PENERAPAN SANITASI DALAM INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN DI PT PERKEBUNAN TAMBI UP TANJUNGSARI, WONOSOBO
Tugas Tersturktur Sanitasi Dan Pengolahan Limbah Industri Pangan
Oleh : Umi Latifah A1M011020
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2014
RINGKASAN
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor f aktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia seperti pembuatan sumur yang memenuhi persyaratan kesehatan, pengawasan kebersihan pada peralatan makan, serta pengawasan terhadap makanan (Azwar, 1990). Prinsip dasar sanitasi meliputi dua hal, yaitu membersihkan dan sanitasi. Membersihkan yaitu menghilangkan mikroba yang berasal dari sisa makanan dan tanah yang mungkin menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Sanitasi merupakan langkah menggunakan zat kimia dan atau metode fisika untuk menghilangkan sebagian besar mikroba yang tertinggal pada permukaan alat dan mesin pengolah makanan. Sedanngkan limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya (Mahida,1984). Sanitasi yang dilakukan PT Perkebunan Tambi UP Tanjungsari yaitu meliputi snaitasi bahan baku, sanitasi mesin dan peralatan, sanitasi pekerja/karyawan dan sanitasi bangunan serta lingkungan lingkungan perusahaan. Sanitasi yang diterapkan di PT Perkebunan Tambi UP Tanjungsari masih banyak yang perlu diperbaiki. Hal ini karena proses sanitasi yang dilakukan masih banyak kekurangan. Fasilitas sanitasi di UP Tanjungsari juga belum lengkap sehingga perlu penambahan penambahan fasilitas tersebut. Penanganan limbah di UP Tanjungsari meliputi penanganan limbah padat, cair dan gas. Limbah cair yang ada berupa air yang digunakan untuk mendinginkan tabung gas, limbah padat berbentuk abu sisa pembakaran kayu bakar, sedangkan limbah gas berupa asap yang dikeluarkan dari mesin pelayuan dan pengeringan. Penanganan limbah yang dilakukan di UP Tanjungsari masih kurang baik, maka perlu adanya perbaikan pengelolaan limbah di UP Tanjungsari. Perlu adanya penambahan cerobong asap agar assap yang dihasilkan tidak terakumulasi di ruang pengolahan. Penanganan limbah padat untuk dibuat tanggul sungai harus dilaksanakan dengan semestinya dan dilakukkan pemantauan agar bisa berjalan dengan baik.
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah kontaminasi produk , terutama yang berhubungan dengan adanya proses kegiatan industri tersebut. Dalam proses kegiatannya masalah sanitasi merupakan salah satu faktor yang paling menentukan kualitas produk akhir. Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor f aktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia seperti pembuatan sumur yang memenuhi persyaratan kesehatan, pengawasan kebersihan pada peralatan makan, serta pengawasan terhadap makanan (Azwar, 1990). Aspek sanitasi dalam produksi pangan merupakan program yang tidakdapat dipisahkan dalam industri. Sanitasi dalam industri meliputi sanitasibahan baku sampai dengan produk akhir dan segala sesuatu yangberhubungan dengan proses produksi yang dapat menyebabkan kontaminasipada produk seperti sanitasi peralatan produksi, sanitasi pekerja, sanitasi bangunan, serta perlakuan-perlakuan yang berhubungan langsung denganbahan karena sanitasi sangat terkait dengan keamanan pangan bagi konsumen. Penerapan sanitasi yang baik dalam industri akan memberikan keuntunganproduksi keuntunganproduksi dan meningkatkan me ningkatkan mutu produk yang dihasilkan. Sanitasi pangan ditujukan untuk mencapai kebersihan yang prima dalam tempat produksi, persiapan penyimpanan, penyajian makanan, dan air sanitasi. Hal-hal tersebut merupakan aspek yang sangat esensial dalam setiap cara penanganan pangan. Sanitasi di sebuah perusahaan makanan dapat berjalan dengan baik jika diterapkan secara baik pula. Pelaksanaan sanitasi secara berkala akan memberikan dampak yang baik pada industri. Kontaminasi produk, peralatan, pekerja maupun lingkungan pabrik dapat dihindari. Akan tetapi penerapann sanitasi yang buruk akan berdampak pada produk akhir, baik itu kontaminasi
produk dari lingkungan kerja maupun dari pekerja. Oleh karena itu, perlu adanya kajian mengenai penerapan sanitasi dan pengelolaan limbah pada suatu industri pengolahan pangan. Salah satu industri pengolahan pangan yang terdapat di Jawa Tengah adalah PT Perkebunan Tambi UP Tanjungsari yang memproduksiteh hijau. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan dikaji dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pennerapan sanitasi dan pengolahan limbah di PT Perkebunan Tambi UP Tanjungsari ? 2. Bagaimana evaluasi sanitasi dan pengolahan limbah yang sudah diterapkan di PT Perkebunan Tambi UP Tanjungsari ? C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui penerapan sanitasi dan pengolahan limbah di PT Perkebunan Tambi UP Tanjungsari beserta evaluasinya.
II. STUDI PUSTAKA
A. Sanitasi
Menurut Labensky (1994) dalam Purnawijayanti (2001)mendefinisikan sanitasi sebagai penciptaan atau pemeliharaan kondisi yangmampu mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau terjadinya penyakityang disebabkan oleh makanan. Ehlers dan Steele (1958) mendefinisikan sanitasi sebagai pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut. Secara luas ilmu sanitasi adalah penerapan dari prinsip-prinsip tersebut yang
akan
membantu
dalam
memperbaiki,
mempertahankan
atau
mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia. Untuk mempraktekkan ilmu ini, maka seseorang harus mengubah segala sesuatu dalam lingkungan yang dapat secara langsung atau tidak langsung membahayakan terhadap kehidupan manusia. Dalam arti luas, juga mencakup kesehatan masyarakat (taman, gedung-gedung umum, sekolah , restoran dan lingkungan lainnya). Sanitasi akan membantu melestarikan melest arikan hubungan ekologik yang seimbang. Sanitasi pangan merupakan hal terpenting dari semua ilmu sanitasi karena sedemikian banyak lingkungan kita yang baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan suplai makanan manusia. Hal ini sudah disadari
sejak
awal
sejarah
kehidupan
manusia
dimana
usaha-usaha
pengawetan makanan telah dilakukan seperti penggaraman, pengasinan, dan lain-lain. Sanitasi pangan berhubungan erat dengan sanitasi obat-obatan dan kosmetik, karena penggunaan ketiga komoditi tersebut yang memerlukan kontak baik secara internal maupun eksternal dengan tubuh manusia. Demikian pula halnya sanitasi pangan tidak dapat dipisahkan dengan sanitasi lingkungan dimana produk makanan disimpan, ditangani, diproduksi atau dipersiapkan, dan dari praktek sanitizer serta higiene higiene personalia yang harus menangani makanan.
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya, misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004). Sanitasi makanan merupakan upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia (Chandra, 2006). Sedangkan menurut Oginawati (2008), sanitasi makanan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembang biaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan yang dapat merusak makanan dan membahayakan kesehatan manusia. Menurut Chandra (2006) dan Oginawati (2008), tujuan dari sanitasi makanan antara lain: 1. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan 2. Mencegah penularan wabah penyakit 3. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat 4. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan 5. Melindungi konsumen dari kemungkinan terkena penyakit yang disebarkan oleh perantara-perantara makanan Dalam upaya sanitasi makanan, terdapat 6 tahapan yang harus diperhatikan yaitu: 1. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi 2. Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan 3. Keamanan terhadap penyediaan air bersih 4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran 5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan, penyajian dan penyimpanan 6. Pencucian, pembersihan, dan penyimpanan alat-alat atau perlengkapan Prinsip dasar sanitasi meliputi dua hal, yaitu membersihkan dan sanitasi. Membersihkan yaitu menghilangkan mikroba yang berasal dari sisa makanan dan tanah yang mungkin menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroba.
Sanitasi merupakan langkah menggunakan zat kimia dan atau metode fisika untuk menghilangkan sebagian besar mikroba yang tertinggal pada permukaan alat dan mesin pengolah makanan. B. Penanganan Limbah
Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya (Mahida,1984). Menurut Buckle et. al . (1987) istilah polution istilah polution equivalent seringdigunakan seringdigunakan untuk menunjukkan persoalan-persoalan yang ada dalampenanganan dan pembuangan limbah pengolahan pangan. Suatu pabrikpengolahan pangan yang membuang sisa-sisa sebanyak 106 liter air setiapharinya dengan BOD 2000 ml/liter, menghasilkan daya polusi sebandingdengan bahan buangan rumah yang berasal dari populasi 40.000 orang(dengan anggapan BOD 300 mg/liter, 180 liter/jam/hari).Menurut Loehr (1977) dalam Jenie dan Winiati (1990) metodepenanganan dapatdilakukan
dan
pembuangan
yang
dengan
sedimentasi,
penimbunan
biologikdan perlakuan
fisik
atau
kimia.
layak
dari
limbah
lahan,
cairan
penanganan
Penanganan limbah
padatan
dapatdilakukan dengan penimbunan tanah, pupuk, pakan ternak dan dehidrasi. Zat-zat padat yang terdapat dalam limbah dapat dihilangkandengan melakukan penyaringan atau pengendapan (sedimentasi).Sedangkan untuk menetralkan asam atau basa dan menghilangkan bahanbahanorganik tertentu dapat digunakan metode kimia. Sedangkan metodefisikokimia seperti adsorbsi, pertukaran ion, osmosis, oksidasi kimia danpengendapan biasanya dilakukan untuk menghilangkan komponenkomponenkimia tertentu yang bersifat mencemari (Jenie dan Winiati,1990). Setiap limbah perlu dikarakteristik terlebih dahulu sebelum rancangan proses dimulai. Sifat limbah cair yang perlu diketahui adalah volume volume aliran,
konsentrasi organic, karakteristik dan toksisitas. Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah juga bergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Berdasarkan sumber atau asal limbah, maka limbah dapat dibagi kedalam beberapa golongan yaitu : a. Limbah domestic, yaitu semua limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur, tempat cuci pakaian, dan lain sebagainya, yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri atas zat organik baik padat maupun cair, bahan berbahaya dan beracun beracun (B-3), garam terlarut, lemak. b. Limbah nondomestic, yaitu limbah yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, dan transportasi serta sumber-sumber lainnya. c. Limbah pertanian biasanya terdiri atas pestisida, bahan pupuk dan lainnya (Kristianto,2002)
III. PENERAPAN SANITASI DAN PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia seperti pembuatan sumur yang memenuhi persyaratan kesehatan, pengawasan kebersihan pada peralatan makan, serta pengawasan terhadap makanan (Azwar, 1990). PT Perkebunan Tambi di UP Tambi (produksi teh hitam) telah menjalankan sistem HACCP ( Hazard Analysis Critical Control Point ) terhadap pengolahan komoditasnya dengan tujuan untuk menjamin kualitas mutu teh yang dihasilkan. Akan tetapi di UP Tanjungsari penerapan HACCP masih dalam tahap perencanaan. Sanitasi terhadap lingkungan produksi, pekerja, peralatan, maupun bahan baku diharapkan dapat mendukung terjaminnya mutu teh yang dihasilkan. dihasil kan. Sanitasi yang dilakukan PT Perkebunan Tambi UP Tanjungsari yaitu meliputi : 1. Sanitasi Bahan Baku
Sanitasi bahan baku merupakan salah satu tahapan sanitasi dalam industri. Bahan baku yang sersih, akan menghasilkan pproduk akhir yang bebas dari kontaminan. Bahan baku yang digunakan di UP Tanjungsari adalah pucuk teh.Apabilapucuktehtidakmendapatkanperlakuandanpengawasankhususdarise muajeniskontaminanmaupunkotoran,
makamutuproduk
yang
dihasilkantidakakansesuaidengan yang diharapkan. Selainitu, bahaya yang ditimbulkanjugasangatmerugikankonsumenapabilateh
yang
bahanbakunyaterkontaminasisampaidikonsumsi. Sanitasi terhadap pucuk teh diawali dari pemetikan di kebun teh. Pemetikan pucuk teh hanya boleh dilakukan minimal 12 hari sejak penyemprotan hama yang terakhir dilakukan. Hal ini untuk menghindari kemungkinan masih adanya sisa-sisa bahan kimia yang menempel di daun teh. Pucuk teh tidak boleh terkena kotoran ketika dipetik, seperti jatuh ke tanah
atau terinjak-injak. Hal ini karena dalam pengolahan teh hijau tidak ada proses pencucian pucuk teh yang akan diolah. Sanitasi pucuk teh juga dilakukan ketika berada di pabrik. Pucuk teh yang akan dilayukan tidak terinjak-injak di lantai peangolahan. Pucuk teh tidak boleh terkena bahan-bahan kimia seperti oli, solar, maupun minyak pelumas ketika diangkut menggunakan truk. Penghilangan terhadap kotoran seperti daun-daun kering, rumput dan ranting pohon lain dilakukan oleh pekerjasaat memasukkan pucuk ke dalam mesin rotary panner . 2. Sanitasi Peralatan dan Mesin Pengolahan
Peralatan, mesin dan riang pengolahan harus mendapat perhatian khusus, karena berhubungan langsung dengan produk yang diolah.Oleh karena
itu
sanitasiterhadapperalatan,
mesin,
maupunruanganpengolahansangatpentinguntukdilakukan. Di UP Tanjungsari, pembersihan alat dilakukan setelah proses selesai, sedangkan perawatan mesin dilakukan sesara berkala oleh bagian teknik perusahaan. Sanitasi terhadap mesin di pabrik dilakukan oleh tenaga kebersihan, maupun tenaga kerja di bagian pengolahan. Mesin-mesin yang akan digunakan untuk pengolahan maupun setelah digunakan dibersihkan untuk menghilangkan kontaminan berupa sisa pucuk teh yang tertinggal atau kotoran lain yang bisa menempel di bahan baku maupun produk teh jadi. Mesindanperalatan yang perlu dilakukan pembersihan secara teratur, diantaranya adalah rotary panner , mesin pendingin, press cup roller , ECP, Rotary drier dan dan Ball Tea. Tea. Rotary panner dibersihkandarisisa-sisa dibersihkandarisisa-sisa pucuk teh yang menempel. Mesin press cup roller dibersihkan menggunakan sapu dari sisa sisa penggulungan.
Untuk
mesin
ECP
pembersihan
dilakukan
dengan
menghilangkan kerak-kerak sisa pengeringan pucuk teh. Pembersihan pada mesin rotary drier dan ball tea tea yaitu dengan menghilangkan sisa teh hasil pengeringan, dan debu debu debu yang menempel pada mesin. 3. Sanitasi Karyawan
Kebersihan dan higienitas pekerja industri makanan sangatpenting. Pekerja juga merupakan sumber pencemaran. Yang sangatpenting dijaga ialah agar pekerja tidak sampai menularkan mikrobapatogen karena pencemaran ini tidak
terlihat,
tetapi
jika
terjadi
resikonyaberat
yaitu
peracunan
makanan.Kesehatan dan kebersihan pekerja sangat menentukan mutu produk yang dihasilkan. Karyawan atau pekerja merupakan salah satu mata rantai penghubung sumber pencemaran, karena banyak mikroorganisme yang melekat pada kulit dan pakaian yang dikenakan. Sanitasi terhadap karyawan di pabrik pengolahan sangat penting untuk dilakukan Para karyawan yang masuk ke pabrik penolahan diwajibkan memakai masker serta baju khusus beserta topinya, dan juga sepatu yang sudah disediakan, selain itu diwajibkan mencuci tangan sebelum masuk ke ruang pengolahan. Faktor-faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi pekerja akan menyebabkan gangguan yang mengakibatkan terganggunya pelaksanaan pekerjaan. Gangguan tersebut dapat berpengaruh terhadap kenyamanan kerja, gangguan keamanan dan kesehatan dalam bekerja. Beberapa faktor yang berpengaruh pada pekerja yang berkaitan dengan gangguan yang ditimbulkan dari proses pengolahan antara lain: a. Bau Bau yang tidak disukai dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti pernafasan. Bau tertentu dapat berasal dari proses penggiligan. b. Penerangan Penerangan
merupakan
faktor
yang
sangat
penting
dalam
pelaksanaan pekerja/ proses produksi. Penerangan yang baik membuat para pekerja dapat melihat dengan jelas sesuatu yang dikerjakan, sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Dan sebaliknya jika sistem penerangan yang kurang baik dapat melelahkan mata atau bahkan dapat menyebabkan kecelakaan kerja. c. Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki. Dengan adanya kebisingan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan. Gangguan
tersebut dapat berupa kerusakan indera pendengaran, selain itu juga dapat mengganggu komunikasi. Penempatan generator yang menjadi sumber suara ditempatkan diruang yang terpisah dengan ruang proses produksi, sehingga tidak mengganggu karyawan dalam bekerja. Setiap tahap pengolahan harus dilakukan antisipasi walaupun sederhana untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan kerja para pekerja. Di UP Tanjungsari,ada perlengkapan yang harus digunakan pekerja saat melakukan proses pengolahan seperti: 1) Masker Pemakaian masker dimaksudkan agar bahan baku maupun produk yang dihasilkan tidak terkontaminasi oleh sumber kontaminan dari mulut karyawan maupun pengunjung ketika bercakap-cakap. Selain itu, dengan pemakaian masker ini kenyamanan karyawan dan pengunjung juga akan lebih terjamin sebab proses pengolahan teh menimbulkan bau yang cukup menusuk hidung. Masker di UP Tanjungsari terbuat dari kain yang cukup untuk melindungi dari debu dan kelembaban berlebih dan tidak terlalu pengap. 2) Baju Seragam dan Tutup Kepala Pemakaian baju seragam dan topi/ tutup kepala dimaksudkan agar teh yang sedang diolah tidak tercemar te rcemar oleh karyawan kar yawan maupun pengunjung. Penggunaan baju seragam berfungsi untuk mengurangi kemungkinan tercemarnya produk teh oleh karyawan maupun pengunjung dikarenakan teh memiliki sifat higroskopis yaitu mudah menyerap bau menyengat seperti parfum. Tutup kepala digunakan untuk menjaga agar tidak terjadi pencemaran pada produk teh oleh debu dari kepala atau rambut pekerja sehingga estetika dan keamanan teh dapat dijaga. Baju seragam yang dipakai berwarna biru dengan tutup kepala yaitu topi. 3) Celemek Celemek dapat befungsi sebagai pelindung pakaian pekerja dari kotoran teh yang terkadang susah dihilangkan. Selain itu juga dapat
merapikan pakaian kerja sehingga kemungkinan pakaian tersangkut pada alat lebih terkurangi. Celemek digunakan oleh pekerja yang bekerja pada tempat yang basah, seperti ketika pembeberan pucuk pada pada whitering troughdan troughdan ketika memasukkan pucuk teh dalam mesin pelayuan. pelayuan . Celemek yang digunakan di UP Tanjungsari terbuat dari bahan yang kedap air, sehingga baju pekerja tidak basah saat melakukan pekerjaannya. 4) Sarung Tangan Sarung tangan berfungsi untuk menghindari kontaminasi produk oleh tangan pekerja sebagai pengolahnya. Sarung tangan juga untuk pengamanan kerja saat melakukan pekerjaan. Pekerja yang bertugas pada bagian pemasukkan bahan bakar pada tungku diharuskan memakai sarung s arung tangan anti api agar tangan terhindar dari kontak langsung dengan api. Selain itu pekerja tersebut harus mengenakan kacamata agar melindungi dari percikan api. Sarung tangan juga harus dipakai di setiap tahapan pengolahan seperti pelayuan, penggulungan dan pengeringan serta pengemasan. 5) Sepatu Sepatu boot merupakan sepatu khusus yang digunakan oleh para mandor kebun dan para pemetik di kebun untuk melindungi dari bahaya luar, misalnya duri, paku yang dapat menancap dikaki ataupun serangga yang berbahaya. Setiap karyawan di bagian pengolahan diwajibkan mengganti alas kakinya dengan sepatu saat masuk ke pabrik. Hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang dari luar pabrik ke dalam pabrik dan untuuk menghindari dengan teh yang diolahkontaminasi. diolahkontaminasi. 4. Sanitasi Bangunan dan Lingkungan
Sanitasi lingkungan produksi perlu mendapat perhatian, karena berkaitan erat dengan masyarakat sekitar, pengolahan, dan kelestarian lingkungan. Lingkungan produksi berhubungan dengan lokasi dan konstruksi bangunan.
Lokasi UP Tanjungsari terletak di daerah dekat dengan pemukiman penduduk sehingga bahan sisa sis a hasil pengolahan yang dibuang harus ditangani secara benar, supaya tidak menganggu kesehatan dan kenyamanan penduduk sekitar. Selain itu, untuk menjaga kebersihan halaman pabrik dan ruang pengolahan sudah ada petugas kebersihan yang setiap pagi tugasnya menyapu men yapu dan membersihkan ruang pengolahan dan halaman sekitar pabrik. Kebersihan lingkungan pabrik dan karyawan sangat terjaga dikarenakan disediakan tempat sampah untuk menampung kotoran dan juga wastafel untuk cuci tangan para pekerja sebelum dan setelah melakukan aktivitas kerja. Lingkungan tempat perusahaan didirikan harus diperhatikan letaknya terhadap lingkungan yang kurang sehat. Penentuan lokasi bangunan secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi produk yang dihasilkan, untuk itu pemilihan lokasi bangunan tidak boleh diabaikan begitu saja. Sanitasi bangunan di UP Tanjungsari meliputi : a. Sanitasi Lantai Lantai di UP Tanjungsari relatif kedap air, permukaannya rata dan halus tetapi tidak licin serta mudah untuk dibersihkan. Proses pembersihan lantai yang di lakukan di UP Tanjungsari yaitu menyapu dan mengepel lantai sebelum proses dan setelah proes produksi, sehingga lantai terlihat bersih dan tidak mengganggu jalanya proses produksi. b. Sanitasi Dinding Dinding menggunakan tembok dengan ketinggian ± 5-7 meter dari permukaan lantai, dinding tembok juga dilengkapi dengan ventilasi yang berfungsi sebagai sirkulasi udara. Pembersihan dinding biasanya dilakukan seminggu sekali untuk dinding yang berdekatan dengan alat mesin yaitu dengan cara mengelap dinding tersebut agar terbebas dari kotoran yang menempel. c. Atap dan Langit-Langit Atap terbuat dari seng. Seng dapat menyerap panas dan selain itu tahan terhadap pengaruh hujan, tahan lama, dan tidak bocor. Langit-langit terbuat dari kayu dengan permukaan rata dan tidak mudah terkelupas serta
tahan lama dan mudah dibersihkan. Pembersihan atap dan langit-langit dilakukan dilakukan setiap sebulan sekali oleh petugas kebersihan dengan menggunakan sapu panjang. d. Ventilasi Ventilasi
berfungsi
sebagai
sirkulasi
udara.
Uap
air
akan
mengembun dan menempel pada permukaan peralatan, mesin, langi-langit dan dinding yang mudah menimbulkan karat sedangkan pada kayu akan mengakibatkan kayu menjadi mudah lapuk atau terjadi serangan jamur. Masalah tersebut dapat ditanggulangi dengan adanya ventilasi sebagai pengatur suhu ruangan. Ventilasi udara di UP Tanjungsari terbuat dari kawat jaring memudahkan dalam proses pembersihan. Pembersihan debu yang menempel pada ventilasi di lakukan setiap seminggu sekali oleh petugas kebersihan.
B. Penanganan Penanganan Limbah
Limbah
adalah
sisa
dari
hasil
kegiatan
industri
atau
usaha
yangmengandung bahan pencemar yang bersifat berbahaya dan beracun karenasifat, konsentrasi, dan jumlahnya.Pengolahan limbah yang dihasilkan sangat penting untuk dilakukan agar tidak mencemari lingkungan di sekitar pabrik walaupun pada dasarnya proses pengolahan teh tidak menimbulkan limbah yang terlalu berbahaya bagi lingkungan. Limbah hasil tahapan proses harus mendapatkan perhatian dan dikelola dengan baik agar tidak membahayakan dan berdampak buruk bagi lingkungan. UP Tanjungsari menghasilkan limbah padat, cair, maupun gas (asap). Penanganan terhadap masing-masing limbah berbeda-beda. a. Limbah Padat Limbah padat yang dihasilkan oleh UP Tanjungsari berupa sisa pembakaran kayu bakar (abu) yang dihasilkan pada tungku pemanas ditumpuk setelah itu dimasukkan ke dalam karung untuk dijadikan sebagai tanggul sungai sehingga air yang mengaliri karung tersebut menjadi jernih
karena abu memiliki sifat menetralkan keasaman dan menyerap racun (mensterilkan media) sehingga residu kotoran akan tertinggal. Selain abu sisa pembakaran, limbah padat dari proses pengolahan teh berupa
debu
yang
jatuh
ke
lantai
tidaklah
terlalu
berbahaya.
Penanganannya hanya perlu dilakukan dengan car a menyapunya kemudian dibuang ke tempat sampah. b. Limbah Cair Limbah yang paling sedikitdihasilkan pada proses pengolahan teh adalah limbah cair, karena proses pengolahan teh tidakmelibatkan air. Air hanya digunakan untuk mendinginkan tabung gas yang digunakan sebagai bahan bakar mesin ball teadan teadan membersihkan lantai sehingga tidak tercemar bahan lain.Penanganannya dengan cara dialirkan ke selokan dan dibuang. Selainitu limbah cair yang dihasilkan berupa minyak pelumas yangdigunakan
pada
sehinggapenanganannya
mesin. dengan
Jumlahnya
tidak
ditempatkan
terlalu
dalam
banyak,
wadah
agar
tidakmencemari tanah. c. Limbah Gas Limbah gas (asap) lebih mendapat perhatian dengan pengaturan letak cerobong asap yang tepat sehingga tidak terlalu dekat dengan tempat dimana karyawan beraktivitas. Ditambah dengan adanya tanaman penyejuk di sekitar lokasi pabrik membuat kondisi udara di UP Tanjungsari bisa tetap terjaga. Asap dari heat exchanger baik exchanger baik untuk pelayuan maupun pengeringan langsung dibuang ke udara sekitar melalui cerobong cer obong asap. Tinggi cerobong pengeluaran asap hasil pembakaran di ruang pengeringan lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi bangunan pabrik tempat proses pengolahan berlangsung. Ini dimaksudkan agar asap/gas hasil pembakaran tersebut tidak masuk ke ruang pengolahan sehingga tidak mengganggu jalannya proses pengolahan
IV. EVALUASI
A. Evaluasi Untuk Sanitasi Bahan Baku
Sanitasi bahan baku yang dilakukan di UP Tanjungsari belum cukup baik. Hal ini dikarenakan massih ditemui bahan baku berupa pucuk teh yang kotor maupun tercampur dengan benda asing lain. Pucuk teh yang berada di ruang pengolahan juga masih sering terinjak oleh para pekerja. Sehingga perlu adanya penanganan khusus untuk pucuk teh dan juga perhatian dari pekerja agar membiasakan diri untuk tidak menginjak pucuk teh yang akan diolah. B. Evaluasi Untuk Sanitasi Mesin dan Peralatan
Sanitasi untuk mesin dan peralatan di UP Tanjungsari sudah cukup baik. Akan tetapi proses pembersihannya masih belum dilakukan secara berkala. Jadwal untuk pembersihan mesin dan peralatan juga belum ada. Pembersihan mesin dan peralatan belum memenuhi standar. Hal ini dikarenakan, pada setiap mesin pengolahan, massih ada kotoran yang tertinggaldari sisa pengolahan. Sisa – sisa sisa yang menempel di mesin pengolahan ini masih sukar dibersihkan, terutama pada mesin ECP. Sehingga perlu adanya cara khusus untuk membersihkan mesin-mesin pengolahan. C. Evaluasi Untuk Sanitasi Karyawan
Sanitasi karyawan atau pekerja di UP Tanjungsari belum dilaksanakan dengan baik dan belum memenuhi standar. Hal ini bisa dilihat dari pakaian kerja yang dipakai setiap hari dan baru diganti seminggu sekali. Selain itu masih banyak pekerja yang tidak memakai penutup kepala, sarung tangan, maupun masker. Ada juga pekerja yang tidak memakai pakaian kerjanya. Budaya kebersihan di kalangan pekerja juga masih dsangat rendah. Walaupun
sudah disediakan wastafel untuk tempat cuci tangan, tapi masih jarang pekerja yang mencuci tangannya sebelum masuk ke pabrik pengolahan. Sanitasi karyawan ini juga belum terlaksana dengan baik karena kurangya dukungan dari pihak perusahaan. Bisa dilihat dari pemberian pakaian kerja dan sarung tangan dalam waktu 1 bulan sekali. Waktu 1 bulan merupakan waktu yang terlalu lama. Pemberian pakaian kerja dan kelengkapan lain yang terlalu lama, menyebabkan kurangnya kebersihan dari pekerja. Pakaian kerja dan kelengkapan lain yang jarang diganti dapat menyebabkan kontaminasi pada produk yang diolah. D. Evaluasi Untuk Sanitasi Bangunan Dan Lingkungan
Sanitasi bangunan dan lingkungan yang dilakukan di UP Tanjungsari belum memenuhi standar dan perlu adanya peningkatan lagi. Hal ini bisa dilihat seperti langit-langit yang massih berdebu karena pembersihan yang kurang berkala. Lantai masih terdapat kotoran yang menempel walaupun sudah dibersihkan, sudut lantai bangunan bagian dalam masih berbentuk siku padahal standar yang ditetapkan sudut lantai harus dibuat melengkung agar mudah dibersihkan, penggunaan tempat cuci tangan yang masih belum optimal, penempatan tempat sampah masih belum teratur, serta kebersihan toilet dan mushola karyawan yang masih kurang. Oleh karena itu, perlu beberapa perbaikan seperti sudut lantai bangunan bagian dalam dibuat melengkung, langit-langit dibersihkan secara teratur, sirkulasi udara harus mencegah akumulasi debu dan dilengkapi dengan kain kasa pencegah serangga, seperti tikus dan sebagainya, pemanfaatan dengan semestinya tempat untuk mencuci tangan , tempat sampah harus dirancang dan ditempatkan pada tempat terpisah untuk mencegah kontaminasi, kebersihan toilet yang harus dijaga dan diusahakan jauh dari area produksi. E. Evaluasi Untuk Penanganan Limbah
Penanganan limbah yang dilakukan di UP Tanjungsari sudah dilakukan dengan cukup baik. Limbah cair dan gas yang dihasilkan sudah ditangana dengan benar. Hanya saja cerobong asap yang ada di pabrik pengolahan masih belum mencukupi sehingga masih ada asap yang berada di ruang pengolahan.
Untuk penanganan limbah padat berupa abu sisa kayu bakar massih belum ditangani dengan baik. Hal ini dikarenakan masih adanya abu yang dibuang dibelakang pabrik dan tidak di masukkan ke karung sebagai tanggul sungai. Pembuangan limbah abu di belakang ruang pengolahan ini menyebabkan asap yang keluar dari abu masuk ke ruang pengolahan, sehingga menyebaban polusi dan ketidaknyamanan para pekerja. Berdasarkan hal di atas maka perlu adanya perbaikan pengelolaan limbah di UP Tanjungsari. Perlu adanya penambahan cerobong asap agar assap yang dihasilkan tidak terakumulasi di ruang pengolahan. Penanganan limbah padat untuk dibuat tanggul sungai harus dilaksanakan dengan semestinya dan dilakukkan pemantauan agar bisa berjalan dengan baik.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sanitasi yang telah diterapkan oleh PT Perkebuan Tambi UP Tanjungsari meliputi sanitasi bahan baku, sanitasi pekerja/karyawan, sanitasimesin dan peralatan serta sanitasi bangunan dan lingkungan kerja. Secara keseluruhan penerapan sanitasi dan penanganan limbah yang telah dilakukan massih kurang dan perlu adanya perbaikan.
B. Saran
Perlu adanya perbaikan untuk sanitasi perusahaan dan juga penambahan beberapa fasilitas pendukungnya. pendukungnya. Penanganan limbah juga perlu ditingkatkan dan diperbaiki agar tidak mencemari teh hijau yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan.PT. Lingkungan .PT. Bina Rupa Aksara. Jakarta. Buckle,K.A.,1987. Ilmu Buckle,K.A.,1987. Ilmu Pangan. Pangan. Universitas Indonesia Press.Jakarta. Chandra, Budiman. 2006. Pengantar 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan Lingkungan.. EGC. Jakarta DepKes RI. 2004.Sistem 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004. 2004 . Jakarta. Jenie, Betty dan Pudji Rahayu Winiati. 1990. Penanganan Limbah Industri Pangan. Pangan. Kanisius. Yogyakarta. Kristanto, P. 2002. Ekologi Ekologi Industri. Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Labensky, S.L dan A.M. Hause. 1994. On Cooking: Techniques from Expert Chefs. Chefs. New York. Loehr, R. C. 1977. Pollution Control for Agriculture. Agriculture. Academic Press, Inc., NewYork. Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Pencemaran air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Industri . Penerbit CV. Radjawali. Jakarta Oginawati, K. 2008. Sanitasi Makanan dan Minuman . Penerbit Institut Teknologi Bandung Press. Bandung. Purnawijayanti, Hiasinta A. 2001. Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Pangan Pangan.. Kanisius. Yogyakarta.