SAP AMPUTASI
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Amputasi merupakan pembedahan yang menghilangkan sebagian atau seluruhanggota tubuh bagian ekstremitas. Seringkali S eringkali masyarakat merasa takut dan tidak mau untuk diamputasi karena masyarakat atau klien menggangap hal tersebut sangat berbahaya dandapat menyebabkan kematian. Padahal Pad ahal dalam konteks pembedahan, pembedaha n, amputasi bertujuan untuk menyelamatkan hidup.Secara umum, amputasi merupakan pilihan pembedahan yang terakhir, dimanasedapat mungkin dilakukan prosedur bedah yang mempertahankan ekstremitas. Namun pada beberapa kondisi, antara lain pada sarkoma jaringan lunak yang sudah menginfiltrasi semuastruktur lokal di ekstremitas, amputasi merupakan pilihan. Sebagai ukuran medis, amputasidigunakan untuk memeriksa rasa sakit atau proses penyebaran penyakit dalam kelenjar yangterpengaruh, misalnya pada malignancy atau gangrene. Dalam beberapa kasus amputasidila amputasidilak kuk ukaan unt untuk uk me menc nceg egah ah pe peny nyak akiit tersebut menyebar lebih jauh dalam tubuh. Jadi,amputasi dilakukan sebagai pilihan terakhir jika segala pengobatan yang telah dilakukantidak berhasil.
2.
Tujuan
Untuk memberikan suatu gambaran, penjelasanyang lebih mendalam mengenai amputasi . BAB II KONSEP DASAR ASKEP AMPUTASI A. Pengertian Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh. B. Etiologi Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :
1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus. 2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan k elainan kongenital. C. Patofisiologi Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua metode : 1. Metode terbuka (guillotine amputasi). Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi. 2. Metode tertutup (flap amputasi) Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang diamputasi. 3. Tidak semua amputasi dioperasi dengan terencana, klasifikasi yang lain adalah karena trauma amputasi.
D. Tingkatan Amputasi 1. Ekstremitas atas Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan. 2. Ekstremitas bawah Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya. Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu : a. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation). b. Amputasi diatas lutut
3. Nekrosis. Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi. 4. Kontraktur. Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan. 5. Neuroma. Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga melengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot. 6. Phantom sensation. Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.
E. Pemeriksaan Diagnostik 1. Foto rontgen 2. Skan CT
: Mengidentifikasi abnormalitas tulang.
: Mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, pembentukan hematoma.
3. LED
: Mengindikasikan respons inflamasi
4. Kultur luka
: Mengidentifikasi adanya luka / infeksi dan organisme penyebab.
5. Biopsy
: Mengkonfirmasikan diagnosa masa benigna / maligna.
F. Penatalaksanaan Amputasi Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik da n berfungsi. Ada 2 cara perawatan post amputasi yaitu : 1. Rigid dressing Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri.
Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah 7 – 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 – 3 minggu, setelah stump sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan juga faktor usia, kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya perawat yang terampil, therapist dan prosthetist serta kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan supervisi program perawatan. Rigid dressing dibuka pada hari ke 7 – 10 post operasi untuk melihat luka operasi atau bila ditemukan cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi lokal atau sistemik. 2. Soft dressing Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10 – 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur.
G. Dampak Masalah Adapun pengaruhnya meliputi : 1. Kecepatan metabolisme Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal. 2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan
intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.
3. Sistem respirasi a. Penurunan kapasitas paru b. Perubahan perfusi setempat c. Mekanisme batuk tidak efektif 4. Sistem Kardiovaskuler a. Peningkatan denyut nadi b. Penurunan cardiac reserve c. Orthostatik Hipotensi 5. Sistem Muskuloskeletal a. Penurunan kekuatan otot b. Atropi otot c. Kontraktur sendi d. Osteoporosis 6. Sistem Pencernaan a. Anoreksia b. Konstipasi 7. Sistem perkemihan Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine. 8. Sistem integumen Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini
dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.
H. KOMPLIKASI Komplikasi pasca operasi utama adalah infeksi, hemoragi, kontraktur, emboli lemak dan sensasi phantom limb. Masalah nyeri phantom kadang sukar diatasi. Setelah amputasi selalu terdapat perasaan bagian ekstremitas yang hilang masih ada, dan setiap penderita akan mengalaminya. Sebagian penderita merasa terganggu sedangkan sebagian lagi merasakannya sebagai nyeri. Rasional untuk fenomema ini tak jelas, tetapi diyakini berhubungan dengan inflamasi potongan ujung saraf. Meskipun jarang, sensasi phantom limb dapat menjadi kronis, masalah berat yang memerlukan intervensi lebih agresif seperti blok saraf, psikoterapi, terapi obat, stimulasi saraf listrik, atau eksisi neuro
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata 2. Riwayat Kesehatan 3. Riwayat Psikososial 4.Riwayat Spiritual 5. Aktivitas Sehari-hari
B. Diagnosa Keperawatan dan Perencanaannya. 1.Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh. Tujuan : Jangka Panjang : Mobilisasi fisik terpenuhi. Jangka Pendek : - Klien dapat menggerakkan anggota tubuhnya yang lainnya yang masih ada. - Klien dapat merubah posisi dari posisi tidur ke posisi duduk. - ROM, tonus dan kekuatan otot terpelihara. - Klien dapat melakukan ambulasi. Tindakan : a.
Kaji ketidakmampuan bergerak klien yang diakibatkan oleh prosedur pengobatan dan catat persepsi klien terhadap immobilisasi. Rasional : Dengan mengetahui derajat ketidakmampuan bergerak klien dan persepsi klien terhadap immobilisasi akan dapat menemukan aktivitas mana saja yang perlu dilakukan.
b. Latih klien untuk menggerakkan anggota badan yang masih ada. Rasional : Pergerakan dapat meningkatkan aliran darah ke otot, memelihara pergerakan sendi dan mencegah kontraktur, atropi. c.
Tingkatkan ambulasi klien seperti mengajarkan menggunakan tongkat dan kursi roda. Rasional : Dengan ambulasi demikian klien dapat mengenal dan menggunakan alat-alat yang perlu digunakan oleh klien dan juga untuk memenuhi aktivitas klien.
d. Ganti posisi klien setiap 3 – 4 jam secara periodik Rasional : Pergantian posisi setiap 3 – 4 jam dapat mencegah terjadinya kontraktur.
e.
Bantu klien mengganti posisi dari tidur ke duduk dan turun dari tempat tidur. Rasional : Membantu klien untuk meningkatkan kemampuan dalam duduk dan turun dari tempat tidur.
2. Nyeri berhubungan dengan sensasi fantom limb, insisi bedah sekunder terhadap amputasi. Tujuan : Nyeri berhubungan dengan kriteria hasil skala nyeri 0-3, ekspresi
wajah rileks,
tidak merintih, vital sign normal. a. Jelaskan pada klien bahwa sensasi ini sering timbul dari bagian yang diamputasi. b. Kaji tingkat nyeri (kualitas, daerah/area, keparahan dengan skala nyeri, waktu). c. Ajarkan teknik relaksasi. d. Berikan posisi nyaman. e. Kolaborasi pemberian pereda nyeri optimal.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan ekstremitas. Tujuan : konsep diri positif dengan kriteria pasien menerima perubahan
fisik.
Tindakan : a. Dorong klien untuk melihat dan menyentuh puntung serta
mengekspresikan perasaannya
tentang amputasi. b. Tunjukkan sikap penerimaan dan empati pada klien. c. Libatkan klien dalam perawatan , misal : pada penggantian pakaian. d. Kolaborasi dengan psikolog. 4. Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene kurang berhubungan dengan kurangnya kemampuan dalam merawat diri. Tujuan : Jangka Panjang : Klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri. Jangka Pendek : - Tubuh, mulut dan gigi bersih serta tidak berbau. - Kuku pendek dan bersih. - Rambut bersih dan rapih
- Pakaian, tempat tidur dan meja klien bersih dan rapih. - Klien mengatakan merasa nyaman. Tindakan : a.
Bantu klien dalam hal mandi dan gosok gigi dengan cara mendekatkan alat-alat mandi, dan menyediakan air di pinggirnya, jika klien mampu. Rasional : Dengan menyediakan air dan mendekatkan alat-alat mandi maka akan mendorong kemandirian klien dalam hal perawatan dan melakukan aktivitas.
b. Bantu klien dalam mencuci rambut dan potong kuku. Rasional : Dengan membantu klien dalam mencuci rambut dan memotong kuku maka kebersihan rambut dan kuku terpenuhi. c.
Anjurkan klien untuk senantiasa merapikan rambut dan mengganti pakaiannya setiap hari. Rasional : Dengan membersihkan dan merapihkan lingkungan akan memberikan rasa nyaman klien.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
I. IDENTIFIKASI MASALAH Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan
terakhir
manakala
masalah
organ
yang
terjadi
pada
ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas II. PENGANTAR Bidang studi : Pendidikan kesehatan Topic
: Bedah
Sub topic
: Amputasi
Sasaran
: Masyarakat
Hari / tanggal : Selasa, 21 Desember 2010 Jam
: 09.00 WIB
Waktu
: 20 menit
Tempat
: Kantor Kelurahan Serangan
III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini diharapkan warga mendapatkan informasi tentang amputasi.
IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah mengikuti penyuluhan masyarakat diharapkan dapat : a.
Mengetahui pengertian amputasi
b. Mengetahui indikasi amputasi c.
Mengetahui jenis-jenis amputasi
d. Mengetahui dampak amputasi V. MATERI A. Pengertian Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh. B. Etiologi Indikasi utama bedah amputasi adalah karena : 1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus. 2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan k elainan kongenital. C. Patofisiologi
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua metode : 1. Metode terbuka (guillotine amputasi). Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. 2. Metode tertutup (flap amputasi) Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang diamputasi. 3. Tidak semua amputasi dioperasi dengan terencana, klasifikasi yang lain adalah karena trauma amputasi. D. Tingkatan Amputasi 1. Ekstremitas atas Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan k anan atau kiri. 2. Ekstremitas bawah Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu : a. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation). b. Amputasi diatas lutut 3. Nekrosis. 4. Kontraktur. 5. Neuroma. 6. Phantom sensation. F. Penatalaksanaan Amputasi Ada 2 cara perawatan post amputasi yaitu : 1. Rigid dressing Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri. 2. Soft dressing Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup.
VI. METODE 1. Ceramah 2. Tanya jawab VII. MEDIA 1. Power point 2. Leaflet KEGIATAN PEMBELAJARAN NO
WAKTU
KEGIATAN PENYULUHAN
1
2 Menit
Pembukaan :
KEGIATAN PESERTA
menjawab salam
Memberi salam
Mendengarkan dan memperhatikan
Menjelaskan kegiatan pembelajaran Menyebutkan
materi
atau
pokok
bahasan
yang
akan
disampaikan 2.
20 Menit
Pelaksanan :
mendengarkan
Menjelaskan materi: amputasi tujuan amputasi
Memperhatikan
dan
menanyakan
apabila ada pertanyaan.
semua pembahasan amputasi 3.
6 Menit
Evaluasi : Memberikan pertanyaan dan menyuruh mengulang tentang
Mengulang
apa
yang
telah
dijelaskan dan menjawab pertanyaan.
materi amputasi
4.
2 Menit
Penutup : Mengucapkan terima kasih dan kontrak waktu lagi untuk melakukan implementasi dan evaluasi Mengucapkan salam
Menyepakati kontrak waktu Menjawab salam