1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup, baik organisme ber sel tunggal maupun ber sel banyak, termasuk interaksi antar sel, jaringan, organ serta semua komunikasi intercellular, baik energetik maupun metabolik. (Windarti et al., al., 2017). Ikan air tawar adalah ikan yang hidup di air tawar seperti danau, sungai, rawa, serta danau atau sawah yang tergenang air. Ikan air tawar sangat banyak macamnya. Ikan memiliki ciri khas yaitu hidup di air,merupakan hewan berdarah dingin,berenang menggunakan sirip,bernafas dengan insang,termasuk binatang bertulang belakang (vertebrata) serta memiliki linea lateralis. Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain itu, komponen darah seperti trombosit dan plasma darah memiliki peran penting sebagai pertahanan pertama dari serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Sel-sel darah atau butiran darah terdiri atas eritrosit, leukosit, dan trombosit. Eritrosit atau sel darah merah berfungsi untuk mengangkut oksigen. Leukosit atau sel darah putih berfungsi untuk membunuh bibit penyakit (Syamsuri, 2003). 2003). Didalam darah mempunyai mempunyai dua komponen komponen utama yaitu yaitu sel-sel darah dan plasma darah.
2
Difusi merupakan perpindahan partikel zat dari suatu tempat yang konsentrasi partikelnya tinggi ke tempat yang kpnsentrasinya rendah sampai terjadi kesetimbangan yang dinamis (Syamsuri, 2007). Osmosis adalah perpindahan molekul air dari larutan yang berkonsentrasi air tinggi ke larutan yang berkonsentrasi air rendah melalui selaput semi permeable atau selektif semi permeable (Syamsuri, 2007). Pengetahuan terhadap anatomi (anatomi macroskopik dan mikroskopik) dan fisiologi tubuh akan sangat membantu dalam pemahaman pato fisiologi serta dalam diagnosa dan penanganan penyakit (BBL Lampung, 2010). Berdasarkan para ahli diatas maka diambil kesimpulan sebagai berikut Bahwa fisiologi memberikan pengetahuan tentang proses proses yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup, hidup, pada pada sel, jaringan, dan organ.
Jadi, dapat
digunakan ilmunya untuk mengamati rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis dan menentukan tahanan osmotik sel sel darah merah yang terdapat pada ikan air tawar yaitu ikan lele (Clarias (Clarias gariepinus). gariepinus). dua komponen komponen utama yang menyusun darah ikan adalah sel sel darah merah dan plasma darah. Sel darah pada ikan terdiri dari
eritrosit, leukosit,
trombosit. yang mana darah akan mengalami difusi dan osmosa. 1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari praktikum ini bertujuan untuk melihat/mengamati rupa darah makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis agar mengetahui cara pengambilan darah, proses apa yang yang terjadi terhadap rupa sel darah merah ikan ketika diberi aquades dan NaCl 3%, dan mengetahui langkah langkah pembuatan sampel sebagai pengamatan jenis jenis darah. Praktikum
3
menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah pada ikan lele (Clarias gariepinus) untuk melihat perubahan perubahan yang terjadi ketika NaCl (0,3 %, 0,5 %, 0,6%, 0,7%, 0,8%, 0,9%, 1 %, 3 %) di beri 10 tetes darah. Manfaat dari pratikum ini adalah menambah pengetahuan praktikan serta mengetahui rupa darah ikan, jenis-jenis sel darah merah ikan dan dapat menentukan tahanan osmotik ikan tersebut secara tepat dan benar.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup, baik organisme ber sel tunggal maupun ber sel banyak, termasuk interaksi antar sel, jaringan, organ serta semua komunikasi intercellular, baik energetik maupun metabolik. (Windarti et al., 2017). Ikan merupakan binatang terbanyak dari pada jenis-jenis binatang yang lain (Endang,2006). Ikan Lele Dumbo (clarias gariepinus) termasuk kedalam filum Chordata, kelas Pisces, sub kelas Teleoistei, ordo Ostariophysi, sub ordo Siluroidae, family Clariidae, genus Clarias, spesies Clarias gariepinus (Suyanto, 2009). Padamulanya nama ilmiah ikan Lele Dumbo adalah Clarias fuscusdan kemudian diganti menjadi Clarias gariepinus. Pengganti nama ini berdasarkan atas sifat-sifat induk jantan yang dominan diturunkan kepada anaknya.
Gambar 1.ikan Lele Dumbo (clarias gariepinus)
5
Darah dapat berfungsi untuk mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh, membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormone dan enzim kedala organ yang memerlukan.pertukaran oksigen dari air dengan CO 2 terjadi pada semi permeable yaitu pembuluh yang terdapat pada daerah insang. Volume darah yang beredar dalam tubuh ikan telostei berkisar antara 1,5 – 3% dari bobot tubuhnya.pada Sentulus acenthiies. Volume darah mencapai 5% dari bobot tubuhnya. (wikipedia, 2017). Sel darah merah ikan berinti berfungsi untuk mengikat oksigen. Eritrosit berwarna merah kekuningan, bentuknya lonjong, kecil dan ukurannya sekitar 7-36 µm.
Jumlah
eritrosit
tiap
mm3 darah
ikan
sekitar
20.000-3.000.000
butir, tergantung pada jenis dan ukuran ikan (Windarti,at.,al.2012). Poedjiadi (2000) menyatakan bahwa komposisi elektrolit dalam sel darah merah kualitatif sama dengan yang terdapat dalam plasma, hanya kuantitatifnya ada perbedaan Tekanan osmosis didalam sel sama dengan tekanan osmosis larutan 0,9 % NaCl dalam air. Apabila terjadi perubahan tekanan osmosis pada larutan diluar sel darah merah akan berpengaruh terhadap besarnya sel tersebut. Larutan yang hipotonik menyebabkan air masuk kedalam sel dan sel akan bert ambah besar kemudian pecah dan haemoglobin keluar dari sel, roses ini disebut haemolisis. Sebaliknya apabila larutan sekeliling sel hipertonis, maka air dari dalam sel akan keluar sehingga sel mengecil (mengkerut). Tetapi proses haemolisis dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain misalnya ada pelarut lain seperti eter dan kloioform. Sel darah putih, jumlahnya jauh lebih kurang dari pada sel darah merah, dan rasio antar kedua tipe tersebut kira-kira 1:700. Sebenarnya ada 5 tipe sel darah
6
putih yang berbeda terdapat dalam darah yang sedang beredar. Semuanya mempunyai nucleus. Ukurannya berkisar dari limfosit yang tiidak jauh lebih besar (10µm) dari pada sel darah merah, sampai monosit-monosit yang mungkin tiga kali lebih besar (25µm). Bentuk sel darah putih sangat bervariasi, terutama bila sel-sel ini sedang melalui kapiler-kapiler (wikipedia, 2017). Sistem peredaran darah pada semua organisme merupakan proses fisiologis yang sangat penting. Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal artinya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah. Mulai dari jantung ,darah menuju insang untuk melakukan pertukaran gas.Selanjutnya darah dialirkan ke dorsal aorta dan terbagi kesegenap organ-organ tubuh melalui saluran-saluran kecil .Selain itu ,sebagian darah dari insang. Pertama, sebelum dihubungkan ke sistem vena,peranan kedua organ ini mungkin sebagai ventilasi kontrol dan untuk seksresi gas kearah cairan mata (Fujaya,2010).
7
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan tempat
Pratikum fisiologi hewan air dengan judul ”Rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis dan menentukan tahanan osmotik sel sel darah merah” ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 Desember 2017 pukul 08.00 – selesai , yang bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. 3.2. Alat Dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ikan lele ( Clarias gariepinus) yang diambil darahnya, aquades, EDTA / heparin, NaCl 3%, ethanol, larutan Giemsa, NaCl dengan konsentrasi yang berurutan, yaitu 0,3 %, 0,5 %, 0,6 %, 0,7 %, 0,8 %, 0,9 %, 1 % dan 3 %. Adapun alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah nampan, jarum suntik untuk mengambil darah, tabung reaksi sebagai wadah darah yang telah diambil, objek glass, cover glass, mikroskop untuk mengamati preparat darah, pipet tetes untuk mengambil larutan, serbat untuk membalut kepala ikan agar ikan tidak stress dan memudahkan dalam proses praktikum, serta alat tulis untuk mencatat. 3.3. Metode Praktikum
Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung dimana objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan guna diambil datanya sesuai dengan tuntunan yang terdapat didalam buku penuntun praktikum.
8
3.4. Prosedur Pratikum 3.4.1
Cara Mengambil Darah Ikan
Langkah-langkah dalam praktiukum pendugaan populasi adalah pertamatama Ikan dibius dengan minyak cengkeh secukupnya (sekitar 5 tetes / liter) sampai pingsan kemudian jarum suntik dan spuit dibasahi dengan EDTA 10 % untuk mencegah pembekuan darah. Darah ikan diambil melalui vena caudalis. Selanjutnya darah ikan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah dibasahi EDTA 10 %. 3.4.2
Menyiapkan Sampel Darah Ikan Untuk Proses Haemolisis
Ambil 3 buah tabung reksi dan diberi label A, B dan C. Kemudian, ke dalam tiap-tiap tabung masukkan 1 cc darah ikan. Pada tabung A, tambahkan 1 cc aquades. Pada tabung B masukkan 1 cc NaCl 3 % dan darah pada tabung C dibiarkan seperti semula atau tidak ditambah apa-apa. Tabung dikocok, lalu dibiarkan selama 5 menit. Buatlah preparat ulas / usap darah dari darah yang sudah diperlakukan tersebut. Dari setiap tabung, ambil 1 tetes darah, teteskan pada bagian ujung dari objek glass. Kemudian ambil objek glass lain, sentuhkan salah satu ujungnya pada tetesan darah tersebut dan geser sepanjang objek glass (objek glass untuk menggeser darah dalam posisi sudut 45 0 terhadap objek glass tempat darah diteteskan). Angkat objek glass dengan ulasan darah tersebut dan terawang pada cahaya datang (dasar hitam) dan cahaya tembus (dasar putih). Amati dengan menggunakan mikroskop. Darah pada tabung A ditambah lagi dengan 1 cc larutan NaCl 3 %. Darah pada tabung B ditambah dengan 1 cc aquades. Perhatikan apakah sifat tembus cahaya pada darah di tabung A dan B juga sama.
9
3.4.3. Pembuatan sampel untuk pengamatan jenis-jenis darah
Buatlah preparat ulas darah dari darah ikan yang murni (tidak ditambah NaCl maupun aquades. Preparat di keringkan selama 5 menit. Preparat dicelup pada ethanol murni dan dikeringkan sekitar 5 menit. Preparat dicelup dalam larutan Giemsa dan dikeringkan selama 5 menit. Preparat dicuci dengan air bersih dengan cara dicelup-celupkan ke dalam air sampai kelebihan pewarna Giemsa bersih. Preparat dekeringkan lagi dan siap diamati dibawah mikroskop. Gambarlah bentuk-bentuk sel darah merah dan putih. Amatilah bentuk inti serta kondisi sitoplasmanya. 3.4.4. Tata cara saat menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah
Ambil darah ikan mas dengan menggunakan jarum suntik yang telah dibasahi oleh EDTA. Sediakan 9 buah tabung reaksi dan beri label. Isilah tia-tiap tabung dengan larutan NaCl dengan konsentrasi yang berurutan, yaitu 0,3 %, 0,5 %, 0,6 %, 0,7 %, 0,8 %, 0,9 %, 1 % dan 3 %. Teteskan 10 tetes darah ikan yang tersedia ke dalam tiap-tiap tabung, biarkanlah lebih kurang 30 menit. Setelah 30 menit amati kondisi lapisan merah di permukaan air. Perhatikan tabung mana lapisan merah tersebut lenyap / tidak terlihat lebih cepat. Ambillah dari tiap-tiap tabung satu tetes campuran darah dan larutan NaCl, teteskan diatas objek glass dan tutup dengan cover glass. Kemudian lihatlah dibawah mikroskop dan gambarlah.
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Rupa darah makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis
Hasil pengamatan dari praktikum mengenai Rupa darah makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis yaitu diperoleh suatu hasil dari pada pengamatan makroskopis yaitu ketika darah pada tabung reaksi A ditambahkan aquades terdapat endapan dibawah yang lebih pekat. Sedangkan ketika darah pada tabung B ditambahkan larutan NaCL terdapat endapan yang lebih terang dan larutan menyatu.
sel-sel darahnya bentuknya padat atau sel-sel darahnya
mengkerut dan tidak tembus cahaya. Untuk darah pada tabung C yang dijadikan sebagai kontrol terdapat endapan berwarna merah asli. 4.1.1.1 Rupa darah secara makroskopis
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Tabung A (1 cc darah
Tabung B (1 cc darah
Tabung C (1 cc darah
ikan + 1 cc aquades.
ikan + i cc Nacl 3 %.
ikan.)
11
Hasil dari pada pengamatan mikroskopis yaitu ketika 1 ml darah pada tabung reaksi A setelah ditambahkan 1 ml aquades
sel sel darah merah
membengkak karena proses difusi oleh aquades sehingga inti selnya pecah. Sedangkan ketika 1 ml darah pada tabung B setelah ditambahkan 1 ml larutan NaCL 3 % sel sel darah merah nya menumpuk yang disebabkan karena terjadinya proses osmosis, pada gambar membuktikan bahwa butir butir darahnya mengisut karena larutan NaCl yang pekat. Untuk darah pada tabung C yang dijadikan sebagai kontrol yang tidak diberi aquades dan NaCl 3% pada gambar menunjukkan bahwa susunan darahnya rapi dan sel pada darah tersebut terlihat normal karena pada selnya maupun intinya tidak terjadi pengkerutan maupun pembengkakan. 4.1.1.2.
Rupa darah secara mikroskopis
4.1.1.2.1 Rupa darah tabung A setelah ditambahkan 1 ml aquades
Gambar 5
12
4.1.1.2.2 Rupa darah tabung B setelah ditambahkan 1 ml NaCl 3 %
Gambar 6
4.1.1.2.2 Rupa darah tabung C sebagai kontrol
Gambar 7
4.1.2. Menentukan Tahanan Osmotik Sel-Sel Darah Merah
Pada percobaan 2 didapatkan suatu hasil setelah darah ditambahkan dengan berbagai macam konsentrasi yang berbeda mulai dari 0,3%, 0,5%, 0,6%, 0,7%, 0,8%, 0,9%, 1% dan 3% maka hasil tabung darah yang warnanya tidak pekat adalah konsentrasi larutan NaCl 0,3%, 0,5%, 0,6%. Hasil tabung darah yang tidak terjadi endapan adalah NaCl 0, 7 %. Pada tabung darah yang memiliki
13
banyak endapan adalah yang konsentrasi NaCl 0,8%. Hasil tabung darah yang terdapat endapan dan lapisan adalah yang konsentrasi NaCl 0,9%, 1%, dan 3%. 10 tetes Darah ditambahkan dengan berbagai konsentrasi NaCl
0,3%
0,5%
0,6%
0,7%
0,8%
0,9%
1%
Gambar 8. Darah ditambahkan dengan berbagai konsentrasi NaCl
3%
14
4.2.Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan pada rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis yaitu pada perolehan hasil secara makroskopis darah
yang ditambahkan aquades
endapan lebih pekat warna nya sangat merah. Hal ini berbanding terbalik dengan darah yang ditambahkan NaCl 3% yang endapannya lebih ter ang. Pada hasil secara mikroskopis darah ketika ditambahkan aquades darah membengkak disebabkan karena proses difusi oleh aquades. Ketika sel darah masuk kedalam larutan yang hipotonis maka sel darahnya akan mengembang dan kemudian inti sel darah pecah. Peristiwa pecahnya sel darah merah hingga isinya menyebar keseluruh larutan yang disebut sebagai haemolisa Pulungan (2004). Darah yang mengalami haemolisis memiliki sifat yang bisa tembus cahaya(hipotonis). Sedangkan darah setelah ditambahkan larutan NaCl sel-sel darahnya mengkerut, tidak tembus cahaya (hypertonis). Untuk darah yang dijadikan sebagai kontrol bentuk sel dan intinya tidak terjadi pengkerutan maupun pembengkakan. Pengamatan yang dapat dibahas pada penentuan tekanan osmotik sel-sel darah merah darah yang larutan NaCL 0,3% darah menyatu dengan larutan dan warnanya tidak pekat dan bisa ditembus oleh cahaya. Pada tabung darah hasil konsentrasi NaCl 0,5% terdapat endapan dan warnanya tidak pekat. Pada tabung darah hasil konsentrasi NaCl 0,6 % terjadi endapan dan warna merah belum begitu pekat. Pada tabung darah hasil konsentrasi NaCl 0, 7 % darah menyatu dan tidak terjadi endapan. Pada tabung darah hasil konsentrasi NaCl 0,8% terdapat endapan yang lebih banyak dan warnanya merah kehitaman. Pada tabung darah
15
hasil konsentrasi NaCl 0,9% terdapat endapan dan membentuk 2 lapisan. Pada tabung darah hasil konsentrasi NaCl 1% terdapat endapan dan lapisan . Dan pada tabung darah hasil konsentrasi NaCl 3% darah membentuk endapan yang cerah dan ada lapisan. Eritrosit (sel darah merah) ikan berinti, bewarna merah kekuningan. Erotrosit dewasa berbentuk lonjong, kecil dan berdiameter 7-36 mikron bergantung kepada spesies ikannya.
16
V.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Dari hasil praktikum percobaan pertama dapat disimpulkan bahwa pada rupa sel darah ketika ditambahkan aquades, sel darah membengkak karena sel menyerap aquades (Hipotonis) dan inti sel menjadi pecah terjadi haemolisis sehingga sel darah merah tembus cahaya. Sedangkan bentuk sel darah yang ditambahkan NaCl 3% sel darah mengkerut hal ini dikarenakan sifat dari NaCl yang merupakan garam sehingga menyerap partikel air dan cairan sel dilepaskan keluar sel dan jarak antar sel menjadi rapat. Dan darah yang tidak tembus cahaya disebut hypertonis. Dari hasil praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pada percobaan 2 dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tahanan osmotik sel-sel darah merah melalui darah setelah ditambahkan larutan NaCL dengan berbagai konsentrasi dengan melihat apakah ada endapan, perubahan warna darah dan lapisan merah atau lapisan putih. 5.2.Saran
Agar pratikum Fisiologi Hewan Air ini bermanfaat untuk semua praktikan sebaiknya untuk pengambilan darah dengan cara penyuntikan ikan dilakukan bergantian pengalaman.
supaya
semua
praktikan
bisa
melakukannya dan menambah
17
DAFTAR PUSTAKA
Endang, Sri Mulyani. 2006. Menggalakkan Perikanan Laut. Bandung: Sarana Cipta Ilmu Fujaya,Yushinta.2010. Fisiologi Ikan. Bogor: Rineka Cipta Suyanto. 2009. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut.Yogyakarta: Gajah Mada University. Windarti et al. 2017. Buku ajar fisiologi hewan air . Fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Universitas Riau.
Windarti, Yuliati, Nurasiah, Beni Heltonika.2012, Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan Universitas Riau. (tidak diterbitkan)
WWW.Wikipedia.com.diunggah pada hari Sabtu, 11 Maret 2017 pukul 23:56.
18
LAMPIRAN
19
Lampiran 1. Alat dan Bahan Alat yang digunakan :
20
Bahan yang digunakan :
Ikan lele (Clarias gariepinus)