TUGAS AUDITING 2
KELAS B5
RINGKASAN MATERI KULIAH
"AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN"
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 :
KETUA : NUR ASMI AINUN KAMAL (02320140007)
WAKIL KETUA : NURUL HUDA (02320140012)
ANGGOTA : 1. Ardhiatul Halima.T (02320140002)
2. Iin Ariyanti Dwi Murthi (02320140006)
3. Febrianti P Hamzah (02320140016)
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
Sampel Yang Referesentatif
Sampel referesentatif (representative) adalah sampel dimana karekteristik sampel tersebut mendekati karakteristik populasinya. Hal ini berarti bahwa pos-pos yang dipilih sebagai sampel tersebut harus mirip dengan pos yang tidak dipilih.
Dalam prakteknya, auditor tidak mengetahui apakah sampel yang mereka pilih itu representatif atau tidak, bahkan setelah semua pengujian telah selesai dilakukan. Namun, auditor dapat meningkatkan kemungkinan sebuah sampel agar menjadi representatif dengan menggunakan kehati-hatian dalam perancangan proses, pemilihan dan evaluasi hasil sampel. Risiko dari dua jenis kesalahan yang terjadi disebut sebagai risiko nonsampling dari risiko sampling.
Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko dimana pengujian audit tidak mampu mengungkap pengecualian-pengecualian yang ada dalam sampel tersebut. Dua penyebab risiko non sampel ini adalah kegagalan auditor dalam mengenali pengecualian dan prosedur audit yang tidak tepat atau tidak memadai.
Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko dimana seorang auditor mencapai sebuah kesimpulan yang tidak benar karena sampelnya tidak benar karena sampelnya tidak representatif terhadap populasi. Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling, diantaranya :
a) Menyesuaikan ukuran sampel
b) Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi.
Pengambilan Sampel Secara Statistik vsNon Statistikdan Pemilihan Sampel Probabilistik Versus Non-Probabilistik
Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama: sampling statistik dan sampling nonstatistik. Dalam melakukan pengujian audit yang sesuai dengan GAAS, auditor dapat menggunakansampling nonstatistik (nonstatistical sampling) atau samping statistik(statistical sampling) atau keduanya. Kategori tersebut serupa karena keduanya melibatkan tiga tahap:
Merencanakan sampel
Memilih sampel dan melakukan pengujian-pengujian
Mengevaluasi hasilnya
Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengajuan audit dilakukan dengan cara yang memberikan risiko sampling yang diinginkan dan meminimalkan kemungkinan kesalahan nonsampling.
Sampling statistik (statistical sampling) dengan menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur) resiko sampling dalam merencanakan sampel, dicontohkan anda mungkin ingat perhitungan hasil statistik dengan tingkat keyakinan 95% memberikan risiko sampling sebesar 5%. Didalam sampel statistik, diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk melatih auditor dalam menggunakan statistik dan merancang serta mengimplementasikan sampel yang telah direncanakan. Namun demikian, sampling statistik harus menguntungkan auditor dalam:
Perencanaan sampel yang efisien
Mengukur kecukupan bukti yang diperoleh
Mengevaluasi hasil sampel
Sampling nonstatistik (nonstatistical sampling) auditor tidak mengkuantifikasikan sampling. Sebaiknya, auditor memilih item sampel yang diyakini akan memberikan informasi yang paling bermanfaat, dalamsituasi tertentu, dan mencapai kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan. Karena alasan tersebut penggunaan sampling nonstatistik sering kali disebut dengan sampling pertimbangan. Dalam sampling nonstatistik, auditor menetukan ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel yang diinginkan berdasarkan kriteria subjektif dan pengalaman yang dimiliki. Dengan demikian, auditor mungkin tidak mengetahui kalau menggunakan sampel yang terlalu besar untuk satu bidang, dan sampel yang terlalu kecil untuk bidang yang lain.
Pemilihan Sampel Probabilitas dan Non Probabilistik
Pemilihan sampel probabilistik maupun non probabilistik berada di tahap 2. Ketika menggunakan pemilihan sampel probabilistik, auditor memilih pos sampel secara acak sehingga setiap pos populasi memiliki probabilitas yang pasti di masukkan pada sampel. Proses ini memerlukan kehati-hatian yang tinggi dan menggunakan beberapa metode. Dalam pemilihan sampel non-probabilistik, auditor memilih pos-pos sampel dengan menggunakan pertimbangan profesional daripada probabilistik. Auditor dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode pemilihan sampel non- probabilistik.
Pemilihan sampel probabilistik antara lain :
Pemilihan sampelacak sederhana.
Pemilihan sampel sistematis.
Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran.
Pemilihan sampel yang bertahap
Pemilihan sampel nonprobabilistik (pertimbangan) antara lain :
Pemilihan sampel terarah.
Pemilihan sampel blok.
sampe sembarangan.
Metode Pemilihan Sampel Non Probabilistik
1) Metode Pemilihan Sampel Probabilistik
Terdapat empat metode dalam penarikan sampel probabilitas.
Metode dalam pemilihan sampel probabilitas antara lain :
a) Sampel Acak Sederhana
Metode sampel acak sederhana merupakan suatu prosedur yang memungkinkan setiap elemen dalam populasi akan memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
b) Sampel Berstrata
Metode penarikan sampel berstrata merupakan suatu prosedur penarikan sampel berstrata yang dalam hal ini suatu sub sampel –sub sampel acak sederhana ditarik dari setiap strata yang kurang lebih sama dalam beberapa karakteristik. Ada dua macam penarikan sampel berstrata yaitu, proporsional dan Non-Proporsional.
c) Sampel Berkelompok
Metode penarikan data sampel berkelompok merupakan suatu prosedur penarikan sampel probabilitas yang memilih sub-populasi yang disebut cluster, kemudian setiap elemen didalam kelompok dipilih sebagai anggota sampel
d) Sampel Sistematik
Metode penarikan sampel sistematik, populasi dibagi dengan ukuran sampel yang diperlukan (n) dan sampel diperoleh dengan cara mengambil setiap subyek ke-n.
2) Metode Pemilihan Sampel Probabilistik
Terdapat tiga metode dalam penarikan sampel probabilitas. Metode dalam pemilihan sampel probabilitas antara lain :
a) Sampel Terarah
Dalam pemilihan sampel terarah, auditor secara sengaja memilih setiap pos dalam sampel berdasarkan pada pertimbangan professional mereka sendiri dari pada menggunakan pemilihan sampel secara acak.
b) Sampel Blok
Dalam pemilihan sampel blok, auditor memilih pos di dalam suatu blok terlebih dahulu, kemudian blok sisanya dipilih secara berurutan.
c) Sampel Sembarang
Pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan pos sampel tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Pada beberapa kasus, auditor memilih pos populasi tanpa mempertimbangkan ukuran, sumber, atau karekteristik khusus lainnya.
Pengambilan Sampel untuk Tingkat Pengecualian
Auditor menggunakan sampling pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk mengestimasi persentase item item dalam populasi yang memiliki karakteristik atau atribut kepentingan. Persentase ini disebut sebagai tingkat keterjadian (accurence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate).
Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi:
a) Menyimpan atau deviasi dari pengendalian yang diterapkan klien.
b) Salah saji moneter dalam populasi data transaksi.
c) Salah saji moneter dalam rincian transaksi saldo akun
Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk mengestimasi tingkat pengecualian dalam populasi yang merupakan "estimasiterbaik" auditor atas tingkat pengecualian populasi. Istilah pengecualian (exception) harus dipahami sebagai mengacu pada deviasi dari prosedur pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara moneter, apakah hal itu disebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau penyebab lainnya. Istilahdeviasi (deviation) terutama mengacu pada penyimpangan dari pengendalian yang telah digariskan.
Karena tingkat pengecualian didasarkan pada sampel, kemungkinan besar tingkat pengecualian akan berbeda dari tingkat pengecualian populasi aktual. Perbedaan ini disebut sebagai kesalahan sampling (sampling error).
Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingka tpengecualian, auditor ingin mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian itu, dan bukan lebar interval keyakinannya. Karena itu auditor berfokus pada batas estimasi interval, yang disebut tingkat pengecualian atas yang dihitung(computed upper exception rate = CUER) atau yang diestimasi dalam melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.
Penerapan Pengambilan Audit Non Statistik vz Statistik
Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk menerapkan sampling audit pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Auditor harus mengikuti langkah langkat tersebut dengan cermat untuk memastikan diterapkannya persyaratan audit maupun sampling dengan benar :
1) Merencanakan sampel, meliputi :
a. Menyatakan tujuan pengujian audit
b. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan.
c. Mendifinisikan atribut dan kondisi pengecualian.
d. Mendefinisikan populasi.
e. Mendefinisikan unit sampling
f. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi.
g. Menetapkanrisiko yang dapat diterima atas penentuan risiko penilaian yang terlalu rendah.
h. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
i. Menentukan ukuran sampel awal
2) Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit, meliputi :
a. Memilih sampel
b. Melaksanakan proseur audit.
3) Mengevaluasi hasil, meliputi :
a. Menggenaralisasi dari sampel ke populasi
b. Menganalisis pengecualian
c. Memutuskan aksebtabilitas populasi
Penerapan Pengambilan Sampel Atribut
1) Merencanakan sampel :
a. menetapkan tujuan pengujian audit
b. menentukan apakah pengambilan sampel audit akan diterapkan
c. mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualiannya
d. mendefinisikan populasi
e. menetapkan tingkat pengencualian yang dapat diterima
f. menetapakan ARACR yang terlalu rendah
g. mengestimasi tingkat pengecualian populasi
h. menentukan ukuran sampel awal
2) Menggunakan tabel, jika auditor menggunakan table untuk menentukan ukuran sampel awal, mereka akan mengikuti empat langkah berikut :
a. memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR
b. menempatkan TER pada bagian atas tabel
c. menempatkan EPER pada kolom bagian kiri
d. membaca kebawah kolom bawah TER yang sesuai hingga berpotongan dengan baris EPER yang tepat. Angka pada perpotongan tersebut adalah ukuran sampel awal dampak ukuran populasi
3) Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit
· a. memilih sampel satu satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling statistic dan non statistic adalah terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik harus digunakan untuk sampling statistik. Baik sampling acak sederhana maupun sampling sistematis akan digunakan pada sampling atribut.
b. melaksanakan prosedur audit, sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik
4) Mengevaluasi hasil
· a. Menggenaralisasi dari sampel kepopulasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung batas kemampuan atas CUER dengan ARACR tertentu, yang sekali lagi menggunakan program computer khusus atau tabel yang dikembangkan dari rumus statistik.
SUMBER:
Jusup, Haryono. 2010. Auditing (Pengauditan). Buku 1. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Jusuf, Amir abadi. 2011. Jasa audit dan assurance. Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba empat
http://layarasdos.blogspot.co.id/2014/03/pengendalian-internal-tambahan-terhadap.html?m=1
http://layarasdos.blogspot.co.id/2014/03/dampak-pengujian-pengendalian-dan.html?m=1