BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keperawatan secara holistik akan memendang masalah yang di hadapi pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Masalah yang di hadapi oleh pasien yang mengalami amputasi tidak hanya pada upaya memnuhi kebutuhan fisik semata, tetapi lebih dari itu, perawat berusaha untuk mempertahankan intregitas diri pasien secara utuh, sehingga tidak menimbulkan komplikasi fisik selama kegiatan intraoperatif, tidak mengakibatkan gangguan mental, pasien dapat menerima dirinya secara utuh dan diterima dalam masyarakat.(Harnawatia, 2008). Amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan seluruh tubuh dengan mengorbankan bagian tubuh yang lain. Terdapat berbagai sebab mengapa dilakukan amputasi. 70% amputasi dilakukan karena penyumbatan arteri yang sebagian besar disebabkan oleh diabetes militu, 3% amputasi dilakukan karena adanya trauma, 5% amputasi dilakukan karena adanya tumior dan 5% lainnya karencacat kongenital. Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien dari pada kehilangan ekstemitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi yang sangat spesial .Amputansi dapat di anggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi dratis dan di gunakan untuk menghilangkan gejala memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau memperbaiki kwalitas hidup pasien. Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikai dengan gaya positif maka pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri
terhadap
amputasi dan berpatisipasi aktif dalam rencana rehabilitas karena kehilangan ekstremitas memerlukan penyusuaian besar. Persepsi pasien mengenai amputasi harus di pahami oleh tim perawat kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen,
1
yang harus di selaraskan sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan harga diri rendah pada pasien akibat perubahan citra tubuh.
B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Amputasi? 2. Apa etiologi dari Amputasi? 3. Apasajakah faktor predisposisi Amputasi? 4. Bagaimana metode Amputasi 5. Apa saja jenis-jenis Amputasi? 6. Bagaimana pathway dari Amputasi? 7. Bagaimana manifesta klinis dari Amputasi? 8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada Amputasi? 9. Bagaimana penalatalaksanaan Amputansi ? 10. Bagaimana komplikasi Amputansi ? 11. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien Amputansi ?
C. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui konsep dasar amputansi dan asuhan keperwatan pada pasien amputasi 2. Tujuan Khusus a.
Mengetahui definisi amputansi
b.
Mengetahui Etiologi dari amputasi
c.
Mengetahui faktor predisposisi amputansi
d.
Mengetahui metode amputansi
e.
Mengetahui jenis jenis amputansi
f.
Mengetahui pathway dari amputasi
g.
Mengetahui menifestasi klinik amputansi
h.
Mengetahui pemeriksaan fisik diagnostik amputansi
i.
Mengetahui Bagaimana penalatalaksanaan amputansi
j.
Mengetahui komplikasi amputansi
k.
Mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien amputansi
2
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Amputasi Amputasi adalah pengangkatan atau pemotongan sebagian anggota tubuh atau anggota gerak yang disebabkan oleh adanya trauma,gangguan peredaran darah,osteomielitis,kanker(PSIK FKUI,1996). Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah atau traumatik pada tungkai (Doenges,2000). Dalam kamus kedokteran Dorland, Amputasi adalah memotong atau memangkas, pembuangan suatu anggota badan atau suatu penumbuhan dari badan. Dengan melihat beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa
amputasi
adalah
pengangkatan/pemotongan,
pembuangan sebagian anggota tubuh, anggota gerak yang disebabkan oleh adanya truma, gangguan peredaran darah, osteomieliis, dan kanker melalui proses pembedahan. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
B. Etiologi Amputasi Indikasi utama bedah amputasi adalah karena : 1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus. 2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan kongenital.
C. Faktor Predisposisi Amputasi Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi : 1.
Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
3
2.
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
3.
Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
4.
Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
5.
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
6.
Deformitas organ.
D. Metode Amputasi Amputansi di lakukan sebagian kecil samapi dengan sebagian besar dari tubuh dengan metode : 1.
Metode terbuka guilottone amputasi ) metode ini di lakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang atau berat di mana pemotongan di lakukan pada tinggkatyang samabentuknya benar benar terbuka dan di pasang drainage agar luka bersih dan luka dapat di tutup setelah infeksi
2.
Metode tertutup di lakukan dalam kondisi yang lebih mungkin pada metode ini kulit tepi ditarik atau di buat skalfuntuk menutupi luka pada atas ujung tulang dan di jahit pada daerah yang di amputansi
E. Jenis-jenis Amputasi Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart 2001), dibedakan menjadi : 1. Amputasi Elektif/Terencana Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir 2. Amputasi Akibat Trauma Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
4
3. Amputasi Darurat Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti
pada
trauma
dengan
patah
tulang
multiple
dan
kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012), adalah : 1. Amputasi Terbuka Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. 2. Amputasi tertutup Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi,
menjaga
kekuatan
otot/mencegah
kontraktur,
mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ). Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.
5
F. Pathway Tarauma/Injury
Infeksi, DM, dsb
Fraktur multiple,comb ustio, dsb
Kerusakan pembuluh kapiler
Tumor Maligna
Penurunan suplai O2 & nutrisi ke jaringan
Tumor ganas di ekstremitas
Kerusakan jaringan/ekste mitas yg tdk dpt diperbaiki
Proleferasi sel abnormal
Iskemik
Terbentuknya Gangren
Nekrosis
Amputasi/Pembedahan
MK : Ansietas
Post Operasi
Luka Operasi
Terputusnya kontinuitas jaringan
MK : Nyeri
MK : Gangguan citra tubuh
Kehilangan Anggota tubuh
Kesulitan melakukan aktivitas/ mobilitas
MK : Gangguan Mobilitas fisik
6
G. Manifesta Klinis Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi amputasi antara lain : 1. Nyeri akut 2. Keterbatasan fisik 3. Pantom snydrom e 4. Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman 5. Adanya gangguan citra tubuh mudah marah , cepat tersinggung pasien cenderung berdiam diri
H. Pemeriksaan Diagnostik Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostik pada klien Amputasi meliputi : 1. Foto rongent Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang 2. CT san Mengidentifikasi
lesi
neoplestik,
osteomfelitis,
pembentukan
hematoma 3. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan sirkulasi / perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan jaringan setelah amputansi 4. Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab 5. Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna 6. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi 7. Hitung darah lengkap / deferensial peningian dan perpindahan ke kiri di duga proses infeksi
I. Penatalaksanaan Ada beberapa penatalaksanaan pada amputasi antara lain : 1. Tingkatan amputasi Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan
7
berdasarkan dua faktor : peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional misalnya (sesuai kebutuhan protesis), status peredaran darah eksterimtas dievaluasi melalui pemerikasaan fisik dan uji
tertentu.
Perfusi
otot
dan
kulit
sangat
penting
untuk
penyembuhan.Floemetri dopler penentuhan tekanan darah segmental dan tekanan persial oksigen perkutan (pa02). Merupakan uji yang sangat berguna angiografi dilakukan bila refaskulrisasi kemungkinan dapat dilakukan Tujuan pembedahan adalah memepertahankan sebanyak mungkin tujuan ekstrmitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi prostesis Kebutuhan energi dan kebutuhan kardovaskuler yang ditimbulkan akan menigktkan dan mengunaka kursi roda ke prostesis maka pemantauan kardivaskuler dan nutrisi yang kuat sangat penting sehingga batas fisiologis dan kebutuhan dapat seimbang. 2. Penatalaksanaan sisa tungkai Tujuan bedah utama
adalah mencapai penyembuhan luka
amputasi menghasilkan sisa tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kuli yang sehat untuk pengunaan prostesis, lansia mungkin mengalami keterlambatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya.
Perawatan pasca amputasi : a. Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan pemasangan perban elastis harus hati-hati jangan sampai konstraksi putung di proksimlnya sehingga distalnya iskemik b. Meningikan pungtung dengan mengangkat kaki jangan ditahn dengan bantal sebab dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut c. Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan putung tetap dibalut tekan, angkta jahitan hari ke 10 sampai 11
8
d. Amputasi bawah lutut tidak boleh mengantung dipinggir tempat tidur atau berbaring atau duduk lama dengan fleksi lutut e. Amputasi diatas lutut jangan dipadang bantal diantara paha atau memberikan abdukasi putung, mengatungnya waktu jalan dengan kruk untuk mencegah kostruktur lutut dan paha.
J. Komplikasi Komplikasi amputasi meliputi perdarahan infeksi dan kerusakan kulit.Karena da pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traomatika resiko infeksi meningkat peyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kronik.
9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN AMPUTASI
Kasus : Tn. M berusia 46 tahun dirawat di ruang Cempaka menjalani perawatan post operasi amputasi. Ia mengatakan kaki kiri terasa nyeri tepat di area amputasi dan tidak bisa digerakan setelah 3 hari operasi dilakukan. Nyeri timbul sering sehingga mengganggu aktivitasnya. Hasil pemeriksaan TTV : Tekanan Darah 130/80 mmHg, Nadi 82x/menit, RR 22x/ menit, skala nyeri 5.
A. Pengkajian 1. Biografi Klien Nama Initial
: Tn. M
Tempat/tgl. Lahir (Umur)
: Tulungagung, 11 januari 1970 (46)
Jenis kelamin
: laki-laki
Alamat
: Tulungagung
Pekerjaan
: Swasta
Agama
/ Suku
: Islam/Jawa
Status Perkawinan
: Menikah
Pendidikan
: SMK
Warga Negara
: Indonesia
2. Alasan MRS : Kaki kiri sulit digerakkan hal ini dialami klien sejak tiga hari ini, sebelum masuk rumah sakit awalnya klien mengalami kecelakaan lalu lintas, riwayat trauma tidak jelas, riwayat muntah (-), pingsan (-). 3. Riwayat Kesehatan a.
RPS : Riwayat kesehatan sekarang, klien sedang menjalani
perawatan post operasi amputasi yang dilakukan pada tanggal 24 November 2010.klien merasakan nyeri pada kaki kiri diatas lutut tepat pada lokasi yang diamputasi, nyerinya timbul sering sehingga mengganggu ketenangan klien. b.
RPD : Riwayat kesehatan masa lalu, klien tidak pernah mengalami penyakit yang serius seperti asma, dan penyakit
10
menular lainnya, klien tidak pernah di rawat di rumah sakit.kebiasaan Sehari-hari 4. Tanda-tanda Vital : a. Keadaan Umum
: Klien tampak lemah dan pucat
b. Kesadaran
: Composmentis
c. Suhu
: 37˚C
d. Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
e. Nadi
: 82x/menit
f. Pernafasan/RR
: 22x/ menit
g. TB
: 163 cm
h. BB
: 60 kg
5. Pengkajian Pola Aktivitas a. Nutrisi Sebelum masuk rumah sakit : Sebelum masuk rumah sakit pola makan klien 3 x sehari, makanan yang di sukai adalah nasi goreng dan klien tidak mempunyai pantangan makanan. Sesudah masuk Rumah Sakit Pola makan klien 3 x sehari, nafsu makan menurun,klien hanya makan ¾ dari satu porsi yang di sajikan b. Minum Sebelum masuk ke Rumah Sakit klien minum 5-6 gelas perhari dengan jumlah 1500-2000 cc/hari, dengan jenis air putih, minuman yang disukai adalah teh manis. Sesudah masuk ke Rumah Sakit, klien minum 3-4 gelas perhari dengan jumlah ± 1500 cc/hari, dengan jenis air putih. c.
Tidur Sebelum masuk Rumah Sakit : klien jarang tidur siang, tidur malam 6-7 jam/hari, tidak ada kesulitan untuk tidur Sesudah masuk Rumah Sakit : klien tidur siang 1-2 jam/hari, tidur malam 4 - 5 jam/hari dan klien mengalami kesulitan waktu tidur
11
akibat nyeri pada kaki kiri dan cara mengatasinya dengan minum obat dan mengubah posisi menyandar (semi fowler) d. Eliminasi (BAK dan BAB) BAK a) Sebelum masuk ke Rumah Sakit frekuensi BAK klien adalah 5-6 x/hari dengan jumlah urine ± 1200 cc/hari, warna kuning jernih tidak ada kelainan dan baunya khas. b) Sesudah masuk Rumah Sakit frekuensi BAK klien 4 - 5x/hari dengan jumlah urine ± 12001300
cc/hari, warna kuning jernih tidak ada kelainan dan
baunya khas. BAB a) Sebelum masuk ke Rumah Sakit, frekuensi BAB klien 1 x/hari dengan warna kuning kecoklatan, bau khas, konsistensi lembek dan tidak ada kelainan. b) Sesudah masuk ke RS, frekuensi BAB klien adalah 2x sehari, warna kuning kecoklatan, bau khas dengan konsistensi lembek. Tidak ada kelainan dan bau khas e. Aktivitas Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, seluruh kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan perawat, hal ini dikarenakan terputusnya kontinuitas jaringan kaki kirinya yang diamputasi. f. Personal Hygiene a) Sebelum masuk ke Rumah Sakit klien mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, cuci
rambut 3
x/minggu, potong kuku 1x/minggu b) Sesudah masuk ke Rumah Sakit, klien mandi hanya di lap 1x sehari, gosok gigi 1x/hari, cuci
rambut 1x/minggu, potong kuku
1x/minggu Klien tidak ada mengalami kesulitan dalam personal hygiene
12
g. Rekreasi Sebelum masuk Rumah sakit : Klien sering menonton TV dan mendengarkan musik, klien jarang berolah raga karena klien beranggapan bahwa pekerjaanya sudah menyerupai olah raga dan klien jika ada kesempatan pergi ke tempat hiburan Sesudah masuk Rumah Sakit : Klien tampak bedrest. h. Psikologis a) Persepsi klien : klien percaya penyakitnya akan segera sembuh b) Konsep Diri : Klien menerima keadaannya dan kondisinya sekarang. c) Emosi : kondisi emosi klen stabil, mampu mem d) Adaptasi : klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan di rumah sakit e) Mekanisma Pertahan Diri : Klien berdoa kepada ALLAH SWT agar penyakit yang dideritanya cepat sembuh i. Sosial Hubungan klien dengan keluarga harmonis, setiap saat orang tua dan saudara kandungnya menjaganya di rumah sakit, dalam kesehariannya.Dalam
klien memperhatikan pada saat berbicara
dengan lawan bicaranya (koheren). Dalam kesehariannya klien menggunakan bahasa daerah (batak) j. Spiritual Selama sakit klien jarang beribadah, hal ini disebabkan keterbatasan gerak klien, dan klien yakin bahwa dirinya akan segera sembuh.
6. Pemeriksaan Head To Toe a. Kepala : Kepala berbentuk bulat, ukurannya normal, posisinya Simetris dan kulit kepala beersih tidak ada ketombe. b. Rambut : Klien berambut lurus pendek, hitam dan rambut kurang tetata rapi
13
c. Mata/ Penglihatan : Posisi bola mata simetris, fungsi penglihatan baik, klien dapat membaca dengan jarak 30 cm, pupil normal, refleks cahaya baik dan klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan d. Hidung /Penciuman : Bentuk dan posisi hidung simetris, Sekret tidak ada, fungsi penciuman bagus, dapat membedakan bau obat dan balsam , tidak terdapat perdarahan dan peradangan mukosa dan klien tidak menggunakan alat Bantu penciuman e. Telinga/Pendengaran : Bentuk dan posisi telinga simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen atau cairan apapun, tidak terdapat perdarahan dan peradangan pada telinga klien dan klien tidak mengunakan alata bantu pendengaran. f. Mulut : Rongga mulut bersih, bentuk bibir simetris, tidak ada bau, kebersihan gigi baik tidak terdapat cries pada gigi klien, peradangan pada tonsil tidak ada, fungsi pengecapan kurang baik, mulut klien terasa pahit. g. Leher : Bentuk leher simetris, tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening maupun tiroid, tekanan vena jugularis 16 cm H2O h. Neurosensori (+)Baik, Dapat Membedakan Bau Dan Aroma (+)Baik, tidak ada kelainan (+)Baik, Dapat Menggerakkan Bola Mata (+)Baik, dapat menggerakkan kelopak mata (+)Baik, dapat menggerakkan kelopak mata atas (+)Baik, dapat mengangkat rahang atas, palatum (+)Baik, dapat mengangkat rahang bawah dan lidah (+)Baik, dalam menggoyangkan sisi mata (+)Baik, dalam menggerakkan lidah dan rongga mulut
14
(-)Kurang baik, dalam rangsangan pendengaran (-)Rangsangan cita rasa kurang baik, lidah, terasa pahit (+)Baik, faring, laring, paru-paru dan esophagus (+)Baik, dalam menggerakkan leher (+) Kurang Baik, dalam rangsangan atau rasa, lidah terasa pahit i. Thorax dan fungsi pernafasan : Bentuk thorax simetris, frekuensi 22x/I, bunyi nafas vesikuler, irama teratur (regular), tidak ditemukan adanya sputum j. Jantung : Tidak ada pembesaran jantung, tidak terdapat sianosis dan nyeri dada, bunyi jantung normal tidak ada bunyi jantung tambahan, Capila Refill 1 x/i k. Abdomen : Turgor kulit baik, jika diambil elastis, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran hepar dan limfe, peristaltik usus 20x/i l. Reproduksi/alat
kelamin
:
Tidak
ada
kelainan,
tidak
ada
pembesaran/pembengkakan didaerah penis.Dan tidk terpasang kateter. m. Ekstremitas : Pada ekstremitas bawah luka post amputasi atas lutut sebelah kiri yang menyebabkan klien kesakitan skala nyeri 5 sedang, dan disekitar luka terjadi odema.
15
B. Analisa Data DATA
ETIOLOGI
MASALAH
Ds : Klien mengatakan
Luka operasi
Nyeri
nyeri pada kaki kiri (area amputasi)
Terputusnya
Do:
kontinuitas jaringan -
Klien
tampak
mringis, lemah,
Nyeri
gelisah -
Skala
nyeri
5(sedang). -
TD
:
130/80
mmHg -
Nadi : 82x/mnt
-
Suhu : 37˚C
-
RR : 22x/mnt
Ds : klien mengatakan
Kehilangan anggota
Gangguan mobilitas
tidak mampu berjalan
tubuh
fisik
dan
kehilangan
kaki
kirinya sehingga tidak mampu
melakukan
aktivitas
Kesulitan melakukan aktivitas
Do : -
Ada
perban
elastis di kaki kiri -
Gangguan mobilitas fisik
Kaki kiri sudah diamputasi
-
Seluruh aktivitas klien
dibantu
oleh kluarga dan perawat
16
-
Skala oto 2 pada ekstremitas kanan bawah
Ds : Klien mengatakan
Kehilangan anggota
Gangguan citra
tampak malu dengan
tubuh
tubuh/body image
keadaannya sekarang Do : -
Gangguan citra Klien
tubuh/body image
kehilangan kaki kirinya -
Klien
tampak
murung,
dan
lemas
C. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jarigan 2. Gangguang mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh 3. Gangguan citra tubuh/body image berhubungan dengan perubahan penampilan akibat kehilangan anggota tubuh
D. Intervensi Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jarigan Tujuan : Nyeri hilang/terkontrol Kriteria hasil : -
Menyatakan nyeri hilang/terkontrol
-
Tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
17
Tindakan
Rasional
Mandiri 1. Catat
lokasi,
frekuensi,
dan
1. Membantu
intensitas nyeri ( skala 0-10 ).
kebutuhan
dan
Amati perubahan karakteristik
intervensi.
Perubahan
nyeri, missal kebas, kesemutan.
mnegindikasikan
2. Tinggikan bagian yang sakit tempat
dalam
evaluasi keefektifan dapat
terjadinya
komplikasi,
missal
dengan
meninggikan
tidur
atau
menggunakan
2. Mengurangi terbentuknya edema
bantal/guling
sebagai
dengan peningkatan aliran balik
penyangga.
nekrosis/infeksi.
vena, mengurangi kelelahan otot
3. Tingkatkan kenyamanan klien( missal rubah posisi sesering
dan tekanan pada kulit/jaringan. 3. Memfokuskan kembali perhatian,
mungkin, pijatan punggung ).
meningkatkan
relaksasi,
Dorong
meningkatkan
kemampuan
menggunakan
teknik
manajemen stress ( missal nafas
koping, dan dapat menurunkan
dalam, visualisasi ).
terjadinya nyeri.
4. Berikan pijatan lembut pada sisa tungkai
(
toleransi
punting bila
)
sesuai
balutan
telah
dilepas
4. Meningkatkan
sirkulasi,
mengurangi ketegangan otot. 5. Dapat mengindikasikan sindrom kompartemen, khususnya cedera
5. Amati keluhan nyeri yang tidak
traumatic.
hilang dengan analgesik.
6. Mengurangi
Kolaborasi 6. Berikan oabat sesuai indikasi, missal
analgesic,
relaksan
otot. 7. Berikan
nyeri/spasme
otot 7. Mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi otot,
pemanasan
sesuai indikasi.
lokak
sirkulasi,
dan
membantu
perbaikan edema.
18
2. Gangguang mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh Tujuan : mempertahankan posisi fungsi Kriteria Hasil : -
Menunjukkan teknik atau prilaku yang memampukan tindakan aktivitas.
-
Menyatakan
pemahaman
situasi
individual,
program
pengobatan, dan tindakan keamanan. Tindakan
Rasional
Mandiri 1.
berikan
perawatan
puntung
1. Memberikan kesempatan untuk
secara teratur, missal inspeksi
mengevaluasi penyembuhan dan
area, bersihkan dan keringkan,
komplikasi. Penutupan puntung
dan tutup kembali puntung
mengontrol
dengan balutan elastis.
membantu
edema
dan
pembentukan
puntung. 2.
Segera tinggikan gips bila gips berubah posisi.
3.
2. Edema terjadi dengan cepat dan rehabilitasi dapat terhambat.
Bantu latiohan rentang gerak,
3. Mencegah kontraktur, perubahan
khususnya area yang sakit dan
bentuk
mulai
dengan
sedini
mungkin
pascaoperasi.
yang
dapat
terjadi
dan
dapat
cepat
memperlambat
penggunaan
protese. 4.
5.
Dorong latihan aktif/ isometric
kekuatan
otot
untuk paha atas dan lengan.
untuk membantu pemindahan/
Berikan gulungan pada paha
ambulasi.
sesuai indikasi. 6.
4. Meningkatkan
5. Mencegah
Anjurkan klien untuk berbaring posisi
tengkurap
sesuai
rotasi
eksternal
puntung tungkai. 6. Menguatkan otot ekstensor dan
toleransi sedikitnya dua kali
mencegah
konstraktur
sehari dengan bantal di bawah
pada panggul.
fleksi
19
abdomen
dan
puntung
ekstremitas. 7.
7. Penggunaan
bantal
dapat
Waspadai tekanan bantal di
menyebabkan konstraktur fleksi
bawah
permanen pada panggul dan
ekstremitas
terhadap
puntung untuk menggantung
posisi
dependen
puntung
secara dependen di samping
mengganggu aliran vena dan
tempat tidur atau kursi.
dapat
meningkatkan
pembentukan edema. 8.
Tunjukkan/ bantu ambulasi dan penggunaan
alat
mobilitas,
contohnya kruk atau walker.
8. Membantu perawatan diri dan kemandirian
klien.
Teknik
pemindahan/ambulasi
yang
dapat mencegah cedera abrasi. 9.
Bantu dengan ambulasi.
9. Menurunkan Ambulasi
resiko
cedera.
setelah
amputasi
tungkai bawah bergantung pada 10. Bantu klien melanjutkan latihan otot
preoperasi
kemampuan,
sesuai
missal
waktu pemasangan protese. 10.
Membantu
meningkatkan
berdiri
perbaikan rasa keseimbangan
pada telapak, berdiri pada ibu
dan kekuatan kompensasi bagian
jari.
tubuh.
Kolaborasi 11. Rujuk missal
11. ke
tim
ahli
rehabilitasi, terpi
fisioterapi. 12. Berikan tempat tidur busa.
fisik,
Memberikan bentuk latihan/
program
aktivitas
untuk
memenuhi
kebutuhan
kekuatan
individu
mengidentifikasi fungsional,
dan serta
mobilitas membantu
meningkatkan kemandirian. 12.
Menurunkan tekanan pada
kulit/jaringan
yang
dapat
mengganggu
sirkulasi,
risiko
iskemia/kerusakan jaringan.
20
3. Gangguan citra tubuh/body image berhubungan dengan perubahan penampilan akibat kehilangan anggota tubuh Tujuan : Menerima situasi dengan realistis Kriteria Hasil : Mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative. Tindakan
Rasional
Mandiri 1. Kaji/ pertimbangkan persiapan klien
dan
1.
pandangannya
Klien
yang
memandang
amputasi sebagai rekontruksi
terhadap amputasi.
hidup akan menerima diri yang
2. Dorong klien mengekspresikan
baru
dengan
cepat.
Klien
ketakutan, perasaan negative
dengan
amputasu
traumatic
dan kehilangan bagian tubuh.
mempertimbangkan
amputasi
3. Beri
penguatan
informasi
sebagai kegagalan dan berada
termasuk
pada resiko tinggi gangguan
pascaoperasi tipe/lokasi
amputasi,
tipe
protese,
harapan
setelah
operasi,
tindakan
setelah
konsep diri 2.
klien mulai menerima kenyataan
operasi termasuk control nyeri dan rehabilitasi. 4. Kaji
system
dan relitas hidup tanpa tungkai. 3.
Memberikan kesempatan untuk
(
menanyakan dan mengasimilasi
support system ) dukungan
informasi dan mulai menerima
orang lain yang ada untuk klien.
perubahan gambaran dari dan
5. Diskusikan tentang dengan
pendukung
Ekspresi perasaan membantu
persepsi
diri
dan
klien
fungsi, yang dapat membantu
hubungan
perubahan
dan
penyembuhan. 4.
Dukungan
yang cukup dari
bagaimana klien melihat dirinya
orang yang terdekat dan teman
dalam pola/ peran fungsi yang
yang
biasanya.
rehabilitasi.
6. Dorong partisipasi klien dalam aktivitas sehari-hari. Berikan
5.
dapat
Membantu masalah
membantuproses
mengartikan sehubungan
dengan
21
kesempatan untuk memandang/
pola hidup sebelumnya dan
merawat sisa tungkai ( puntung
membantu pemecahan masalah.
), dan menunjukan tanda positif
Sebagai contoh takut kehilangan
penyembuhan.
kemandirian,
7. Dorong/ oleh
berikan orang
diamputasi, telah
kunjungan
yang
telah
khususnya
berhasil
bekerja, dan sebagainya. 6.
terbuka
Meningkatkan kemandirian dan
yang
perasaan harga diri. Meskipun
dalam
penyatuan sisa tungkai dalam
rehabilitasi. 8. Berikan
kemampuan
gambaran lingkungan
pada
klien
diri
dapat
yang
memerlukan waktu berbulan-
untuk
bulan bahkan bertahun-tahun.
mendiskusikan masalah tentang
Melihat
seksualitas.
mendengar pernyataan positif
9. Perhatikan
perilaku
menarik
menerus
melihat
tungkai
dan
dapat membantu klien dalam
diri, membicarakan hal negative dari diri, menyangkal atau terus
sisa
penerimaan. 7.
perubahan
Teman
senasib
mengalami
nyata ( amputasi ).
hal
yang
telah
yang
sama
bertindak sebagai model peran dan
dapat
keabsahan
memberikan
pernyataan,
juga
harapan untuk pemulihan dan masa depan normal. 8.
Meningkatkan
pernyataan
keyakinan/ nilai tentang subjek positif
dan
mengidentifikasi
kesalahan konsep/mitos yang dapat memengaruhi penilaian situasi. 9.
Mengidentifikasi
tahap
berduka/kebuthan
untuk
intervensi.
22
Kolaborasi 10.
Diskusikan
berbagai
tersedianya
sumber,
konseling
missal
10. Membantu adaptasi lanjut yang optimal dan rehabilitasi.
psikiatrik/seksual,
terapi kejujuran.
E. Implementasi Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah disusun.
F. Evaluasi 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jarigan S : klien mengatakan nyeri pada kaki kirinya sudah mulai berkurang. O : klien tampak sudah mulai tenang skala nyeri 5 (sedang) A : Masalah sebagian teratasi. P : Rencana tindakan dilanjutkan oleh perawat ruangan Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena Evaluasi keluahan nyeri/ketidak nyamanan Dorong klien untuk mendiskusikan masalah dengan cedera Berikan obat sesuai dengan indikasi ; narkotik dan analgesik non narkotik (tramadol) 2. Gangguang mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh S : Klien mengatakan hanya mampu sedikit menggerakkan puntungnya. O : Kondisi baik dan mampu sedikit menggarakkan puntungnya. A : Masalah sebagian teratasi. P : Rencana tindakan dilanjutkan oleh perawat ruangan.
23
Kaji derajat imobilitas yang di hasilkan oleh cedera/ pengobatan dan perhatikan persepsi klien terhadap imobilitas Intruksikan klien untuk bantu dalam rentang gerak klien aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit Bantu / dorong peran diri/ kebersihan (contoh :mandi, mencukur) Beri bantu dalam mobillitas dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin Awasi TD dengan melakukan aktifitas 3. Gangguan citra tubuh/body image berhubungan dengan perubahan penampilan akibat kehilangan anggota tubuh S : Klien mengatakan mulai menerima keadaannya. O : Klien mulai tampak tenang. A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan dan tetap beri dukungan moral.
24
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya. Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar adekuat untuk memcapai tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegagkkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat amputasi.
B. Saran Dengan dibuatnya makalah ini para pembaca baik para perawat maupun tenaga kesehatan lainya dapat memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien Amputasi dengan baik dan benar sehingga makalah kami bermanfaat.
25
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/323441633/Pathway-Amputasi ( di akses tanggal 10 November 2017, pukul 17.00)
JOB DICS :
1. Adip luhur
: Mencari Materi
2. Agung Triyono
: Mencari Materi
3. Ahmad Syafii
: Mencari Materi
4. Amelia Pina
: Mengetik
5. Ariz Lathifa
: Mencari Materi
6. Avinda Yunikasari
: Mengetik
7. Bella Eka Lestari
: Mengetik
8. Candra Febri W.
: Editor 1
9. Diah Khurnia S.
: Mengetik
10. Doni Santoso
: Editor 2
11. Dwi Novita Anjani
: Editor 3
12. Elisa Nurmahida
:Mencari Materi
13. Faiz Aji Tantoko
: Editor 4
14. Habibi Nurrohman
: Mencari Materi