RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT
1. Pengertian Obat
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat bersifa t sebagai s ebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. ra cun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan keracunan dan bila dosisnya kecil tidak akan memperoleh penyembuhan.
2. Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian). Pendidikan apoteker dimulai dari pendidikan sarjana (S-1), yang umumnya ditempuh selama s elama empat tahun, ditambah d itambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker.Apoteker di Indonesia bergabung dalam organisasi profesi Apoteker yang disebut Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Apoteker di Indonesia kurang diakui keberadaanya tidak seperti halnya di negara lain. Banyak yang mengatakan kesejahteraan Apoteker sekarang ini di Indonesia sangat memprihatinkan dibanding 10 tahun yang lalu. Secara umum, pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh seorang apoteker adalah di bidang pengadaan, produksi, distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi. Apoteker dapat
bekerja
pada
instansi
pemerintah,
institusi
pendidikan,
industri
farmasi/kosmetik/pangan/alat kesehatan, pedagang besar farmasi, penyalur alat kesehatan, rumah sakit, apotek, dsb.Seorang apoteker yang baru lulus juga disumpah seperti dokter. Sumpah itu dimaksudkan agar seorang apoteker bersungguh-sungguh bersungguh-sungguh dalam mengaplikasikan ilmu kefarmasiannya demi kebaikan manusia. Seorang apoteker dilarang menggunakan pengetahuannya untuk
1
merugikan orang lain. Nama gelar kesarjanaan dan keprofesian seorang apoteker adalah S.Farm., Apt.
3. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan dalam Pemberian Obat
Penggunaan Obat secara Rasional (POR) atau Rational Use of Medicine (RUM) merupakan suatu kampanye yang disebarkan ke seluruh dunia, juga di Indonesia. Dalam situsnya, WHO menjelaskan bahwa definisi Penggunaan Obat Rasional adalah apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan dengan biaya yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan masyarakat. Dengan empat kata kunci yaitu kebutuhan klinis, dosis, waktu, dan biaya yang sesuai, POR merupakan upaya intervensi untuk mencapai pengobatan yang efektif. Penggunaan obat dapat diidentifikasi rasionalitasnya dengan menggunakan Indikator
8 Tepat dan 1 Waspada. Waspada. Indikator 8 Tepat dan 1 Waspada tersebut
adalah Tepat diagnosis, Tepat Pemilihan Obat, Tepat Indikasi, Tepat Pasien, Tepat Dosis, Tepat cara dan lama pemberian, Tepat harga, Tepat Informasi dan Waspada terhadap Efek Samping Obat. Beberapa pustaka lain merumuskannya dalam bentuk 7 tepat tetapi penjabarannya tetap sama. Melalui prinsip tersebut, tenaga kesehatan dapat menganalisis secara sistematis proses penggunaan obat yang sedang berlangsung. Penggunaan obat yang dapat dianalisis adalah penggunaan obat melalui bantuan tenaga kesehatan maupun swamedikasi oleh pasien.
2
Berikut ini adalah penjabaran dari Indikator Rasionalisasi Obat yaitu 8 Tepat dan 1 Waspada:
1.
Tepat Diagnosis
Penggunaan obat harus berdasarkan penegakan diagnosis yang tepat. Ketepatan diagnosis menjadi langkah awal dalam sebuah proses pengobatan karena ketepatan pemilihan obat dan indikasi akan tergantung pada diagnosis penyakit pasien. Contohnya misalnya pasien diare yang disebabkan Ameobiasis maka akan diberikan Metronidazol. Jika dalam proses penegakkan diagnosisnya tidak dikemukakan penyebabnya adalah Amoebiasis, terapi tidak akan menggunakan metronidazol. Pada pengobatan oleh tenaga kesehatan, diagnosis merupakan wilayah kerja dokter. Sedangkan pada swamedikasi oleh pasien, Apoteker mempunyai peran sebagai second opinion untuk pasien yang telah memiliki self-diagnosis. 2.
Tepat pemilihan obat
Berdasarkan diagnosis yang tepat maka harus dilakukan pemilihan obat yang tepat. Pemilihan obat yang tepat dapat ditimbang dari ketepatan kelas terapi dan jenis obat yang sesuai dengan diagnosis. Selain itu, Obat juga harus terbukti manfaat dan keamanannya. Obat juga harus merupakan jenis yang paling mudah didapatkan.
3
Jenis obat yang akan digunakan pasien juga seharusnya jumlahnya seminimal mungkin. 3.
Tepat indikasi
Pasien diberikan obat dengan indikasi yang benar sesuai diagnosa Dokter. Misalnya Antibiotik hanya diberikan kepada pasien yang terbukti terkena penyakit akibat bakteri. 4.
Tepat pasien
Obat yang akan digunakan oleh pasien mempertimbangkan kondisi individu yang bersangkutan. Riwayat alergi, adanya penyakit penyerta seperti kelainan kelai nan ginjal atau kerusakan hati, serta kondisi khusus misalnya hamil, laktasi, balita, dan lansia harus dipertimbangkan dalam pemilihan obat. Misalnya Pemberian obat golongan Aminoglikosida pada pasien dengan gagal ginjal akan meningkatkan resiko nefrotoksik sehingga harus dihindari. 5.
Tepat dosis
Dosis obat yang digunakan harus sesuai range terapi obat tersebut. Obat mempunyai karakteristik farmakodinamik maupun farmakokinetik yang akan mempengaruhi kadar obat di dalam darah dan efek terapi obat. Dosis juga harus disesuaikan dengan kondisi pasien dari segi usia, bobot badan, maupun kelainan tertentu. 6.
Tepat cara car a dan lama pemberian
Cara pemberian yang tepat harus mempertimbangkan mempertimbangkan keamanan dan kondisi pasien. Hal ini juga akan berpengaruh pada bentuk sediaan dan saat pemberian obat. Misalnya pasien anak yang tidak mampu menelan tablet parasetamol dapat diganti dengan sirup. Lama pemberian meliputi frekuensi dan lama pemberian yang harus sesuai karakteristik obat dan penyakit. Frekuensi pemberian akan berkaitan dengan kadar obat dalam darah yang menghasilkan efek terapi. Contohnya penggunaan antibiotika Amoxicillin 500 mg dalam penggunaannya diberikan tiga kali sehari selama 3-5 hari akan membunuh bakteri patogen yang ada. Agar terapi berhasil dan tidak terjadi resistensi maka frekuensi dan lama pemberian harus tepat. 7.
Tepat harga
Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas atau untuk keadaan yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat merupakan pemborosan dan sangat membebani pasien, termasuk peresepan obat yang mahal. Contoh Pemberian antibiotik pada
4
pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik yang sebenarnya tidak diperlukan hanya merupakan pemborosan serta dapat menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki.l 8.
Tepat informasi
Kejelasan informasi tentang obat yang harus diminum atau digunakan pasien akan sangat mempengaruhi ketaatan pasien dan keberhasilan pengobatan. Misalnya pada peresepan Rifampisin harus diberi informasi bahwa urin dapat berubah menjadi berwarna merah sehingga pasien tidak akan berhenti minum obat walaupun urinnya berwarna merah. 9.
Waspada efek samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi. Contohnya Penggunaan Teofilin menyebabkan jantung berdebar.
Prinsip 8 Tepat dan 1 Waspada diharapkan dapat menjadi indikator untuk menganalisis rasionalitas dalam penggunaan Obat. Kampanye POR diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja obat dan mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau. POR juga dapat mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat sehingga menjaga keselamatan pasien. Pada akhirnya, POR akan meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu pelayanan kesehatan.
4. Rute Pemberian Obat dan Cara Pemberian Obat
Rute Pemberian
Cara Pemberian
AURICULAR (OTIC)
Pemberian melalui telinga
BUCCAL CONJUNCTIVAL
SHORT NAME
OTIC
NCI FDA CONCEPT CODE ID
013
C38192
Pemberian melalui pipi BUCCAL dan gusi
030
C38193
Pemberian ke konjungtiva, membran halus yang melapisi kelopak mata dan menutupi permukaan dari bola mata yang
068
C38194
CONJUNC
5
terpapar. CUTANEOUS
Pemberian pada kulit.
CUTAN
130
C38675 C38675
DENTAL
Pemberian pada gigi
DENTAL
038
C38197
ELECTRO-OSMOSIS
Pemberian melalui EL-OSMOS difusi zat melalui membran dalam medan listrik.
357
C38633
ENDOCERVICAL
Pemberian dalam kanal E-CERVIC serviks uteri. Identik dengan istilah intracervical
131
C38205
ENDOSINUSIAL
Pemberian dalam sinus E-SINUS hidung
133
C38206
ENDOTRACHEAL
Pemberian langsung ke E-TRACHE dalam trakea.
401
C38208
ENTERAL
Pemberian langsung ke ENTER usus.
313
C38209
EPIDURAL
Pemberian pada atau di EPIDUR atas dura mater.
009
C38210
EXTRA-AMNIOTIC
Pemberian ke luar dari X-AMNI membran membungkus janin
402
C38211
EXTRACORPOREAL
Pemberian luar tubuh.
X-CORPOR
057 057
C38212
HEMODIALYSIS
Pemberian melalui cairan hemodialysate.
HEMO
140
C38200
INFILTRATION
Pemberian yang menghasilkan zat melewati ke ruang jaringan atau ke dalam sel.
INFIL
361
C38215
INTERSTITIAL
Pemberian untuk atau dalam lokasi interstisi suatu jaringan.
INTERSTIT
088
C38219
INTRA-ABDOMINAL
Pemberian dalam perut.
I-ABDOM
056
C38220
INTRA-AMNIOTIC
Pemberian dalam amnion.
I-AMNI
060
C38221
INTRA-ARTERIAL
Pemberian dalam arteri I-ARTER atau pembuluh darah.
037
C38222
INTRA-ARTICULAR
Pemberian dalam
007
C38223
I-ARTIC
6
sendi. INTRABILIARY
Pemberian dalam empedu, saluran empedu atau kandung empedu.
I-BILI
362
C38224
INTRABRONCHIAL
Pemberian dalam bronkus.
I-BRONCHI
067
C38225
INTRABURSAL
Pemberian dalam bursa I-BURSAL
025
C38226
INTRACARDIAC
Pemberian dengan hati. I-CARDI
027
C38227
INTRACARTILAGINOUS Pemberian dalam tulang rawan; endochondral.
I-CARTIL
363
C38228
INTRACAUDAL
Pemberian dalam tulang rawan; endochondral.
I-CAUDAL
413
C38229
INTRACAVERNOUS
Pemberian dalam I-CAVERN rongga patologis, seperti terjadi di paru paru pada tuberkulosis.
132
C38230
INTRACAVITARY
Pemberian dalam I-CAVIT rongga non-patologis, seperti yang dari leher rahim, rahim, atau penis, atau seperti apa yang terbentuk sebagai hasil dari luka.
023
C38231
INTRACEREBRAL
Pemberian dalam otak besar.
I-CERE
404
C38232
INTRACISTERNAL
Pemberian dalam cisterna magna cerebellomedularis.
I-CISTERN
405
C38233
INTRACORNEAL
Pemberian dalam I-CORNE kornea (struktur transparan membentuk bagian anterior dari tunik fibrosa mata).
406
C38234
INTRACORONAL, DENTAL
Pemberian obat dalam I-CORONAL 117 sebagian gigi yang ditutupi oleh enamel dan yang terpisah dari akar oleh daerah yang sedikit terbatas dikenal sebagai leher.
C38217
7
INTRACORONARY
Pemberian dalam arteri I119 koroner. CORONARY
C38218
INTRACORPORUS CAVERNOSUM
Pemberian dalam ruang yg dpt dilebarkan dari corporus cavernosa penis.
I-CORPOR
403
C38235
INTRADERMAL
Pemberian dalam dermis.
I-DERMAL
008
C38238
INTRADISCAL
Pemberian dalam cakram.
I-DISCAL
121
C38239
INTRADUCTAL
Pemberian dalam duktus kelenjar.
I-DUCTAL
123
C38240
INTRADUODENAL
Pemberian dalam duodenum.
I-DUOD
047
C38241
INTRADURAL
Pemberian dalam atau di bawah dura.
I-DURAL
052
C38242
INTRAEPIDERMAL
Pemberian dalam epidermis.
I-EPIDERM
127
C38243
INTRAESOPHAGEAL
Pemberian dalam kerongkongan.
I-ESO
072
C38245
INTRAGASTRIC
Pemberian dalam perut.
I-GASTRIC
046
C38246
INTRAGINGIVAL
Pemberian dalam gingiva.
I-GINGIV
307
C38247
INTRAILEAL
Pemberian dalam bagian distal dari usus kecil, dari jejunum ke sekum.
I-ILE
365
C38249
INTRALESIONAL
Administration dalam waktu atau diperkenalkan langsung ke dalam lesi terlokalisasi.
I-LESION
042
C38250
INTRALUMINAL
Pemberian dalam lumen tabung.
I-LUMIN
310
C38251
INTRALYMPHATIC
Pemberian dalam getah I-LYMPHAT 352 bening.
C38252
INTRAMEDULLARY
Pemberian dalam I-MEDUL rongga sumsum tulang.
408
C38253
INTRAMENINGEAL
Pemberian dalam
409
C38254
I-MENIN
8
meninges (tiga membran bahwa kantong otak dan sumsum tulang belakang). INTRAMUSCULAR
Pemberian dalam otot.
INTRAOCULAR
IM
005
C28161
Pemberian dalam mata. I-OCUL
036
C38255
INTRAOVARIAN
Pemberian dalam ovarium.
I-OVAR
354
C38256
INTRAPERICARDIAL
Pemberian dalam perikardium.
I-PERICARD 314
C38257
INTRAPERITONEAL
Pemberian dalam rongga peritoneal.
I-PERITON
004
C38258
INTRAPLEURAL
Pemberian dalam pleura.
I-PLEURAL
043
C38259
INTRAPROSTATIC
Pemberian dalam kelenjar prostat.
I-PROSTAT
061
C38260
INTRAPULMONARY
Pemberian dalam paru- I-PULMON paru atau bronkus
414
C38261
INTRASINAL
Pemberian dalam sinus I-SINAL hidung atau periorbital.
010
C38262
INTRASPINAL
Pemberian dalam I-SPINAL kolom tulang belakang.
022
C38263
INTRASYNOVIAL
Pemberian dalam rongga sinovial sendi.
I-SYNOV
019
C38264
INTRATENDINOUS
Pemberian dalam tendon.
I-TENDIN
049
C38265
INTRATESTICULAR
Pemberian dalam testis.
I-TESTIC
110
C38266
INTRATHECAL
Pemberian dalam cairan serebrospinal pada setiap tingkat sumbu serebrospinal, termasuk injeksi ke dalam ventrikel serebral.
IT
103
C38267
INTRATHORACIC
Pemberian dalam dada (internal ke tulang rusuk), identik dengan istilah endothoracic.
I-THORAC
006
C38207
INTRATUBULAR
Pemberian dalam
I-TUBUL
353
C38268
9
tubulus organ. INTRATUMOR
Pemberian dalam tumor
I-TUMOR
020
C38269
INTRATYMPANIC
Pemberian dalam media aurus.
I-TYMPAN
366
C38270
INTRAUTERINE
Pemberian dalam rahim.
I-UTER
028
C38272
INTRAVASCULAR
Pemberian melalui vaascular
I-VASC
021
C38273
INTRAVENOUS
Pemberian melalui vena
IV
002
C38276
INTRAVENOUS BOLUS
Pemberian dalam atau ke pembuluh darah atau pembuluh darah sekaligus.
IV BOLUS
138
C38274
INTRAVENOUS DRIP
Pemberian dalam atau ke pembuluh darah atau pembuluh darah selama periode waktu yang berkelanjutan.
IV DRIP
137
C38279
INTRAVENTRICULAR INTRAVENTRICULA R
Pemberian dalam ventrikel
I-VENTRIC
048
C38277
INTRAVESICAL
Pemberian dalam kandung kemih.
I-VESIC
128
C38278
INTRAVITREAL
Pemberian dalam tubuh vitreous mata.
I-VITRE
311
C38280
IONTOPHORESIS
Pemberian melalui arus ION listrik di mana ion garam terlarut bermigrasi ke jaringan tubuh.
055
C38203
IRRIGATION
Administrasi untuk mandi atau menyiram luka terbuka atau rongga tubuh.
IRRIG
032
C38281
LARYNGEAL
Pemberian langsung pada laring.
LARYN
364
C38282
NASAL
Administrasi untuk hidung, dikelola dengan cara hidung.
NASAL
014
C38284
NASOGASTRIC
Pemberian melalui
NG
071
C38285
10
hidung dan masuk ke lambung, biasanya dengan cara tabung. NOT APPLICABLE
Rute administrasi tidak NA berlaku.
312
C48623
OCCLUSIVE DRESSING TECHNIQUE
Pemberian melalui rute OCCLUS topikal yang kemudian ditutupi oleh saus yang menyumbat daerah.
134
C38286
OPHTHALMIC
Pemberian untuk mata eksternal.
OPHTHALM 012
C38287
ORAL
Pemberian atau dengan ORAL cara mulut.
001
C38288
OROPHARYNGEAL
Pemberian langsung ke ORO mulut dan faring.
410
C38289
OTHER
Pemberian berbeda OTHER dari orang lain di daftar ini.
135
C38290
PARENTERAL
Pemberian dengan injeksi, infus, atau implantasi.
PAREN
411
C38291
PERCUTANEOUS
Pemberian melalui kulit.
PERCUT
113
C38676
PERIARTICULAR
Pemberian sekitar sendi.
P-ARTIC
045
C38292
PERIDURAL
Pemberian ke luar dura P-DURAL mater dari sumsum tulang belakang
050
C38677
PERINEURAL
Pemberian sekitar saraf P-NEURAL atau saraf.
412
C38293
PERIODONTAL
Pemberian di sekitar gigi.
P-ODONT
040
C38294
RECTAL
Pemberian ke rektum.
RECTAL
016
C38295
RESPIRATORY (INHALATION)
Pemberiandalam RESPIR saluran pernapasan dengan menghirup lisan atau sengau untuk efek lokal atau sistemik.
136
C38216
RETROBULBAR
Pemberian belakang pons atau di belakang
034
C38296
RETRO
11
bola mata. SOFT TISSUE
Pemberian ke setiap jaringan lunak.
SOFT TIS
109
C38198
SUBARACHNOID
Pemberian bawah arachnoid.
S-ARACH
066
C38297
SUBCONJUNCTIVAL
Pemberian di bawah konjungtiva.
S-CONJUNC 096
C38298
SUBCUTANEOUS
Pemberian di bawah kulit; suntik. Identik dengan istilah subdermal.
SC
003
C38299
SUBLINGUAL
Pemberian di bawah lidah.
SL
024
C38300
SUBMUCOSAL
Pemberian di bawah selaput lendir.
S-MUCOS
053
C38301
TOPICAL
Pemberian ke titik tertentu di permukaan luar tubuh. Istilah E2B TRANSMAMMARY adalah bagian dari istilah topikal.
TOPIC
011
C38304
TRANSDERMAL
Pemberian melalui lapisan dermal kulit ke sirkulasi sistemik dengan difusi.
T-DERMAL
358
C38305
TRANSMUCOSAL
Pemberian di mukosa.
T-MUCOS
122
C38283
TRANSPLACENTAL
Pemberian melalui atau T-PLACENT 415 melintasi plasenta.
C38307
TRANSTRACHEAL
Pemberian melalui dinding trakea.
T-TRACHE
355
C38308
TRANSTYMPANIC
Pemberian di atau melalui rongga timpani.
T-TYMPAN
124
C38309
UNASSIGNED
Rute administrasi belum ditugaskan.
UNAS
400
C38310
UNKNOWN
Rute pemberian tidak diketahui.
UNKNOWN
139
C38311
URETERAL
Pemberian ke ureter.
URETER
112
C38312
URETHRAL
Pemberian ke uretra.
URETH
017
C38271
VAGINAL
Pemberian ke dalam
VAGIN
015
C38313
12
vagina.
5. Prosedur Pemberian Obat 1. Rute Oral
Pemberian obat melalui rute oral ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: a. Pemberian obat melalui oral
Alat dan bahan
Baki berisi obat-obat atau kereta dorong obat (bergantung pada sarana yang ada)
Kartu atau buku rencana pengobatan
Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat
Pemotong obat (jika diperlukan)
Martil dan lupang penggerus (jika diperlukan)
Gelas pengukur (jika diperlukan )
Gelas dan air minum
Sedotan
Sendok
Pipet
Spuit sesui ukuran mulut anak-anak
Obat
Air minum
Prosedur Kerja
Sipkan peralatan dan cuci tangan .
Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (kemampuan menelan, mual atau muntah, adanya program NPO/tahan makan dan minum, akan dilakukan pengisapan pengisapan lmbung titak terdapatnya bunyi bunyi usus)
Periksa kembali order pengobatan(nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian), periksa tanggal kedaluwarsa obat ada keraguan pada order pengobatan, laporkan pada perawata berwenagn atau dokter sesui dengan kebijakn masing-masing institusi.
Ambil obat sesui keperluan (baca order pengobatan dan ambil obat di almari, rak atau lemari es sesui yang diperlukan).
13
Siapkan obat-obat yang akan diberikan . siapkan si apkan jumlah obat yang sesui dengna de ngna dosis yang diperlukan tanpa mengotaminasi obat (gunakan teknik aseptic untuk menjaga kebersihan obat).
Tabl et atau k apsul apsul
Tuangakn tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk sekali pakai tanpa mententuh obat.
Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membagi obat sesui dengna dosis yang diperlukan. Buang bagian tablet yang tidak digunakna atau sesui dengna kebijakan institusi masing-masing.
Jika klien mengalami kesulitan untuk menelan, gurus obat menjadi bubuk dengan menggunakna martil dan lumping penggerus. Setelah itu, campurkan dengna meggunakan air atau makanan .
Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat. Beberapa obat tidak boleh digerus karena mempengaruhi daya kerjanya.
Obat Obat dalam bentuk bentuk cair
Putar/bolek-balik obat agar tercampur rata sebelum dituangkan. Buang obat jika telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
Buka penutup botol dan letakkan menghadp ke atas.
Menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan anda kemudian tungkan obat jauh dari label.mencegah label menjadi rusak akibat tumpahn cairan obat sehingga label tidak dapat dibaca dengan tepat.
Tuangkan obat dengan takaran sesai dengan takaran sesui kebutuhan ke dalam mangkuk obat berskala.
Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tisu.
Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mongering pada tutup botol.
Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml ), gunakan spuit steril tanpa jarum untuk mengambilnya dari botol.
b. Pemberian obat melalui Sublingual
Prosedur pemberian obat sublingual :
14
Persiapan 1. Persiapan Klien
Cek perencanaan Keperawatan klien
Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
2. Persiapan Alat
Obat yang sudah ditentukan
Tongspatel (bila perlu)
Kasa untuk membungkus tongspatel
Pelaksanaan
Biasakan cuci tangan sebelum melakukan aktivitas apapun
Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien untuk mengangkat lidahnya
Meletakan obat dibawah lidah
Memberitahu klien supaya tidak menelan obat
Cuci tangan kembali setelah melakukan rute tersebut pada pasien
Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat
Evaluasi dan Dokumentasi
Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
Catatlah tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) dalam catatan keperawatan.
c. Pemberian Bukal
Prosedur Kerja
Pemberian obat melalui bukal dilakukan dengan meletakkan obat padat pada membrane mukosa pipi sampai obat larut.
Klien dianjurkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian pada mukosa pipi kanan dan pipi kiri agar mukosa tidak iritasi.
Pasien dilarang menelan atau mengunyah obat yang diberikan secara Bukal.
2. Pemberian Obat Via Jaringan Intra Kutan
Alat dan Bahan
Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
Obat dalam tempatnya
15
Spuit 1 cc/spuit insulin
Cairan pelarut
Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit)
Bengkok
Perlak dan alasnya.
Prosedur Kerja
Cuci tangan
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
Bebaskan daerha yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang terbuka dan keatasan
Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquades. Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan.
Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan d isuntik.
Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat di permukaan kulit.
Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal dan jenis obat.
Daerah Penyuntikan :
Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus deltoideus.
3. Pemberian Obat Via Jaringan SubKutan
Alat dan bahan
Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat
Obat dalam tempatnya
Spuit insulin
16
Kapas alcohol dalam tempatnya
Cairan pelarut
Bak injeksi
Bengkok perlak dan alasnya
Prosedur kerja
Cuci tangan
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apabila menggunakan pakaian, maka buka pakaian dan di keataskan.
Ambil obat dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan. Setelah itu tempatkan pada bak injeksi.
Desinfeksi dengan kapas alcohol.
Regangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan).
Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dari permukaan kulit.
Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikkan secara perlahan-lahan hingga habis.
Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan ke dalam bengkok.
Catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis serta dosis obat.
Cuci tangan.
Daerah Penyuntikan :
Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah 1/3 bagian dari Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor ekor (os coxygeus)
Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris)
Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)
4. Pemberian Obat Via Intra Vena : a. Pemberian Obat Via Jaringan Intra Vena langsung
Alat dan bahan
Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.
Obat dalam tempatnya.
Spuit sesuai dengan jenis ukuran
17
Kapas alcohol dalam tempatnya.
Cairan pelarut (aquades).
Bak injeksi.
Bengkok.
Perlak dan alasnya.
Karen pembendung.
Prosedur kerja
Cuci tangan.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Bebaskan daerah yang akan disuntik dengan cara membebaskan pakaian pada daerah penyuntikan, apabila tertutup, buka dan ke ataskan.
Ambil obat pada tempatnya sesuai dosi yang telah ditentukan. Apabila obat dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan aquades steril.
Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan injeksi.
Tempatkan obat yang telah di ambil ke dalam bak injeksi.
Desinfeksi dengan kapas alcohol.
Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas daerah yang akan dilakukakn pemberian obat atau minta bantuan untuk membendung daerah yang akan dilakukan penyuntikan dan lakukan l akukan penekanan.
Ambil spuit yang berisi obat.
Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah.
Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan hingga habis.
Setelah selesai ambil spuit dengan menarik secara perlahan-lahan dan lakukan masase pada daerah penusukan dengan kapas alcohol, spuit yang telah digunakan di masukkan ke dalam bengkok.
Catat hasil pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
Cuci tangan.
b. Pemberian Obat Via Jaringan Intra Vena Secara tidak Langsung.
Alat dan bahan
Spuit dan jarum sesuai ukuran
18
Obat dalam tempatnya.
Wadah cairan (kantung/botol).
Kapas alcohol dalam tempatnya.
Prosedur kerja
Cuci tangan.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Periksa identitas pasien dan ambil obat dan masukkan ke dalam spuit.
Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantung. Alangkah baiknya penyuntikan pada kantung infuse ini dilakukan pada pa da bagian atas kantung/botol infuse.
Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol pada kantung/botol dan kunci aliran infuse.
Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian
tengah
dan
masukkan
obat
secara
perlahan-lahan
ke
dalam
kantong/botol infuse/cairan.
Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantung cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung yang lain.
Ganti wadah atau botol infuse dengan cairan yang sudah di injeksikan obat di dalamnya. Kemudian gantungkan pada tiang infuse.
Periksa kecepatan infuse.
Cuci tangan.
Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu dan dosis pemberian.
Daerah Penyuntikan :
Pada Lengan (v. mediana cubiti / v. cephalika)
Pada Tungkai (v. Spahenous)
Pada Leher (v. Jugularis)
Pada Kepala (v. Frontalis atau v. Temporalis) khusus pada anak – anak
5. Pemberian Obat Via Intra Muskular
Alat dan bahan
Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.
Obat dalam tempatnya.
19
Spuit da jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk dewasa panjangnya 2,5-3 cm, untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm.
Kapas alcohol dalam tempatnya.
Cairan pelarut.
Bak injeksi.
Bengkok.
Prosedur kerja
Cuci tangan.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu letakkan dalam bak injeksi.
Periksa tempat yang akan di lakukan penyuntikan (perhatikan lokasi penyuntikan).
Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.
Lakukan penyuntikan :
Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara, anjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.
Pada ventrogluteal dengan cara, anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi. o
Cara, anjurkan pasien untuk tengkura, pada daerah dorsogluteal dengan dengan lutut di putar kea rah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan diletakkan di depan tungkai bawah.
o
Cara, anjurkan pada daerah deltoid (lengan atas) dilakukan dengan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit, bila tidak ada darah yang tertarik dalam spuit, maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara perlahan-lahan hingga habis.
Setelah selesai, tarik spuit dan tekan sambuil di masase daerah penyuntikan dengan kapas alcohol, kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan dalam bengkok.
Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
20
Cuci tangan
Daerah Penyuntikan :
Bagian lateral bokong (vastus lateralis)
Butoks (bagian lateral gluteus maksimus)
Lengan atas (deltpid)
6. Pemberian Obat via Anus/Rektum
Alat dan Bahan:
Obat suppositoria dalam tempatnya
Sarung tangan.
Kain kasa.
Vaselin/pelicin/pelumas.
Kertas tisu.
Prosedur Kerja:
Cuci tangan.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Gunakan sarung tangan.
Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin.
Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5 menit.
Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.
Cuci tangan.
Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.
7. Pemberian Obat secara Topikal a.
Pada M ata
Alat dan Bahan :
Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim, aerosal, sprei)
Pinset anatomis
21
Kain kasa
Balutan
Pengalas
Air sabun, air hangat
Sarung tangan
Prosedur Kerja :
Cuci tangan
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan
Gunakan sarung tangan
Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis
Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan atau mengompres
Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati
Cuci tangan
b.
Pada M ata
Alat dan Bahan :
Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau beruupa salep
Pipet
Pinset anatomi dalam tempatnya
Korentang dalam tempatnya
Plester
Kain kasa
Kertas tisu
Balutan
Sarung tangan
Air hangat atau kapas pelembab
Prosedur Kerja :
Cuci tangan
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
22
Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat di samping kanan
Gunakan sarung tangan
Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat
Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di ataas tulang orbita
Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva . Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan
Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata kemudian pijat tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai anjurkan pesian untuk melihat kebawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan menggerakan kelopak mata
Tutup mata dengan kasa bila perlu
Cuci tangan
Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian
c. Pada Teli nga
Alat dan Bahan :
Obat dalam tempatnya
Penetes
Spekulum telinga
Pinset anatomi dalam tempatnya
Korentang dalam tempatnya
Plester
Kain kasa
Kertas tisu
Balutan
Prosedur Kerja :
Cuci tangan
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
23
Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai d engan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien diatas
Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau ke belakang (pada orang dewasa), kebawah pada anak-anak
Apabila obat berupa tetes maka teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis
Apabila obat berupa salep maka ambil kapas lidih dan oleskan salep kemudian masukan atau oleskan pada liang telinga
Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit
Tutup telingan dengan pembalut dan plester jika j ika diperlukan
Cuci tangan
Catat jumlah, tanggal dan dosis pemberian
d.
Pada Pada H i dung
Alat dan Bahan :
Obat dalam tempatnya
Pipet
Spekulum hidung
Pinset anatomi dalam tempatnya
Korentang dalam tempatnya
Plester
Kain kasa
Kertas tisu
Balutan
Prosedur Kerja :
Cuci tangan
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Atur posisi pasien dengan cara : o
Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang
o
Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur
o
Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang
Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan dosis)
Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit
24
Cuci tangan
Catat, cara, tanggal dan dosis pemberian obat
H al-h al Yang Har us Di per per hati kan pada pada Se Sediaan Topikal
Kaji pengetahuan klien atau pemberian perawatan tentang tindakan dan tujuan medikasi.
Perhatikan kemampuan klien dalam menggunakan obat secara mandiri
Waspada terhadap penggunaan obat terlalu banyak karena suatu lapisan pada kulit mempengaruhi penyerapan obat.
Pastikan bahwa klien atau pemberi perawatan tahu tanda reaksi lokal agens topikal.
Tekankan perlunya mencuci tangan secara menyeluruh setelah mengoleskan agens topikal.
Dengan medikasi serbuk, tekankan pentingnya menghindari menghisap serbuk.
8. Pemberian obat kepada bayi dan anak-anak
Pilih sarana yang tepat untuk mengukur dan memberikan obat pada bayi dan anakanak. (mangkuk plastic sekali pakai, pipet tetes, sendok, spuit plastic tanpa jarum, atau spuit tuberkulin).
Cairkan obat oral dengan sedikit air.
Agar mudah ditelan. Jika menggunakan air yang banyak, anak mungkin akan menolak untuk meminum seluruh obat yang dibeikan dan meminum hanya sebagian.
Gerus obat yang berbentuk padat/tablet dan campurkan dengna zat lain yang dapat mengubah rasa pahit, misalnya madu, pemanis buatan.
Posisikan bayi setengah duduk dan berikan obat pelan-pelan, mencegah aspirasi.
Jika menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah bayi. Posisi ini mencegah gagging (reflex muntah) dan mengeluarkan kembali obat yang diberikan.
Dapatkan informasi yang bermanfaat dari orang tua anak mengenai bagiamana memberiakn obat yang paling baik pada anak yang bersangkutan.
Jika anak tidak kooperatif selama pemberian obat, lakukan langkah-langkah berikut.
Letakan anak di atas pangkuan anda dengna tangan kanan di belakang tubuh anda.
25
Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda.
Amankan kepala anak dengan lengan kiri dan tubuh anda.
Setelah obat diminum, ikuti dengna memberikan minum air atau minuman lain yang dapat menghilangkan rasa obat yang tersisa.
Lakukan higinene oral setelah anak-anak minum obat disertai pemanis. Pemanis yang tersisa di mulut dapat menyebabkan anak berisiko tinggi mengalami karies dentis.
26
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006, 'Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004' Depkes RI, Jakarta
Mashuda A(Ed), 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik (CPFB)/Good Pharmacy Practice (GPP), Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia dan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
WHO, 2012, Medicines, WHO, Geneva, [online], http://www.who.int/medicines/areas/rational_use/en/
FDA,
This
standard
provides
for
all
routes
of
administration
for
drugs. www.fda.gov.
27