26
I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari 0,05%. Dalam banyak hal, lingkungan air tawar berbeda dengan lingkungan perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat salinitasnya. Untuk bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis yang bertujuan menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. Habitat ikan air tawar meliputi danau, sungai, rawa, serta danau atau sawah yang tergenang air.
Pengetahuan terhadap anatomi (anatomi macroskopik dan mikroskopik) dan fisiologi tubuh akan sangat membantu dalam pemahaman pato fisiologi serta dalam diagnosa dan penanganan penyakit (BBL Lampung, 2000).
Darah adalah suatu jaringan yang bersifat cair. Darah terdiri dari sel-sel (frakmen-frakmen sel) yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat seperti air. Sel-sel dan frakmen-frakmen sel merupakan unsur-unsur darah. Sel-sel ini cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Pada dasarnya sel-sel darah dapat dibagi atas tiga unsur erytrosit, leukosit dan trombosit. Diantara tipe tersebut, sel-sel darah merah merupakan yang paling banyak jumlahnya.
Eritrosit (sel darah merah) ikan berinti, bewarna merah kekuningan. Erotrosit dewasa berbentuk lonjong, kecil dan berdiameter 7-36 mikron bergantung kepada spesies ikannya. Jumlah eritrosit tiap-tiap mm3 darah berkisar antara 20.000-3.000.000. pangangkutan oksigen dalam darah bergantung kepada jumlah hemoglobin (pigmen pernapasan) yan terdapat didalam eritrosit.
Sel darah merah (Eritrosit) dapat dilihat secara makroskopik dan mikroskopik. Selain itu, pada sel darah merah memiliki tahanan osmotik yang dapat ditentukan. Oleh karena itu, laporan ini akan membahas tentang rupa darah secara makroskopik dan mikroskopik sebelum dan sesudah haemolisis dan menentukan tahanan osmotic sel-sel darah merah.
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari praktikum Rupa Darah Secara Makroskopik dan Mikroskopik Sebelum dan Sesudah Haemolisis dan Menentukan Tahanan Osmotik Sel-Sel darah Merah adalah untuk memberikan pengetahuan kepada praktikan, khususnya ikan Mas tentang rupa darah ikan secara makroskopik dan mikroskopik sebelum dan sesudah haemolisis dengan bantuan mikroskop dan menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah dari ikan yang telah dijadikan sebagai objek pengamatan bagi praktikan secara lebih jelas dan terperinci.
Manfaat dari pratikum ini adalah praktikan dapat mengetahui rupa darah ikan serta jenis-jenis sel darah merah ikan dan dapat menentukan tahanan osmotik ikan tersebut secara tepat dan benar.
1.3 Hipotesis
H0: Tidak ada pengaruh pemberian NaCl dan Aquades terhadap rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis serta tahanan osmotik sel darah merah.
H1: Ada pengaruh pengaruh pemberian NaCl dan Aquades terhadap rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis serta tahanan osmotik sel darah merah.
1.4. Rumusan Masalah
Mengamati rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis dan menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah ikan adalah suatu kegiatan yang cukup menarik dalam bidang perikanan terutama untuk memahami sistem sirkulasi suatu individu spesies ikan.
Namun pengamatan rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis dan menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah masih sulit di akses, karena membutuhkan banyak waktu dan keterampilan yang baik untuk mengamati secara detail. Berdasarkan uraian di atas penulis dapat merumuskan masalah mengenai pengamatan rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis dan menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah membuthkan waktu banyak dan keterampilan yang baik dalam mengamatinya.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus)
Ikan merupakan organisme yang hidup di air sebagian besar ikan melakukan semua kegiatan hidupnya di dalam air. Karena didalam tubuh ikan terdapat air dan kulit ikan merupakan suatu membrane yang semi permeable terhadap air serta materi-materi yang ada didalamnya, maka interaksi antara air yang ada didalam tubuh ikan dan air yang ada diluar tubuh ikan mungkin terjadi (Manda et al., 2016 ). Ikan memiliki fisiologi yang terdapat dalam tubuh ikan.
Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup, baik organisme bersel tungggal maupun bersel banyak, termasuk interaksi sel, jaringan, organ serta semua komunikasi intercellular, baik energetic maupun metabolik. Pada ilmu fisiologi juga di bahas faktor-faktor fisik dan kimia yang mempengaruhi makhluk hidup, yang terkait dengan awal mula kehidupan, perkembangan serta, kelangsungan hidup (Windarti et al.,2017).
Ikan lele lokal (Clarias bathracus) dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang kadang-kadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Ada yang mengatakan,bahwa patil ini tidak hanya tajam tetapi juga beracun dan mengakibatkan panas tinggi jika orang tak sengaja terkena patil tersebut. Ikan lele lokal memiliki sistem peredaran darah seperti pada ikan tawar pada umumnya. Darah pada ikan terdiri atas sel darah merah, sel darah putih dan plasma darah. (Fernande, 2016).
2.2 Sel Darah
Didalam darah mempunyai dua komponen utama yaitu sel-sel darah dan plasma darah. Sel-sel darah terbagi lagi menjadi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan sel pembeku darah atau bitir-butir darah (trombosit), sedangkan plasma darah disebut juga sebagai cairan darah (Pulungan et al.,2010 dalam Khaiqal, 2013).
Darah mengangkut oksigen dari insang ke jaringan dan mengankut CO2 dari jaringan ke insang. Pada kebanyakan sepesies ikan, O2 terikat pada haemoglobin pada darah sel merah. Tetapi pada sebagian ikan tidak memerlukan Hb untuk transparans O2 dan Hb darah. Dua tipe peredaran darah dalam Hb sangat pada respirasi ikan. Ketika darah mencapai jaringan, dimana CO2 tinggi, afinitas dan kejenuhan menurun dan demikian O2 akan dilepaskan dari Hb dan berdifusi kedalam jaringan (Windarti et al,. 2017).
Sel darah merah ikan berinti berfungsi untuk mengikat oksigen. Eritrosit berwarna merah kekuningan, bentuknya lonjong, kecil dan ukurannya sekitar 7-36 µm.Jumlah eritrosit tiap mm3 darah ikan sekitar 20.000-3.000.000 butir, tergantung pada jenis dan ukuran ikan (Windarti et al.,2017). Rupa sel-sel darah merah dapat di amati secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah mengalami haemolisis serta dapat di tentukan tahanan osmotiknya.
2.3 Haemolisis
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma).Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll.Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit, (Sri, 2013).
2.4 Tahanan Osmotik Sel-sel Darah Merah
Butir-butir darah merah berbentuk bikonkaf yang berisi cairan instraselluler. Bila sel-sel ini dimasukan ke dalam suatu cairan hipertonis atau hipotonis terhadap cairan instraselluler, maka terjadi proses osmose dan diffusi.
Adanya proses osmosis memungkinkan adanya cairan yang mengalir dari larutan di luar sel ke dalam sel-sel darah merah, darah tidak mengalami perubahan bila tekanan osmose cairan tersebut sama dengan tekanan osmose cairan intraselluler. Bila cairan di luar dari sel-sel tersebut hipertonis (tekanan osmosenya lebih tinggi), maka sel-sel tersebut akan kehilangan cairan intrasellulernya sehingga sel darah akan mengkerut. Sedangkan bila cairan diluar sel tersebut hipotonis (tekanan osmosenya lebih rendah), maka cairan dari luar sel-sel tersebut akan masuk ke dalam sel sehingga sel akan membengkak dan lama-lama akan pecah dan hemoglobin akan keluar (Redy et al.,2014).
III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Perikanan ini dilaksanakan, pada tanggal 6 Maret 2017, di mulai pada pukul 14:00-16:00 WIB, bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam memngamati rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis adalah darah ikan yang dijaga agar tidak menggumpal, aquades, EDTA 10%, NaCl 3% Etanol murni, dan pewarna Giemsa. Alat yang digunakan adalah jarum suntik, tabung reaksi, mikroskop, dan objek glass.
Adapun bahan yang di gunakan dalam menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah adalah darah ikan, larutan NaCl 3% dan aquades. Sedangkan alat yang di gunakan adalah 9 tabung reaksi yang ditata dalam rak yang di beri label dan nomor pada masing-masing tabung reaksi. Selain itu di gunakan juga pipet tetes 1ml atau 2ml.
3.3 Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap objek praktikum.
3.4 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis adalah sebagai berikut:
Ikan di bius dengan mnyak cengkeh, dengan cara air di tetesi minyak cengkeh secukupnya (sekitar 5 tetes/liter) sambil diaduk-aduk. Kemudian ikan dimasukan ke dalam air tersebut. Biarkan beberapa menit hinga ikan pingsan.
Memnasahi jarum suntik dan spuit dengan EDTA 10% untuk mencegah pembekuan.
Ikan yang sudah pingsan di letakan dalam nampan plastic. Tubuh ikan ditutupi dengan kain basah (supaya tidak licin saat di pegang dan mengurangi stress ikan). Jarum suntik ditusukan ke vena caudalis dengan arah ke tulang belakang. hentikan tusukan bila sudah menyentuh tulang dan vena caudalis sudah tertusuk. Tunggu hingga darah mengalir ke dalam spuit. Tarik spuit perlahan sampai mendapatkan volume darah sabanyak 3 ml.
Menyediakan 3 buah tabung reaksi dengan label A,B dan C. Tiap tabung di beri 1ml darah ikan. Pada tabung A di tambah 1 ml aquades. Pada tabung B di masukan 1 ml darah ikan dan NaCl 3%. Pada tabung C di masukan darah 1ml tanpa di tambah apa-apa, kemudian tabung di kocok dan di biarkan selama 5 menit.
Meembuat preparat ulas/usap darah dari darah yang sudah diperlakukan tersebut. Dari setiap tabung di ambil 1 tetes darah, diteteskan pada bagian ujung objek glass, kemudian salah satu ujung tetesan darah di sentuh dengan objek glass lain dan di geser sepanjang objek glass dengan posisi sudut 45°.
Objek glass dengan ulasan darah di angkat dan diterawang pada cahaya datang, dan cahaya tem
bus. Diamati dengan menggunakan mikroskop.
Darah pada tabung A di tambah lagi dengan 1ml NaCl3%. Darah pada tabung B ditambah dengan 1 ml aquades. Dengan demikian perbandingan volume darah, air dan larutan NaCl 3% pada tabung A dan B menjadi sama.
Adapun Prosedur pembuatan sampel untuk pengamatan jenis-jenis darah adalah sebagai berikut:
Membuat preparat ulas darah dari darah ikan yang murni.
Preparat di keringkan selama 5 menit.
Mencelupkaan preparat pada ethanol murni dan di keringkan selama 5 menit.
Mencelupkan preparat dalam larutan Giemsa dan di keringkan selama 5 menit.
Mengamati preparat di bawah mikroskop.
Adapun prosedur praktikum menentukan tahanan osmtik sel-sel darah merah.
Menyadiakan tabung reaksi dan memberi nomor 1sampai 9
Membuat larutan NaCl 0%; 0,35%; 0,5%; 0,6%; 0,7%; 0,9%; 1%; 3%.
Mengisi tabung dengan larutan NaCl dengan konsentrasi yang berurutan
Teteskan 10 tetes darah ikan yang tersedia ke dalam tiap-tiap tabung, mencampurkan secara hati-hati dan di biarkan lebih kurang 30 menit. Setelah 30 menit di amati kondisi lapisan merah di permukaan air. Amati tabung mana lapisan merah tersebut lenyap/tidak terlihat lebih cepat.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Rupa Darah Secara Makroskopis Dan Mikroskopis Sebelum Dan Sesudah Haemolisis
Berdasarkan hasil praktikum mengenai rupa darah secra makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis di peroleh hasil data sebagai berkut:
Gambar 1. Morfologi ikan lele local (Clarias bathracus)
Rupa Darah Pada Tabung A+ 1 ml Aquades
Gambar 2. Rupa darah tabung A+ 1ml Aquades
Darah pada tabung A setelah di tambah aquades warna darah merata agak merah tua dan mengencer, karena sel darah merah mengembang.
Rupa Darah Pada Tabung A+ 1 ml Aquades dan + 1ml NaCl 3%
Gambar 3. Rupa darah tabung A+ 1 ml Aquades dan + 1ml NaCl 3%
Tabung A setelah ditambahkan larutan NaCl 3% terdapat endapan di bagian bawah tabung karena sel darah merah mengerut.
Rupa Darah Tabung B+ 1ml NaCl 3%
Gambar 4. Rupa darah tabung B+1 ml NaCl 3 %
Rupa darah pada tabung B menggumpal di bagian dasar tabung dan terlihat pekat.
Rupa Darah Tabung B + 1 ml Nacl 3% dan + 1ml Aquades
Gambar 5. Rupa darah tabung B+1 ml NaCl 3 % dan + 1ml Aquades
Rupa darah pada tabung B+1 ml NaCl 3 % dan + 1ml Aquades terbagi tiga , dimana bagian bawah pekat dan menggumpal, bagian tengah merah encer, bagian atas merah muda
Rupa Darah Pada Tabung C Sebagai Kontrol
Gambar 6. Rupa darah tabung C sebagai control
Adapun hasil dari pengamatan dari preparat ulas yang di amati di bawah mikroskop adalah:
a. Preparat Ulas Tabung A + 1ml Aquades
Gambar 7. Rupa darah tabung A+ 1ml Aquades
b. Preparat Ulas Tabung A+ 1ml Aquades dan +1ml NaCl 3%
Gambar 8. Rupa A+ 1ml Aquades dan +1ml NaCl 3%
C. Preparat Ulas Tabung B+ NaCl 3%
Gambar 9. Rupa B+ 1ml NaCl 3%
d. Preparat Ulas Tabung B + 1ml NaCl 3% dan +1ml Aquades
Gambar 10. Rupa B+ 1ml NaCl 3% dan + 1ml Aquades
e. Preparat Ulas Tabung C (control)
Gambar 11. Rupa C (kontrol)
Menentukan Tahanan Osmotik Sel-sel Darah Merah
Berdasarkan hasil praktikum menentukan tahanan osmotic sel-sel darah merah di peroleh hasil sebagai berikut:
Darah ikan + 1ml NaCl 0,3%
Gambar 12. Darah ikan + 1ml NaCl 0,3%
Pada konsentrasi larutan NaCl 0,3% darah sedikit menggumpal dan mengendap, masih tembus cahaya saat di amati di bawah mikroskop.
Darah ikan + 0,5% NaCl
Gambar 13. Darah ikan + 1ml NaCl 0,5%
Pada konsentrasi larutan NaCl 0,5% saat di amati dengan mikroskop darah lebih menggumpal dari 0,3% dan mengendap.
Darah ikan + 0,6% NaCl
Gambar 14. Darah ikan + 1ml NaCl 0,6%
Pada konsentrasi larutan Nacl 0,6% drah menggumpal dan mengendap dan saat di amati dengan mikroskop cahaya masih tembus.
Darah ikan +0,7% NaCl
Gambar 15. Darah ikan + 1ml NaCl 0,7%
Pada konsentrasi larutan NalCl 0,7% darah menggumpal dan mengendap, saat di amati menggunakan mikroskop darah tidak tembus cahaya.
Gambar 16. Darah ikan + 1ml NaCl 0,8%
Darah ikan +0.9% NaCl
Gambar 17. Darah ikan + 1ml NaCl 0,9 %
Pada konsentrasi larutan NaCl 0.9% darah mengumpal di bagian bawah tabung, dan saat di amati menggunakan mikroskop tampak pekat, menggumpal dan tidak tembus cahaya.
Darah ikan +1 % NaCl
Gambar 18. Darah ikan + 1ml NaCl 1 %
Pada konsentrasi larutan NaCl 1% darah menggumpal dan mengendap,tampak pekat dan tidak tembus cahaya saat di amati menggunakan mikroskop.
Darah ikan + 3%NaCl
Gambar 19. Darah ikan + 1ml NaCl 3 %
Pada konsentrasi larutan NaCl 3% darah menggumpal dan mengendap di bagian bawah tabung, saat di amati mengggunakan mikroskop tampak sangat pekat dan tidak tembus cahaya sama sekali.
Pembahasan
Darah tidak dapat tembus cahaya, disebabkan karena sifat-sifat optik eritrosit yang terdapat dalam darah. Jika sel-sel ini dilarutkan dalam suatu cairan yang bebeda konsentrasi garamnya atau jika sel-sel ini membengkak karena proses difusi atau osmosis. Maka hemoglobin akan lepas dan darah menjadi tembus cahaya. Darah yang tidak tembus cahaya mempunyai sifat seperti cat penutup, sedangkan darah yang tembus cahaya mempunyai sifat seperti cat lak (pernis). Suatu larutan garam yang pekat akan meyebabkan butir-butir darah mengisut, sehingga konsentrasi hemoglobin meningkat dan sifat darah yang seperti cat penutup itu bertambah kuat.
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah.
Komposisi elektrolit dalam sel darah merah kualitatif sama dengan yang terdapat dalam plasma, hanya kuantitatifnya ada perbedaan. Tekanan osmosis didalam sel sama dengan tekanan osmosis larutan 0,9 % NaCl yaitu larutan isotonis dalam air. Apabila terjadi perubahan tekanan osmosis pada larutan diluar sel darah merah akan berpengaruh terhadap besarnya sel tersebut. Larutan yang hipotonik (aquades, 0,5 % NaCl) menyebabkan air masuk kedalam sel dan sel akan bertambah besar kemudian pecah dan hemoglobin keluar dari sel, proses ini disebut hemolisis. Sebaliknya apabila larutan sekeliling sel hipertonis ( NaCl 1,5 % dan 3%), maka air dari dalam sel akan keluar sehingga sel mengecil (mengkerut). Tetapi proses hemolisis dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain misalnya ada pelarut lain seperti eter dan kloroform.
Tabung A
Pada tabung A, darah yang ditambahkan aquades mengalami hemolisis, karena aquades merupakan cairan hipotonis yang menyebabkan perbedaan konsentrasi dimana konsentrai darah lebih tinggi daripada konsentrasi aquades, sehingga beberapa cairan dari aquades masuk kedalam sel-sel darah merah tersebut sampai konsentrasinya seimbang akan tetapi membran atau lapisan yang dimiliki darah tidak kuat untuk menampung semua itu sehingga terjadilah Hemolisis (pecahnya sel darah merah). Darah yang diberi aquades terlihat memudar warna merahnya, karena hemoglobin keluar dari eritrositnya. Oleh karena itu, apabila darah tersebut diletakan diatas sebuah tulisan maka huruf tersebut akan terlihat jelas.
Tabung B
Pada tabung B, darah yang ditambahkan NaCl 3% akan mengalami krenasi, karena NaCl 3% merupakan cairan hipertonis. Jika darah dicampurkan dengan cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan (krenasi) yaitu proses dimana cairan dari sel darah merah akan keluar dari membran plasma yang selalu menyelimutinya karena pelarut di dalam sel darah merah akan keluar dari sel tersebut. Setelah pengamatan secara makroskopik telah kita lakukan terhadap darah yang kita kenai perlakuan seperti ini dan hasilnya tulisan yang dikenakan darah tersebut akan buram, tidak terlihat terlalu jelas, karena darah tidak pecah, hanya mengkerut sehingga darah tersebut masih mengandung Hb yang menghalangi cahaya yang tembus.
Tabung C
Sel darah tanpa perlakuan apapun memiliki sifat yang kental dan tidak dapat tembus cahaya.
Pada percobaan menentukan tahanan osmotik sel darah merah, darah yang dilarutkan pada larutan NaCl 0% (aquadest) memperlihatkan bentuk yang berbeda dibandingkan dengan yang dilarutkan pada NaCl 0.5%, NaCl 0.9% , NaCl 1,5% dan NaCl 3%. Larutan NaCl 0.5% dan aquades mempunyai tekanan osmotik yang lebih rendah dari darah, sehingga dikatakan hipotonik. Pada kondisi ini air akan menembus membran sel, akibatnya sel akan menggembung.
Masuknya air ini disebabkan karena perbedaan gradien konsentrasi zat terlarut dalam sel dan di luar sel. Pada kondisi hipertonik, misalnya pada sel darah yang dilarutkan dalam larutan NaCl 3% dan NaCl 1,5%, keadaannya akan terbalik dengan sel yang dalam keadaan hipotonik. Air dalam sel akan keluar menembus membran, sehingga sel akan mengkerut, atau yang biasa disebut plasmolisis. Lain halnya dengan sel darah yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0.9%, sel ini tidak mengalami perubahan apa-apa. Pada kondisi isotonik ini tidak terjadi perbedaan gradien konsentrasi zat terlarut di dalam maupun di luar sel. Oleh karena itu larutan NaCl 0.9% disebut sebagai larutan fisiologis.
Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke dalam sel. Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik tekanan osmotik menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi. Yang termasuk dalam larutan hipotonik adalah quads dan NaCl 0.5%.
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan air mengalir keluar sel. Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi. Larutan hipertonik terdiri dari NaCl 1,5% dan 3%.
Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis tidak sempurna. Larutan-larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik yang berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut isotonik. Sebuah larutan yang mempunyai konsentrasi garam yang sama contohnya sel-sel tubuh yang normal dan darah. Yang termasuk larutan isotonis adalah NaCl 0,9.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hipotesis yang menyatakan tidak ada pengaruh pemberian larutan NaCl dan Aquades terhadap rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis serta tahanan osmotik pada sel darah pada ikan (H:0) ternyata salah dan di tolak, yang artinya hipotesis yang menyatakan bahwa ada ada pengaruh pemberian larutan NaCl dan Aquades terhadap rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis serta tahanan osmotik pada sel darah pada ikan. Berdasarkan hasil percobaan rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis, darah yang di tambah larutan Aquades darah mengembang akibat penambahan larutan atau mengalami hipotonis dan tidak tembus cahaya, sedangkan darah yang di tambah larutan NaCl mengalami proses osmosis dan mengkerut serta tembus cahaya. Untuk percobaan menentukan tahanan osmotic sel-sel darah merah bila darah di tambah dengan larutan hipertonis (NaCl 0,9% dan NaCl 3%) maka sel darah merah akan mengkerut karena tekanan osmosa larutan hipertonis lebih tinggi dari tekanan osmosa darah. Sedangkan bila darah ditambah dengan larutan hipotonis (NaCl 0% dan NaCl 0,3%), maka sel darah merah akan mengembang dan pecah.
5.2. Saran
Dalam melaksanakan praktikum ini sebaiknya di laksanakan dengan sebaik mungkin, dan penuh ketelitian, serta sarana dan prasaranan yang di gunakan harus cukup memadai sehinga memudahkan dalam pengamtan objek yang di teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Fernande. 2015. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Rupa darah Secara MAkroskopis dan Mikroskopis Setelah dan Sesudah Haemolisis dan Menentukan Tahanan Osmotik Darah Merah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pekanbaru.
Khaiqal. 2013. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Rupa darah Secara MAkroskopis dan Mikroskopis Setelah dan Sesudah Haemolisis dan Menentukan Tahanan Osmotik Darah Merah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pekanbaru.
Manda Ridwan Putra, Chaidir P. Pulungan, Windarti, deni Efizon. 2016. Buku Ajar Biologi Perikanan. UR Press. Pekanbaru.
Redy Sptiansyah, Ridwan Zaelani, Latip Mustofa. 2014. Laporan Akhir Praktikum Fisiologi Ternak Praktikum Darah.Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran. Jatinangor.
Sri Jarwanto. 2013. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Rupa darah Secara MAkroskopis dan Mikroskopis Setelah dan Sesudah Haemolisis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pekanbaru.
Windarti, Niken Ayu Pamungkas, Morina Riauwaty, Benny Heltonika, M.Fauzi,Efawani.2017. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. UR Press. Pekanbaru.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Praktikum
Pemberian anesti pada ikan menggunakan minyak cengkeh (5 tetes/l).Pemberian anesti pada ikan menggunakan minyak cengkeh (5 tetes/l).
Pemberian anesti pada ikan menggunakan minyak cengkeh (5 tetes/l).
Pemberian anesti pada ikan menggunakan minyak cengkeh (5 tetes/l).
Mengambil darah ikan menggunakan jarum suntik, sebelumnya jarum suntik dan spiut di basahi dengan EDTA, darah di ambil sebanyak 3 mlMengambil darah ikan menggunakan jarum suntik, sebelumnya jarum suntik dan spiut di basahi dengan EDTA, darah di ambil sebanyak 3 ml
Mengambil darah ikan menggunakan jarum suntik, sebelumnya jarum suntik dan spiut di basahi dengan EDTA, darah di ambil sebanyak 3 ml
Mengambil darah ikan menggunakan jarum suntik, sebelumnya jarum suntik dan spiut di basahi dengan EDTA, darah di ambil sebanyak 3 ml
Darah di masukan ke dalam tabung reaksi A,B,dan C. yang di tambah dengan Aquades 1ml dan larutan NaCl. Dan pada Tabung reaksi dengan konsentrasi NaCl 0,3%-3%.Darah di masukan ke dalam tabung reaksi A,B,dan C. yang di tambah dengan Aquades 1ml dan larutan NaCl. Dan pada Tabung reaksi dengan konsentrasi NaCl 0,3%-3%.
Darah di masukan ke dalam tabung reaksi A,B,dan C. yang di tambah dengan Aquades 1ml dan larutan NaCl. Dan pada Tabung reaksi dengan konsentrasi NaCl 0,3%-3%.
Darah di masukan ke dalam tabung reaksi A,B,dan C. yang di tambah dengan Aquades 1ml dan larutan NaCl. Dan pada Tabung reaksi dengan konsentrasi NaCl 0,3%-3%.
Darah dalam Tabung Reaksi di susun pad arak, dan di biarkan selama 5 menit.Darah dalam Tabung Reaksi di susun pad arak, dan di biarkan selama 5 menit.
Darah dalam Tabung Reaksi di susun pad arak, dan di biarkan selama 5 menit.
Darah dalam Tabung Reaksi di susun pad arak, dan di biarkan selama 5 menit.
Darah pada objek glass di amati di bawah mikroskop, apakah tembus cahaya atau tidak.Darah pada objek glass di amati di bawah mikroskop, apakah tembus cahaya atau tidak.Darah dalam reaksi di ambil dari stiap sampel A,B,C dengan pipet tetes, dan di teteskan pada objek glass.Darah dalam reaksi di ambil dari stiap sampel A,B,C dengan pipet tetes, dan di teteskan pada objek glass.
Darah pada objek glass di amati di bawah mikroskop, apakah tembus cahaya atau tidak.
Darah pada objek glass di amati di bawah mikroskop, apakah tembus cahaya atau tidak.
Darah dalam reaksi di ambil dari stiap sampel A,B,C dengan pipet tetes, dan di teteskan pada objek glass.
Darah dalam reaksi di ambil dari stiap sampel A,B,C dengan pipet tetes, dan di teteskan pada objek glass.