SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF SUBSTANTIF TRANSAKSI
Pada Pada bab ini akan dibahas dibahas sampli sampling ng non statis statistik tik dan sampling sampling statist statistik ik
untuk untuk
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. Standar audit (SA 530) mendefinisikan sampling audit sebagai berikut : Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100 unsur dalam suatu populasi audit !ang rele"an sedemikian rupa sehingga semua unit sampling memiliki peluang !ang !ang sama sama untuk untuk dipili dipilih h untuk untuk memberi memberikan kan basis basis memadai memadai bagi auditor auditor untuk untuk menarik kesimpulan tentang populasi se#ara keseluruhan. SAMPEL REPRESENTATIF
Sampel representatif adalah sampel !ang memiliki karakteristik !ang hampir sama dengan karakteristik populasi. $al ini berarti bah%a unsur sampel serupa dengan unsur !ang tidak diikutsertakan dalam sampel. &isi &isiko ko non' non'sa samp mpli ling ng adala adalah h risi risiko ko bah%a bah%a suat suatu u peng penguj ujia ian n audit audit tidak tidak dapat dapat mengungkapkan mengungkapkan adan!a pen!impangan pen!impangan dalam sampel. sampel. ua pen!ebab risiko risiko non' sampling adalah : auditor gagal mengetahui adan!a pen!impangan dan tidak tepat atau tidak efektifn!a prosedur audit. &isiko sampling adalah risiko auditor men#apai suatu kesimpulan !ang keliru karena sampel tidak men#erminkan populasi. &isiko sampling adalah bagian inheren dari sampling !ang disebabkan karena pengujian tidak dilakukan terhadap keseluruhan populasi. Auditor mempun!ai dua #ara untuk mengontrol risiko sampling !aitu : 1.
*engubah ukuran sampel
2.
*enggunakan metode !ang tepat untuk memilih unsur sampel dari populasi
1
SAMPLING
STATISTIK
DAN
SAMPLING
NON-STATISTIK
SERTA
PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK DAN NON-PROBABILISTIK SAMPLING STATISTIK DAN SAMPLING NON-STATISTIK
*etode sampling audit dapat dibagi menjadi dua golongan besar !akni sampling statistik dan sampling non'statistik. +edua kategori ini serupa karena keduan!a terdiri dari tiga tahapan !aitu : 1.
*eren#anakan sampel
2.
*emilih sampel dan melakukan pengujian
3.
*enge"aluasi hasil
,indakan'tindakan tahap demi tahap :
•
Tindakan *enentukan bah%a ukuran sampel adalah 100
1.
Langkah *eren#anakan sampel
•
*emutuskan 100 unsur mana !ang akan dipilih
2.
*emilih sampel
dari populasi *elakukan sampel •
*elaksanakan prosedur audit pada 100 unsur !ang dipilih dan menentukan bah%a terdapat tiga pen!impangan
•
*enarik
kesimpulan
tentang
kemungkinan
3.
*enge"aluasi hasil
tingkat pen!impangan dalam populasi ketika diketahui bah%a tingkat pen!impangan dalam sampel adalah 3 persen
Sampling statistik berbeda dari sampling non'statistik. alam metode sampling statistik dengan menerapkan aturan matematika auditor dapat mengkuantifikasi
2
(mengukur) risiko sampling dalam peren#anaan sampel (tahap 1) dan dalam menge"aluasi hasil (tahap 3). alam sampling non'statistik auditor tidak mengkuantifikasi risiko sampling. Auditor memilih unsur'unsur sampel !ang di!akinin!a akan memberi informasi !ang paling bermanfaat dalam situasi !ang dihadapi dan men#apai kesimpulan tentang populasi berdasarkan hasil pertimbangann!a. PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK DAN NON-PROBABILISTIK
Pemilihan sampel probabilistik auditor memilih unsur'unsur sampel se#ara a#ak (random) !ang setiap unsur populasin!a memiliki probabilitas !ang diketahui untuk dimasukkan dalam sampel. alam pemilihan sampel non'probabilistik auditor memilih unsur sampel dengan menggunakan
pertimbangan
profesionaln!a
tidak
menggunakan
metoda
probabilistik. PENERAPAN SAMPLING STATISTIK DAN NON-STATISTIK DALAM PRAKTIK SERTA METODA PEMILIHAN SAMPEL
Ada tiga tipe metoda pemilihan sampel !ang la-im !ang berhubungan dengan sampling audit non'statistik. +etigan!a adalah non'probabilistik. Ada empat tipe metoda pemilihan sampel !ang berhubungan dengan sampling audit statistik. +eempat metoda tersebut adalah probabilistik. *etoda pemilihan sampel non'probabilistik ( judgemental ) terdiri dari : 1.
Pemilihan sampel langsung ( Directed sample selection)
2.
Pemilihan sampel blok ( Block sample selection)
3.
Pemilihan sampel sembarang ( Haphazard sample selection)
*etoda pemilihan sampel probabilistik terdiri dari :
3
1.
Pemilihan sampel a#ak sederhana ( simple random sample selection)
2.
Pemilihan sampel sistematik ( systematic sample selection)
3.
Pemilihan sampel probabilitas proportional dengan ukuran (probability Proportional to size sample selection)
4.
Pemilihan sampel berjenjang (Stratified sample selection)
METODA PEMILIHAN SAMPEL NONPROBABILISTIK
*etoda pemilihan sampel non'probabilistik adalah metoda'metoda !ang tidak memenuhi pers!aratan teknis untuk pemilihan sampel probabilistik. PEMILIHAN SAMPEL LANGSUNG
Auditor sengaja memilih setiap unsur di dalam sampel berdasarkan kriteria menurut pertimbangann!a sendiri dan tidak memilihn!a se#ara a#ak. e%asa ini pendekatan !ang digunakan terdiri dari : Unsur ang Pa!ing Mungkin B"risi K"sa!ahan P"na#ian
Auditor sering kali bisa mengidentifikasi unsur populasi mana !ang paling mungkin berisi kesalahan pen!ajian. alam menge"aluasi sampel sema#am itu auditor biasan!a beranggapan bah%a apabila dari unsur !ang dipilih tidak ada !ang kesalahan pen!ajian maka populasi diperkirakan tidak mengandung kesalahan pen!ajian se#ara material. Unsur ang B"risi Karak$"ris$ik P%&u!asi T"r$"n$u
engan memilih satu atau lebih unsur !ang memiliki karakteristik populasi !ang berbeda auditor mungkin bisa meran#ang sampel !ang representatif.
Unsur B"rni!ai Ru&iah B"sar
4
Auditor kadang kadang dapat memilih sampel !ang men#akup sebagian besar dari total rupiah populasi dan dengan #ara itu dapat mengurangi risiko menarik kesimpulan !ang tidak tepat karena tidak memeriksa unsur'unsur !ang ke#il. PEMILIHAN SAMPEL BLOK
Auditor memilih unsur pertama dalam suatu blok dan selanjutn!a dipilih se#ara berurutan. Penggunaan sampel blok biasan!a dapat diterima han!a apabila jumlah blok !ang digunakan #ukup ban!ak. Apabila han!a sedikit blok !ang digunakan probabilitas untuk mendapatkan satu sampel !ang tidak representatif akan terlalu besar terutama bila terjadi pergantian pega%ai terjadi perubahan sistem akuntansi dan adan!a sifat musiman seperti !ang sering dijumpai d alam ban!ak bisnis. P"'i!ihan Sa'&"! S"'(arangan ) haphazard *
Adalah pemilihan unsur'unsur tanpa suatu bias !ang disadari oleh auditor. alam hal seperti ini auditor memilih unsur populasi tanpa mempertimbangkan ukuran sumber ataupun karakteristik pembeda lainn!a. +elemahan paling serius pemilihan sampel sembarangan adalah sulitn!a memegang teguh untuk sepenuhn!a tidak bias dalam pemilihan. +arena pelatihan auditor dan bias !ang tidak disengaja unsur populasi tertentu akan lebih besar kemungkinann!a untuk dimasukkan dalam sempel ketimbang !ang lainn!a. METODA PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK
Sampling
statistik
mengharuskan
digunakann!a
sampel
probabilistik
untuk
menghitung risiko sampling. ntuk sampel probabilistik auditor tidak menggunakan pertimbangan ( judgement ) tentang unsur sampel mana !ang akan dipilih ke#uali dalam memilih metoda seleksin!a. PEMILIHAN SAMPEL A+AK SEDERHANA
5
alam suatu sampel a#ak sederhana setiap kombinasi unsur populasi mempun!ai kesempatan !ang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Auditor menggunakan a#ak sederhana untuk populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih tipe unsur populasi. /omor'nomor a#ak adalah serangkaian angka (digits) !ang memiliki probabilitas !ang sama untuk terjadi dalam jangka panjang dan tidak memiliki pola tertentu. Para auditor sering menghasilkan nomor'nomor a#ak dengan menggunakan salah satu dari tiga teknik pemilihan sampel berbantuan #omputer !aitu : electronic spreadsheets, random number generators, dan generalized audit software. Program komputer memberi sejumlah keuntungan !aitu : menghemat %aktu mengurangi
kemungkinan
auditor
salah
dalam
memilih
nomor
dan
mendokumentasikan se#ara otomatis. +arena keban!akan auditor memiliki akses ke komputer dan ke electronic spreadsheet atau random number generator programs, mereka biasan!a lebih senang menggunakan komputer !ang menghasilkan nomor' nomor a#ak dibandingkan metoda pemilihan probabilistik lainn!a. PEMILIHAN SAMPEL SISTEMATIK
alam pemilihan sampel sistematik auditor menghitung suatu inter"al dan kemudian memilih unsur'unsur untuk sampel berdasarkan ukuran inter"al. nter"al ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel !ang dikehendaki. +euntungan pemilihan sistematik adalah mudah penggunaann!a. alam keban!akan populasi sampel sistematik dapat dengan #epat ditarik dan se#ara otomatis meletakkan nomor'nomor se#ara berurutan sehingga memudahkan untuk membuat dokumentasi. +elemahan pemilihan sampel sistematik ialah adan!a kemungkinan terjadi bias. engan #ara pemilihan sampel seperti telah dilukiskan di atas sekali unsur pertama dalam sampel dipilih maka unsur lainn!a dalam sampel akan terpilih se#ara otomatis. 6
Apabila
auditor
menggunakan
pemilihan
sistematik
auditor
harus
mempertimbangkan kemungkinan pola dalam data populasi !ang bisa membuat sampel menjadi bias. PEMILIHAN SAMPEL PROBABILITAS PROPORSIONAL TERHADAP UKURAN DAN SAMPEL BERJENJANG
alam ban!ak situasi pengauditan biasan!a akan menguntungkan untuk memilih sampel !ang menekankan pada unsur'unsur populasi !ang berjumlah besar. Ada dua #ara untuk memperoleh sampel seperti ini : 1.
*engambil sampel !ang kemungkinan terpilih setiap unsur indi"idualn!a proporsional dengan jumlah rupiah di pembukuan. *etode ini disebut pemilihan sampel probabilitas proporsional dengan ukuran (PP) dan kemudian die"aluasi dengan menggunakan sampling non'statistik atau sampling statistik unit moneter.
2.
*embagi populasi menjadi subpopulasi biasan!a dengan ukuran rupiah dan mengambil sampel !ang lebih besar dari subpopulasi dengan ukuran !ang lebih besar. $al seperti ini disebut pemilihan sampel berjenjang dan die"aluasi dengan menggunakan sampling non'statistik
atau sampling
statistik "ariabel. PEMILIHAN SAMPEL UNTUK TINGKAT PEN,IMPANGAN
Auditor menggunakan sampel dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi untuk menaksir persentase unsur'unsur dalam suatu populasi !ang berisi suatu karakteristik atau atribut. Persentase ini disebut tingkat keterjadian atau tingkat pen!impangan. Sebagai #ontoh apabila auditor menetapkan bah%a tingkat pen!impangan untuk "eri"ikasi internal dalam faktur penjualan adalah sekitar 3 persen hal ini berarti se#ara rata rata 3 dari 100 faktur tidak di"erifikasi dengan benar.
7
Auditor menaruh perhatian pada jenis'jenis pen!impangan dalam populasi data akuntansi berikut: 1.
Pen!impanan dari pengendalian !ang ditetapkan klien
2.
+esalahan pen!ajian rupiah dalam populasi data transaksi
3.
+esalahan pen!ajian rupiah dalam populasi detil saldo akun
Pengetahuan tentang tingkat pen!impangan terutama berguna untuk pen!impangan tipe satu dan tipe dua !ang bersangkutan dengan transaksi. leh karena itu auditor ban!ak menggunakan audit sampling !ang mengukur tingkat pen!impangan dalam melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. ntuk pen!impangan tipe tiga auditor biasan!a perlu menaksir jumlah total rupiah pen!impanan karena auditor harus menetapkan apakah kesalahan pen!ajian material atau tidak. Apabila auditor ingin mengetahui jumlah total kesalahan pen!ajian auditor harus menggunakan metoda !ang mengukur rupiah bukan tingkat pen!impangan. ,ingkat pen!impangan dalam suatu sampel akan digunakan untuk menaksir tingkat pen!impangan dalam keseluruhan populasi. ni merupakan 2taksiran terbaik auditor mengenai tingkat pen!impangan dalam populasi. stilah pen!impangan harus diartikan baik berupa de"iasi dari prosedur pengendalian !ang ditetapkan klien dan jumlah rupiah !ang tidak benar baik !ang disebabkan oleh kesalahan akuntansi !ang tidak disengaja maupun oleh pen!ebab lainn!a. stilah de"iasi terutama berkaitan dengan pen!impangan dari pengendalian !ang ditetapkan. alam penggunaan sampling audit untuk tingkat pen!impangan auditor ingin mengetahui tingkat pen!impangan !ang paling mungkin dan bukan lebarn!a inter"al ke!akinann!a. leh karena itu auditor fokus pada batas atas dari taksiran inter"al !ang disebut taksiran atau computed upper exception rate )+UER* dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. engan menggunakan angka'angka dari #ontoh !ang lalu auditor dapat men!impulkan bah%a 4& untuk dokumen
8
pengiriman !ang hilang adalah 6 dengan risiko sampling sebesar 5 !ang berarti auditor men!impulkan bah%a tingkat penge#ualian populasi tidak lebih besar dari 6 dengan risiko sebesar 5 tingkat penge#ualian itu akan melampaui 6. Setelah dihitung auditor dapat mempertimbangkan 4& dalam konteks tujuan audit khusus. Sebagai #ontoh jika pengujian dilakukan atas dokumen pengiriman !ang hilang auditor harus menentukan apakah tingkat pen!impangan sebesar 6 itu merupakan risiko pengendalian !ang dapat bagi tujuan keterjadian (o##urren#e). PENERAPAN PEMILIHAN SAMPEL AUDIT NON-STATISTIK
Auditor menggunakan 16 langkah !ang diran#ang untuk menerapkan sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. 7angkah langkah tersebut dibagi menjadi tiga tahap !ang telah digambarkan sebelumn!a. Auditor harus mengikuti langkah langkat tersebut dengan #ermat untuk memastikan diterapkann!a pers!aratan audit maupun sampling dengan benar. M"r"nanakan Sa'&"! 1.
*enetapkan tujuan pengujian audit
2.
*enentukan apakah sampling audit dapat diterapkan
3.
*erumuskan atribut dan kondisi penge#ualian
4.
*erumuskan populasi
5.
*erumuskan unit sampling
6.
*enetapkan tingkat penge#ualian !ang dapat ditoleransi
7.
*enetapkan risiko !ang dapat diterima atas penentu an risiko penilaian !ang terlalu rendah
8.
*enaksir tingkat penge#ualian populasi
9.
*enentukan ukuran sampel a%al
M"'i!ih Sa'&"! dan M"!aksanakan Pr%s"dur Audi$ 1.
*emilih sampel
2.
*elaksanakan proseur audit
9
M"ng".a!uasi Hasi! 1.
*enggenaralisasi dari sampel ke populasi
2.
*enganalisis pen!impangan
3.
*enentukan aksebtabilitas populasi
MENETAPKAN TUJUAN PENGUJIAN AUDIT
,ujuan pengujian harus ditetapkan sesuai dengan siklus transaksi !ang akan diuji. 8iasan!a auditor merumuskan tujuan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi sebagai berikut : •
*enguji keefektifan operasi pengendalian
•
*enentukan apakah transaksi berisi kesalahan pen!ajian rupiah
MENENTUKAN APAKAH SAMPLING AUDIT BISA DITERAPKAN
Audit sampling dapat diterapkan apabila auditor meren#anakan untuk memperoleh kesimpulan mengenai populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus memeriksa program audit dan memilih prosedur audit dimana sampling audit dapat diterapkan: 1.
&e"ie% transaksi penjualan apakah ada !ang berjumlah besar atau tidak biasa (prosedur analitis)
2.
7akukan pengamatan (obser"asi) apakah tugas pega%ai !ang menangani piutang usaha terpisah dari tugas pega%ai !ang menangani kas (pengujian pengendalian)
3.
Periksa suatu sampel duplikat faktur penjualan dan periksalah : a.
Persetujuan kredit oleh manajer kredit (pengujian pengendalian)
b.
+eberadaan dokumen pengiriman !ang dilampirkan (pengujian pengendalian)
c. 4.
Pen#antuman nomor bagan akun(pengujian pengendalian)
*emilih sampel dokumen pengiriman dan menelusuri masing masing ke salinan faktur penjualan terkait (pengujian pengendalian)
10
5.
*embandingkan kuantitas !ang ter#antum pada setiap salinan faktur penjualan dengan kuantitas pada dokumen pengiriman !ang terkait (pengujian substantif atas transaksi)
Sampling audit tidak dapat diterapkan bagi dua prosedur pertama dalam program audit ini. Prosedur !ang pertama adalah prosedur analitis dimana sampling tidak la!ak diterapkan. Sementara !ang kedua adalah prosedur obser"asi !ang tidak memiliki dokumentasi untuk melaksanakan sampling audit. MERUMUSKAN ATRIBUT DAN KONDISI-KONDISI PEN,IMPANGAN
Apabila akan menggunakan sampling audit auditor harus merumuskan karakteristik (atribut) !ang akan diuji dan kondisi'kondisi pen!impangan. Apabila atribut tidak dirumuskan di muka dengan #ermat para staf audit !ang melaksanakan prosedur audit tidak memiliki pegangan untuk mengidentifikasi pen!impangan. Atribut dan kondisi pen!impangan untuk sampling audit diambil langsung dari prosedur audit !ang ditetapkan auditor. PERUMUSAN POPULASI
Populasi adalah unsur'unsur !ang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat merumuskan populasi untuk mengikutsertakan setiap unsur !ang diinginkan tetapi ketika memilih sampel sampel tersebut harus dipilih dari sepuluh populasi seperti !ang telah didefinisikan. Auditor harus mendefinisikan dengan #ermat terlebih dahulu sejalan dengan tujuan pengujian audit. PERUMUSAN UNIT SAMPLING
nit sampling dirumuskan oleh auditor berdasarkan definisi tentang populasi dan tujuan pengujian audit. nit sampling adalah unit fisik uang berhubungan dengan angka a#ak ang dihasilkan auditor. 9adi sangatlah bermanfaat memikirkan unit sampling sebagai titik a%al untuk melakukan pengujian audit. ntuk siklus penjualan
11
dan penagihan unit sampling biasan!a berupa nomor faktur penjualan atau dokumen pengiriman. MENETAPKAN TINGKAT PEN,IMPANGAN BISA DITOLERANSI
Penetapan tingkat pen!impangan bisa ditoleransi atau tolerabel exeption rate )TER* untuk setiap atribut membutuhkan pertimbangan profesional auditor. ,&
merupakan tingkat pen!impangan tertinggi !ang bisa diterima auditor dalam pengendalian !ang sedang diuji dan masih dapat disimpulkan bah%a pengendalian berjalan efektif (dan atau tingkat kesalahan pen!ajian jumlah rupiah dalam transaksi !ang bisa diteriima). MERUMUSKAN RISIKO ,ANG BISA DITERIMA UNTUK PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN TERLALU RENDAH
ntuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi risiko tersebut disebut sebagai risiko !ang bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlalu rendah atau acceptable risk of assessing control risk to low (ARACR). A&A4& mengukur risiko !ang bersedia ditanggung auditor untuk
menerima suatu pengendalian sebagai efektif (atau tingkat salah saji sebagai dapat ditoleransi) apabila tingkat pen!impangan populasi !ang sebenarn!a lebih besar daripada tingkat pen!impangan !ang dapat ditoleransi (,&).
MENAKSIR TINGKAT PEN,IMPANGAN POPULASI
Auditor harus menaksir di muka tingkat pen!impangan populasi untuk meren#anakan ukuran sampel !ang tepat. Apabila taksiran tingkat pen!impangan populasi atau estimated population exception rate (EER) rendah maka ukuran sampel !ang lebih
12
ke#il akan memenuhi tingkat penge#ualian !ang dapat di toleransi (,&) auditor karena han!a diperlukan suatu tingkat ketepatan taksiran !ang rendah. MENENTUKAN UKURAN SAMPEL A/AL
Ada empat faktor !ang menentukan ukuran sa'&"! a0a! untuk sampling audit !aitu : ukuran populasi ,& A&A4& dan P&. Setelah ketiga faktor !ang mempengaruhi ukuran sampel ditentukan auditor dapat memutuskan ukuran sampel a%al. isebut 2ukuran sampel a%al karena pen!impangan dalam sampel !ang sesungguhn!a harus die"aluasi sebelum auditor memutuskan apakah sampel #ukup besar untuk men#apai tujuan pengujian. S"nsi$i.i$as Ukuran Sa'&"! T"rhada& Sua$u P"ru(ahan da!a' Fak$%r P"n"n$u
ntuk memahami konsep !ang melandasi sampling dalam pengauditan anda harus memahami pengaruh dari kenaikan atau penurunan !ang terjadi pada salah satu dari keempat faktor !ang menentukan ukuran sampel dengan asumsi bah%a faktor lainn!a konstan. +ombinasi dua faktor akan berpengaruh besar terhadap ukuran sampel : ,& dikurangi P&. Selisih antara kedua faktor adalah presisi sampel a%al. Presisi !ang lebih ke#il !ang biasa disebut taksiran lebih persis memerlukan sampel !ang lebih besar. MEMILIH SAMPEL
Auditor harus memilih unsur'unsur dalam populasi !ang akan diikutsertakan dalam sampel. Auditor dapat melakukan pemilihan sampel dengan metoda probabilistik atau non'probabilistik. ntuk memperke#il kemungkinan klien merubah unsur sampel auditor tidak memberitahu klien terlalu jauh sebelumn!a mengenai unsur sampel !ang akan dipilih. Auditor juga harus mengontrol sampel setelah klien men!erahkan
13
dokumen. 8eberapa unsur sampel tambahan bisa dipilih sebagai ekstra untuk mengganti unsur !ang dibatalkan dalam sampel semula. MELAKSANAKAN PROSEDUR AUDIT
Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa unsur'unsur dalam sampel untuk menentukan apakah unsur tersebut konsisten dengan definisi dari atribut dan dengan men#atat semua pen!impangan !ang ditemukan. Apabila prosedur audit telah selesai diterapkan pada sampel auditor telah memiliki ukuran sampel dan sejumlah pen!impangan untuk setiap audit. ntuk mendokumentasikan pengujian dan memberi informasi untuk keperluan re"ie% auditor membuat daftar hasil. GENERALISASI DARI SAMPEL KE POPULASI
,ingkat pen!impangan sampel atau SER )sample exception rate* dapat dengan mudah dihitung dari hasil sampel sesungguhn!a. S& sama dengan jumlah pen!impangan sesungguhn!a dibagi dengan ukuran sampel sesungguhn!a. Apabila S& lebih besar daripada P& !ang digunakan dalam peran#angan sampel auditor biasan!a berkesimpulan bah%a hasil sampel tidak mendukung penetapan risiko
pengendalian
pendahuluan.
alam
keadaan
demikian
auditor
akan
berkesimpulan bah%a terdapat risiko tinggi bah%a tingkat de"iasi dalam populasi !ang sesungguhn!a lebih besar dari pada ,&. MENGANALISIS PEN,IMPANGAN
Sebagai tambahan atas penentuan S& untuk setiap atribut dan menge"aluasi apakah pen!impangan sesungguhn!a (!ang tidak diketahui) kemungkinan lebih besar dari tingkat pen!impangan bisa ditoleransi auditor harus menganalisis pen!impangan indi"idual untuk menentukan titik lemah dalam pengendalian inheren !ang memungkinkan terjadin!a pen!impangan. MEMUTUSKAN AKSEPTABILITAS POPULASI
14
Pada saat melakukan generalisasi dari sampel ke populasi keban!akan auditor menggunakan sampling non'statistik mengurangkan S& dari ,& dan menge"aluasi apakah selisihn!a (kesalahan sampling terhitung) #ukup besar. Apabila auditor berkesimpulan bah%a selisih #ukup besar maka pengendalian !ang diuji dapat digunakan
untuk
mengurangi
penetapan
risiko
pengendalian
sebagaimana
diren#anakan dengan asumsi analisis !ang #ermat tentang pen!impangan tidak menunjukkan kemungkinan adan!a masalah signifikan lain dalam pengendalian internal. M"r".isi TER a$au ARA+R
Alternatif ini harus diikuti han!a jika auditor telah men!impulkan bah%a spesifikasi a%al terlalu konser"atif. *engurangi baik ,& maupun A&A4& mungkin sulit dipertahankan jika auditor akan dire"ie% oleh pengadilan atau komisi. Auditor harus mengubah pers!aratan tersebut han!a setelah pers!aratan !ang #ermat diberikan. M"'&"r("sar Ukuran Sa'&"!
Peningkatan dalam ukuran sampel dapat menurunkan kesalahan sampling jika tingkat pen!impangan sampel (S&) aktual tidak meningkat. S& juga dapat meningkat atau menurun jika unsur'unsur tambahan dipilih. +enaikan ukuran sampel akan diberikan jika auditor !akin sampel a%al tidak bersifat presentatif atau jika penting untuk memperoleh bukti bah%a pengendalian telah beroperasi se#ara efektif. M"r"1isi P"n"$a&an Risik% P"ng"nda!ian2
Apabila hasil pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi tidak mendukung penilaian risiko pengendalian auditor harus mere"isi penilaian risiko pengendalian ke atas. $al ini mungkin men!ebabkan auditor meningkatkan pengujian substantif transaksi dan pengujian atas rin#ian saldo. B"rk%'unikasi d"ngan K%'i$" Audi$ a$au Mana#"'"n2
15
+omunikasi diperlukan bersamaan dengan salah satu dari ketiga tindakan lainn!a !ang baru saja dijelaskan memang harus dilakukan tanpa memandang sifat pen!impangan. 9ika auditor menentukan bah%a pengendalian internal tidak beroperasi se#ara efektif. SAMPLING AUDIT STATISTIK
*etode sampling statistik !ang paling umum digunakan untuk
pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi adalah sampling atribut (atribute sampling).
Sampling
non'statistik
juga
memiliki
atribut
!ang
merupakan
karakteristik !ang sedang diuji dalam populasi tetapi sampling atribut merupakan metode statistik. DISTRIBUSI SAMPLING
Auditor mendasarkan pengujian statistikn!a pada distribusi sampling. istribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus !ang dapat diperoleh dari populasi !ang memiliki beberapa karakteristik tertentu. istribusi sampling memungkinkan auditor untuk membuat laporan probabilitas mengenai kemungkinan ter%akiln!a setiap sampel dalam distribusi. Sampling atribut didasarkan pada distribusi binominal dimana setiap sampel dalam populasi memiliki satu dari dua nilai !ang mungkin atau de"iasi pengendalian.
PENERAPAN SAMPLING ATRIBUT M"r"nanakan sa'&"!
16
1.
*enetapkan tujuan pengujian audit
2.
*emastikan apakah sampling audit dapat diterapkan
3.
*erumuskan atribut dan kondisi pengendalian
4.
*erumuskan populasi
5.
*erumuskan unit sampling
6.
*erumuskan tingkat pen!impangan !ang dapat ditoleransi
7.
*enetapakan
risiko
!ang
bisa
diterima
untuk
penetapan
risiko
pengendalian terlalu rendah. 8.
*enaksir tingkat pen!impangan populasi
9.
*enentukan ukuran sampel a%al
P"nggunaan Ta("!
Apabila auditor akan menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel a%al harus diikuti empat tahap berikut ini : i. ii.
Pilih tabel !ang #o#ok dengan A&A4& ,entukan lokasi ,& pada bagian atas tabel
iii.
,entukan lokasi P& pada kolom paling kiri
iv.
8a#a kolom ,& !ang sesuai ke ba%ah hingga memotong baris P& !ang sesuai. Angka !ang tertulis dalam titik perpotongan itu menunjukkan ukuran sampel a%al.
P"ngaruh dari Ukuran P%&u!asi M"'i!ih sa'&"! dan '"!aksanakan &r%s"dur audi$ 10.
*emilih sampel. Satu satun!a perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling statisti# dan non'statistik adalah terletak pada pers!aratan bah%a metode probabilistik harus digunakan untuk sampling statistik. 8aik sampling a#ak sederhana maupun sampling sistematis akan digunakan pada sampling atribut.
11.
*elaksanakan prosedur audit sama untuk sampling atribut maupun sampling non'statistik
17
M"ni!ai hasi! 12.
eneralisasi dari sampel ke populasi. ntuk sampling atribut auditor menghitung batas kemampuan atas 4& dengan A&A4& tertentu !ang sekali lagi menggunakan program komputer khusus atau tabel !ang dikembangkan dari rumus statistik.
M"nggunakan Ta("!2 Penggunaan tabel untuk menghitung 4& terdiri dari empat
tahap !aitu: i.
*emilih tabel !ang sesuai dengan A&A4& !ang ditetapkan auditor. A&A4& ini harus sama dengan A&A4& !ang digunakan untuk menetapkan ukuran sampel a%al.
ii.
*enentukan lokasi jumlah pen!impanan sesungguhn!a !ang ditemukan dalam pengujian audit pada bagian atas tabel
iii.
*enentukan lokasi ukuran sampel sesungguhn!a pada kolom paling kiri
iv.
8a#a kolom jumlah pen!impangan sesungguhn!a !ang sesuai ke ba%ah sampai memotong baris ukuran sampel !ang sesuai angka !ang ter#antum pada titik perpotongan adalah 4&.
KEBUTUHAN AKAN PERTIMBANGAN PROFESIONAL
Salah satu kritik terhadap pemakaian sampling statistik adalah bah%a metoda statistik telah mengurangi penggunaan pertimbangan profesional auditor. Sampling atribut menuntut auditor untuk menggunakan pertimbangan profesional pada berbagai tahapan. ntuk memilih ukuran sampel a%al auditor menggantungkan pada ,& dan A&A4& !ang membutuhkan pertimbangan profesional tingkat tinggi demikian pula untuk P& diperlukan penaksiran !ang #ermat. $al !ang sama juga terjadi dalam penilaian akhir tentang ke#ukupan penerapan sampling atribut keseluruhan termasuk ke#ukupan ukuran sampel juga harus didasarkan pada pertimbangan profesional tingkat tinggi.
18