BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. 2.1. Anat Anatom omii dan dan Fisio Fisiolo logi gi Hidu Hidung ng 2.1. 2.1.1. 1. Hidu Hidung ng Lu Luar ar
Hidung Hidung bagian luar menonjol menonjol pada pada garis tengah di antara pipi pipi dan bibir atas; struktur hidung luar dibedakan atas tiga bagian : yang paling atas : kubah tulang yang tak dapat digerakkan; di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan ; dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. Bentuk hidung luar seperti piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah : 1) pangkal hidung (bridge), ) batang hidung (dorsum nasi), !) pun"ak hidung (hip), #) ala nasi, $) kolumela, dan %) lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot ke"il yang ber&ungsi untuk untuk meleba melebarka rkan n atau menye menyempi mpitka tkan n lubang lubang hidung hidung.. 'erang 'erangka ka tulang tulang terdiri dari : 1) tulang hidung hidung (os (os nasal), ) prosesus prosesus &rontalis &rontalis os maksila, maksila, dan !) prosesus prosesus nasalis os &rontal; sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu 1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior, ) sepasang kartilago nasalis lateralis in&erior yang disebut juga sebagai kartilago ala mayor dan !) tepi anterior kartilago septum. 1
Gambar 1.1 Anatomi idung luar 2.1.2.
Hidung !alam
Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasoå. 'aum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan konka in&erior. elah antara konka in&erior dengan dasar hidung dinamakan meatus in&erior, berikutnya "elah antara konka media dan in&erior disebut meatus media dan sebelah atas konka media disebut meatus superior.,!,#
Gambar 1.2 Gambar Anatomi !alam
a.
*eptum nasi *eptum membagi kaum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. Bagian posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh kartilago septum (kuadrilateral) , premaksila dan kolumela membranosa; bagian posterior dan in&erior oleh os omer, krista maksila , 'rista palatine serta krista s&enoid.,! b. 'aum nasi 'aum nasi terdiri dari: ". +asar hidung
+asar hidung dibentuk oleh prosesus palatine os maksila dan prosesus horiontal os palatum. d. tap hidung tap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan in&erior, os nasal, os maksila, korpus os etmoid, dan korpus os sphenoid. *ebagian prosesus &rontalis besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui oleh &ilament&ilamen n.ol&aktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus ol&aktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial konka superior. e. +inding ateral +inding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus &rontalis os maksila, os lakrimalis, konka superior dan konka media yang merupakan bagian dari os etmoid, konka in&erior, lamina perpendikularis os platinum dan lamina pterigoideus medial. &.
'onka /osa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka; "elah antara konka in&erior dengan dasar hidung disebut meatus in&erior; "elah antara konka media dan in&erior disebut meatus media, dan di sebelah atas konka media disebut meatus superior. 'adang-kadang didapatkan konka keempat (konka suprema) yang teratas. 'onka suprema, konka superior, dan konka media berasal dari massa lateralis os etmoid, sedangkan konka in&erior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada maksila bagian superior dan palatum.
g. 0eatus superior 0eatus superior atau &isura etmoid merupakan suatu "elah yang sempit antara septum dan massa lateral os etmoid di atas konka media. 'elompok sel-sel etmoid posterior bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau beberapa ostium yang besarnya berariasi. +i atas belakang konka superior dan di depan
korpus os s&enoid terdapat resesus s&eno-etmoidal, tempat bermuaranya sinus s&enoid. h. 0eatus media 0erupakan salah satu "elah yang penting yang merupakan "elah yang lebih luas dibandingkan dengan meatus superior. +i sini terdapat muara sinus maksila, sinus &rontal dan bahagian anterior sinus etmoid. +i balik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat "elah yang berbentuk bulan sabit yang dikenal sebagai in&undibulum. da suatu muara atau &isura yang berbentuk bulan sabit yang menghubungkan meatus medius dengan in&undibulum yang dinamakan hiatus semilunaris. +inding in&erior dan medial in&undibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti la"i dan dikenal sebagai prosesus unsinatus. +i atas in&undibulum ada penonjolan hemis&er yaitu bula etmoid yang dibentuk oleh salah satu sel etmoid. stium sinus &rontal, antrum maksila, dan sel-sel etmoid anterior biasanya bermuara di in&undibulum. *inus &rontal dan sel-sel etmoid anterior biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila bermuara di posterior muara sinus &rontal. dakalanya sel-sel etmoid dan kadang-kadang duktus naso&rontal mempunyai ostium tersendiri di depan in&undibulum.,!
i.
0eatus 2n&erior 0eatus in&erior
adalah yang terbesar di antara ketiga
meatus, mempunyai muara duktus nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara ! sampai !,$ "m dibelakang batas posterior nostril.,! j.
3ares 3ares posterior atau koana adalah pertemuan antara kaum nasi dengan nasoå, berbentuk oal dan terdapat di sebelah kanan dan kiri septum. 4iap nares posterior bagian bawahnya dibentuk oleh lamina horisontalis palatum, bagian dalam oleh os
omer, bagian atas oleh prosesus aginalis os s&enoid dan bagian luar oleh lamina pterigoideus. +i bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas sinus maksila, etmoid, &rontalis dan sphenoid. *inus maksilaris merupakan sinus paranasal terbesar di antara lainnya, yang berbentuk piramid yang irregular dengan dasarnya menghadap ke &ossa nasalis dan pun"aknya menghadap ke arah apeks prosesus ygomatikus os maksilla. ,!,# *inus paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang kepala yang berisi udara yang berkembang dari dasar tengkorak hingga bagian prosesus aleolaris dan bagian lateralnya berasal dari rongga hidung hingga bagian in&eromedial dari orbita dan ygomatikus. *inus-sinus tersebut terbentuk oleh pseudostrati&ied "olumnar epithelium yang berhubungan melalui ostium dengan lapisan epitel dari rongga hidung. *el-sel epitelnya berisi sejumlah mukus yang menghasilkan sel-sel goblet. $ 2.1.". Kom#l$%s &stiom$atal 'K&()
'ompleks ostiomeatal ('0) adalah bagian dari sinus etmoid anterior yang berupa "elah pada dinding lateral hidung. 5ada potongan koronal sinus paranasal gambaran '0 terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media dan lamina papirasea. *truktur anatomi penting yang membentuk '0 adalah prosesus unsinatus, in&undibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan ressus &rontal.1,% *erambi depan dari sinus maksila dibentuk oleh in&undibulum karena sekret yang keluar dari ostium sinus maksila akan dialirkan dulu
ke "elah sempit in&undibulum sebelum masuk ke rongga
hidung. *edangkan pada sinus &rontal sekret akan keluar melalui "elah sempit resesus &rontal yang disebut sebagai serambi depan sinus &rontal. +ari resesus &rontal drainase sekret dapat langsung menuju ke in&undibulum etmoid atau ke dalam "elah di antara prosesus unsinatus dan konka media.%
2.1.*. P$rdaraan Hidung
Bagian atas hidung rongga hidung mendapat pendarahan da ri a. etmoid anterior dan posterior yang
merupakan "abang dari a.
o&talmika dari a.karotis interna. Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari "abang a. maksilaris interna, di antaranya adalah ujung a. palatina mayor dan a .s&enopalatina yang keluar dari &oramen
s&enopalatina bersama
n. s&enopalatina dan memasuki
rongga hidung di belakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari "abang 6 "abang a.&asialis.1 5ada bagian depan septum terdapat anastomosis dari "abang"abang a. s&enopalatina,a.etmoid anterior, a. labialis superior, dan a. palatina mayor yang disebut pleksus 'iesselba"h (ittle7s area). 5leksus 'iesselba"h letaknya super&isial dan mudah "idera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis(pendarahan hidung) terutama pada anak.1 8ena-ena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya . 8ena di estibulum dan struktur luar
hidung bermuara ke .o&talmika yang berhubungan dengan
sinus kaernosus. 8ena-ena di hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakan&aktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran in&eksi hingga ke intra"ranial. 1
Gambar 1." Gambar Anatomi #$rdaraan idung
2.1.+. P$rsara,an idung
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persara&an sensoris dari n.etmoidalis anterior, yang merupakan "abang dari n.nasosiliaris, yang berasal dari n.o&talmikus (3.8-1). 9ongga hidung lannya, sebagian besar mendapat persara&an sensoris dari n.maksila
melalui
s&enopalatinum
selain
ganglion memberikan
s&enopalatinum. persara&an
anglion
sensoris
juga
memberikan persara&an asomotor atau otonom untuk mukosa hidung. anglion ini menerima serabut-serabut sensoris dari n.maksila (3.8-), serabut parasimpatis dari n.petrosus super&isialis mayor dan serabut-serabut simpatis
dari n.petrosus pro&undus.
anglion s&enopalatinum terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media. 1 3erus ol&aktorius. *ara& ini turun dari lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus ol&aktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa ol&aktorius di daerah sepertiga atas hidung.1,!
2.1.-. Fisiologi idung
Hidung memiliki beberapa &ungsi yaitu:1 a. /ungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air "onditioning), penyaring udara, humidi&ikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal . b. /ungsi
penghidu,
karena
terdapanya
mukosa
ol&aktorius
(pen"iuman) dan reseroir udara untuk menampung stimulus penghidu. ". /ungsi &onetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses berbi"ara dan men"egah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang.
d. /ungsi statistik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas. e. 9e&leks nasal. 0ukosa hidung merupakan reseptor re&leks yang berhubungan
dengan
saluran
"erna,
kardioaskuler
dan
perna&asan. ontoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan re&leks bersin dan na&as terhenti. 9angsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.
2.2. initis a%ut 2.2.1. !$,inisi
9initis akut adalah radang pada mukosa hidung yang berlangsung akut, kurang dari 1 minggu, dapat disebabkan karena in&eksi irus, bakteri, ataupun iritan, yang sering ditemukan karena meni&estasi dari rinitis simplek (common cold ), in&luena, penyakit eksantem (seperti morbili, ariola, ari"ela, pertusis), penyakit spesi&ik, serta sekunder dari iritasi lokal atau trauma.!, 2.2.2. /#id$miologi
9initis akut merupakan penyebab morbiditas yang signi&ikan. ejalagejala rinitis se"ara signi&ikan mempengaruhi kualitas hidup pasien karena gejala-gejala sistemik yang menyertainya seperti &atigue, sakit kepala, dan gangguan kogniti&. da tiga hal yang dipandang dapat mempengaruhi keadaan klinis dari pasien-pasien dengan rinitis akut. Hal tersebut termasuk usia, jenis kelamin, dan ariasi musim terjadinya penyakit tersebut. 4ogias telah meneliti bahwa <=> pasien yang didiagnosa dengan penyakit hidung nonalergik terdapat pada usia dewasa ? = tahun. 4etapi belum diketahui penyebab pasti dari hubungan antara usia dengan rinitis alergik. < @enis kelamin dapat menjadi &aktor risiko dari rinitis nonalergik. *ettipane dan 'lein mengatakan bahwa $> dari pasien rinitis nonalergik adalah wanita. Anberg menemukan <#> pasien rinitis nonalergik adalah
wanita. National rinitis Classification Task Force (394/) menemukan <1> pasien dengan rinitis nonalergik adalah wanita. < 2.2.". Klasi,i%asi dan /tiologi
9initis akut terdiri atas ! tipe, yaitu: !,#, 1. 9initis 8irus 9initis irus terbagi !, yaitu: a.
9initis *implek (5ilek, *elesema, Comman Cold , orya) 9initis simplek disebabkan oleh irus. 2n&eksi biasanya terjadi melalui droplet di udara. Beberapa jenis irus yang berperan antara lain, adenoirus, pi"oirus, dan subgrupnya seperti rhinoirus, "osakieirus, dan AH. 0asa inkubasinya 1-# hari dan berakhir dalam -! minggu. 5ada awalnya terasa panas di daerah belakang hidung, lalu segera diikuti dengan hidung tersumbat, rinore, dan bersin yang berulang-ulang. 5asien merasa dingin, dan terdapat demam ringan. 0ukosa hidung tampak merah dan membengkak. walnya, se"ret hidung (ingus) en"er dan sangat banyak. 4etapi bisa jadi mukopurulen bila
terdapat
Haemolyticus,
inasi
sekunder
pneumococcus,
bakteri,
seperti
staphylococcus,
Streptococcus Haemophillus
Influenzae, Klebsiella Pneumoniae, dan ycoplasma Catarrhalis. b. 9initis 2n&luena 8irus in&luena ,B atau berperan dalam penyakit ini. 4anda dan gejalanya mirip dengan common cold . 'omplikasi sehubungan dengan in&eksi bakteri sering terjadi. ". 9initis Aksantematous 0orbili, arisela, ariola, dan pertusis, sering berhubungan dengan rinitis, dimana didahului dengan eksantemanya sekita -! hari. 2n&eksi sekunder dan komplikasi lebih sering dijumpai dan lebih berat. . 9initis BakteriC supurati& Biasanya riinitis merupakan lanjutan dari rinitis irus sebagai in&eksi sekunder dari dewasa, yang sering disertai sinusitis dan pada anak sering disertai dengan adenoiditis. 3amun pada anak- anak dapat terjadi riinitis baketrialis primer 9initis bakteri dibagi , yaitu: a. 2n&eksi 3on-spesi&ik
2n&eksi non-spesi&ik dapat terjadi se"ara primer ataupun sekunder. 1) 9initis Bakteri 5rimer 4ampak pada anak dan biasanya akibat dari in&eksi pneumo"o""us, strepto"o""us atau staphylo"o""us. 0embrane putih keabu-abuan yang lengket dapat terbentuk di rongga hidung, yang apabila diangkat dapat menyebabkan pendarahan. ) 9initis Bakteri *ekunder 0erupakan akibat dari in&eksi bakteri pada rinitis iral akut b. 9initis +i&teri 5enyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. 9initis di&teri dapat bersi&at primer pada hidung atau sekunder pada tenggorokan dan dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronis. +ugaan adanya rinitis di&teri harus dipikirkan pada penderita dengan riwayat imunisasi yang tidak lengkap. 5enyakit ini semakin jarang ditemukan karena "akupan program imunisasi yang semakin meningkat. ejala rinitis akut ialah demam, toksemia, terdapat lim&adenitis, dan mungkin ada paralisis otot perna&asan. 5ada hidung ada ingus yang ber"ampur darah. 0embrane keabu-abuan tampak menutup konka in&erior dan kaum nasi bagian bawah, membrannya lengket dan bila diangkat dapat terjadi perdarahan. Akskoriasi berupa krusta "oklat pada nares anterior dan bibir bagian atas dapat terlihat. 4erapinya meliputi isolasi pasien, penisilin sistemik, dan antitoksin di&teri.
!. 9initis 2ritan 4ipe rinitis akut ini disebabkan oleh paparan debu, asap atau gas yang bersi&at iritati&seperti ammonia, &ormalin, gas asam dan lain-lain. tau bisa juga disebabkan oleh trauma yang mengenai mukosa hidung selama masa manipulasi intranasal,"ontohnya pada pengangkatan "orpus alienum. 5ada rinitis iritan terdapat reaksi yang terjadi segera yang disebut dengan Dimmediate catarrhal reactionE bersamaan dengan bersin, rinore, dan hidung tersumbat. ejalanya dapat sembuh "epat dengan menghilangkan &aktor penyebab atau dapat menetap selama beberapa hari jika epitel hidung telah rusak. 5emulihan akan bergantung pada kerusakan epitel dan in&eksi yang terjadi karenanya.
2.2.*. Stadium
Berdasarkan stadiumnya dapat dibagi menjadi : a.
*tadium prodromal, pada hari pertama: 1) rasa panas dan kering pada "aum nasi. ) bersin-bersin. !) hidung tersumbat. #) sekret en"er jernih seperti air. 5emeriksaan (rhinoskopi anteriorC9)
1=
"aum nasi sempit,
terdapat sekret serous dan mukosa udem dan hiperemis. b. *tadium akut, hari kedua sampai keempat: 1) bersin-bersin berkurang. ) obstruksi nasi bertambah, akibat obstruksi nasi akut terjadi hiposmia, gangguan gustateris, rasa makanan tidak enak. !) sekret kental kuning. #) badan tak enak. 5emeriksaan "aum nasi lebih sempit, sekret mukopurulen. 0ukosa lebih udem dan hiperemis. ". *tadium 5enyembuhan (resolusi) hari kelima sampai ketujuh: ejala-gejala di atas berkurang (udem dan hiperemis berkurang, obstruksi berkurang, sekret berkurang). 'adang-kadang rinitis akut didahului gejala nasoåitis sehingga timbul gejala panas, batuk, dan pilek. 4etapi adanya åitis atau laringitis akut tidak selalu didahului oleh rinitis akut. 2.2.+. Pato,isiologi
5ada stadium permulaan terjadi asokonstriksi yang akan diikuti asodilatasi, udem, dan meningkatnya akti&itas kelenjar seromu"inous dan goblet sel, kemudian terjadi in&iltrasi leukosit dan deskuamasi epitel. *ekret mula-mula en"er dan jernih kemudian berubah menjadi kental dan lekat (mukoid) berwarna kuning mengandung nanah dan bakteri (mukopurulen). 4oksin yang berbentuk terbentuk terserap dalam darah dan lim&e, menimbulkan gejala-gejala umum. 5ada stadium resolusi terjadi proli&erasi sel epitel yang telah rusak dan mukosa menjadi normal kembali. 1=
2.2.-. (ani,$stasi %linis
9initis akut pada dasarnya memiliki tanda dan gejala yang sulit dibedakan antara tipe yang satu dengan tipe yang lainnya. 9asa panas,
kering dan gatal di dalam hidung, bersin, hidung tersumbat, dan terdapatnya ingus yang en"er hingga mukopurulen. 0ukosa hidung dan konka berubah warna menjadi hiperemis dan edema. Biasanya diikuti juga dengan gejala sistemik seperti demam, malaise dan sakit kepala. 5enyakit ini biasanya dimulai dengan gejala malaise, lesu, sakit kepala, demam dan pada hidung biasanya disertai rasa panas dan nyeri.. *elanjutnya
ditandai dengan hidung yang berair, selanjutnya hidung
tersumbat karena pembengkakan mukosa. 2n&eksi irus merusak sistem transportasi mukosiliar, yang menghambat pembersihan sistem sekresi. 'erusakan mempermudah kolonisasi dari bakteri sehingga "airan berubah menjadi mukopurulen. ejala lokal dan sistemik biasanya mereda dalam waktu sekitar seminggu.11 .5ada rinitis in&luena, gejala sistemik umumnya lebih berat disertai sakit pada otot. 5ada rinitis eksantematous, gejala terjadi sebelum tanda karekteristik atau ruam mun"ul. 2ngus yang sangat banyak dan bersin dapat dijumpai pada rinitis iritan.
2.2.0. !iagnosis
9initis akut umumnya didiagnosis dari gambaran klinisnya. Falaupun pada dasarnya memiliki tanda dan gejala yang hampir sama, tetapi terdapat juga beberapa karekteristik yang khas membedakannya. 5ada rinitis bakteri di&teri, diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan kuman dari sekret hidung.
Tabl$ 1.1 Alur #$n$ga%an diagnosis rinitis 2.2.. P$natala%sanaan
9initis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri se"ara spontan setelah kurang lebih 1 minggu. 'arena itu umumnya terapi yang diberikan lebih bersi&at simptomatik, seperti analgetik, antipiretik, nasal dekongestan dan antihistamin disertai dengan istirahat yang "ukup. 4erapi khusus tidak diperlukan ke"uali bila terdapat komplikasi seperti in&eksi sekunder bakteri, maka antibiotik perlu diberikan. !,#, +ekongestan oral mengurangi sekret hidung yang banyak, membuat pasien merasa lebih nyaman, namun tidak menyembuhkan.# 4etes hidung e&edrin 1 > dapat membantu jika bila hidung tersumbat. 5emberian obat simtomatik oral sangat e&ekti& dengan diberikan # jam sekali, suatu kapsul yang terdiri dari e&edrin sul&at, pentobarbital, dan asam asetil salisilat
5reparat analgetik-antipiretik dapat meringankan gejala, dimana antipiretik yang biasanya diberikan adalah asetamino&en. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk men"egah terjadnya rinitis akut adalah dengan menjaga tubuh selalu dalam keadaan sehat. +engan begitu dapat terbentuknya system imuitas yang optimal yang dapat melindungi tubuh dari serangan a-at asing. 2stirahat yang "ukup, mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan olahraga yang teraturjuga baik untuk menjaga kebugaran tubuh. *elain itu, mengikuti program imunisasi lengkap juga dianjurkan, seperti aksinasi 009 untuk men"egah terjadinya rinitis eksantematous. 5en"egahan tergantung kepada kesehatan pribadi dengan lebih sering men"u"i tangan, terutama sebelum menyentuh wajah, memperke"il kontak dengan orang-orang yang telah terin&eksi, tidak berbagi sapu tangan, alat makan, atau gelas minum, menutup mulut ketika batuk dan bersin. G
2.2.. Kom#li%asi
9initis akut biasanya dapat sembuh sendiri ( self!limitin" ) dan membaik se"ara spontan setelah -! minggu, tetapi kadang-kadang, komplikasi seperti sinusitis, åitis, tonsiitis, bron"hitis, pneumonia dan otitis media dapat terjadi.1
2.2.13. Prognosis
9initis akut merupakan Dsel& limiting diseaseE umumnya sembuh dalam < -1= hari. 4api dapat lebih lama ! minggu bila ada åitis, laringitis atau komplikasi lain.< 2.". initis Sim#l$%s 2.".1. !$,inisi 5enyakit yang biasanya juga disebut dengan
common cold
disebabkan oleh irus, akut dan dapat sembuh sendiri yang ditandai dengan rhinorrhea dan hidung tersumbat, dan kadang disertai iritasi tenggorokan,demam dan malaise.1 2.".2. /tiologi
ebih dari == irus telah dikaitkan dengan rhinitis simpleks. ang paling banyak disebabkan dari enam kelompok irus yaitu rhinoiruses, "oronairuses, parain&luena
iruses, respiratory
syn"ytial irus, in&luena
iruses dan
adenoiruses. 9hinoirus dari keluarga 5i"ornairidae merupakan penyebab terbanyak dari rhinitis simpleks. oronairus men"apai sekitar 1=> dari penyebab in&eksi.1
Tabl$ 1.2 P$n4$bab dari rinitis sim#l$%s 2.".". Pato,isiologi
*ebagian besar in&ormasi mengenai pathogenesis dari rhinitis simplek berasal dari studi dari eksperimen induksi in&eksi rhinoirus. *etelah irus berinokulasi, irus menyerang host
dengan mengikat molekul reseptor adhesi intraseluler
9eseptor dari sel epitel basal (20-1), terutama yang terletak di daerah-20 1- yang kaya akan adenoid tersebut., seluruh irus akan bertranslokasi melintasi membran sel epitel dan untuk melepaskan 93 irus ke dalam sitoplasma untuk replikasi. 4erjemahan dari seluruh genom ke poliprotein, menghasilkan protein irus baru. Hal ini akan terjadi jika protein (93) dapat teragregasi dan akhirnya akan dilepaskan ketika sel inang han"ur. 2n&eksi dapat se"ara menyebar intranasal dan å. 'has untuk in&eksi rhinoirus adalah terisolasi selyang terkena yang tersebar dari epitel yang terin&eksi dengan epitel normal. Berbeda dengan lirus lainya, irus &lu biasa seperti in&luena dan adenoirus, pada epitel tidak menunjukkan
perbedaan
men"olok
kerusakan
atau
perubahan
sitopatik.
0ekanisme dimana rhinoirus mengin&eksi sel epitel di saluran napas bagian atas yang akan menyebabkan gejala rhinitis akut masih belum sepenuhnya dimengerti sampai saat ini. 4eori yang ada saat ini yaitu irus menghasilkan kerusakan epitel
nasal in&eksi irus yang bertanggung jawab untuk gejala. 2n&eksi rhinoirus dari epitel membangkitkan sintesis dan pelepasan mediator dan sitokin, yang menghasilkan kaskade dari in&lamasi. 9eaksi ini berhubungan dengan gejala seperti pilek dan juga menyebabkan terjadinya asodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, in&iltrasi seluler, dan pelepasan berbagai mediator in&lamasi yang akan menimbulkan gejala-gejala lain. . 2.".*. (ani,$stasi Klinis 5enyakit ini diawali dengan gejala seperti
malaise (lesu, sakit kepala,
demam) dan rasa tidak nyaman lokal di hidung dan nasoå seperti terbakar, dan nyeri. *elanjutnya akan diikuti dengan hidung berair yang awalnya serosa dan hidung tersumbat karena pembengkakan mukosa. 5ada pemeriksaan akan tampak mukosa hidung memerah dan membengkak. *elain itu irus a kan merusak sistem transportasi mukosiliar, yang menghambat siklus pembersihan normal dari sekresi di hidung, akibatnya akan terjadi
penumpukan "airan yang semakin
banyak akibat in&lamasi dan akan menpermudah kolonisasidari bakteri, yang akan mengubah konsistensi "airan hidung menjadi mukopurulen. ejala lokal dan sistemik biasanya akan mereda dalam waktu sekitar seminggu. !,11 . 2.".+. !iagnosis 9initis akut umumnya didiagnosis dari gambaran klinisnya. Falaupun pada dasarnya memiliki tanda dan gejala yang hampir sama, tetapi terdapat juga beberapa karekteristik yang khas membedakannya.
. 2.".-. Tatala%sana 9initis simpleks merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri se"ara spontan. 'arena itu umumnya terapi yang diberikan lebih bersi&at simptomatik, seperti analgetik, antipiretik, nasal dekongestan dan antihistamin disertai dengan istirehat yang "ukup. 4erapi khusus tidak diperlukan ke"uali bila terdapat komplikasi seperti in&eksi sekunder bakteri, maka antibiotik perlu diberikan. 1!
!AFTA PUSTAKA
1. *oetjipto +., Fardani 9*. Hidun"# +alam : Buku jar 2lmu 'esehatan 4elinga Hidung 4enggorok 'epala dan eher. Adisi 'eenam. @akarta : /' I2, =1=. hal : 11-1. . Ballenger @@. $natomy and Physiolo"y of the Nose and Paranasal Sinuses +alam : Ballenger7s torhinolaryngology Head and 3e"k *urgery. Adisi ke1%. 2ilinois: B +e"ker, ==! hal : $#<-$#G. !. +hingra 5. %isease of &ar Nose and Throat . Adisis ke- #.3ew +elhi: Alseier, ==< hal : 1G-1!$; 1#$-1#. #. Heilger 5, 1GG<. Hidun" ' $natomi dan Fisiolo"i Terapan# +alam : Boies Buku jar 5enyakit 4H4. Adisi ke-%. @akarta : 5enerbit Buku 'edokteran A, hal : 1
<. *ettipane 9., ieberman 5. (pdate on Non!$ller"ic )hinitis# Brown Iniersity *"hool o& 0edi"ine. +iakses pada tanggal G ktober =1$, http:CCnypollen"ount."omCrti"lesC3on-llergi">=9hinitis.pd& . *oepardi A.. 2skandar 3.2. Bashiruddin @. dkk. Infeksi hidun"# +alam Buku jar 2lmu 'esehatan 4elinga Hidung 4enggorokan 'epala eher. Adisi %. @akarta. /akultas 'edokteran Iniersitas 2ndonesia. ==<. Hal: 1#=-. G. The Free %ictionary# )hinitis# ale An"y"lopedia o& 0edi"ine. ast update : ==
J+iakses
tanggal
=
pril
=1,
http:CCmedi"al-
di"tionary.the&reedi"tionary."omCrhinitisK 1=. 9olla 4. "ute rhinitis. 4he e"le"ti" pra"ti"e o& medi"ine. Henriette7s Herbal. ==G.
+iakses
pada
tanggal
!=
ktober
=1$,
http:CCwww.swsbm."omCA"le"ti"0edCA"le"ti">=0edi"ineL5artL.pd& 11. 5robst, 9. dkk. Basi" thorhinolaryngology. 4hieme. 3ew ork. ==%. Hal #G 1. Boone @.B. &tiolo"y of Infectious %iseases of the (pper )espiratory Tract +alam : Ballenger7s torhinolaryngology Head and 3e"k *urgery. Adisi ke-1%. 2ilinois: B +e"ker, ==! hal : %!!-%!$. 1!. 3ewlands, *hawn +. Bailey, Biron @. et al.. Te*tbook of Head and Neck Sur"ery!+tolaryn"olo"y. !rd edition. 8olume 1.. 5hiladelphia: ippin"ot: Filliams M Filkins, ===,