I. PEMILIHAN OBAT DAN PENERAPAN FORMULARIUM
Untuk tahap pemilihan perbekalan farmasi terutama obat dilaksanakan oleh panitia farmasi dan terapi berdasarkan morbiditas, kebutuhan terapi serta jumlah pemakaian obat terbanyak di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Betik Hati, yang kemudian diajukan ke Direktur untuk mendapatkan persetujuan. Adapun penggolongan penggolongan obat yang telah menjadi formularium di Rumah Sak it Ibu dan Anak Puri Betik Hati, sebagai berikut : No
Nama Perbekalan Farmasi
Sub Golongan
1
Analgesik, Antipiretik, Antirematik, Antipirai
3
2
Anastetik
2
3
Antialergi dan Obat untuk Analfilaksis
1
4
Antidot dan Obat Lain untuk Keracunan
2
5
Antiepilepsi
1
6
Antimikroba
6
7
Antimigrain/Antivertigo
1
8
Antienemi
1
9
Antikoagulan
1
10
Produk Darah dan Pengganti Plasma
2
11
Antiseptik dan Desinfektan
2
12
Diuretik
1
13
Hormon, Endokrin Lain dan Kontrasepsi
5
14
Obat Kardiovaskular
7
15
Obat Topikal Untuk Kulit
5
16
Larutan Elektrolit, Nutrisi, dll
2
17
Obat Untuk Mata
1
18
Uterotonik dan Relaksan Usus
2
19
Psikofarmaka
1
20
Relaksan Otot Perifer dan Penghambat Kolinesterase
2
21
Obat Untuk Saluran Cerna
5
Terdapat 53 sub golongan obat yang masuk dalam formularium RSIA Puri Betik Hati.
II. PERENCANAAN OBAT
Kegiatan perencanaan perbekalan farmasi tahunan dilaksanakan setahun sekali dengan melibatkan end user, mengacu pada formularium yang sudah ada ditetapkan berdasarkan standar terapi dengan memperhatikan : a.
BOR
b.
Jumlah kunjungan pasien
c.
Pola penyakit (morbiditas)
d.
Buffer stock Sedangkan perencanaan harian dilakukan dengan sistem komputerisasi
berupa saran order dengan melakukan up date min-max setiap satu bulan sekali. Evaluasi terhadap perencanaan yang mengikuti saran order masih dirasa cukup besar, sehingga mempengaruhi nilai persediaan instalasi farmasi dengan demikian setiap melakukan perencanaan pengadaan dan pemesanan obat disesuaikan dengan kondisi BOR dan jumlah pasien saat itu. Selain itu perlu dilakukan evaluasi rumus min-max yang ada. Apabila hari libur nasional yang jatuh pada hari pengadaan maka pada satu hari pengadaan sebelumnya dilakukan “permintaan double” yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit sampai dapat melakukan pengadaan kembali ke distributor.
III.
PENGADAAN OBAT
a. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan 1 (satu) kali seminggu kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) yang ditandatangani oleh Apoteker dan diketahui oleh Direktur Rumah Sakit. b. Untuk obat non formularium yang kebutuhannya fluktuatif dan sedikit, pengadaan dilakukan oleh RSIA Puri Betik Hati melalui apotik luar dengan sepengetahuan kabid penunjang medis. c. Pengadaan obat-obatan golongan narkotika di RSIA Puri Betik Hati dilakukan melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma wilayah Bandar Lampung oleh Apoteker.
d. Pengadaan obat-obatan untuk pasien BPJS di RSIA Puri Betik Hati dilakukan melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) wilayah Bandar Lampung yang menyediakan obat-obatan untuk peserta BPJS yang berpedoman ke daftar obat e-katalog.
IV. PENERIMAAN OBAT
a. Barang harus bersumber dari Distributor/Pedagang Besar Farmasi yang sesuai dengan Surat Pesanan (SP) b. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) c. Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab agar perbekalan farmasi yang diterima sesuai dengan nama, jenis, jumlah, kondisi, fisik, dan tanggal kadaluarsa.
V. EVALUASI PENYIMPANAN OBAT
Seluruh perbekalan farmasi disimpan diruang penyimpanan berdasarkan: 1. Alfabet 2. Bentuk Sediaan 3. Sistem FIFO dan FEFO 4. Kondisi penyimpanan (suhu dan kelembaban) yang tertera pada kemasan 5. Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari terpisah dengan double kunci 6. Obat dengan LASA disimpan sesuai penanganan obat high alert 7. Seluruh perbekalan farmasi dikontrol dengan menggunakan sistem stok komputer dan kartu stok manual 8. Setiap 1 (satu) bulan dilakukan stok opname 9. Melakukan up date min-max setiap bulan, namun dalam pelaksanaannya up date dilakukan tidak rutin, harus diperbaiki untuk kedepannya
Dari evaluasi penyimpanan tahun 2017, masih terdapat penyimpanan obat Epinephrine yang belum sesuai yang seharusnya disimpan pada suhu 2-8 0C namun disimpan pada suhu ruangan.
Tindak lanjut untuk hal tersebut akan diberlakukan pemantauan penyimpanan oleh Apoteker ke setiap ruangan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Betik Hati.
VI. EVALUASI PENGEMASAN OBAT
a.
Pengemasan dilakukan oleh petugas farmasi disesuaikan dengan instruksi dokter
b.
Perbekalan farmasi yang akan diberikan kepada seluruh pasien dikemas dan diberi label etiket obat sesuai dengan instruksi dokter yang tertera pada resep dengan memperhatikan jenis dan stabilitas obat
c.
Penyiapan dan pengemasan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas farmasi yang diberi kewenangan oleh kepala instalasi farmasi
d.
Pencampuran obat steril masih didelegasikan oleh apoteker kepada perawat kompeten yang sudah terlatih teknik aseptik
VII.
EVALUASI KECEPATAN PELAYANAN RESEP
a.
Hasil Survey kecepatan pelayanan obat pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi selama tahun 2017
VIII. PENDISTRIBUSIAN OBAT
a. Pendistribusian dilakukan secara sentralisasi di Instalasi Farmasi, baik untuk rawat inap maupun rawat jalan b. Bentuk paling siap yang diberikan kepada pasien sudah dikemas dan telah diberi label identitas, nama pasien, no RM, no registrasi, nama obat, dosis obat dan cara pemakaian c. Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap berdasarkan resep individual
IX. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN OBAT
a. Melakukan up date min-max setiap satu bulan sekali b. Melaksanakan Stok Random dan Stok Opname, untuk pelaksanaan stok random dilakukan setiap minggu c. Menyiapkan buffer stock untuk obat-obatan fast moving d. Monitoring slow moving dan dead stock
X. PEMUSNAHAN OBAT
Dilakukan
untuk
obat
yang
rusak
dan
kadaluarsa,
dibuat
berita
acaraserahterimapemusnahan dan diketahui oleh manajer penunjang medis serta saksi-saksi yang menghadiri.Selamainibelumpernahdilakukanpermusnahanobatobatan yang expired.
XI. KELENGKAPAN RESEP
Berdasarkan formulir telaah resep yang terdapat pada bagian belakang lembar resep: a. Kejelasan tulisan b. Benar nama pasien c. Benar nama obat d. Benar dosis e. Benar waktu dan frekuensi pemberian f. Benar cara pemberian g. Ada tidaknya poli farmasi h. Ada atau tidaknya duplikasi i.
Alergi
j.
Interaksi Obat.
Evaluasi selama tahun 2017, pencapaian kelengkapan penulisan resep sebesar 83%. Ketidaklengkapan terutama pada paraf dokter di setiap sub resep.
Tindak lanjut : a.
Telah dilakukan sosialisasi kepada para dokter tentang penulisan resep yang baik
b.
Pengajuan program e-prescription koordinasi dengan bagian EDP
XII. EVALUASI FORMULARIUM RUMAH SAKIT
XIII. EVALUASI KEGIATAN FARMASI KLINIS
a. Pemantauan efek samping obat menggunakan formulir khusus dalam kurun waktu tahun 2017 terdapat b. Pengkajian daftar pemberiaan obat c. Konseling Rawat Jalan maupun rawat inap, pencapain masih kecil yaitu terutama kasus pemberian obat OAT, obat DM, dan obat-obat kronis lainnya d. Visite pasien juga belum berjalan maksimal, visite baru dilaksanakan untuk pasien rencana pulang dan pasien yang mendapatkan obat dengan polifarmasi.
XIV. KESELAMATAN PASIEN
Bandar Lampung, Januari 2017 DiketahuiOleh,
Dibuat Oleh,
Dr. M. Iqbal, Sp.A
RatnaMustika, S.Farm.,Apt.
Direktur
Ka.InstalasiFarmasi