TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH
PERSPEKTIF TEORI KOMUNIKASI
REVIEW BUKU ILMU, TEORI DAN FILSAFAT KOMUNIKASI
PROF ONONG UCHJANA EFFENDY.,MA
Disusun Oleh:
Felicia Chrisendy (55215120003)
Irmawanti (55215120071)
MAGISTER ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
TAHUN 2016
PENDAHULUAN
Buku yang berjudul Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi merupakan satu diantara banyaknya karya dari Prof Onong Uchjana Effendy., MA. Buku cetakan ke III yang diterbitkan tahun 2003 oleh PT Citra Aditya Bhakti Bandung ini menjadi referensi bagi mahasiswa ilmu komunikasi. Sebagaimana yang disampaikan oleh penulis, dalam hal ini Prof Onong Uchjana Effendy., MA pada bagian kata pengantar yang menyebutkan bahwa buku ini diperuntukkan secara khusus mahasiswa strata satu yang sedang mempersiapkan skripsi dan mahasiswa Program Pasca Sarjana yang tengah studi.
Buku setebal 422 halaman ini, terdiri dari sepuluh bab yakni Bab I Perkembangan Komunikasi Dari Fenomena Ke Ilmu, Bab II Hakikat Komunikasi, Bab III Tatanan Komunikasi, Bab IV Pers Dan Jurnalistik, Bab V Radio Siaran, Bab VI Televisi Siaran, Bab VII Film Teatrikal, Bab VIII Perkembangan Teori Komunikasi, Bab IX Strategi Komunikasi, Bab X Filsafat Komunikasi.
PEMBAHASAN
BAB I Perkembangan Komunikasi Dari Fenomena Ke Ilmu
Prof Onong Uchjana Effendy, pada BAB I membahas tentang perkembangan komunikasi yang berawal dari fenomena yang terjadi di jaman nabi Adam. Menurutnya, pertemuan antara Adam dan Hawa di bumi, melahirkan adanya pernyataan antar manusia yang sangat bermakna. Hal itu dilatari dari rasa bahagia dikarenakan sudah lama tidak bertemu, sejak mereka diturunkan di bumi. Sehingga berawal dari fenomena yang terjadi itu, Prof Onong menyebutkan bahwa pernyataan antar manusia yang dimaksud akan menjadi telaah manusia-manusia berikutnya.
Lebih jauh dijelaskan bahwa awal mulanya pengungkapan pikiran dan perasaan berkisar pada kepentingan individu yang sederhana. Kemudian seiring dengan meningkatnya jumlah manusia yang menjadi kelompok masyarakat yang luas dan kompleks menjadikan satu diantaranya tidak mengenal secara akrab bahkan tidak jarang terjadi pertentangan. Itu mengakibatkan manusia dalam interaksinya di masyarakat, berubah. Tidak lagi memberitahu lawan bicaranya menjadi tahu, tidak lagi memberi pengertian agar lawan cakapnya mengerti, tetapi mempengaruhi agar lawan perbincangannya melakukan sesuatu. Hal tersebut belum ada yang menelaah dan juga belum ada ilmunya hingga sekitar tahun 500 Sebelum Masehi.
Retorika, Publizistik Wissenschaft, dan Communication Science
Retorika
Perkembangan ilmu komunikasi diawali pada abad kelima Sebelum Masehi (480-370).Untuk pertama kali dikenal ilmu yang mengkaji proses pernyataan manusia yang dinamakan "rhetorike" dalam Bahasa Yunani. Kemudian dikembangkan di Romawi dan disebut dalam Bahasa Latin "rhetorika". Guru retorika adalah Georgias.
Perkembangan sebagai seni berbicara di Yunani, adalah ketika kaum Sofis mengembara dan mengajarkan pengetahuan mengenai politik dan pemerintahan. Kaum Sofis menyatakan pemerintah harus berdasarakan suara rakyat terbanyak atau demokrasi yang berarti pemerintahan rakyat, sehingga diperlukan pemilihan. Maka berkembanglah seni pidato yang kadang demi tercapainya tujuan kadang membenarkan pemutarbalikan kenyataan, yang penting khalayak tertarik dan terbujuk.
Kemudian muncul pakar retorika seperti Protagoras (500-432) dan Socrates (469-399) yang menentang pendapat sebelumnya dari kaum Sofisme bahwa kemahiran berbicara bukan demi kemenangan, melainkan demi keindahan bahasa. Sedangkan Socrates, retorika adalah demi kebenaran dengan dialog sebagai tekniknya, karena dengan dialog, kebenaran akan timbul dengan sendirinya.
Para pakar retorika lainnya adalah Isocrates dan Plato yang keduanya dipengaruhi oleh Georgias dan Socrates. Mereka berpendapat bahwa retorika berperan penting bagi persiapan seseorang untuk menjadi pemimpin. Plato yang merupakan murid utama dari Socrates menyatakan bahwa pentingnya retorika adalah metode pendidikan dalam rangka mnecapai kedudukan dalam pemerintahan dan dalam rangka mempengaruhi rakyat.
Puncak peranan retorika sebagai ilmu ditandai dengan munculnya Demosthenes (384-322) dan Aristoteles.Bagi Aristoteles, retorika adalah seni persuasi, suatu uraian yang harus singkat, jelas, dan meyakinkan, dengan keindahan Bahasa yang disusun untuk hal-hal yang bersifat memperbaiki, memerintahkan, mendorong, dan mempertahankan.
Retorika juga berkembang di Romawi, tokoh yang terkenal yakni Cicero. Menurut Cicero sistematika retorika mencakup dua tujuan pokok yang bersifat suasio (anjuran) dan dissuasion (penolakan). Teknik dissuasion digunakan apabila terdapat kekeliruan atau pelanggaran dalam hubungannya undang-undang dan suasio jika akan mengajak masyarakat untuk memnuhi undang-undang.
Publizistik Wissenschaft
Fenomena jurnalistik dimulai pada zaman Romawi. Ini terjadi ketika Gaius Julius Caesar (100-44SM), kaisar termasyur ini mengeluarkan peraturan agar kegiatan senat setiap hari diumumkan kepada masyarakat dengan cara ditempel pada papan pengumuman yang dinamakan Acta Diurna. Namun fenomena ini tidak berkembang disebabkan kekaisaran Romawi mengalami masa gelap (dark ages).
Baru tahun 1609 muncul di Jerman surat kabar pertama dalam sejarah yang menyandang nama "Avisa Reation Oder Zeitung" disusul "Weekly News" yang diterbitkan Inggris tahun 1622. Perkembangan surat kabar dalam penyebaran informasi menunjukkan pengaruh yang besar pada pemerintah dan masyarakat. Sehingga mnegundang pada cendekiawan untuk untuk mempelajarinya. Sebagai hasil telaah, muncullah di Inggris "science of the press', di Prancis :science de la presse", di Nederland "dagbladwetenschap" dan di Jerman "Zeitungswissenschaft", yang kesemuanya berarti ilmu persuratkabaran. Ini terjadi pada abad 19.
Ilmu persuratkabaran semakin berkembang, di Jerman, dari Zeitungswissenschaft berkembang menjadi publisistik. Tokoh yang berperan adalah Prof Dr Karl Bucher. Dia merupakan tokoh pertama kali yang mengajarkan ilmu persurarkabaran pada tingkat universitas.
Prof Dr Walter Hagemann, satu diantara guru besar besar dalam publisistik, mendefinisikan publisistik secara singkat yakni ajaran tentang pernyataan umum mengenai isi kesadaran yang aktual.
Publisistik mengajarkan bahwa setiap pernyataan kepada umum dengan menggunakan media apapun (cetak atau elektronik), menciptakan suatu hubungan rohaniah antara si publisis dengan khalayak. Hubungan rohaniyah itu merupakan suatu proses yang menurut Prof. Dr. Walter Hagemann terdiri dari tiga fase, yakni:
a. das Ereignis (peristiwanya) : Peristiwa sebagai fase pertama dari proses publisistik itu diklasifikasikan sebagai peristiwa peristiwa primer dan peristiwa sekunder atau : peristiwa lahir dan peristiwa batin. Peristiwa Lahir adalah suatu yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan yang bersifat kasual, mengandungl sebab akibat. Peristiwa Batin adalah peristiwa yang abstrak psikologis, yang terhubungkan dengan kognisi, afeksi dan konasi.
b. der Empfanger (penerimanya) : Adalah orang-orang yang dijadikan sasaran penyebaran informai dan opini tadi.
c. die Wirkung (daya pengaruhnya) : Menunjukka sejauh mana efek yang timbul pada khalayak yang dijadikan sasaran publisistik. Pengaruh publisistik berlangsung salam dua dimensi rangkap, meluas dan mendalam.
Communication Science
Jika retorika sebagai ilmu pertama mengenai pernyataan antarmanusia yang berkembang di Yunani dan Romawi satu arah menuju ke Jerman menjadi publizistik wissenschaft yang disingkat publisistik, maka arah lain menuju Amerika Serikat. Di benua ini namanya communication science atau ilmu komunikasi.
llmu komunikasi berasal dari aspek persuratkabar-an yakni "journalism" atau jurnalistik atau jurnalisme. Lalu berkembanglah penyiaran pernyataan manusia tersebut menjadi "mass media communication" (media komunikasi masa) atau "mass communication" (komunikasi masa). Mass Media adalah surat kabar, radio, televisi dan film karna memilki ciri-ciri khas yang tidak dimiliki oleh media komunikasi lainnya seperti poster, pamflet, telpon dan sebagainya. Anggapan bahwasannya komunikasi sudah menjadi ilmu terbukti dengan terbitnya buku berjudul "Message Effects in Communication Science" pada tahun 1989 dengan James J. Bradac sebagai editor. Dalam buku tersebut sebelas pakar komunikasi dari berbagai universitas kenamaan di Amerika Serikat memberikan kontribusinya mengenai aspek pesan dan efek dari proses komunikasi.
Perintis Bapak Ilmu Komunikasi
bapak Ilmu Komunikasi dari Amerika Serikat menurut Wilbur Schramm adalah Lasswell, Lewin, Lazarsfeld, dan Hovland sebagai "father" atau bapak komunikasi di benua itu.
Harold Lasswell
Lasswell dilahirkan di Donellson, Illinois, Amerika Serikat. Walaupun Lasswell tidak meraih gelar Ph.D, namun ia merupakan cendekiawan yang aktif, yang menulis lebih dari enam juta kata dalam publikasi ilmiahnya semasa hidupnya. Ia meninggal tahun 1980. Dari usianya 78 tahun dengan studi komunikasinya, Lasswell meinggalkan pesan bagi para cendekiawan dan mahasiswa komunikasi.
Kurt Lewin
Lewin dilahirkan pada tahun 1890 dan wafat pada tahun 1947. Kita dewasa ini mengenal pemikiran tentang "gatekeeping", "group dynamics", dan "consistency theory" melalui murid-muridnya yang menampilkan berbagai teori komunikasi yang bersumber dari pemikiran Lewin, diantaranya Festinger dengan "The Theory of Cognitive Dissonance", Heider dengan "Balance Theory", Newcomb dengan "A-B-X Model", Osgood dan Tannembaum dengan "Congruity Theory" dan masih banyak lagi.
Paul Lazarfeld
Dilahirkan pada tahun 1901 di Wina dan lulus sbg doctor matematika di Universitas Wina pada tahun 1920. Lazarfeld dan kawan-kawnnya mengemukakan dalil "two step flow of communication", arus komnikasi dua tahap, dimana media massa mempengaruhi pemuka pendapat (opinion leader) yang pada gilirannya mempengaruhi individu-individu lainnya. Kelebihan Lazarfeld ia melakukan penelitiannya menggunakan pedoman empirisme. Maka dari itu ilmukomunikasi semakin berkembang.
Carl Hovland
Dinilai sebagai "boy wonder". Pada usia 30tahun ia telah menulis banyak artikel yang dimuat dalam "Journal of Experimental Psychology". Hovland merancang latihan ketentaraan untuk menguji teori kredibilitassumber (source credibility), penyajian satu sisi lawan dua sisi, himbauan rasa takkut dan efek langsung lawan efek tertunda. Hovland mampu memberikan penjelasan kepada angkatan darat bahwa untuk kebanyakan prajurit akan lebih efektif jika dikatakan langsung mengenai apa yang dikehendaki daripada mengajar mereka secara tersirat.
Wilbur Schramm
Komunikasi tidak akan popular tanpa Wilbur Schramm. Ia mendirikan lembaga-lembaga komunikasi pada tahun 1947 di Illnois dan di Stanford pada tahun 1956. Pelembagaan tsb telah memungkinkan terwujudnya integrasi teori dan metode untuk memecahkan masalah penelitian berikutnya. Kelebihan Schramm dari ke-4 pendiri ilmu komunikasi lainnya adalah, jika mereka kembali ke disiplin ilmu induknya, Wilbur Schramm tidak; ia tetap terus menekuninya. Perkembangan ilmu komunikasi yang didukung oleh kemajuan teeknologi komunikasi itu berpengaruh terhadap perkembangan ilmu komunikasi di negara-negara lain di dunia. Demikianlah yang dapat saya petik dan sampaikan mengenai diri para perintis, pelopor, pendiri dan perkembangan ilmu komunikasi sebagai disiplin ilmu baru yang semakin diakui peranannya bagi kemashlatan umat manusia.
BAB II Hakikat Komunikasi
Pengertian Komunikasi
Pentingnya studi komunikasi karena permasalahan-permasalahan yang timbul akibat komunikasi. Ilmu komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menghilangkan konflik antar-pribadi, antar-kelompok, antar-suku, antar-bangsa, dan antar-ras, membina kesatuan dan persatuan umat manusia di bumi. Hakikat Komunikasi adalah proses pernyataan antar-manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
Dalam "bahasa" komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator/sender)), dan yang menerima pesan disebut komunikan (communicatee/receiver). Jadi, Komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan.
Secara Etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin "communicatio". Istilah ini bersumber dari kata "communis" yang berarti sama;maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan antara komunikator dan komunikan.
Jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan mengenai isi pesan, maka komunikasi tidak terjadi, berarti prosesnya tidak efektif dan komunikatif.
Wilbur Schramm menyatakan bahwa Field of experience merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi, supaya proses penyampaian dan penerimaan pesan antara komunikator-komunikan berjalan baik.
Proses Komunikasi
Proses komunikasi ini dikategorikan kedalam dua perspektif, yaitu:
Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis.
Proses ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika terjadi proses komunikasi, penyampaian dan penerimaan pesan oleh dan dari komunikator ke komunikasn, maka dalam diri mereka terjadi suatu proses. Pesan yang disampaikan terdiri dari dua aspek yakni isi pesan (the content of language) dan lambang (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran dan perasaan, sedangkan lambang adalah bahasa.
Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis.
Proses ini berlangsung ketika komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan secara lisan ataupun lisan. Ketika komunikator menyampaikan pesan melalui bibir kalau lisan dan tangan jika tulisan. Dan penangkapan pesan oleh komunikan dapat dilakukan dengan indera telinga, indera mata, dan indera lainnya.
Proses ini diklasifikasikan menjadi proses komunikasi secara primer dan secara sekunder.
Proses Komunikasi secara primer.
Proses komunikasi secar primer adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media atau saluran. Ada dua jenis lambang ini, yaitu verbal dan non-verbal.
Lambang Verbal: Yakni bahasa, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Lambang non-verbal: Yakni yang bukan berupa bahasa, seperti isyarat anggota tubuh, gesture, tanda-tanda yang bukan berupa bahasa baik lisan ataupun tulisan.
Proses komunikasi secara sekunder.
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana untuk menyampaikan pesannya. Penggunaan media/alat ini dikarenakan jarak/jauhnya antara komunikator dan komunikan, atau benyaknya jumlahnya, atau kedua-duanya.Contoh: Menggunakan surat, surat kabar, radio, atau televisi.
Proses komunikasi secara linear.
Proses komunikasi secara linear adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Berlangsung pada situasi komunikasi tatap muka (face-to-face communication). maupun dalam situasi komunikasi bermedia (mediated communication). Komunikasi ini hanya terjadi satu arah, tanpa feedback dari komunikan kepada komunikator.
Proses komunikasi secara sirkuler.
Proses komunikasi secara sirkuler adalah proses penyampaian pesan yang terjadi feedback/ umpan balik terhadap pesan yang disampaikan komunikator terhadap komunikan.
Faktor Penunjang Komunikasi Efektif
Wilbur Schramm menyatakan bahwa, kita dapat mendapatkan response yang baik ketika dalam berkomunikasi jika kita dapat menentukan keadaan / proses penyampaian pesannya dengan baik (the condition of success in communication). Berikut syarat agar komunikasi berjalan efektif
Pesan yang hendak dismpaikan hendaknya dirancang agar menarik perhatian komunikan
Pesan harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh komunikan
Isi pesan sesuai dengan kebutuhan komunikan
Isi pesan juga mengandung masukan/saran bagaimana memenuhi kebutuhan komunikan.
Hambatan Komunikasi
Berikut beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi komunikator:
Gangguan. (noise), ada dua jenis:
Gangguan mekanik/Gangguan Teknis
Gangguan mekanik ialah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi.
Gangguan Semantik.
Semantik adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata.Gangguan ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak.
Kepentingan
Kepentingan akan membuat orang menjadi selektif dalam menanggapi suatu pesan.
Orang hanya akan memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian tapi juga menentukan daya tanggap, perasaaan, pikiran, dan tingkah laku merupakan segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.
Motivasi Terpendam.
Motivasi mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginannya, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginannya, kebutuhan dan kekurangannya setiap orang berbeda, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karenanya motivasi itu berbeda dalam intensitasnya. Demikian pula intensitas tanggapan seseorang terhadap suatu komunikasi.Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan.
Prasangka
Prasangka merupakan satu diantara hambatan komunikasi karena orang yang memiliki prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa untuk menarik kesimpulan atas dasar syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional.
Evasi Komunikasi
Evasi Komunikasi yaitu gejala mencemoohkan dan mengelakkan suatu komunikasi untuk kemudian mendiskreditkan atau menyesatkan pesan komunikasi
E.Cooper & M.Johada mengemukakan jenis evasi.
Menyesatkan Pengertian
Kebiasan orang untuk menyesatkan pengertian dari suatu pesan komunikasi.
Mencacatkan pesan komunikasi.
Mengubah kerangka referensi
Apabila ia meneruskan pesan komunikasi, maka ia memberi warna kepada pesan komunikasi itu menurut frame of reference sendiri
BAB III Tatanan Komunikasi
Komunikasi Pribadi
Tatanan komunikasi (setting of communication) terdiri dari dua jenis, yakni komunikasi intrapribadi dan komunikasi antarpribadi
Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi Intrapribadi adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri seseorang. Menurut Ronald L. Applbaum, et.al dalam bukunya "FundamentalConcept in Human Communication" (1973:13) yang saya kutip dari buku Prof Onong Uchjana Effendy, M.A."Ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi" mendefinisikan komunikasi intrapribadi adalah "komunikasi yang berlangsung didalan diri kita; ia meliput kegiatan berbicara kepada diri kita sendiri dan kegiatan-kegiatan mengamati dan memberikan makna (intelektual dan emosional) kepada lingkungan kita."
Komunikasi Antarpribadi
Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya "The interpersonal Communication Book" (Devito,1989:4) yang saya kutip dari buku Prof Onong Uchjana Effendy, M.A. "Ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi" menyebutkan Komunikasi Antarpribadi sebagai: "Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika".
Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.
Kelompok kecil
Komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikasi, yang prosesnya berlangsung secara dialogis.
Komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang ditujukan kepada afeksi komunikan, yang prosesnya berlangsung secara linier.
Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film-film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Everet M Rogers menyatakan bahwa selain media massa modern terdapat media massa tradisonal yang meliputi teater rakyat, juru dongeng keliling, dan juru pantun.
Karakteriktik komunikasi massa
Komunikasi massa bersifat umum
Komunikan bersifat heterogen
Media massa menimbulkan keserempakan
Hubungan komunikator-komunikan bersifat non pribadi
BAB IV Pers Dan Jurnalistik
Pers Sebagai Lembaga Sosial
Pers adalah lembaga sosial (social institution) atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari sistem pemerintahan di negara dimana ia beroperasi, bersama-sama dengan subsistem lainnya.
Ditinjau dari teori sistem, pers merupakan sistem terbuka yang probabilistik. Terbuka artinya bahwa pers tidak bebas dari pengaruh lingkungan; tapi di lain pihak pers juga mempengaruhi lingkungan probabilistik berarti hasil operasinya tidak dapat diduga secara pasti. Situasi seperti itu berbeda dengan sistem tertutup deterministik.
Sebagai Sistem terbuka pers cenderung untuk mempunyai kualitas penyesuaian, yang berarti ia akan menyesuaikan diri kepada perubahan dalam lingkungan demi kelangsungan hidupnya. Apabila tidak mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi dan situasi lingkungan, maka ia akan mati, mati karena dimatikan. Misalnya dicabut ijinnya atau tidak disukai khalayak.
Pengertian dan Ciri Pers
Pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak.
Ciri-ciri surat kabar
Publisitas
Periodisitas
Universalitas
Aktualitas
Fungsi Pers
Pers adalah sarana yang menyiarkan jurnalistik. Fungsi pers berarti fungsi jurnalistik. Fungsi-fungsi tersebutdapat dijelaskan sebagai berikut:
Menyiarkan informasi
Mendidik
Menghibur
Mempengaruhi
Jurnalistik Dari Masa Ke Masa
Jurnalistik adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda "journalistiek" atau Bahasa Inggris "journalism", yang bersumber pada perkataan "journal" sebagai terjemahan dari Bahasa latin"diurnal" yang berarti "harian" atau "setiap hari".
Pada mulanya jurnalistik hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informasi. Hal ini terbukti di jaman Romawi dengan adanya Acta Diurna sebagai produk jurnalistik pertama pada pemerintahan Kaisar Julius Caesar.
Kemudian di Jerman tahun 1609 muncul Avisa Relation oder Zeitung sebagai surat kabar pertama, sedang di Inggris adalah Weekly News yang diterbitkan di London pada tanggal 23 Mei 1622. Dari perkembangannya, yang dinilai benar-benar surat kabar adalah Oxford Gazette pada tahun 1665 karena terbit secara teratur setiap hari. Henry Muddiman merupakan editor pertama dari surat kabar tersebut, yang untuk pertama kali mengetengahkan istilah "newspaper" yang dipergunakan oleh semua orang hingga saat ini.
Munculnya surat kabar yang terbit secara berkala di abad ke 17, mendorong negara dan gereja mengeluarkan peraturan-peraturan yang bersifat membatasi. Namun hal tersebut oleh John Milton dilawan, dan dia memperjuangan kebebasan pers. Kebebasa pers yang dimaksud Milton adalah kebebasan menyatakan pendapat "berilah saya kebebasan", kata Milton. Hal itu diterjemahkan bahwa Milton menuntut untuk diberikan kebebasan mengetahui, mengubah, dan memperdebatkan hati nurani di atas segala kemerdekaan. Hal ini dinilai sebagai argument yang hebat dalam melawan kekuatan otoriter. Pengaruh Milton sangat besar terhadap jurnalistik. Sehingga jurnalistik tidak hanya menyiarkan berita yang bersifat informatif, tetapi juga opinionatif. Bukan lagi memberitahukan kepada khalayak apa yang terjadi, tetapi juga mempengaruhi pemerintah dan masyarakat.
Perkembangan Jurnalistik Sejak Abad Ke 18
Perjuangan Milton diikuti oleh John Erskine pada abad ke 18, dengan karyanya yang berjudul "The Rights of Man". Pada abad ke 18 itulah beralih sistem pers otoriter ke sistem pers liberal. Ada dua perjuangan utama pada abad ke 18 untuk membina prinsip-prinsip liberal yang dipengaruhi oleh pers. Pertama, perjuangan yang berkaitan dengan fitnah yang bersifat mengahasut. Kedua, perjuangan yang bersangkutan dengan hak pers untuk menyiarkan kebijakan yang dilakukan pemerintah.
Abad ke 19 dan 20, mulai surat kabar mulai beralih dari opinion journal ke news medium. Berkembang objective reporting, terutama di Amerika. Para wartawan lebih bersikap sebagai penonton dalam pertentangan yang terjadi sehari-hari. Di kalangan wartawan Amerika, objective reporting menjadi kebanggan profesi yang berpegang teguh pada pendiriannya bahwa melaporkan fakta adalah satu-satunya tugas mereka. Opini dipisahkan secara tajam dari fakta, dan opini dituangkan hanya dalam tajuk rencana.
Pada tahun-tahun berikutnya objective reporting mendapat kritikan atas dasar bahwa cara seperti itu mengabaikan pengutaran secara seluruhan kebenaran dan gagal dalam mneyajikan kepada para pembaca atas dasar yang cukup untuk menilai berita dalam hubungannya dengan tujuan sosial.
Pada abad ke 20 itulah beralih jurnalistik dari "the libertarian theory of the press" ke "the social responsibility theory of press". Fungsi pers dengan teori tanggungjawab social itu pada hakikatnya sama saja dengan pers yang menganut teori pers libertarian.
Pada tahun pertama abad 19, surat kabar menggunakan beritanya sebagai senjata politik, beritanya diubah, dibuat memihak dan ditahan hingga suatu keika menguntungkan. Dikemudian hari, pada abad yang sama surat kabar menuangkan opininya pada tajuk rencana. Beritanya sendiri disusun secara objektif tanpa komentar pribadi dan disajikan tidak berdasarkan satu pihak melainkan semua pihak. Dewasa ini tidak cukup melaporkan kebenaran mengenai fakta. Pers harus mencari kebenaran yang menyeluruh (the whole truth).
BAB V Radio Siaran
Radio Siaran Sebagai Sarana Hiburan, Penerangan, Pendidikan, dan Propaganda
Dalam buku ini radio disebut sebagai kekuasaan kelima setelah suratkabar. Itulah sebabnya kalau dalam suatu negara terjadi revolusi atau kudeta atau pemerontakan, maka yang pertama kali dikuasai adalah radio.
Radio siaran dalam arti kata broadcast dimulai pada tahun 1920 oleh stasiun radio KDKA Pittburg di Amerika Serikat. Pada waktu itu, radio dinilai sebagai penemuan yang penting artinya bagi kehidupan manusia yang pengaruhnya dapat dirasakan dalam berbagai bidang. Radio memiliki tiga fungsi:
Sarana hiburan
Sarana penerangan
Sarana pendidikan
Akan tetapi sejak Nazi Jerman kuat dibawah kepemimpinan Adolf Hittler radio siaran bertambah fungsinya yakni sarana propaganda.
Radio dinilai memiliki kekuasaan yang begitu hebat dikarenakan, beberapa faktor yaitu:
Radio Siaran bersifat langsung
Radio Siaran menembus jarak dan rintangan
Radio siaran mengandung daya tarik
Perkembangan Radio Dari Masa Ke Masa
Dr Lee De Forest merupakan "the father of radio", itu terjadi pada tahun 1916. Dia yang mula-mula menyiarkan berita radio sedangkan yang eksperimen menyiarkan music adalah Dr Frank Conrad pada tahun 1919. Mulai tahun 1920, masyarakat Amerika dapat menikmati radio siaran secara teratur berbagai programnya. Pada tanggal 20 November 1920 stasiun radio KDKA menyiarkan kegiatan pemilihan umum untuk memilih Presiden (Harding-Cox Presidential Election) yang dianggap sebagai penyiaran berita pertama secara meluas dan teratur kepada masyarakat. Sejak saat itu, radio mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Dibidang teknologi, usaha untuk menyempurnaka siaran radio telah mnecapai kemajuan pula. Prof E.H Amstrong tahun 1933 memperkenalkan system frequency modulation (FM) sebagai penyempurnaan Amplitude Modulation (AM). Dengan sistem baru itu, untuk pendengaran dapat dicapai fidelity yang lebih tinggi. Keuntungan FM, adalah:
Dapat menghilangkan "interface" (gangguan, pencampuran yang disebabkan cuaca, bitnik-bintik matahari atau alat listrik)
Dapat menghilangkan interference yang disebabkan dua stasiun yang mengudara pada gelombang yang sama
Dapat menyiarkan suara sebaik-baiknya bagi telinga manusia yang sensitive.
Radio Siaran di Indonesia
Zaman Penjajahan Belanda
Radio siaran pertama di Indonesia adalah Batavise Radio Vereniging (BRV) di Batavia, yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925. Radio siaran di Indonesia semasa penjajahan Belanda berstatus swasta. Sejak adanya BRV,maka muncul badan-badan radio siaran lainnya Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij (NIROM) di Jakarta, Bandung dan Medan, Soloche Radio Vereniging (SRV) di Surakarta, Mataramse Vereneging voor Radio Omroep (MAVRO) di Yogyakarta, Vereneging voor Oosterse Radio Luisteraars (VORL) di Bandung, Vereniging voor Oosterse Radio Omroep (VORO) di Surakarta, Chinneese en Inheemse radio Vereniging Oost Java (CIRVO) di Surabaya, Eerste Madiunse Radio Omroep (EMRO) di Madiun, Radio Semarang di Semarang dll.
Zaman Jepang
Pada bulan Maret 1942 Belanda menyerah kepada Jepang, tepat tanggal 8 Maret 1942 pemerintah Belanda dengan seluruh angkatan perangnya menyatakan mneyerah kalah di Bandungkepada balatentara Jepang. Sejak saat itu, radio siaran yang berstatus swasta dimatikan dan diurus oleh jawatan Hoso Kanri Kyoku, berkedudukan di Jakarta. Cabang-cabangnya disebut dengan Hoso Kyoku, terdapat di bandung, Purwokerto, Yogya, Surakarta, Semarang, Surabaya dan Malang.
Hoso Kyoku juga menpunyai kantor cabang bernama Shodanso yang terdapat di kabupaten-kabupaten. Kantor ini mempersatukan semua bengkel atau service radio setempat, sehingga semua reparasi pesawat radio langsung dibawah pengawasan balatentara. Semua pesawat disegel dan rakyat tidak bisa mendengarkan radio siaran luar negeri kecuali ke-8 Hoso Kyoto di Jawa tadi.
Semua siaran radio diarahkan untuk kepentingan militer Jepang. Dalam penjajahan Jepang ini berkembang pesat kebudayaan dan kesenian, sehingga muncul seniman-seniman pencipta lagu-lagu Indonesia baru.
Zaman Kemerdekaan
Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesai Merdeka diproklamasikan oleh bung Karno dan bung Hatta. Sebenarnya para pemuda akan menyiarkan teks proklamasi pada saat dibacakan oleh kedua pemimpin bangsa Indonesia itu, tapi karena stasiun radio sejak tanggal 15 Agustus 1945 dijaga ketat oleh kempetei Jepang. Baru malam harinya pukul 19.00 teks proklamasi disiarkan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Tetapi hanya didengar penduduk sekitar Jakarta. Maka kemudian para pegawai teknik menyalurkan siarannya melalui siaran luar negeri yang waktu itu terletak di Bandung. Dean demikian, maka mungkin pendengar Australia lebih dahulu mendengar daripada bangsa Indonesia di luar Jakarta, bahwa bangsa Indonesia 17 Agustus 1945 telah merdeka.
BAB VI Televisi Siaran
Televisi di Indonesia
Televisi Republik Indonesia (TVRI) dimulai tanggal 19 Agustus 1962 dengan studionya yang sederhana di kompleks Senayan. Secara teoritis, samapi akhir tahun 1980, jangkauan TVRI mencapai daerah seluas 400.000km2 dengan lebih kurang 80% dari jumlah penduduk selutuh Indonesia. Sementara itu, perkembangan jumlah pesawat penerima siaran televisi yang tersebar sampai dengan pertengahan tahun 1978 terdapat 1.050.000 buat pesawat, sedangkan sampai pertengahan 1980, yang tercatat menurut pendaftaran pada kantor pos dan giro berkisar sekitar 1.500.000 pesawat TV.
Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi di Indonesia tidak lepas dari pengaruh aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Menurut Prof Dr R Mar'at dari Unpad acara televisi umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan pada penonton.
Swastanisasi Pertelevisian Di Indonesia
Dipenghujung decade 1980 dan awal decade 1990 suasana pertelevisian di Indonesia menjadi meriah, karena diperkenankannya pihak swasta mengelola stasiun televisi siaran. Stasiun TV swasta yang muncul yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surabaya Centra Televisi (SCTV), dan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI).
BAB VII Film Teatrikal
Film teatrikal adalah adalah film yang diproduksi secara khusus untuk dipertunjukkan di gedung-gedung pertunjukan atau gedung bioskop (cinema). Pada tahun 1927 di Broadway Amerika Serikat mucul film bicara pertama. Pada tahun 1935 film bicara boleh dikatakan mencapai kesempurnaan. Film pertama di Indonesia berjudul "Lely Van Java" yang diproduseri oleh David di bandung tahun 1926.
Jenis-jenis Film
Film Cerita
Film Berita
Film Dokumenter
Film Kartun
BAB VIII Perkembangan Teori Komunikasi
Wilbur Shcramm dalam bukunya" introduction to mass communication research" mendefinisikan teori sebagai suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan daripada preposisi bisa dihasilkan yang dapat diuji secara ilmiah dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku.
Dari definisi itu jelas bahwa teori adalah hasil telaah dengan metode ilmiah. Mengenai metode ilmiah ini, Alexis S. Than dalam bukunya "Mass Communication Theories and Research (1981) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah metode penyelidikan atau atau metode pemapanan kebenaran yang menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
Objektivitas
Berorientasi masalah
Dipandu hipotesis
Berorientasikan teori
Korektif mandiri
Cendekiawan Amerika Serikat yang memiliki arti penting dalam dunia komunikasi yakni John Dewey, Charles Horton Cooley, Robert E. Park dan George Herbert Mead. Mereka menekankan pendekatan fenomenologis pada komunikasi manusia, menitikbertakan bahwa subjektivitas individual ketika mempersepsi suatu pesan secara hakiki adalah kualitas manusiawi. Jadi, para cendekiawan Amerika pertama dalam komunikasi adalah bagaiman seorang mengartikan informasi, jadi bagaimana makna diberikan kepada suatu pesan adalah aspek fundamental dari proses komunikasi. Dalam model linier komunikasi pada tahun 1950-an dan seterusnya, subjektivitas tersebut memang diakui tapi tidak dijadikan penekanan.
Teori-teori Komunikasi Pada Tahap Awal
Laswell's Model
S-O-R Theory
S-M-C-R Model
The Mathematical Theory of Communication
The Osgood and Scharamm Circular Model
Dance's Helical Model
Newcomb ABX Model
The Theory of Cognitive Dissonance
Inocculation Theory
The Bullet Theory of Communication
Teori-Teori Komunikasi Pada Tahap Selanjutnya
Four Theories of The Press
Individual Difference Theory
Social Categories Theory
Social Relationship Theory
Culturan Norms Theory
Social Learning Theory
Diffusion of Innovation Model
Agenda Setting Model
Uses and Gratifications Model
Clozentropy Theory
BAB IX Strategi Komunikasi
Pentingnya Strategi Komunikasi
Dikalangan militer terdapat ungkapan yang amat terkena, "to win the war, not to win battle" (memenangkan perang, bukan memenangkan pertemputan). Pentingnya strategi adalah untuk memenangkan perang, sedangkan pentingnya taktik adalah untuk memenangkan pertempuran.
Fokus para ahli komunikasi, ditujukan pada strategi komunikasi, karena berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Dilain pihak, tanpa strategi komunikasi, media massa yang semakin modern yang kini banyak digunakan oleh negara-negara yang sedang berkembang bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif.
Sehingga strategi komunikasi baik secara makro (multi media strategy) dan mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda, yaitu:
Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informative, persuasive, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk mempercepathasil optimal.
Menjembatani "cultural gap" akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasinalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.
Arti strategi komunikasi
Strategi pada hakekatnya adala perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Strategi komunikasi merupakan perpaduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi.
Strategi komunikasi harus didukung oleh teori. Karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Untuk strategi komunikasi. Prof Onong U Effendy dalam bukunya, menyarankan untuk menggunakan teori Lasswell. Dengan menjawab "Who Says What Which Channel To Whom With What Effect?"
Who? (siapa komunikatornya?)
Says what (pesan apa yang dipertanyakan?)
In which channel (media apa yang digunakan?)
To whom (siapa komunikannya?)
With what effect (efek apa yang diharapkan?)
Rumus Laswell ini nampaknya sederhana, tetapi jika dikaji lebih jauh, pertanyaan "efek apa yang diharapkan", secara implisit mengandung pertanyaan lain, yakni:
When (kapan dilaksanakan?)
How (bagaimana melaksanakannya?)
Why (mengapa dilaksanakan demikian?)
Tambahan pertanyaan tersebut dalam strategi komunikasi sangat penting, karena pendekatan terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan komunikasi bisa berjenis-jenis, yakni:
Menyebarkan informasi
Melakukan persuasi
Melaksanakan instruksi
Peranan Komunikasi Dalam Strategi Komunikasi
Para ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan yang disebut AA Procedure atau from Attention to Action Procedure. A-A Procedure sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA
A Attention (Perhatian)
I Interest (minat)
D Desire (hasrat)
D Decision (keputusan)
A Action (kegiatan)
Proses pentahapan ini bermaksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini komunikator harus menimbulkan daya tarik. Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan perilaku komunikasi melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa adnaya kesamaan antara komunikator dengannya, sehingga dengan demikian komunikan bersedia taat pada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator.
Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan merupakan awal sukses komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision) sebagaimana diharapkan komunikator.
BAB X Filsafat Komunikasi
Hakikat Filsafat Komunikasi
Filsafat komunikasi adalah suatu ilmu yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya, dan metodenya.
Manusia Sebagai Pelaku Komunikasi
Komunikasi yang dibahas di dalam buku ini adalah komunikasi manusia. Sofokles, seorang dramawan zaman Yunani yang hidup 500 tahun SM mengatakan "di dunia ini banyak keajaiban, tetapi tidak ada yang lebih ajaib daripada manusia". Manusia merupakan totalitas kesatuan terpadu secara menyeluruh antara roh dan jasad, rohani dan jasmani, jiwa dan raga yang tidak mungkin dipisahkan. Apabila keduanya terpisah, maka manusia itu tidak disebut manusia lagi, melainkan mayat.
Menurut Prof Drijarka dalam filsafat ada beberapa aliran atau paham mengenai manusia, antara lain:
Paham materialism
Paham materialism berpemandangan bahwa manusia pada prinsipnya hanyalah materi, atau benda lain; lain tidak.
Paham idealism,
Paham idealisme adalah aliran yang bertentangan secara ekstrim dengan paham materialism. Idealisme berasal dari perkataan eidos, yang berarti pikiran. Manusia adalah manusia, karena dia berfikir, karena dia memiliki ide, karena dia sadar akan dirinya.
Decartes memandang manusia sama saja dengan kesadarannya, dan kesadaran tersebut tidak berhubungan sama sekali dengan persentuhan dengan alam jasmani, dalam kesadaran itu terdapat ide, tetapi itu sama sekali tidak berasal dari kontak dengan alam di luar kesadaran, tetapi memisahkan kesadaran dari dunia luar.
Menurut Decartes, manusia itu terdiri dari dua macam zat, yang berbeda secara hakiki yaitu:
Res cogitans, zat yang dapat berfikir
Res cogitans adalah zat roh yang bebas, tidak terikat oleh hukum alam, bersifat rohaniah
Res extensa, zat yang mempunyai luas
Res extensa adalah zat materi, tidak bebas, terikat dan dikuasai hukum alam
Kedua zat itu berbeda dan terpisah kehidupannya. Kehidupan manusia berpokok pada kesadarannya, pikirannya yang bebas. Jadi disitu ada dualism antara jiwa dan raga. Demikian paham idealisme
Paham eksistensialisme
Aliran eksistensialisme menentang kedua aliran terdahulu. Menurut kata asalnya eks berarti luar, sistensia berarti berdiri, dan eksistensi berarti berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari diri sendiri.
Yang dimaksud dengan eksistensi adalah cara manusia berada di dunia, dan cara ini dengan untuk manusia, tidak lain untuk benda. Sebab beradanya manusia di dunia berbeda dengan beradanya benda-benda lain di dunia.
Aliran eksistensialisme menentang aliran materalisme yang berpendapat bahwa manusia hanyalan benda saja, yang ditentang oleh kaum eksistensialisme adalah pendapat kaum materialis tentang cara manusia berada di dunia.
Kesalahan aliran materialisme adalah bahwa materialisme mendetotalisasikan manusia, memungkiri totalitas manusia. Mengatakan bahwa manusia hanya materi, berarti memungkiri manusia sebagai keseluruhan. Memang pada manusia terdapat unsur materi dan jasmani.
Kemudian aliran eksistensialisme memandang idealisme juga terdapat kesalahan karena idealisme memandang manusia sebagai subjek dan akhirnya sebagai kesadaran semata-mata. Idealism lupa bahwa manusia hanya berdiri sebagai manusia karena bersatu dengan realitas sekitarnya. Sebaliknya materialisme hanya mau melihat manusia sebagai objek. Materialism lupa bahwa benda di dunia ini hanyalah menjadi objek, karena adanya subjek.
KESIMPULAN
Prof Onong Uchjana Effendy melalui karya bukunya yang berjudul ILMU, TEORI, DAN FILSAFAT KOMUNIKASI telah menyumbangkan pemikirannya dalam dunia komunikasi. Layak menjadi satu diantara rujukan bagi mahasiswa komunikasi, praktisi, maupun yang ingin belajar tentang komunikasi.
Buku yang terbagi kedalam X bab ini telah menggambarkan jelas diawali dengan sejarah komunikasi yang diawali adanya fenomena hubungan antarmanusia di jaman nabi Adam. Kemudian dikenalkan dengan hakikat komunikasi dan tatananya hingga sejarah teknologi media komunikasi yang mendorong perubahan fungsi komunikasi dan media itu sendiri. Kemudian filsafat dari komunikasi juga menjadi bagian yang menarik untuk diulas karena terdapat makna manusia sebagai objek kajian komunikasi.