SAINS SEBAGAI PRODUK, SIKAP, DAN PROSES
MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Sains, Teknologi, dan Masyarakat yang dibina oleh Bapak Drs. Kadim Masjkur, M.Pd. dan Ibu Erni Yulianti, S.Pd, M.Pd.
Oleh: Kelompok 3 Novita Ratnasari
140351600729
Nuke Kristriyanto Puteri
140351602836
Susi Fatmawati
140351604424
Sintia Dwi Astiwi
140351601752
Wuni Nila Cahyani
140351604689
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Februari 2017 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL................................................................................ 1
i
3
DAFTAR ISI................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang.....................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................
2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sains sebagai Produk Ilmiah.............................
3
2.2 Sains sebagai Sikap Ilmiah..............................
6
2.3 Sains sebagai Proses Ilmiah............................
8
BAB III PENUTUP Kesimpulan............................................................
16
DAFTAR PUSTAKA...............................................
17
BAB I PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang Para ahli pendidikan sains memandang sains tidak hanya terdiri atas produk yang terdiri dari fakta, konsep, dan teori yang dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang belum dapat diterangkan. Secara garis besar sains dapat didefinisikan terdiri atas tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Ada tiga dimensi penting dalam mempelajari sains. Dimensi pertama adalah konten atau isi dari ilmu pengetahuan, konsep dasar, dan pengetahuan ilmiah. Dimensi ini merupakan dimensi ilmu pengetahuan yang sangat penting dan umumnya menjadi bahan pemikiran pertama. Dimensi kedua adalah kerja sains, yaitu keterampilan proses sains yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan kerja ilmiah. Dimensi ketiga adalah sikap ilmiah. Dimensi ini fokus pada sikap dan “watak” yang menjadi karakter dari sains. Dimensi ini mencakup hal-hal seperti rasa keingintahuan dan kemampuan
imajinasi,
antusiasme
dalam
mengajukan
pertanyaan dan menyelesaikan masalah. Selain itu, sikap ilmiah yang diperlukan adalah penghargaan terhadap metode dan nilainilai ilmiah. Dalam sifat ketentatifan ilmu pengetahuan, guru tidaklah mungkin
dapat
mengajarkan
semua
konten
dalam
ilmu
pengetahuan. Siswa dalam keterbatasannya pun tidak mungkin dapat mengetahui semua fakta-fakta yang telah ditemukan oleh para ilmuwan. Oleh karena itu, hal yang paling rasional dapat dilakukan adalah siswa harus memahami metodologi kerja sains dan memiliki keterampilan dalam kerja ilmiah atau keterampilan proses sains. Dengan hal itu, siswa memiliki kompetensi untuk dapat mengembangkan sendiri pengetahuannya. Oleh karena itu, dalam konteks pembelajaran sains pun harus dirancang
3
sebagaimana desain tiga dimensi sains yaitu konten/produk pengetahuan, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Dari
pemikiran
pembelajaran pembelajaran penemuan
di
sains
atas,
haruslah
keterampilan
dan
dapat
mengintegrasikan
kerja
pembentukan
dikemukakan
ilmiah
antara
sebagai
pengetahuan,
bahwa proses
pembelajaran
konsep dasar pengetahuan sains sebagai konten/produk sains, dan pembelajaran sikap ilmiah. Maka penting untuk mengetahui penjelasan bahwa sains dapat didefinisikan atas tiga komponen yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah , dan (3)produk ilmiah yang nantinya akan dibahas lebih rinci dalam makalah ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
yang
diuraikan
di
atas,
masalah yang akan dikaji dalam makalah dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksid sains sebagai produk ilmiah? 2. Apa yang dimaksid sains sebagai sikap ilmiah? 3. Apa yang dimaksid sains sebagai proses ilmiah? 1.3 Tujuan Penulisan Makalah ini disusun dengan tujuan : 1. Mengetahui dan memahami sains sebagai produk ilmiah 2. Mengetahui dan memahami sains sebagai sikap ilmiah 3. Mengetahui dan memahami sains sebagai proses ilmiah BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sains sebagai Produk Ilmiah Iskandar (1997) menyatakan
bahwa
llmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan tentang alam dan gajala-gejalanya. Sedangkan dalam Asy’ari (2006) tercantum definisi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan manusia yang luas didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan
4
dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsipprinsip,
teori-teori,
dan
hipotesa-hipotesa.
Jadi,
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam yang ada di sekitar kita serta dijelaskan dengan bantuan konsep-konsep IPA. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu disebut juga sebagai produk sains, ini merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para
ilmuwan
selama
berabad-abad.
Bentuk
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan hukum-hukum dan teori-teori IPA. Jika ditelaah lebih lanjut maka fakta-fakta merupakan
hasil
dari
kegiatan
empirik
dalam
IPA,
sedangkan konsep-konsep, prisip-prinsip, dan teori-teori dalam IPA merupakan hasil dari kegiatan analitik. Oleh sebab itu dikatakan pula bahwa sains merupakan satu sistem
yang
dikembangkan
oleh
manusia
untuk
mengetahui diri dan lingkungannya (Iskandar, 1997). 1. Fakta sains Fakta merupakan produk sains yang paling dasar. Menurut
Samatowa
(2006)
fakta
adalah
pernyataan-
pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif. Fakta adalah bentuk informasi yang harus diingat oleh siswa. Termasuk waktu kejadian, nama orang atau peristiwa yang harus diingat. Contoh produk sains yang merupakan fakta adalah: ─ ─ ─ ─ ─ ─
Gula rasanya manis Air membeku pada suhu 0°C Atom hydrogen memiliki satu electron. Merkurius adalah planet terdekat dengan matahari Ular termasuk golongan reptilian Logam tenggelam dalam air
5
─ Bentuk bulan yang terliahat dari bumi berubah-ubah ─ Katak berkembang biak dengan cara bertelur (Samatowa, 2006). 2. Konsep sains Konsep dalam sains dinyatakan sebagai abstraksi tentang benda atau peristiwa alam. Konsep juga diartikan sebagai suatu definisi atau penjelasan. Konsep juga merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta sains yang saling berhubungan. Konsep adalah kosakata khusus yang dipelajari siswa. Siswa diharapkan dapat menjelaskan konsep yang dipelajari, mengenal ilustrasi konsep, kesamaan suatu konsep dan mengtahui bahwa penggunaan konsep itu benar atau salah. Suatu konsep dianggap telah dipelajari jika seseorang dapat memberikan tanggapan terhadap pertanyaan atau rangsangan yang bervariasi
atau
kategori
yang
sama.
Abstraksi
atau
konsepsi tentang masing-masing konsep tersebut adalah: ─ Hewan bedarah dingin adalah hewan yang menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungannya. ─ Gas adalah zat yang bentuk dan volumenya dapat berubahubah. ─ Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi planet. ─ Air adalah zat yang molekulnya tersusun atas 2 atom hydrogen dan 1 atom oksigen Contoh produk sains yang merupakan konsep adalah hewan berdarah dingin, gas, satelit, air, semua zat tersusun
atas
partikel-partikel;
benda-benda
hidup
dipengaruhi oleh lingkungan; materi akan berubah tingkat wujudnya
bila
menyerap
(Samatowa, 2006).
atau
melepaskan
energi
6
3. Prinsip sains Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA. Prinsip merupakan kumpulan sejumlah
besar
fakta
atau
menjelaskan
saling
keterhubungan sejumlah fakta. Prinsip IPA bersifat analitik sebab merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari beberapa contoh. Menurut para ilmuan prinsip merupakan deskripsi yang paling tepat tentang objek atau kejadian. Prinsip dapat berubah bila observasi baru dilakukan, sebab prinsip bersifat tentative. Contoh produk sains yang merupakan prinsip ialah udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip yang menghubungkan konsep-konsep udara, panas, dan pemuaian. Prinsip ini menyatakan jika udara dipanaskan maka akan memuai. Contoh lainnya yaitu semakin besar kuat cahaya, hasil fotosintesis semakin banyak. Selain itu larutan yang bersifat asam bila yang dicampur
dengan
larutan
yang
bersifat
basa
akan
membentuk garam yang bersifat netral (Samatowa, 2006). 4. Hukum sains Hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik. Hukum sains
adalah
prinsip-prinsip
yang
sudah
diterima
kebenarannnya yang meskipun sifatnya tentative tetapi mempunyai daya uji yang kuat sehingga dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama. Kekhasan hukum dapat ditunjukkan dari : ─ Bersifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian. ─ Pengkhususannya variable. Contoh:
dalam
menunjukkan
hubungan
antar
7
─ Hukum
Ohm
menunjukkan
hubungan
antara
hambatan
dengan kuat harus dan tegangan listrik, yaitu “besarnya hambatan sebanding dengan besarnya tegangan listrik tetapi berbanding terbalik dengan kuat arusnya.” ─ Hukum Avogadro menjelaskan tentang hubungan antara jumlah molekul dengan volume suatu gas yaitu: “pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang volumenya sama mengandung jumlah molekul yang sama banyak”. (Samatowa, 2006). 5. Teori sains Teori adalah generalisasi tentang berbagai prisip yang dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena alam. Teori juga dapat berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Contoh produk sains yang merupakan teori adalah : ─ Teori Meteorologi memprediksi kapan akan mulai musim penghujan atau menjelaskan mengapa terjadi gelombang tsunami. ─ Teori Atom menjelaskan bagaimana kekekalan massa baik sebelum reaksi maupun sesudah reaksi kimia terjadi. ─ Teori Geosentrik alam semesta yang menonjol lima ratus tahun yang lalu sekarang hanya merupakan bagian dari segala dan tidak berklaku lagi. Untuk mendapatkan produk sains seperti tersebut diatas para ilmuan melakukan kegiatan yang dikenal dengan proses sains. Oleh karena itu sains sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari sains sebagai suatu proses (Samatowa, 2006). 2.2 Sains sebagai Sikap Ilmiah Dalam Dictionary of Psychology, menyatakan bahwa istilah sikap (attitude) berasal dari bahasa Latin, "aptitude" yang berarti kemampuan, sehingga sikap dijadikan acuan
8
apakah
seseorang
mampu
atau
tidak
mampu
pada
pekerjaan tertentu (Reber, 1985). Sikap ilmiah ini fokus pada sikap dan “watak” yang menjadi karakter dari sains. Sikap
ilmiah
ini
mencakup
keingintahuan
dan
kemampuan
dalam
mengajukan
hal-hal
seperti
imajinasi,
pertanyaan
dan
rasa
antusiasme
menyelesaikan
masalah. Selain itu, sikap ilmiah yang diperlukan adalah penghargaan
terhadap
metode
dan
nilai-nilai
ilmiah.
Metode ilmiah dan nilai ilmiah tersebut diperlukan dalam menjawab pertanyaan dengan menggunakan berbagai macam
fakta
atau
bukti,
serta
ketelitian
dalamn
menemukan data. Lebih dari itu, sikap ilmiah yang penting adalah bahwasanya pengetahuan dan teori ilmiah berubah setiap saat berdasarkan perkembangan informasi (Nuryani, 1990). Menurut
Toharudin,
dkk
(2011)
sikap
ilmiah
merupakan kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku
dalam
memecahkan
masalah
sistematis
melalui langkah-langkah ilmiah. Jika sikap ilmiah yang baik telah tertanam kepada diri seorang siswa maka diharapkan sikap ini juga akan tetap melekat dalam kehidupannya sehari-hari. Sikap ilmiah adalah dikembangkan
oleh
sikap
ilmuwan
tertentu untuk
yang
mencapai
diambil
dan
hasil
yang
diharapkan (Iskandar, 1997). Sikap-sikap ilmiah meliputi: 1. Obyektif terhadap fakta. Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang. Contoh: Seorang peneliti menemukan bukti pengukuran volume benda 0,0034 m3, maka ia harus mengatakan juga 0,0034m3, padahal seharusnya 0,005m3.
9
2.
Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu. Contoh:
Ketika
seorang
ilmuwan
menemukan
hasil
pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip, maka dia tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan lancip, sebelum data-datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut. 3.
Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau
gagasan
orang
lain,
walaupun
gagasan
tersebut
bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri. 4.
Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat. Contoh: Tinggi batang kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2 cm, yang di pot B umur lima hari tingginya 6,5 cm. Orang lain mengatakan tanaman kacang tanah pada pot A terlambat pertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan pendapat bukan fakta.
5.
Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan faktafakta pendukung yang benar-benar akurat.
6.
Sikap
ingin
menyelidiki
atau
keingintahuan
(couriosity) yang tinggi. Bagi seorang ilmuwan hal yang
10
dianggap
biasa
oleh
orang
pada
umumnya,
hal
itu
merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki. Contoh: Orang menganggap hal yang biasa ketika melihat benda-benda jatuh, tetapi tidak biasa bagi seorang Issac Newton pada waktu itu. Beliau berpikir keras mengapa buah apel jatuh ketika dia sedang duduk istirahat di bawah pohon tersebut. Pemikiran ini ditindaklanjuti dengan menyelidiki selama bertahun-tahun sehingga akhirnya ditemukannya hukum Gravitasi. 2.3 Sains sebagai Proses Ilmiah 2.3.1 Pengertian Sains sebagai Proses Ilmiah Sains sebagai proses biasanya identik dengan keterampilan untuk mengkaji fenomena-fenomena alam melalui
cara
tertentu
untuk
memperoleh
ilmu
serta
perkembangan ilmu selanjutnya. Selain itu konsep yang dapat digunakan akan bertahan lama dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Soedjana, 2013). Sains sebagai proses merujuk pada suatu aktivitas ilmiah yang dilaksanakan oleh para ahli sains. Setiap aktivitas limiah mempunyai ciri-ciri rasional, kognitif, dan bertujuan. Sains bukanlah sebuah seni, bukanlah
sebuah
teknologi,
dan
bukan
pula
agama
(Toharudin, 2011). Ilmuwan menggunakan beraneka ragam prosedur empiris dan analitik dalam usahanya mengungkap realitas semesta. Prosedur inilah yang lebih dikenal sebagai proses sains. Aspek proses, yaitu suatu cara atau metode memperoleh pengetahuan. Metode ini disebut dengan metode keilmuwan. Metode keilmuwan yang baku saat ini merupakan
hasil
perkembangan
sebelumnya.
Metode
keilmuwan merupakan perpaduan antara rasionalisme yang meyakini bahwa pengetahuan dapat diperoleh melaui pikiran dan empirisme yang meyakini bahwa pengetahuan
11
dapat diperoleh melalui pengalaman. Metode keilmuwan memiliki enam kerangka dasar prosedur yaitu sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah, pengamatan dan pengum-pulan data yang relevan, penyusunan atau klasifikasi
data,
perumusan
hipo-tesis,
deduksi
dan
hipotesis, serta tes dan pengujian kebenaran hipotesis (Sarkim, 1998). Berdasarkan kajian dari tiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sains sebagai proses ilmiah dapat diartikan sebagai suatu
proses
yang
identik
dengan
aktivitas ilmiah yang mengkaji fenomena alam untuk menemukan
pengetahuan
yang
baru
dengan
menggunakan metode keilmuwan. Sehingga sains sebagai proses dapat digunakan untuk mengembangkan produk sains. 2.3.2 Pengertian Keterampilan Proses Sains Seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan memerlukan
keterampilan.
Seorang
ilmuwan
(saintis)
dalam melakukan serangkaian proses sains atau metode ilmiah juga diperlukan keterampilan. Keterampilan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan metode ilmiah disebut sebagai keterampilan proses sains. Menurut Herlen (dalam Indrawati, 1999) keterampilan proses ( prosess-skill ) sebagai proses kognitif termasuk di dalamnya juga interaksi dengan isinya (content). Menurut Indrawati (1999) mengemukakan bahwa. "Keterampilan Proses merupakan keseluruhan
keterampilan
ilmiah
yang
terarah
(baik
kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori , untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi)".
12
Keterampilan proses sains merupakan keterampilan intelektual yang khas, yang digunakan untuk memahami fenomena apa saja yang telah terjadi. Keterampilan proses ini diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip, hukum dan teori–teori sains. Melalui keterampilan proses sains, seseorang dapat melakukan
proses
dilakukan
oleh
seperti ilmuwan
yang ketika
dialami
dan
mereka
pernah
berusaha
memecahkan misteri-misteri alam. Keterampilan proses dapat menjadi roda penggerak penemuan, pengembangan fakta
dan konsep, serta
penumbuhkembangan sikap,
wawasan, dan nilai (Toharudin, 2011). Berdasarkan kajian terhadap dua pendapat diatas, dapaT
disimpulkan
bahwa
keterampilan
proses
sains
merupakan serangkaian proses sains yang mencangkup aspek-aspek yang dilakukan oleh para saintis dalam menyelesaikan masalah dan menentukan produk sains. Sehingga
melalui
keterampilan
menumbuhkembangkan
sikap,
proses
sains
wawasan,
bisa dan
pengembangan produk sains. Menurut Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2009) mengutarakan bahwa ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses dalam bidang kajian IPA. Keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan proses dasar (basic skills) dan keterampilan proses terpadu (integrated skills). Menurut Toharudin (2011) Keterampilan proses dasar merupakan bagian yang membentuk landasan metodemetode ilmiah. Berikut ada enam keterampilan proses dasar, sebagai berikut. 1. Pengamatan ( observation) Kemampuan mengamati merupakan kemampuan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu. Keterampilan proses juga hal terpenting untuk dapat mengembangkan
13
dan melakukan keterampilan proses selanjutnya. Tindakan mengamati merupakan tanggapan terhadap objek dan peristiwa alam dengan pancaindera. Kegiatan mengamati terdiri dari dua jenis. Satu kualitatif, yaitu menggunakan pancaindera
dan
pengamatan.
Dua
kualitatif,
yaitu
menggunakan alat bantu yang sudah dibakukan, seperti thermometer untuk mengetahui suhu, penggaris untuk mengetahui panjang suatu objek. 2. Menggolongkan atau mengklasifikasi (classification)
Mengklasifikasi merupakan suatu sistematika yang digunakan untuk mengatur objek-objek ke dalam sederetan kelompok
tertentu.
Kegiatannya
antara
lain:
mencari
persamaan objek-objek dalam suatu susunan berdasarkan sifat
dan
fungsinya
yang
dilakukan
dengan
membandingkan, mencari dasar pengklasifikasian objekobjek
dengan
mengkontraskan
serta
menggolongkan
berdasarkan pada satu atau lebih ciri/sifat atau fungsinya. 3. Mengkomunikasikan (communication)
Mengkomunikasikan meliputi kegiatan menempatkan datadata ke dalam beberapa bentuk yang dapat dimengerti oleh orang lain. Kegiatan ini melibatkan kemampuan mengutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, grafik, dan persamaan. 4. Pengukuran(measurement) Mengukur diartikan sebagai cara membandingkan sesuatu yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan menggunakan alat untuk memperoleh sebuah data disebut pengukuran. 5. Penyimpulan(Inference) Inferensi adalah keterampila untuk memutuskan keadaan objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang telah diketahui. 6. Peramalan(prediction)
14
Prediksi atau meramalkan dalam sains dibuat atas dasar observasi dan inferensi yang tersusun menjadi suatu hubungan antara peristiwa-peristiwa atau fakta-fakta yang terobservasi. Keterampilan memprediksi merupakan suatu keterampilan
membuat/mengajukan
perkiraan
tentang
sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kuntungan atau pola yang sudah ada. Enam keterampilan dasar tersebut harus terintegrasi ketika seorang ilmuwan akan merancang atau mengadakan suatu penelitian. Enam keterampilan dasar tersebut sangat penting dalam kedudukannya sebagai keterampilan mandiri. Menurut Toharudin (2011) keterampilan yang terintegrasi merupakan perpaduan dua atau lebih kemampuan keterampilan proses dasar. Keterampilan terintegrasi terdiri atas beberap hal: 1. Identifikasi variabel yaitu keterampilan untuk mengenal ciri khas dari factor yang ikut menentukan sebuah perubahan. 2. Identifikasi tabulasi, yaitu keterampilan penyajian data dalam bentuk table yang akan mempermudah pembacaan hubungan
antarkomponen( penyusunan data
menurut
lajur-lajur yang tersedia). 3. Identifikasi grafik, keterampilan penyajian dengan garis tentang turun naiknya suatu keadaan. 4. Diskripsi hubungan variabel, keterampilan
membuat
sinopsis atau pernyataan hubungan antarfaktor yang menentukan perubahan. 5. Perolehan dan proses data,
keterampilan
melakukan
langkah secara urut untuk memperoleh sebuah data. 6. Analisis penyelidikan, keterampilan menguraikan pokok persoalan
atas
bagian-bagian
dan
terpecahkannya
permasalahan berdasarkan metode yang konsisten ntuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasar. 7. Merumuskan hipotesis, keterampilan merumuskan dugaan sementara.
15
8. Keterampilan melakukan percobaan untuk membuktikan suatu teori/ penjelasan berdasarkan pengamatan dan penalaran. 2.3.3 Metode Ilmiah 2.3.3.1 Pengertian Metode Ilmiah Metode Ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Senn, memandang metode sebagai prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkahlangkah yang sistematis (Petter,1981). Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk
menjelaskan
metodologi
fenomena
merupakan
alam.
suatu
Sementara
pengkajian
itu,
dalam
mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk
memecahkan
masalah
yang
dihadapi.
Dengan
demikian maka metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam suatu
penelitian.
Sedangkan
metodologi
penelitian
membahas konsep teoritik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya (Noeng, 1990). 2.3.3.2 Kriteria Metode Ilmiah Menurut Tafsir (2009) agar suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriterian sebagai berikut : 1. Berdasarkan Fakta.
16
Keterangan-keterangan
yang
ingin
diperoleh
dalam
penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. 2. Bebas dari Prasangka. Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih,
dan
jauh
dari
pertimbangan
subyektif.
Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti
yang
lengkap
serta
dengan
pembuktian
yang
obyektif. 3. Menggunakan Prinsip Analisa. Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, haruslah digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis. 4. Menggunakan Hipotesis. Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk menemukan persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai, sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa
merupakan
pegangan
yang
khas
dalam
menuntun jalan pikiran peneliti. 5. Menggunakan Ukuran Obyektif. Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang obyektif. Ukuran tidak boleh dengan mengirangira atau menuruti hati nurani. Segala pertimbangan harus dibuat secara obyektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras. 6. Menggunakan Teknik Kuantitatif. Yang lazim harus digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang
tidak
dapat
dikuantifikasikan.
Kuantifikasi
yang
termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking, dan rating. Dalam teknik kuantifikasi gunakan ukuran yang telah pasti, misalnya kilogram, meter per detik,
ohm,
dan
lain
sebagainya.
Jangan
pernah
17
menggunakan ukuran yang tidak pasti, misalnya sejauh mata memandang, sehitam aspal, dan lain sebagainya. 2.3.3.3 Langkah-langkah Metode Ilmiah Menurut Suriasumantri(2010) Langkah-langkah Metode Ilmiah adalah sebagai berikut. 1. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah Manusia menciptakan masalah dan mengajukan sesuatu yang menurut pikirannya adalah pertanyaan yang dapat dijawab.
Metode
keilmuan
pada
tahap
pertama
ini
menekankan pada pernyataan yang jelas dan tepat dari sebuah masalah. 2. Pengamatan dan pengumpulan data Tahap ini merupakan sesuatu yang paling dikenal dalam metode ilmiah, sebab banyak kegiatan keilmuan yang diarahkan
pada
menyamakan
hal
ini.
keilmuan
Maka
banyak
dengan
orang
pengumpulan
yang fakta.
Tumpuan terhadap persepsi indra secara langsung atau tidak
langsung,
pengamatan
dan
secara
keharusan
teliti
untuk
seakan
menyita
melakukan perhatian
terhadap segi empiris dan penyelidikan keilmuan tersebut. 3. Penyusunan dan klasifikasi data Tahap metode keilmuan ini menekankan pada penyusunan fakta dalam kelompok-kelompok, jenis-jenis dan kelaskelas.
Dalam
semua
mengidentifikasi, membedakan
fakta
cabang
analisis, yang
usaha
untuk
membandingkan,
dan
relevan
ilmu,
tergantung
adanya
sistem klasifikassi. 4. Perumusan hipotesis Hipotesis adaah pernyataan sementara tentang hubungan antar benda-benda. Hubungan hipotesis ini diajukan dalam bentuk dugaan, kerja, atau teori yang merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan hubungan tersebut. Hipotesis merupakan dugaan yang beralasan atau perluasan dari hipotesis terdahulu yang telah teruji kebenarannya,
18
kemudian diterapkan pada data baru. Dalam hal itu, hipotesis berfungsi untuk mengikat data sedemikian rupa sehingga hubungan yang diduga dapat digambarkan dan penjelasannya dapat diajukan. 5. Deduksi dari hipotesis atau kesimpulan Hipotesis menyusun pernyataan logis yang menjadi dasar untuk penarikan kesimpulan deduksi mengenai hubungan antara benda-benda tertentu yang sedang diselidiki. Selain itu, hipotesis juga membantu dalam memberikan ramalan dan menemukan fakta yang baru. Penalaran deduktif yang penting ini ditunjukkan oleh fakta bahwa kebanyakan pengetahuan keilmuan lebih bersifat teoritis daripada empiris, dan ramalan tergantung pada bentuk logika silogistik. 6. Test dan pengujian kebenaran (verifikasi) hipotesis Pengujian kebenaran dalam ilmu berarti mengetes alternatif hipotesis dengan pengamatan kenyataan yang sebenarnya atau lewat percobaan. Dalam hubungan ini maka keputusan terakhir terletak pada fakta. Jika fakta tidak mendukung satu hipotesis, maka hipotesis yang lain dipilih dan proses diulangi kembali. Seluruh langkah di atas dapat dipakai untuk bidang apa saja, tetapi hanya terbatas mengenai pengalaman manusia. Jadi, metode ilmiah memiliki keterbatasan, yaitu pada hal-hal yang empiric (dapat dialami secara indrawi), karena itu hanya berlaku pada bidang-bidang yang fisis dan kuantitatif saja. Masalah keterbatasan metode ilmiah yang demikian itu adalah wajar, sebagai konsekuensi logis dari sudut pandang (objek formal), ruang lingkup, dan tujuan ilmu pengetahuan. BAB III PENUTUP Kesimpulan
17
Hakikat sains sebagai produk maksudnya adalah lebih menekankan pada memahami apa yang sudah dihasilkan oleh sains itu sendiri seperti fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-pinsip,
hukum-hukum,
dan
teori-teori.
Untuk
mendapatkan produk sains tersebut, dilakukan kegiatan yang dikenal dengan proses sains. Jadi, sains sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari sains sebagai suatu proses. Dari pendapat para ahli tentang sains sebagai sikap ilmiah, maka sikap ilmiah sangat penting dimiliki pada semua tingkatan pendidikan. Namun sikap ilmiah yang harus dimiliki pada setiap tingkatan pendidikan minimal ada 4 yaitu sikap ingin tahu, berpikir kritis, jujur, dan menghargai pendapat orang lain. Sains sebagai proses ilmiah dapat diartikan sebagai suatu proses yang identik dengan aktivitas ilmiah yang mengkaji fenomena alam untuk menemukan pengetahuan yang baru dengan menggunakan metode keilmuwan. Keterampilan proses sains merupakan serangkaian proses sains yang mencangkup aspek-aspek yang dilakukan oleh para saintis dalam menyelesaikan masalah dan menentukan produk sains. Keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan proses dasar (basic skills) dan keterampilan proses terpadu (integrated skills). Metode Ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Adapun kriteria dari metode ilmiah yaitu berdasarkan fakta, bebas dari prasangka, menggunakan prinsip-prinsip analisa, menggunakan hipolesa, menggunakan ukuran objektif, menggunakan teknik kuantifikasi.
Langkah-langkah metode ilmiah yaitu merumuskan masalah,
mengamati & mengumpulkan fakta, menyusun dan mengklasifikasikan data, merumuskan hipotesis, Deduksi dari hipotesis atau kesimpulan, test dan pengujian kebenaran (verifikasi) hipotesis.
18
DAFTAR PUSTAKA Asy’ari, Muslichach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam Pembelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas. Darmodjo, H. (1986). Buku Materi Pokok Filsafat IPA. Jakarta: Karunika. Indrawati. (1999). Ketrampilan Proses Sains( Tinjauan Krtis dari Teori ke Praktis). Bandung: P3GIPA Depdikbud. Iskandar, Sarin M. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen pendidikan dan kebudayaan: Jakarta. Mudjiono, D. &. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Noeng, M. (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif . Yogyakarta: Rake Sarasin. Nuryani, A. 1990. Pengembangan Keterampilan Proses Dan strategi Belajar Aktif. FMIPA UPI: Bandung. Petter R., S. (1981). Sosial Science ang Its Methods. Boston: Holbrook. Reber, Arthur S. 1985. Dictionary of Psychology. Viking Penguin: New York. Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA. Jakarta: Depdiknas. Sarkim. (1998). Humaniora dalam Pendidikan Sain. Yogyakarta: Kaninus. Soedjana, N. (2013). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru Algensindo. Toharudin, U. dkk. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. UPI: Bandung.