsturan ? 3. Apakah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan terjadinya serumen obsturan ? 4. Apakah terdapat hubungan antara pekerjaan/aktivitas dengan terjadinya serumen obsturan ? 5. Apakah terdapat hubungan antara perilaku membersihkan telinga dengan terjadinya serumen obsturan ? 6. Apakah terdapat hubungan antara riwayat sakit telinga dengan terjadinya serumen obsturan ?
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi faktor risiko terjadinya serumen obsturan pada pasien poliklinik THT RSUD Labuang Baji 1.4.2. Tujuan Khusus
a. Untuk
mengetahui
hubungan
antara
jenis
kelamin
dengan
terjadinya serumen obsturan b. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan terjadinya serumen obsturan c. Untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan terjadinya serumen obsturan d. Untuk mengetagui hubungan antara pekerjaan/aktivitas dengan terjadinya serumen obsturan
3
e. hubungan antara perilaku membersihkan telinga dengan terjadinya serumen obsturan f. Untuk mengetahui hubungan antara riwayat sakit telinga dengan terjadinya serumen obsturan
1.5. Manfaat penelitian
Peneliti berharap agar sekiranya hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain : 1. Masyaraat umum, untuk memberikan informasi kepada masyarakat tenteng faktor-faktor risiko terjadinya serumen obsturan sehingga meningkatkan kewaspadaan dan perhatian masyarakat akan penyakit serumen obsturan 2. Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien serumen obsturan 3. Instansi kesehatan lainnya, sabagai salah satu referensi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan serta perbaikan program pencegahan penyakit yang dapat ditimbulkan akibat serumen obsturan 4. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi, dan pengalaman berharga bagi peneliti dalam melakukan penelitian kesehatan pada umumnya, dan terkait tentang penyakit serumen obsturan pada khususnya. 5. Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai serumen obsturan ataupun kesehatan telinga
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1.
Definisi
Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea dan kelenjar serumenosa bercampur epitel skuamosa yang terdapat di kulit sepertiga luar liang telinga. Komponen organik dari serumen terdiri dari rantai panjang asam lemak jenuh dan tidak jenuh, alkohol, squalene (penyusun 12-20% komponen serumen) dan kolesterol (6-9%). Serumen merupakan substansi yang normal dibentuk untuk membersihkan, melindungi dan melumasi bagian luar liang telinga. Serumen dikeluarkan dari liang telinga bersama kotoran melalui self-cleaning mechanism pergerakan rambut pada kulit telinga yang menyebabkan serumen bergerak ke arah luar dari liang telinga dan dibantu oleh pergerakan rahang saat mengunyah atau menelan2,5. Meskipun demikian, dapat terjadi keadaan patologis yaitu serumen obsturan dimana serumen terakumulasi dan menumpuk sehingga menyebabkan sumbatan pada sebagian ataupun seluruh liang telinga (baik salah satu bagian ataupun kedua bagian telinga) dan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman/penuh di telinga, gangguan pendengaran, tinnitus, nyeri, serta penurunan kualitas hidup. 1,3.
2. 2.
Epidemiologi
Serumen obsturan ditemukan pada semua kelompok umur, sekitar 10% pada anak-anak, 5% pada orang dewasa normal, lebih dari 57% pada pasien orang tua yang dirawat di rumah, dan 36% pada pasien dengan retardasi mental 3. Di Indonesia jumlah penderita gangguan pendengaran diperkirakan mencapai 9,6 juta orang dan sebagian besar diantaranya disebabkan karena sumbatan kotoran telinga. Berdasarkan survei yang dilakukan Fakultas Kedokteran Indonesia di beberapa sekolah di enam kota di Indonesia, prevalensi serumen prop / serumen obsturan pada anak sekolah cukup tinggi, yaitu antara 30-50% 4. Prevalensi terjadinya gangguan pendengaran dan serumen obsturan menunjukkan angka yang lebih tinggi pada komunitas pasien rawat jalan / melakukan perawatan di rumah.
5
Suatu penelitian menunjukkan hampir 40% pasien rawat jalan menderita serumen obsturan, dan prevalensinya meningka pada orang tua 5.
2. 3.
Faktor risiko a. Jenis Kelamin
Kelenjar seruminosa merupakan kelenjar apokrin yang menghasilkan serumen memiliki kemiripan dengan kelanjar di ketiak dan mammae. Wanita memiliki produksi kelenjar yang lebih banyak dibanding laki-laki disebabkan karena wanita hamil dan menyusui. Kelenjar mammae menghasilkan kolostrum yang mempunyai hubungan terhadap bentuk dari serumen (kering atau basah). Suatu penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan kadar kolostrum tinggi memiliki tipe serumen yang basah/lembab, sehingga lebih mudah mengikat debu dan menempel pada kulit liang teling sehingga lebih sulit dikeluarkan yang kemudian akan lebih berisiko untuk terjadi serumen obsturan 6,7.
b. Umur
Insidens serumen banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah dan juga pada orang tua yang di rawat di rumah. Hal ini disebabkan perubahan fisiologis dan perilaku kelompok individu tersebut yang kurang memperhatikan kebersihan telinga mereka3,4. Pada suatu penelitian juga ditemukana bahwa pasien usia muda relatif memiliki derajat sumbatan yang lebih besar dibanding dengan pasein usia tua8.
c. Obesitas
Orang dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas normal memiliki resiko lebih besar untuk terkena serumen obsturan, disebabkan perubahan metabolisme dibanding orang dengan IMT normal. Pada orang dengan obesitas terjadi lipolisis yang berlebihan sehingga meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam tubuh yang merupakan salah satu komponen mayor dari serumen. Penelitian yang dilakukan oleh Mahardika melaporkan terdapat hubungan yang bermakna (p=0.004) antara IMT dengan kejadian serumen obsturan pada anak sekolah dasar 9,10. 6
d. Pekerjaan / aktivitas
Pembentukan serumen juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, lingkungan yang lembab akan menyebabkan serumen dengan tipe yang lebih basah, sebaliknya lingkungan yang panas atau kering akan menyebabkan serumen dengan tipe yang kering. Beberapa pekerjaan terutama yang terpapar oleh panas ataupun debu diudara akan berpotensi lebih besar menyebabkan serumen obsturan disebabkan karena serumen menjadi lebih lembab dan semakin banyak partikel debu yang melekat, sehingga meningkatkan potensi terjadinya penumpukan serumen pada liang telinga5,10,11.
e. Riwayat sakit telinga
Otitis eksterna mempunyai manifestasi klinik berupa pruritus, nyeri, eritem, udem, otore dan tuli konduktif. Adanya otore yang dihasilkan akan menyulitkan dokter untuk membedakannya dengan serumen obsturan. Meskipun serumen obsturan juga mempunyai komplikasi menuju otitis eksterna. Infeksi telinga yang berulang ataupun alergi dapat menyebabkan reaksi inflamasi pada telinga sehingga menimbulkan produksi kelenjar apokrin yang berlebihan pada liang telinga sebagai usaha tubuh untuk melindungi liang telinga sehingga dapat juga menyebabkan akumulasi produk yang akan menyumbat telinga 11,13.
f. Riwayat membersihkan telinga
Kebanyakan orang menggunakan cotton bud atau kapas lidi untuk membersihkan telinganya sendiri. Tetapi, penggunaan cotton bud tidak dapat membersihkan serumen secara sempurna, sebagian akan tertinggal dan akan mengalami penumpukan jika tidak dikeluarkan semua. Penggunaan cotton bud yang tidak hati-hati dapat menyebabkan kerusakan pada membran timpani dan merusak epitel kulit liang telinga, sehingga migrasi serumen ke arah luar akan terganggu3,5,11. Rata-rata orang membersihkan liang telinga mereka 2 kali dalam seminggu, semakin lama tidak dibersihkan maka akan menyebabkan tumpukan serumen sehingga menyumbat liang telinga. Suatu penelitian terhadap 651 sampel berusia 2-20 tahun dilaporkan bahwa, 70% diantaranya ditemukan serumen obsturan dengan riwayat membersihkan telinga dengan cotton bud dalam 2 bulan 7
terakhir. Penelitian tersebut melaporkan terdapat hubungan bermakna antara riwayat membersihkan telinga menggunakan cotton bud dengan terjadinya cerumen obsturan pada sebagian kecil sampel tersebut 8.
2. 4.
Patomekanisme
Liang telinga adalah kulit berlapis, 2,5 cm cul-de-sac. 33% bagian lateral dari liang telinga memiliki struktur tulang rawan yang ditutup oleh lapisan sebasea dan kelenjar apokrin serta rambut. Kelenjar menghasilkan lapisan tipis serumen yang memberikan perlindungan melalui lisozim sederhana sebagai antimikroba. Sifat serumen yang lengket dapat merekatkan benda asing yang masuk ke telinga sehingga mencegah kontak langsung dengan berbagai organisme, polutan dan serangga. Serumen juga mempunyai pH yang rendah berkisar antar 45 sehingga mencegah pertumbuhan bakteri dan membantu mengurangi risiko infeksi pada telinga bagian luar. Konsistensinya biasanya lunak, tetapi kadangkadang kering. Dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim, usia dan keadaan lingkungan6,7,8. Serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membran menuju ke luar serta dibantu gerakan rahang sewaktu mengunyah. Jika proses ini terganggu akibat adanya faktor dari luar seperti kebiasaan membersihkan telinga menggunakan benda tajam yang dapat merusak lapisan epidermis sehingga proses migrasi terganggu ditambah produksi yang terus terjadi maka akan menyebabkan penumpukan dan sumbatan serumen pada liang telinga. Kelembaban dan temperatur lingkungan juga mempengaruhi konsistensi dari serumen. Jika konsistensinya keras, maka akan lebih sulit untuk dikeluarkan dari liang telinga 6,7,8. Serumen obsturan juga bisa terbentuk sebagai hasi pembersihan telinga yang tidak efektif 9.
2. 5.
Diagnosis
Diagnosis Serumen obsturan dapat ditegakkan dengan melihat secara langsung liang telinga menggunakan otoskop. Adanya benda asing dan
liang
telinga yang bengkak akibat dari otitis eksterna dapat mengganggu visualisasi membran timpani dan harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum mencoba 8
mengeluarkan serumen. Sumbatan merupakan penyebab tersering dari gangguan pendengaran pada pasien usia lanjut dan juga yang mengalami retaradasi mental, oleh karena itu wajar untuk memeriksa adanya serumen obsturan pada pasien dengan gangguan pendengaran. Pada sebuah penelitian dilaporkan 35% pasien usia lebih dari 65 tahun yang dirawat dirumah sakit menderita serumen obsturan dan 75% diantaranya mengalami perbaikan pendengaran setelah dilakukan pengeluaran serumen3. Serumen obsturan dapat menyebabkan gatal pada liang telinga, nyeri, tinnitus, pusing, batuk, vertigo, peningkatan risiko infeksi, hingga gangguan pendengaran berupa tuli konduktif, terutama bila liang telinga kemasukan air (sewaktu mandi, berenang), serumen mengembang sehingga menimbulkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran semakin dirasakan sa ngat mengganggu 6,7. Pemeriksaan secara rutin tidak diindikasikan pada populasi orang tua dan juga orang dengan gangguan mental disebabkan besarnya potensi untuk munculnya komplain spesifik berkaitan dengan serumen obsturan3.
2. 6.
Penatalaksanaan
Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang lembek dibersihkan dengan menggunakan kapas yang dililitkan pada aplikator. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Apabila dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan dahulu 6,10. Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong ke dalam liang telinga sehingga dikhawatirkan
menimbulkan
trauma
pada
membran
timpani
mengeluarkannya, dikeluarkan dengan mengalirkan air (irigasi).
sewaktu Air yang
digunakan dipertahankan pada suhu 37-38 oC, karena air yang terlalu dingin atau terlalu
hangat
akan
menginduksi
terjadinya
vertigo.
Irigasi
dilakukan
menggunakan spoit atau penyemprot pada bagian superior-posterior dari liang telinga, tidak boleh langsung diarakan ke membran timpani 6,10,11.
2. 7.
Prognosis dan Komplikasi
Infeksi telinga merupakan perkembangan yang paling sering ditemukan pada serumen obsturan yang tidak ditangani dengan baik 2,4. Jika serumen 9
menyentuh gendang telinga maka akan menyebabkan keadaan tidak nyaman pada liang telinga juga vertigo. Beberapa komplikasi yang dilaporkan terjadi pada pasien serumen obsturan yang setelah dilakukan terapi berupa irigasi liang telinga adalah sebagai berikut 17:
Infeksi pada luar liang telinga (otitits eksterna)
Infeksi telinga tengah
Jejas pada meatus acusticus externa
Nyeri telinga
Vertiga
Tinnitus
Perdarahan pada liang telinga bisa saja terjadi jika pasien mengeluarkan sendiri serumen dari liang telinganya menggunakan alat tajam. Mual, muntah dan vertigo dapat terjadi olehkarena variasi suhu air yang digunakan untuk irigasi17. Pada beberapa keadaan yang jarang terjadi (1 diantara 100 telinga yang diirigasi) dapat mengakibatkan komplikasi serius seperti infeksi saraf (terutama pada orang tua dengan diabetes) dan juga tinnitus kronik 17.
10
BAB III KERANGKA KONSEP
3. 1.
Dasar pemikiran variabel penelitian
Berdasarkan kepustakaan yang ada, serta disesuaikan dengan tujuan dari penelitian, maka terdapat beberapa faktor yang memiliki pengaruh terhadap terjadinya serumen obsturan, yaitu : jenis kelamin, umur, indeks massa tubuh (IMT), pekerjaan/aktivitas, perilaku membersihkan telinga dan riwayat sakit telinga.
3. 2.
Kerangka Konsep
Berdasarkan variabel penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka disusunlah pola hubungan antara variabel sebagai berikut :
Skema 1. Kerangka konsep
Jenis kelamin
Umur
IMT
Pekerjaan
Serumen Obsturan
Perilaku membersihkan telinga Riwayat sakit telinga
11
3. 3.
Definisi Operasional
a. Serumen obsturan Definisi : Suatu keadaan dimana serumen (hasil produksi kelenjar sebasea dan kelenjar serumenosa yang terdapat di kulit sepertiga luar liang telinga) menumpuk dan menyumbat liang telinga (baik parsial ataupun total) Cara ukur : Dengan melakukan pemeriksaan fisis telinga menggunakan otoskopi
b. Jenis kelamin Definisi : perbedaan seksual yang terdiri dari laki-laki dan perempuan Cara ukur : Meminta pasien untuk mengisi kuisioner Hasil ukur : 1. Laki-laki 2. Perempuan c. Umur Definisi: lamanya seseorang hidup mulai saat pertama dilahirkan sampai usianya pada saat masuk rumah sakit untuk yang pertama kali yang dinyatakan dalam satuan tahun. Cara ukur : Meminta pasien untuk mengisi kuisioner Hasil ukur:
Anak-Remaja : Usia <= 18 tahun
Dewasa-Lansia : Usia >18 tahun
d. Indeks massa tubuh Definisi : Berat badan dibagi kuadrat dari tinggi badan (dalam satuan meter) Cara ukur : Menggunakan timbangan dan meteran Hasil ukur :
Underweight (IMT <= 18,5 kg/m 2)
Normal (IMT 18,5 – 24,9 kg/m 2)
Overweight (IMT >= 25 kg/m 2) 12
e. Pekerjaan Definisi : Menunjukkan aktivitas yang dilakukan sehari-hari baik memperoleh penghasilan atasnya ataupun tidak. Cara ukur : Meminta pasien untuk mengisi kuisioner Hasil ukur :
1. Dalam ruangan 2. Luar ruangan
f. Perilaku membersihkan telinga Definisi : Frekuensi membersihkan liang telinga yang dilakukan oleh pasien Cara ukur : Meminta pasien untuk mengisi kuisioner Hasil ukur : 1. Sering (>= 2x setiap pekan) 2. Jarang (<2x setiap pekan)
g. Riwayat sakit telinga Definisi : Riwayat pasien menderita keluhan pada telinga hingga datang ke dokter/petugas kesehatan lainnya untuk mendapatkan penanganan. Cara ukur : Meminta pasien untuk mengisi kuisioner Hasil ukur : 1. Jarang (<=1x dalam 3 bulan terakhir) 2. Sering (>1x dalam 3 bulan terakhir)
13
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4. 1.
Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan menggunakan desain penelitian analitik multivariat, yang mana pengukuran variabel dilakukan secara cross-sectional dengan menggunakan kuisioner pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD Labuang baji.
4. 2.
Waktu penelitian
Penelitian ini direncanakan diadakan pada tanggal 25 November – 14 Desember 2013.
4. 3.
Lokasi penelitian
Penelitian ini direncanakan diadakan pada poliklinik THT RSUD Labuang Baji, Makassar, Sulawesi Selatan.
4. 4.
Populasi dan Sampel penelitian
Populasi adalah semua pasien rawat jalan yang berkunjung ke poliklinik THT RSUD Labuang Baji Makassar tanggal 25 November – 14 Desember 2013. Setiap populasi tersebut dijadikan sampel penelitian secara consecutive sampling, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus : N = (10xV) / insidens N = Subjek V = Jumlah variabel
N = (10x6) / 0,4 N = 150 Jadi, jumlah sampel yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 150 sampel
14
4. 5.
Kriteria Seleksi
a. Kriteria Inklusi : Semua pasien rawat jalan yang berkunjung ke poliklinik THT RSUD Labuang Baji. b. Kriteria Ekslusi : Sampel menolak untuk diperiksa, sampel tidak mengisi kuisioner secara lengkap, sampel yang sedang mengalami peradangan pada telinga, sampel yang memili perforasi membran timpani.
4. 6.
Manajemen penelitian
1. Pengumpula Data
Dalam penelitian ini data yang diambil berupa data primer yang diperoleh langsung dengan menggunakan kuisioner dari pasien rawat jalan yang melakukan kunjungan ke poliklinik THT THT RSUD Labuang Baji Makassar tanggal 25 November – 14 Desember 2013.
2. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data menggunakan Software Statistical Product and Service Solution (SPSS), untuk uji beda dengan taraf signifikansi p < 0,05. Hasil uji komparatif menggunakan Chi-Square.
3. Penyajian Data Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk menggambarkan hubungan antara faktor jenis kelamin, usia, pekerjaan, perilaku membersihkan telinga, dan riwayat sakit telinga terhadapa kejadian serumen obsturan pada pasien rawat jalan Poliklinik THT RSUD Labuang Baji Makassar
tanggal 25 November – 14 Desember 2013.
4. 7.
Etika Penelitian
Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah: 1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.
15
2. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat pada
rekam medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan. 3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.
16
BAB V GAMBARAN UMUM RSUD LABUANG BAJI
5. 1.
Sejarah Singkat
Rumah Sakit Labuang Baji didirikan Zending Gereja Gerofermat Tahun 1938, dan pada tanggal 12 Juni 1938 diresmikan dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 25 TT. dan pada tahun 11946 - 1948 Rumah Sakit Labuang Baji mendapat bantuan dari Pemerintah Indonesia Timur (NIT) dengan merehabilitasi gedung-gedung
yang
hancur/rusak
akibat
perang
dan
digunakan
untuk
penampungan korban akibat Perang Dunia II. Tahun
1946
-1951
Zending
mendirikan
bangunan
permanen
dan
meningkatkan pelayanan spesifik serta penambahan jumlah tempat tidur menjadi 170 TT, sejalan dengan perkembangannya maka pada Tahun 1952 - 1955 Pemerintah Kotapraja Makassar memberikan bantuan penambahan ruang perawatan sehingga kapasitas tempat tidur menjadi 190 TT. Sejak Tahun 1955 Rumah Sakit Labuang Baji dibiayai oleh Pemerintah Daerah Tk. I Sulawesi Selatan dan berubah namanya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji (RSUDLB). dan pada tahun 1960 oleh Zending RSUD Labuang Baji diserahkan penuh kepada Pemerintah Daerah Tk. I Provinsi Sulawesi Selatan dan penuh menjadi milik Pemerintah Daerah Tk. I Sulawesi Selatan. Selanjutnya untuk peningkatan pelayanan RSUD Labuang Baji mulai didukung dengan berbagai kebijakan diantaranya; 1. Dikeluarkannya Peraturan Daearah (Perda) Nomor 2 Tahun 1996, tanggal 16 Januari 1996 ditingkatkan statusnya darfi rumah sakit kelas tipe C menjadi Rumah Sakit Umum kelas Tipe B non pendidikan Perda ini diserahkan oleh menteri dalam negeri pada tanggal 7 Agustus 1996. 2. Dikeluarkannya Perda Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2002 yang merubah status dari RSUD non pendidikan menjadi BP RSUD Labuang Baji yang berada dibawah dan bertanggung
17
jawab langsung kepada Gubernur Sulawesi Selatan, namun sebelumnya RSUD Labuang Baji telah Terakreditasidengan 5 (lima) bidang pelayanan 3. Dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 pada tanggal 21 Juli 2008 dengan merubah struktur organisasi RSUD Labuang Baji dari bentuk badan menjadi Rumah Sakit Umum. 4. Dikeluarkannya
Keputusan
Gubernur
Sulawesi
Selatan
Nomor2130/VIII/2012 tentang Penetapan RSUD Labuang Baji Provinsi Suklawesi Selatan Sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk menetapkan pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah secara penuh. 5. Sepanjang perjalanan RSUD Labuang Baji telah mendapatkan 3 (tiga) kali akreditasi dari Pemerintah Pusat Melalaui Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang terdiri dari; (a) Tahun 2000 terakreditasi dengan 5 (lima) bidang pelayanan, (b) Tahun 2004 terakreditasi menjadi 12 bidang pelayanan dan (c) tahun 2012 terakreditasi menjadi 16 bidang pelayanan. Sepanjang sejarahnya Sampai saat ini Tahun 2013, RSUD Labuang Baji sudah 19 kali menmgalami pergantian pimpinan yaitu; 1. direktur pertama adalah dr. On Yang Hong 2. Direktur ke 2; Prof. Dr. Warouw 3. dr. G.J. Hoekstra 4. dr. Hibertein 5. dr. A.W.F. Wiegers 6. dr. P. Rooft 7. dr. R.A. Tini Iswan (1967) 8. dr. Ny. Th. Sumantri Tulong (1967 - 1978) 9. dr. B. Tjahyadi (1978 - 1981) 10. dr. H.A. Wahid Baelang (1981 - 1991) 11. dr. H. Mustafa Djide, SKM (1991 - 1996) 12. dr. H.A. Jasmin Abu Mattimu 11995 - 1997) 13. dr. Hj. Nurfiah A. Pattiroi, MHA. (1997 - 1998) 18
14. dr. H. Muh. Basir Palu, SpA, MHA (1998 - 2001) 15. dr. H. Sofyan Muhammad, M.Si (2006) 16. dr. H. Muh. Thalib Suyuti, M.Kes (2006 - 2008) 17. dr. H. Bambang Arya, M.Kes (2008 - 2011) 18. DR. Drs. H. Azikin Solthan, M.Si (2011) 19. dr. Enrico Marentek, SpPD (9 September 2011 - Sekarang) 5. 2.
Visi, Misi dan Tujuan 5.2.1
Visi
“Rumah Sakit Unggulan Sulawesi Selatan”
5.2.2
Misi
1. Mewujudkan Profesionalisme SDM 2. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit 3. Memberikan Pelayanan Prima 4. Efisiensi Biaya Rumah Sakit 5. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan
5.2.3
Tujuan
1. Meningkatkan kemampuan profesionalisme 2. Terwujudnya sarana pelayanan yang aman dan nyaman
5.3 Fasilitas Pelayanan 5.3.1 Instalasi Rawat Jalan
1. Poliklinik Mata
11. Poliklinik Endoktrin
2. Poliklinik Bedah
12. Poliklinik THT
3. Poliklinik Paru dan TB
13. Poliklinik Kulit & Kelamin
4. Poliklinik KIA dan Laktasi
14. Poliklinik Konsultasi Gizi
5. Poliklinik Penyakit Dalam
15. Poliklinik Anak
6. Poliklinik Saraf
16. Unit Hemodialisa
7. Poliklinik Kardiologi
17. Apotek Rawat Jalan
19
8. Poliklinik Gigi dan Mulut
18. General Check Up
9. Poliklinik Fisioterapi
19. Poliklinik Jantung
10. Poliklinik Bedah Urologi
20. Poliklinik Bedah Orthopedi
5.3.2 Instalasi Rawat Inap
Terdapat 17 ruang perawatan umum dan 6 ruang perawatan khusus Ruang bedah sentral, bedah kebidanan/kandungan, Perawatan khusus/RPK, Rawat Intensif, Hemodialisa, Kamar Bersalin), dan perawatan CVCU Fasilitas Tempat tidur : Kelas VVIP
: 3 tempat tidur
Kelas Utama (VIP)
: 4 tempat tidur
Kelas I
: 50 tempat tidur
Kelas II
: 66 tempat tidur
Kelas III
: 205 tempat tidur
ICU
: 8 tempat tidur
Hemodialisa
: 9 tempat tidur
CVCU
: 6 tempat tidur
RPK
: 3 tempat tidur
IRD
: 13 tempat tidur
Jumlah
: 367 tempat tidur
5.4 Profil kunjungan pasien 5.4.1 Jumlah kunjungan Tabel 1. Jumlah kunjungan pasein di RSUD Labuang baji Tahun 2011-
2012 No
Jumlah Kunjungan
Tahun 2011
Tahun 2012
1
Rawat Jalan
77.376
134.702
2
Rawat Inap
12.672
12.777
3
Rawat Darurat
15.095
9.585
105.143
157.064
Jumlah
Sumber : Profil RSUD Labuang Baji tahun 2012 20
5.4.2 Rawat jalan Tabel 2. Daftar 10 penyakit terbanyak rawat jalan di RSUD Labuang Baji
tahun 2012 No
Jenis Penyakit
Jumlah
%
1
Cedera YDT lainnya, YTT dan dae rah badan multipel
1.987
7.49
2
Demam yang sebabnya tidak diketahui
1.493
5.63
3
Diare & GEA oleh penyebab infeksi tertentu
1.207
4.55
4
Penyakit telinga dan prosesus mastoid
1.134
4.27
5
Neoplasma Jinak Lainnya
931
3.51
6
Dyspepsia
928
3.50
7
Gangguan Refraksi dan Akomodasi
760
2.86
8
Infeksi Saluran Napas Bagian Atas Akut Lainnnya
725
2.73
9
Katarak dan Gangguan Lain Lensa
690
2.60
10
Penyakit Pulpa dan Periapikal
656
2.47
Subtotal
10.511
39.61
Lain-lain
16.029
60.39
Total
26.540
100
Sumber : Profil RSUD Labuang Baji tahun 2012
21
5.4.3 Rawat Inap Tabel 3. Daftar 10 penyakit terbanyak rawat inap di RSUD Labuang Baji
tahun 2012 No
Jenis Penyakit
1
Diare dan GE oleh penyebab Infeksi tertentu (colitis Infeksi ) Neoplasma yang tidak menentu perangainya & tdk diketahui sifatnya
2
Jumlah
%
841
6.66
478
3.78
3
Pneumonia
468
3.71
4
Cedera YDT lainnya, YTT & daerah badan multipel
367
2.91
5
Dyspepsia
309
2.45
6
Demam yang sebabnya tidak diketahui
259
2.05
7
Demam Berdarah Dengue
240
1.91
8
Tuberkolosis Paru Lainnya
196
1.55
9
Tuberkolosis (TB) Paru BTA (+) dgn tanpa biakan lainnya
195
1.55
10
Penyakit Sistem Kemih lainnya
189
1.49
Subtotal
3.542
28.06
Lain-lain
9.079
71.94
12.621
100
Total
Sumber : Profil RSUD Labuang Baji tahun 2012
22
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil penelitian
Sampel yang didapatkan berjumlah 150 dan sebanyak 29 sampel disingkirkan karena termasuk dalam kriteria eksklusi, yang terdiri dari pasien dengan serumen obsturan pada telinganya sebanyak 69 (57%) pasien, dan sisanya sebanyak 52 (43%) pasien tidak terdapat serumen obsturan. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini terdiri dari
51 pasien laki-laki dan 70 pasien
perempuan dengan distribusi serumen obsturan se banyak 28 (23,1%) laki-laki dan 41 (33,9%) perempuan. Hasil uji komparatif Chi-square antar variabel telah dilakukan dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Karakteristik sampel pasien rawat jalan RSUD Labuang Baji Makassar Karakteristik sampel Usia (tahun) 0-5 6-11 12-18 19-40 41-65 >65 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber : Data primer, 2013
N
%
8 10 10 48 39 6
6.6 8.3 8.3 39.6 32.2 5.0
51 70 121
42.1 57.9 100.0
Tabel 4 menunjukkan karakteristik pasien rawat jalan di poliklinik THT RSUD Labuang Baji yang dapat dijadikan sampel penelitian. Pasien dengan kelompok umur 31-40 adalah yang paling banyak dijadikan sampel yaitu sebanyak 30 sampel (24.8%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 1120 dan >60 tahun yang berjumlah masing-masing 11 sampel (9.1%). Median umur yang dijadikan sampel adalah 34 tahun. Sedangkan jumlah sampel berjenis
23
kelamin laki-laki sebanyak 51 sampel (42.1%) dan perempuan 70 sampel (57.9%).
Tabel 5. Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obsturan Serumen Obsturan Jenis Kelamin Ada Tidak ada n % n % Perempuan 41 58.6 29 41.4 Laki-laki 28 54.9 23 45.1 Jumlah 69 57.0 52 43.0 Sumber : Data primer, 2013
Jumlah n 70 51 121
% 100.0 100.0 100.0
p
0.687
Tabel 5 menunjukkan hubungan antara jenis kelamin dengan angka kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh hasil p = 0.687 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obstruan karena nila p > 0.05.
Tabel 6. Hubungan antara umur dengan kejadian serumen obsturan Serumen Obsturan Umur Ada Tidak ada n % n % Dewasa-Lansia 52 55.9 41 44.1 Anak-Remaja 17 60.7 11 39.3 Jumlah 69 57.0 52 43.0 Sumber : Data primer, 2013
Jumlah n 93 28 121
% 100.0 100.0 100.0
p
0.653
Tabel 6 menunjukkan hubungan antara umur dengan angka kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh hasil p = 0.653 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obstruan karena nila p > 0.05.
24
Tabel 7. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian serumen
obsturan Serumen Obsturan IMT Ada Tidak ada n % n % Lebih 20 58.8 14 41.2 Kurang-Normal 49 56.3 38 43.7 Jumlah 69 57.0 52 43.0 Sumber : Data primer, 2013
Jumlah n 34 87 121
% 100.0 100.0 100.0
p
0.803
Tabel 7 menunjukkan hubungan antara indeks massa tubuh dengan angka kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh hasil p = 0.803 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obstruan karena nila p > 0.05.
Tabel 8. Hubungan antara pekerjaan dengan kejadian serumen obsturan Serumen Obsturan Pekerjaan Ada Tidak ada n % n % Luar ruangan 16 88.9 2 11.1 Dalam ruangan 53 51.5 50 48.5 Jumlah 69 57.0 52 43.0 Sumber : Data primer, 2013
Jumlah n 18 103 121
% 100.0 100.0 100.0
p
0.003
Tabel 8 menunjukkan hubungan antara jenis pekerjaan dengan angka kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh hasil p = 0.003 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obstruan karena nila p < 0.05.
25
Tabel 9. Hubungan antara perilaku membersihkan telinga dengan kejadian
serumen obsturan Serumen Obsturan Perilaku membersihkan Ada Tidak ada telinga n % n % Jarang 21 80.8 5 19.2 Sering 48 50.5 47 49.5 Jumlah 69 57.0 52 43.0 Sumber : Data primer, 2013
Jumlah n 26 96 121
% 100.0 100.0 100.0
p
0.005
Tabel 9 menunjukkan hubungan antara perilaku membersihkan telinga dengan angka kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chisquare) diperoleh hasil p = 0.005 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obstruan karena nila p < 0.05.
Tabel 10. Hubungan antara riwat menderita sakit telinga dengan kejadian
serumen obsturan Serumen Obsturan Ada Tidak ada n % n % Sering 10 58.8 7 41.2 Jarang 59 56.7 45 43.3 Jumlah 69 57.0 52 43.0 Sumber : Data primer, 2013 Riwayat sakit telinga
Jumlah n 17 104 121
% 100.0 100.0 100.0
p
0.871
Tabel 10 menunjukkan hubungan antara riwayat menderita sakit telinga dengan angka kejadian serumen obsturan dan dari hasil uji statistik (uji chisquare) diperoleh hasil p = 0.871 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obstruan karena nila p > 0.05.
26
6.2 Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan serumen obsturan ( p=0.687). Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ST Subhas dan Raman R, bahwa hal ini tidak ditemukan hubungan yang siginifikan antara adanya serumen dengan variabel seperti : usia, jenis kelamin, etnis atau sisi yang terpengaruh dan disebabkan tidak terdapat perbedaan dalam proses kimia pembentukan serumen obsturan pada pria dan wanita. 5 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang
signifikan antara umur dengan serumen obsturan ( p=0.653) dikarenakan sampel yang didapatkan kebanyakan adalah dewasa dibandingkan dengan anak-anak (93 : 28 pasien). Disamping itu, dapat dikaitkan dengan tingkat aktivitas yang dilakukan. Merujuk pada orang dewasa-lansia memiliki tingkat aktivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anak-remaja. Namun perlu diingat pula bahwa terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan serumen obsturan seperti kelainan anatomis ataupun fisiologis yang terdapat pada masingmasing sampel tertentu. Berdasarkan penelitian
Saiko Sugiura et al yang
dilakukan pada 67 pasien yang semuanya berusia di atas 80 tahun menunujukkan bahwa terjadi peningkatan pembentukan serumen dan mengakibatkan terjadinya penurunan daya pendengaran. Peningkatan produksi serumen dapat disebabkan oleh beberapa hal, yakni : seiring proses penuaan , lapisan epitel telinga luar menjadi lebih tipis, jaringan subkutaneus menjadi atrofi, kelenjar serumen dan sebasea memproduksi minyak pelumas yang lebih sedikit, dan panjang rambut telinga.6 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan pembentukan serumen obsturan ( p=0.803). Namun, insidensi serumen obsturan lebih banyak pada sampel dengan indeks massa tubuh yang normal ( 28,1%) dibandingkan sampel dengan berat badan lebih (16,5%) dan sampel dengan berat badan kurang (12,4%). Orang dengan indeks massa tubuh di atas normal (overweight -obesitas) memiliki kecenderungan gangguan metabolisme, yaitu terjadinya lipolisis yang berlebihan sehingga menyebabkan kadar asam lemak bebas di dalam tubuh meningkat. Asam lemak 27
yang berlebih pada orang dengan indeks massa tubuh di atas normal diduga akan berpengaruh dalam pembentukan serumen obsturan.7 Namun berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan serumen obsturan ( p=0.803). Hal ini mungkin disebabkan tidak seimbangnya jumlah sampel yang dibandingkan, yaitu sampel dengan berat badan kurang sampai normal dan sampel dengan berat badan berlebih. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat sakit telinga dengan serumen obsturan ( p=0.871). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Perry ET dan Nichols AC, serta sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jankowski A. 7 Tidak didapatkannya hasil hubungan antara riwayat sakit telinga dengan serumen obsturan mungkin diakibatkan karena sebagian besar sampel yang diteliti dan mengakui pernah memiliki riwayat sakit telinga, lebih banyak yang memiliki riwayat sakit telinga tengah daripada riwayat sakit telinga luar,informasi tersebut didapatkan setelah dilakukan wawancara lebih lanjut. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan signifikan hubungan antara pekerjaan dengan seruman obsturan ( p=0.003) dikarenakakan pembagian antara jenis pekerjaan hanya berdasarkan pekerjaan di dalam maupun di luar ruangan, tanpa mengetahui jenis dan tempat pekerjaan dari sampel yang dipilih. Hal lain yang menyebabkan hasil tersebut signifikan karena sampel yang bekerja di luar ruangan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sampel yang bekerja di dalam ruangan (18 : 103 pasien) sehingga memungkinkan terjadinya bias. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Sokota, Nigeria terhadap 200 orang subjek studi dengan pekerjaan yang berbeda-beda (polisi, pembantu rumah tangga, misioner, pekerja bebas, guru, dan murid) menunjukkan bahwa ternyata baik pekerjaan yang berada dalam ruangan (pembantu rumah tangga, misioner, guru, dan murid) maupun pekerjaan di luar ruangan (polisi dan pekerja bebas) memiliki kebiasaan yang hampir sama dalam membersihkan telinga baik dari segi frekuensi, cara, dan alat yang digunakan. Berdasarkan dari hasil penelitian di Sokota pekerjaan tidak menjadi topik utama dalam permasalahan munculnya
28
serumen obsturan sehingga tidak dapat ditentukan secara pasti apakah jenis pekerjaan memiliki pengaruh terhadap terbentuknya serumen obsturan.8 Selain
itu,didapatkan
hubungan
yang
signifikan
antara
perilaku
membersihkan telinga dengan serumen obsturan ( p=0.005). Akan tetapi, pada penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara perilaku membersihkan telinga dengan serumen obsturan yaitu penelitian yang dilakukan Guest Jf et al disebutkan bahwa selain penggunaan lidi kapas sebagai suatu kebiasaan yang dapat mempercepat timbulnya serumen obsturan,diameter liang telinga memiliki peranan yang penting. Semakin kecil diameter liang telinga maka semakin besar pula resiko terjadinya serumen obsturan. 9,10
29
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pemeriksaan telinga, sampel yang menderita serumen obsturan persentasenya lebih banyak dibandingkan pasien tanpa serumen obstturan. 2. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian serumen obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD Labuang Baji, Makassar. 3. Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian serumen obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD Labuang Baji, Makassar. 4. Tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian serumen obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD Labuang Baji, Makassar. 5. Ada hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan dengan kejadian serumen obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD Labuang Baji, Makassar. Dimana orang yang bekerja di luar ruangan lebih berisiko menderita serumen obsturan. 6. Ada hubungan yang bermakna antara perilaku membersihkan telinga dengan kejadian serumen obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD Labuang Baji, Makassar. Dimana orang yang jarang membersihkan liang telinganya lebih berisiko menderita serumen obsturan. 7. Tidak ada hubungan antara riwayat menderita sakit telinga dengan kejadian serumen obsturan pada pasien rawat jalan poliklinik THT RSUD Labuang Baji, Makassar.
30
7.2 Saran
Dengan melihat bahwa banyaknya faktor-faktor yang dapat berperan dalam menimbulkan terjadinya serumen obsturan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Serumen obsturan kadang tidak menimbulkan gejala, tetapi dapat mengakibatkan gangguan pendengaran. Sehingga perlu bagi kita untuk mengetahui hal apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya serumen pada telinga. Faktor yang bermakna dalam menyebabkan serumen obsturan adalah riwayat pekerjaan atau beraktivitas diluar ruangan sehingga penting bagi siapa saja yang kesehariaannya melakukan aktivitas di luar ruangan agar sering membersihkan liang telinga dan mengontrolnya ke dokter ahli THT. 2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala khususnya pemeriksaan telinga, sehingga bila terdapat kelainan-kelainan dapat didiagnosa lebih dini guna pencegahan dan penanganan.
31
DAFTAR PUSTAKA
1.
Syahrijuita, Sutji PR, Nani ID, Riskiana D. Perbandingan efektivitas beberapa pelarut terhadap kelarutan cerumen obturans secara in vitro. Ina J Otolaryngol-Head and Neck Surg. 2012; 42(1): 23-27.
2.
Roland PS, et al. Clinical practice guideline: Cerumen Impaction. Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Am Acad Otolaryngol-Head and Neck Surg Found. 2008; 139 (3 suppl2):S1-S21.
3.
McCarter DF, Susan MP. Cerumen Impaction. American Family Physician. Vol. 75. No. 10. 2007
4.
Kementerian Kesehatan RI.
Gangguan Telinga bikin Anak Sulit
Menangkap Pelajaran di Sekolah. Kliping Berita Kesehatan. Pusat komunikasi publik Setjen Kemenkes RI. 2013. 5.
Guest JF, Greener MJ, Robinson AC, Smith AF. Impacted Cerumen: Composition, Production, Epidemiology, and Management. Q.J. Med. 2004; 97(8): 477-88.
6.
Miura K, et al. A strong association between human earwax-type and apocrine coclstrum secretion from mammary gland. Hum Genet . 2007; 121: 631-633.
7.
Tomita H, et al. Mapping of the wet/dry earwax locus to the pericentromeric region of chromosome 16. Lancet . 2002; 359: 2000-02.
8.
Macknin ML, Talo H, Medendorp SV. Effect of Cotton-Tipped Swab use on Earwax occlusion. Clinical Pediatrics. 1994: 14-18.
9.
Crummer RW, Hassan GA. Diagnostic Approach to Tinnitus. American Family Physician. 2004: 96: 120-126.
10. Mahardika M. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan serumen obturans (Studi kasus pada siswa SD kelas V di kota semarang) . FK Undip. 2010. 11. Soetjipto, Damayanti dan Endang Mangunkusumo. Telinga dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Edisi Ketujuh, Efiaty A, Nurbaiti I (ed). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012: 59-60. 32
12. Carl
van
Wyk
F.
Cerumen
Impaction
Removal.
Diunduh
dari
http://emedicine.medscape.com/article/1413546-overview pada tanggal 10 November 2013. 13. Osgurthorpe JD, Nielsen DR. Otitis externa: review and clinical update. S Afr Fam Pract. 2011; 53(3): 223-229. 14. Isaacson JE, Vora NM. Differential diagnosis and treatment of hearing loss. Am Fam Physician. 2003;68:1125-1132. 15. Folmer RL, Shi Y. Reduce your risk of complication during ear wax removal . American Tinnitus Association. 2005. 20-21. 16. Saloranta K, Westermarck T. Prevention of cerumen impaction by treatment of ear canal skin. A pilot randomized controlled study. Clin Otolaryngol . 2005; 30: 112-114. 17. National Health Services choices. Earwax comlication . diunduh dari http://www.nhs.uk/Conditions/Earwax/Pages/Complications.aspx
pada
tanggal 10 November 2013.
33
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Data Pribadi
Nama
: Muh. Idham Rahman
Tempat / Tanggal lahir
: Ujung pandang, 01 Mei 1992
Alamat
: Jalan Baji Ampe 1 No. 4B
Agama
: Islam
Riwayat Pendidikan
Tahun 1998 Lulus TK Nurul Askar Makassar Tahun 2003 Lulus SD Negeri Mattoangin III Makassar Tahun 2006 Lulus SLTP Negeri 3 Makassar Tahun 2009 Lulus SMA Negeri 2 Makassar Tahun 2012 Lulus S1 Pendidikan Dokter FK UNHAS Makassar
Nama Orang Tua
Ayah
: Rahman Madawali
Ibu
: Hanasiah
Makassar, Juli 2014
Muh. Idham Rahman
KUESIONER PENDATAAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA SERUMEN OBSTURAN Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap terjadinya serumen obsturan (sumbatan liang telinga oleh kotoran telinga). Hasil dari penelitian ini akan dipergunakan sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak yang mengambil peran dalam menentukan kebijakan terkait dengan usaha mencegah ketulian ataupun penyakit telinga lainnya akibat serumen obsturan Petunjuk: 1. Isilah identitas saudara di lembar jawaban! 2. Jawablah dengan jujur pertanyaan di bawah ini menurut pengetahuan saudara! 3. Coret yang tidak perlu pada pertanyaan dengan tanda (*) 4. Identitas dan jawaban saudara dijamin kerahasiaaannya.
Nama
: ________________________
Tanggal lahir
: ________________________
Umur
: ________________________
Jenis Kelamin
: *Laki-laki / Perempuan
Pekerjaan
: ________________________ : *Luar ruangan / Dalam ruangan
Hasil Pengukuran
Berat badan (kg)
: ________________________
Tinggi badan (cm)
: ________________________
IMT
: _____________
Apakah anda sering membersihkan liang telinga ? *Sering / Jarang / Sangat jarang
Berapa kali anda membersihkan liang telinga anda dalam 2 bulan ter akhir ? ______
Berapa kali anda membersihkan liang telinga anda dalam setiap pekan/minggu ? ______
Apakah anda sering menderita penyakit pada telinga sebelumnya ? *Sering / Jarang / tidak pernah Hasil pemeriksaan fisis telinga (diisi oleh pemeriksa) Telinga kanan
Telinga kiri
Kelainan anatomi
Ada / Tidak ada
Ada / Tidak ada
Peradangan
Ada / Tidak ada
Ada / Tidak ada
Perforasi gendang telinga
Ada / Tidak ada
Ada / Tidak ada
No.
Nama
1
Zainuddin
2
Raodatul Janna
3 4 5
Jenis kelamin
Umur
Pekerjaan (In/Out)
IMT
BB
TB N ila i
In te rp re ta si
Perilaku membersihkan telinga
Riwayat sakit telinga
Serumen
Kelainan anatomi
Peradangan
Perforasi
Laki-laki
55
In
55
166
19,96
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Perempuan
7
In
19
113
14,88
Kurang
Jarang
Sering
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
narwis
Laki-laki
38
in
71
163
26,72
Lebih
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
marthen
Laki-laki
47
out
51
160
19,92
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Diana
Perempuan
22
In
45
151
19,74
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
6
Nurhayati
Perempuan
39
out
59
1 48
26,94
Lebih
Sering
Sering
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
7
Anazir
Laki-laki
65
In
46
160
17,97
Kurang
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
8
Dian
Perempuan
40
In
57
148
26,02
Lebih
Jarang
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
9
Amalia
Perempuan
3
In
19
111
15,42
Kurang
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
10
Dahlia
Perempuan
53
In
69
161
26,62
Lebih
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
11
Hardiyanti
Perempuan
34
in
65
160
25,39
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
12
Rusmin
Laki-laki
31
in
48
164
17,85
Kurang
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
13
Syahrul
Laki-laki
17
in
49
162
18,67
Normal
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
14
M Adi Eko
Laki-laki
21
in
52
161
20,06
Normal
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
15
Muh Fadil
Laki-laki
13
in
35
148
15,98
Kurang
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
16
D Zainal Arifin
Laki-laki
55
Out
65
170
22,49
Normal
Sering
Sering
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
17
Nohadin
Laki-laki
72
in
66
165
24,24
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
18
Darmia
Perempuan
37
in
43
1 55
17,90
Kurang
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
19
Sofyan
Laki-laki
70
Out
55
160
21,48
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
20
Mutmainnah
Perempuan
31
in
51
159
20,17
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
21
Rosilawati
Perempuan
63
in
65
145
30,92
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
22
Patimang
Perempuan
51
in
62
160
24,22
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
23
Ramli
Laki-laki
60
Out
85
160
33,20
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
24
Masdina
Perempuan
34
in
51
1 40
26,02
Lebih
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
25
Febriana
Perempuan
9
in
20
127
12,40
Kurang
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
26
Nurdiana
Perempuan
32
in
39
149
17,57
Kurang
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
27
Irnawati
Perempuan
41
in
63
150
28,00
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
28
Hj. Sahruni
Perempuan
58
in
65
157
26,37
Lebih
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
29
Nuraini
Perempuan
55
in
69
158
27,64
Lebih
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
30
Kasma
Perempuan
28
in
68
150
30,22
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
31
Sultan
Laki-laki
12
in
30
120
20,83
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
32
Fitri
Perempuan
10
in
28
121
19,12
Normal
Jarang
Sering
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
33
Darmawati
Perempuan
42
in
65
150
28,89
Lebih
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
34
Nuraeni
Perempuan
26
in
54
165
19,83
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
35
Yusuf
Laki-laki
53
out
72
173
24,06
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
36
Syamsul Rijal
Laki-laki
26
in
52
168
18,42
Kurang
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
37
Widya
Perempuan
1
in
10
73
18,77
Normal
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
38
Erli
Perempuan
16
in
46
160
17,97
Kurang
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
39
Nurul Febriana
Perempuan
6
in
16
91
19,32
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
40
Paulina
Perempuan
45
in
52
148
23,74
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
41
Suriani
Perempuan
37
in
66
170
22,84
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
42
Sampaia
Laki-laki
52
in
55
165
20,20
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
43
Abdul Jalil
Laki-laki
66
in
85
171
29,07
Lebih
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
44
Rahmat
Laki-laki
55
In
55
166
19,96
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
45
Abdul Farid
Laki-laki
42
Out
58
161
22,38
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
46
Raisia
Perempuan
7
In
19
113
14,88
Kurang
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
47
Akbar A.
Laki-laki
47
in
51
160
19,92
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
48
Ramlah
Perempuan
22
In
45
149
20,27
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
49
Ani Rofiqah
Perempuan
22
In
54
152
23,37
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
50
Zaenab
Perempuan
39
out
59
1 48
26,94
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
51
Dg. Baso
Laki-laki
65
In
46
160
17,97
Kurang
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
52
Suminten
Perempuan
40
In
57
148
26,02
Lebih
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
53
Arini Nurzahra
Perempuan
4
In
21
110
17,36
Kurang
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
54
Bayu chandra
Laki-laki
31
in
55
166
19,96
Normal
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
55
Muliawati
Perempuan
34
in
65
1 60
25,39
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
56
Irfan Nur
Laki-laki
31
in
48
164
17,85
Kurang
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
57
Rangga asri
Laki-laki
17
in
49
162
18,67
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
58
M. Nasrul
Laki-laki
21
in
52
161
20,06
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
59
Syukri M.
Laki-laki
13
in
35
148
15,98
Kurang
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
60
Rahman
Laki-laki
55
Out
65
170
22,49
Normal
Jarang
Sering
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
61
Huseng
Laki-laki
72
in
66
165
24,24
Normal
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
62
Tego
Laki-laki
70
Out
55
160
21,48
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
63
Nurul Muchliza
Perempuan
33
in
54
156
22,19
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
64
Dian Fatmawati
Perempuan
31
in
51
159
20,17
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
65
Raodah
Perempuan
63
in
65
145
30,92
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
66
Nani
Perempuan
51
in
62
160
24,22
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
67
Dg. Japa
Laki-laki
60
Out
85
160
33,20
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
68
Khaerunnisa
Perempuan
34
in
51
140
26,02
Lebih
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
69
Rani Octavina
Perempuan
9
in
20
127
12,40
Kurang
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
70
Citra Sari Astuti
Perempuan
10
in
28
121
19,12
Normal
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
71
Purwandri
Perempuan
42
in
65
150
28,89
Lebih
Jarang
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
72
Wahidin
Laki-laki
53
out
72
173
24,06
Normal
Sering
Sering
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
73
Syamsul Bahri
Laki-laki
26
in
52
168
18,42
Kurang
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
74
Nikmatia
Perempuan
1
in
10
73
18,77
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
75
Nurwahida
Perempuan
16
in
46
160
17,97
Kurang
Jarang
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
76
Nurul Hikmah
Perempuan
37
in
62
167
22,23
Normal
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
77
Anton
Laki-laki
52
in
64
162
24,39
Normal
Jarang
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
78
Arifatul Mahmud
Laki-laki
66
Out
85
171
29,07
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
79
Suryanto
Laki-laki
55
In
55
166
19,96
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
80
Taufiq Akbar
Laki-laki
42
Out
58
161
22,38
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
81
Bunga Ismail
Perempuan
7
In
19
113
14,88
Kurang
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
82
Dinawati
Perempuan
22
In
55
152
23,81
Normal
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
83
Alinda N.
Perempuan
39
out
59
148
26,94
Lebih
Sering
Sering
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
84
Machmud
85
Munawaroh
86
Maria Rosario
87
Sarah Azizah
88
Hamzah Suryanto
Laki-laki
31
in
48
164
17,85
Kurang
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
89
Muh. Qahar
Laki-laki
23
in
68
172
22,99
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
90
Dimas Rizaldi
Laki-laki
17
in
49
162
18,67
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
91
Armansal
Laki-laki
20
in
60
160
23,44
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
92
Irmayanti
Perempuan
22
in
50
162
19,05
Normal
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
93
Nurwahidah M.
Perempuan
58
in
65
157
26,37
Lebih
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
94
Fadli Putra
Laki-laki
1
in
7
60
19,44
Normal
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
95
Bekkeng
Perempuan
55
in
69
158
27,64
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
96
Purnamanita
Perempuan
28
in
68
150
30,22
Lebih
Jarang
Sering
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
Laki-laki
65
In
46
160
17,97
Kurang
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Perempuan
40
In
57
148
26,02
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
Perempuan
5
In
25
117
18,26
Kurang
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
Perempuan
34
in
65
160
25,39
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
97
Fikar
Laki-laki
12
in
30
120
20,83
Normal
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Tidak
98
Eka Mawar Setya
Perempuan
10
in
28
121
19,12
Normal
Sering
Sering
Ada
Tidak
Tidak
Tidak Tidak
99
Rahmi
Perempuan
42
in
65
150
28,89
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
100
Tuti Hastuti
Perempuan
39
in
66
165
24,24
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
101
Iin Fadhillah
Perempuan
26
in
54
165
19,83
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
102
Achmad M
Laki-laki
53
out
72
173
24,06
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
103
Nur Hidayat
Laki-laki
26
in
52
168
18,42
Kurang
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
104
Sri Rismawati
Perempuan
1
in
10
73
18,77
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
105
Fatmasari Natsir
Perempuan
16
in
46
160
17,97
Kurang
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
106
Ririn Arini N,
Perempuan
6
in
16
91
19,32
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
107
Sulmiati
Perempuan
45
in
52
148
23,74
Normal
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
108
Idha
Perempuan
37
in
69
169
24,16
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
109
Saifullah
Laki-laki
55
In
55
166
19,96
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
110
Andi Syukri
Laki-laki
42
Out
58
161
22,38
Normal
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
111
Dedi Trimarwanto
Laki-laki
38
in
71
163
26,72
Lebih
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
112
Herianto
Laki-laki
47
out
51
160
19,92
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
113
Anita
Perempuan
22
In
45
155
18,73
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
114
Suciati syam
Perempuan
22
In
54
149
24,32
Normal
Jarang
Sering
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
115
Syamsiah Burhan
Perempuan
39
in
59
148
26,94
Lebih
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
116
Dwi R.
Perempuan
41
In
57
148
26,02
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
117
Denali W.
Perempuan
4
In
21
110
17,36
Kurang
Jarang
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
118
Ernawati
Perempuan
53
In
69
161
26,62
Lebih
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
119
Arnold WR.
120
Rahmah
121 122 123
Laki-laki
31
In
55
166
19,96
Normal
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
Perempuan
34
in
65
1 60
25,39
Lebih
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Iqramullah
Laki-laki
31
in
48
164
17,85
Kurang
Sering
Jarang
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
Umar Wiranegara
Laki-laki
43
Out
60
165
22,04
Normal
Jarang
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Ada
Shinta
Perempuan
23
In
55
158
22,03
Normal
Jarang
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Ada
124
Kaizar
Laki-laki
32
Out
55
167
19,72
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Ada
125
Sidik Pratama
Laki-laki
24
in
66
172
22,31
Normal
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Ada
Ada
126
Nurlaeli
Perempuan
34
in
53
157
21,50
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Ada
127
Andi Rio Ismanto
128
Tika
129
Dhini Hudryah
130
Laki-laki
21
in
60
160
23,44
Normal
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Ada
Tidak
Perempuan
23
in
50
165
18,37
Kurang
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Tidak
Ada
Laki-laki
3
in
8
58
23,78
Normal
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Ada
Ada
Maria
Perempuan
41
out
66
166
23,95
Normal
Sering
Sering
Ada
Tidak
Tidak
Ada
131
Angelica
Perempuan
5
in
15
80
23,44
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Ada
Ada
132
Andika M.
Laki-laki
40
out
71
164
26,40
Lebih
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Ada
133
Irma
Perempuan
53
In
67
163
25,22
Lebih
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Ada
Tidak
134
Yudistira
Laki-laki
23
in
68
172
22,99
Normal
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Ada
Ada
135
Dian Utami R.
Perempuan
39
in
43
155
17,90
Kurang
Sering
Sering
Ada
Tidak
Tidak
Ada
136
Dg. Ngai
Perempuan
41
out
66
165
24,24
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Ada
Tidak
137
Yuyun
Perempuan
26
in
54
165
19,83
Normal
Jarang
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Ada
138
Suryani
Perempuan
6
in
16
91
19,32
Normal
Jarang
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Ada
139
Suryani
Perempuan
45
in
52
1 48
23,74
Normal
Sering
Sering
Ada
Tidak
Tidak
Ada
140
Iffah Auliah
Perempuan
2
in
15
80
23,44
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Ada
Tidak
141
M. Baso Farid
Laki-laki
38
out
71
163
26,72
Lebih
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Ada
Ada
142
Rusman K.
Laki-laki
47
out
51
160
19,92
Normal
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Ada
Ada
143
Aqsha
Perempuan
22
In
45
1 49
20,27
Normal
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Tidak
Ada
144
Julianna
Perempuan
53
In
69
161
26,62
Lebih
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Tidak
Ada
145
Syamsuddin Umar
Laki-laki
31
Out
55
166
19,96
Normal
Sering
Jarang
Tidak
Tidak
Ada
Tidak
146
Jihan Fahira
Perempuan
9
in
20
127
12,40
Kurang
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Ada
Tidak
147
Ridha
Perempuan
32
in
39
149
17,57
Kurang
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Tidak
Ada
148
Dian Fatmasari
Perempuan
41
in
63
150
28,00
Lebih
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Ada
Ada
149
Ardini K.P.
Perempuan
7
In
19
113
14,88
Kurang
Sering
Sering
Tidak
Tidak
Ada
Ada
150
Japa
Laki-laki
61
In
46
160
17,97
Kurang
Sering
Sering
Ada
Tidak
Tidak
Ada
CROSSTABS /TABLES=Jenis_Kelamin Pekerjaan Umur IMT Riwayat_sakit_telinga Perilaku_membersihkan_telin /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs Notes Output Created
16-JUL-2014 21:52:37
Comments Input
Data
D:\Research\Master.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
Weight
Split File
121
Missing Value Handling
Definition of Missing
Cases Used
Syntax
Resources
Processor Time
00:00:00,03
Elapsed Time
00:00:00,03
Dimensions Requested Cells Available
2 174762
[DataSet1] D:\Research\Master.sav
Page 1
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Jenis Kelamin * Serumen
121
100,0%
0
0,0%
121
100,0%
Pekerjaan * Serumen
121
100,0%
0
0,0%
121
100,0%
Umur * Serumen
121
100,0%
0
0,0%
121
100,0%
IMT * Serumen
121
100,0%
0
0,0%
121
100,0%
121
100,0%
0
0,0%
121
100,0%
121
100,0%
0
0,0%
121
100,0%
Jenis Kelamin * Serumen Crosstab Count Serumen Ada Jenis Kelamin
Tidak ada
Total
Laki-Laki
28
23
51
Perempuan
41
29
70
69
52
121
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
df a
b
,162
1
,687
,047
1
,828
,162
1
,687
Fisher's Exact Test
,713 ,161
N of Valid Cases
1
,414
,688
121
a. b.
Page 2
Symmetric Measures a
Value
Approx. T
b
,037
Approx. Sig.
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Interval by Interval
Pearson's R
-,037
,091
-,400
,690
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
-,037
,091
-,400
,690
N of Valid Cases
,687 c c
121
a. b. c.
Pekerjaan * Serumen Crosstab Count Serumen Ada Pekerjaan
Tidak ada
Total
Indoor
53
50
103
Outdoor
16
2
18
69
52
121
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
df a
b
8,761
1
,003
7,300
1
,007
10,086
1
,001
Fisher's Exact Test
,004 8,688
N of Valid Cases
1
,002
,003
121
a. b. Symmetric Measures
Value
a
Approx. T
b
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Interval by Interval
Pearson's R
-,269
,068
-3,048
,003
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
-,269
,068
-3,048
,003
N of Valid Cases
,260
Approx. Sig. ,003 c c
121
a. b. c. Page 3
Umur * Serumen Crosstab Count Serumen Ada Umur
Tidak ada
Total
0-18 tahun
17
11
28
>18 tahun
52
41
93
69
52
121
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df a
b
Likelihood Ratio
,202
1
,653
,054
1
,816
,204
1
,652
Fisher's Exact Test
,828 ,201
N of Valid Cases
1
,410
,654
121
a. b. Symmetric Measures
Value
a
Approx. T
b
Approx. Sig.
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
,041
Interval by Interval
Pearson's R
,041
,090
,446
,656
c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
,041
,090
,446
,656
c
N of Valid Cases
,653
121
a. b. c.
IMT * Serumen Crosstab Count Serumen Ada IMT Total
Tidak ada
Total
<=24,9 kg/m2
49
38
87
>=25 kg/m2
20
14
34
69
52
121
Page 4
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df a
b
Likelihood Ratio
,062
1
,803
,002
1
,964
,063
1
,802
Fisher's Exact Test
,841 ,062
N of Valid Cases
1
,484
,803
121
a. b. Symmetric Measures a
Value
Approx. T
b
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Interval by Interval
Pearson's R
-,023
,091
-,248
,805
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
-,023
,091
-,248
,805
N of Valid Cases
,023
Approx. Sig. ,803 c c
121
a. b. c.
Riwayat sakit telinga * Serumen Crosstab Count Serumen Ada Riwayat sakit telinga Total
Tidak ada
Total
Jarang
59
45
104
Sering
10
7
17
69
52
121
Page 5
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
df a
b
,026
1
,872
,000
1
1,000
,026
1
,871
Fisher's Exact Test
1,000 ,026
N of Valid Cases
1
,544
,872
121
a. b. Symmetric Measures a
Value
Approx. T
b
,015
Approx. Sig.
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Interval by Interval
Pearson's R
-,015
,090
-,160
,873
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
-,015
,090
-,160
,873
N of Valid Cases
,872 c c
121
a. b. c.
Perilaku membersihkan telinga * Serumen Crosstab Count Serumen Ada
Total
Tidak ada
Total
Sering
48
47
95
Jarang
21
5
26
69
52
121
Page 6