RESUME EVALUASI PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Dosen Pengampu : Siti Munawaroh, S. Pd
Ditulis Oleh: Intan Cahyaning Putri 132789 Pendidikan Ekonomi 2013 B
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA JOMBANG 2015
EVALUASI PEMBELAJARAN
BAB I
PEMBELAJARAN
II
MODEL PEMBELAJARAN KONTEMPORER
III
KONSEP DASAR PENILAIAN
IV
INSTRUMEN PENELITIAN
V
PENILAIAN KELAS
VI
PENYUSUNAN INSTRUMEN & TEKNIK PENSKORAN
VII KRITERIA TES YANG BAIK
i
BAB I PEMBELAJARAN
A. Belajar B. Mengajar PEMBELAJARAN C. Pembelajaran D. Hasil Belajar
A. BELAJAR
Menurut Herman Hudojo (1990) belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan oleh belajar. Karena itu,seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Proses belajar terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh Witting, yaitu: o
Tahap Acquisition Tahap Acquisition,, yaitu tahapan perolehan informasi.
o
Tahap Storage, yaitu Storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi.
o
Tahap Retrieval Tahap Retrieval , Yaitu tahapan pendekatan kembali informasi.
Kategori belajar yang mutakhir dibuat komisi Delors Delors dari UNESCO terbagi menjadi empat pilar yaitu :
Belajar bagaimana belajar ( Learning Learning to know)
Belajar berbuat ( Learning Learning to do)
Belajar hidup bersama ( Leaqrning to live together)
Belajar mengaktualisasikan diri ( Learning Learning to be)
1
Ciri-ciri belajar menurut Hamalik (2003) : 1. Proses belajar harus mengalami, berbuat, mereaksi, dan melampaui. 2. Melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan. 3. Bermakna bagi kehidupan. 4. Bersumber dari kebutuhan dan tujuan yang mendorong motivasi secara keseimbangan. 5. Dipengaruhi pembawaan dan lingkungan. 6. Dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual. 7. Berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan sesuai dengan kematangan peserta didik. 8. Proses belajar yang baik adalah dengan mengetahui status dan kemajuannya. 9. Kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. 10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain tetapi dapat didiskusikan secara terpisah. 11. Dibawah bimbingan yang merangsang dan tanpa tanpa tekanan atau paksaan. 12. Hasil-hasil
belajar
pengertian-pengertian,
adalah
pola-pola
sikap-sikap,
perbuatan,
apresiasi
nilai-nilai,
abilitas,
dan
keterampilan 13. Dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik. 14. Lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan berbeda-beda. 15. Bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah. Jadi, tidak sederhana dan statis. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, diantaranya pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
2
Sejalan dengan perubahan paradigma dalam belajar, belajar tidak efektif jika anak duduk dengan manis dikelas sementara guru menjejali anak dengan berbagai hal. Belajar saat ini memiliki kecenderungan dengan istilah belajar aktif yang merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan system system pembelajaran pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Belajar aktif merupakan perkembangan yang dari teori Dewey Learningby Doing . Dewey menerapkan prinsip-prinsip Learning by Doing , yaitu bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Keingintahuan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatan secara aktif dalam suatu proses belajar. Belajar aktif menuntut guru bekerja secara professional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prinsip-prionsip pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan demikian, belajar aktif diasumsikan sebagai pendekatan belajar yang efektif untuk dapat membentuk siswa sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai kemampuan untuk belajar mandiri sepanjang ha yatnya, dan untuk membina frofesionalisme guru. Ciri-ciri perubahan dalam belajar meliputi perubahan yang bersifat Intensional (disengaja), Positif dan aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri), serta Efektif dan Fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya perubahan baru).
B. MENGAJAR
Mengajar menurut De Queliy adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling cepat dan tepat. Mengajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan guru dalam mempersiapkan lingkungan pembelajaran yang meliputi lingkungan alam dan social untuk mendukung terjadinya proses belajar akibat interaksi siswa dengan lingkungan. Witherington berpendapat bahwa tugas utama seorang guru bukanlah menerangkan
hal-hal
yang
terdapat
pada
buku,
tetapi
mendorong,
menginspirasi, memberikan motif-motif dan membimbing murid-murid dalam usaha mereka mencapai tujuan yang diinginkan (Mu’minah 2004). 2004) .
3
Mengajar mencakup empat pokok, yaitu : 1.
Mengajar adalah mengorganisasi hal-hal yang berhubungan dengan belajar.
2.
Mengaktifkan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. p endidikan.
3.
Menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
4.
Mengajar adalah membiombing dan membantu siswa mencapai kedewasaan.
C. PEMBELAJARAN
Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. (Suherman, 1992). 1992). Dalam proses pembelajarn, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif.
Menurut
Wragg
(1997)
pembelajaran
yang
efektif
pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari
adalah
sesuatu yang
bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesame, atau suatu hasil belajar yang didinginkan. Dari uraian diatas terlihat bahwa proses pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu (Transfer (Transfer of Knowledge) Knowledge) dari guiru kepada siswa yang mengandung makna bahwa siswa merupakan obyek dari belajar. Tetapi upaya untuk membelajarkan siswa.Ditandai dengan kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan
metode
untuk
mencapai
hasil
pembelajaran
yang
didinginkan yang didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Dalam hal ini, istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (design) design) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraqksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran perlu direncanakan dan dirancang se cara optimal agar dapat memenuhi harapan dan tujuan.
4
Rancangan pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a.
Pembelajaran dilakukan dengan pengalaman nyata dan lingkungan yang otentik.
b.
Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa.
c.
Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan.
d.
Penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif.
Pembelajaran dengan kondisi tersebut membuat siswa memperoleh keterampilan-keterampilan yang spesifik, pengetahuan dan sikap dengan kata lain pembelajaran efektif akan terjadi apabila terjadi perubahan-perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor psikomotor (Reiser Robert, 1996).
D. HASIL PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui proses belajar maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang juga disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan
yang
diperoleh
anak
setelah
melalui
kegiatan
belajar
(Abdurrahman, 1999).Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perubahan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai siswa (Hamalik, 2005). Usman (2001) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan kedalam tiga kategori, yakni domain Kognitif (Pengetahuan/ Knowledge, Knowledge, Pemahaman/Comprehension, Pemahaman/Comprehension, Aplikasi
atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru, Analisa, Sintesa, dan Evaluasi), Domain Afektif (Menerima atau memperhatikan, Merespon, Penghargaan, Mengorganisasikan, Mempribadi atau mewatak), dan Domain Psikomotor (Menirukan,
Manipulatif,
Keseksamaan
atau Precision, Precision,
Artikulasi atau Articulation atau Articulation,, Naturalisasi). Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya,
5
artinya seberapa jauh tipe hasil belajar yang dimiliki siswa (Sudjana dan Ibrahim, 2002). Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang berupa evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditujukan kepada proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajarn, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Indikator Hasil Belajar
Mengingat pengajaran merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka disini dapat ditentukan dua criteria yang bersifat umum. Menurut Sudjana (2004) (2004) kedua criteria tersebut adalah: a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya menekankan pada pengajaran sebagai suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subjek mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri. b. Kriteria ditinjau dari hasilnya Disamping ditinjau dari segi prosesnya, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari hasilnya.
6
BAB II MODEL PEMBELAJARAN KONTEMPORER
Pendekatan dalam Pengajaran Strategi Pembelajarn Model Pembelajaran Kontemporer Metode Mengajar
Model Pengajaran
A. PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN
Pendekatan adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian, atau interaksi, relasi dalam suasana tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan metode-metode tertentu secara efektif. Pendekatan pembelajaran sebagai proses penyajian isi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan suatu metode atau beberapa metode pilihan.
B. STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan, dengan mengintegrasikan urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dan pembelajar, peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan dalam pembelajaran yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.
C. METODE MENGAJAR
Metode mengajar adalah cara mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang kita ajar. Macam-macam metode mengajar antara lain: ceramah, ekspositori, tanya jawab, dan penemuan.
7
D. MODEL PENGAJARAN
Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan member petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Memilih suatu model mengajar harus disesuaikan dengan realitas yang ada dan situasi kelas yang ada serta pandangan hidup yang akan dihasilkan dari proses kerjasama yang dilakukan antara guru dengan peserta didik. Model-model pengajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, pola urutannya, dan sifat lingkungan belajarnya.Tiap-tiap model pengajaran membutuhkan system pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Pembahasan ini akan memunculkan beberapa model pembelajaran, seperti : 1. Model Pengajaran Langsung Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan rocedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas.Pengajaran langsung berpusat
pada
keterlibatan
guru,
siswa.Jadi
tetapi
tetap
harus
lingkungannya
menjamin
harus
terjadinya
diciptakan
yang
berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dilihat dari tujuan pembelajaran kooperatif yaitu : a. Hasil belajar akademik b. Penerimaan terhadap keberagaman c. Pengembangan keterampilan social
8
Tugas guru pada model ini salah satunya adalah memilih pendekatan
yang
sesuai.Pendekatan-pendekatan
pada
model
kooperatif yaitu tipe STAD (Student ( Student Teams Achievement Division), Division), tipe Jigsaw, tipe Investigasi Kelompok, dan tipe Pendekatan Struktural. 3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajarn
berdasarkan
masalah
tidak
dirancang
untuk
membantu guru memberikan informasi sebanya-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan untuk: a. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah. b. Belajar peranan orang dewasa yang autentik. c. Menjadi pembelajar yang mandiri. 4. Model Pembelajaran Tematik Pembelajaran
tematik
adalah
pembelajaran
terpadu
yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapoa mata pelajaran sehingga
dapat
memberikan
pengalaman
bermakna
kepada
siswa.Pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Berpusat pada siswa b. Memberikan pengalaman langsung c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran e. Bersifat fleksibel f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain menyenangkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan mencakup kegiatan : a.
Pemetaan kompetensi dasar
b.
Pengembangan jaringan tema
c.
Pengembangan silabus
d.
Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
9
5. Model Pembelajaran Kontekstual Model
pembelajaran
kontekstrual
merupakan
rancangan
pembelajaran yang dibangun atas dasar asumsi bahwa Knowledge is constructed by human human (Zahoric, 1995). Atas dasar itu maka dikembangkan model pembelajaran kontruktivis yang membuka peluang seluas-luasnya seluas-l uasnya kepada siswa untuk memberdayakan memberda yakan diri.Cara belajar yang terbaik adalah siswa mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Model
pembelajaran
kontekstual
lebih
menekankan
pada
kebutuhan siswa, pemberdayaan potensi siswa, peningkatan kesadaran diri, penyampaian ilmu-ilmu yang fungsional bagi kehidupan, dan penilaian yang mengukur mengukur penguasaan ilmu secara tuntas. Dalam penerapan model pembelajaran kontekstual, terdapat tujuh komponen utama yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Komponen yang dimaksud yaitu: a. Kontruktivisme b. Proses Menemukan c. Bertanya d. Masyarakat Belajar e. Permodelan f. Refleksi g. Penilaian
10
BAB III KONSEP DASAR PENILAIAN
A. Pengertian B. Fungsi PENILAIAN
C. Tujuan D. Prinsip E. Aspek
A. PENGERTIAN PENILAIAN
Penilaian ( Evaluation) Evaluation) merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi secara obyektif, berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, s iswa, yang hasilnya digunakan sebagai seba gai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya (Depdiknas, 2001). Hal ini berarti penilaian tidak hanya untuk mencapai target sesaat atau satu aspek saja, melainkan menyeluruh dan mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
B. FUNGSI PENILAIAN
Fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yakni fungsi evaluasi hasil belajar (Fungsi Formatif, Fungsi Sumatif, Fungsi Diagnostik, Fungsi Selektif, Fungsi motivasi) dan fungsi evaluasi program pengajaran (Laporan untuk orang tua siswa, Laporan untuk sekolah, Laporan untuk masyarakat).
C. TUJUAN PENILAIAN
Dalam pedoman penilaian Depdikbud (1994), dinyatakan bahwa tujuan penilaian adalah untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, untuk perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar siswa serta sekaligus memberi umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar.Lebih bersifat koreksi, bahwa
11
tujuan penilaiasn untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan atau kesulitan belajar siswa, dan sekaligus member umoan balik yang tepat.
D. PRINSIP PENILAIAN
Prinsip-prinsip dalam penilaian antara lain menyeluruh, berkelanjutan, berorientasi pada indicator ketercapaian, dan sesuai dengan pengalaman belajar.
E. ASPEK PENILAIAN
Sesuai dengan kemampuan dasar yang ingin dicapai, maka pengujian harus mencakup proses belajar dan hasil belajar.
12
BAB IV INSTRUMEN PENILAIAN
A. Tujuan 1. Tes B. Jenis INSTRUMEN PENILAIAN
2. Non-tes C. Langkah-Langkah Membuat Instrumen Penilaian D. Penskoran
A. TUJUAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN
Penyusunan Instrumen Penilaian dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan penguasaan siswa terhadap suatu materi atau pokok bahasan.
B. JENIS-JENIS INSTRUMEN
1. Tes Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang di tes. Alat penilaian teknik tes yaitu tes tertulis (terdiri atas bentuk obyektif dan uraian), tes lisan, dan tes perbuatan.Secara rinci teknis penilaian siswa bisa dilakukan dengan ulangan harian, tugas kelompok, kuis, kuis, ulangan blok, pertanyaan lisan, dan tugas individu. 2. Non-tes Penilaian non-tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian.Penilaian non-tes dilakukan melalui pengamatan, skala sikap, angket, catatan harian serta daftar cek. Aspek-aspek yang dieksploitasi dalam menilai non-tes antara lain catatan perilaku harian dan laporan aktivitas diluar kelas,
POIN C DAN D DIJELASKAN PADA BAB VI
13
BAB V PENILAIAN KELAS
A. Pengertian B. Fungsi dan Manfaat
PENILAIAN
C. RambuRambu- Rambu Penilai Penilaian an Kelas
KELAS D. Teknik Teknik Penilaian dalam Pembelajaran di Kelas E. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penilaian
A. PENGERTIAN PENILAIAN KELAS
Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran tertentu. Penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam pelaksanaan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis kompetensi.
B. FUNGSI DAN MANFAAT PENILAIAN KELAS
Penilaian kelas memiliki Fungsi sbb: 1.
Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi.
2.
Mengevaluasi hasil belajar peserta didik
3.
Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinana prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik.
4.
Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran.
5.
Sebagai control guru dan sekolah tentang kemajuan peserta didik.
Sedangkan manfaat Penilaian kelas adalah :
14
1. Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi 2.
Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan pengayaan dan remedial.
3.
Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki kode metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
4.
Masukan bagi guru guna merancang kegiatan belajar.
5.
Memberikan informasi kepada wali murid dan komite tentang efektivitas pendidikan.
C. RAMBU-RAMBU RAMBU-RAMBU PENILAIAN KELAS
a.
Kriteria Penilaian Kelas Kriteria penilaian kelas yaitu validitas, reliabilitas, terfokus pada kompetensi, keseluruhan/komperehensif, obyektivitas, dan mendidik.
b.
Penilaian Hasil Belajar Masing-Masing Kelompok Mata Pelajaran 1. Mapel Agama, PKn, dan Kepribadian dilakukan dengan cara ujian, ulangan,
penugasan
untuk
mengukur
aspek
kognitif.
Serta
Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian. 2. IPTEK dilakukan melalui ualangan, penugasan, dll yang sesuai. 3. Estetika dilakukan melalui pengamatan perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi. 4. Penjasorkes dilakukan melalui pengamatan perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi. Serta ujian dan tugas untuk mengukur aspek kognitif.
D. TEKNIK PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS
Ada Tujuh teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran didalam kelas. Teknik tersebut antara lain : 1.
Penilaian Unjuk Kerja Merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Untuk mengamati
15
unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrument seperti Daftar Cek (Check-List) (Check-List) dan dan Skala Penilaian ( Rating Scale), Scale), 2.
Penilaian Sikap Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu. Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu afektif, kognitif, dan konatif. Secara
umum
obyek
sikap
yang
penuh
dinilai
dalam
pembelajaran sebagai mata pelajaran adalah sikap terhadap materi pelajaran, sikap terhadap guru/pengajar, sikap terhadap proses pembelajaran, sikap yang berkaitan dengan nilai dan norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran, serta sikap yang berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan den gan mata pelajaran. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik tersebut antara lain teknik observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. pribadi. 3.
Penilaian Tertulis Penilaian tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Ada dua bentuk soal tertulis yaitu memilih jawaban (pilihan ganda, dua pilihan seperti benar/salah, menjodohkan, serta sebab akibat) dan mensuplay jawaban (Isian atau melengkapi, jawaban j awaban singkat atau pendek, serta ser ta uraian. Dalam
menyusun
instrument
penilaian
tertulis
perlu
dipertimbangkan hal-hal seperti karkteristik mata pelajaran dan luas ruang lingkup materi yang akan diuji, materi, konstruksi, serta bahasa yang digunakan. 4.
Penilaian Proyek Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Dalam penilaian proyek terdapat tiga hal yang perlu dipertimbangkan yaitu kemampuan pengelolaan, relevansi, dan keaslian.
16
Penilaian
proyek
dilakukan
mulai
dari
perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, sampai hasil akhir. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrument penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. 5.
Penilaian Produk Adalah penilaian terhadap suatu proses pembuatan dan kualitas produk. Meliputi kemampuan peserta didik membuat produk produk
konsumsi,
teknologi
dan
seni.Pengembangan
produk
meliputi tiga tahap (persiapan, proses pembuatan produk, serta tahap penilaian produk atau appraisal) perlu diadakan penilaian pada setiap tahapnya. Penilaian produk biasanya menggunakan cara analitik atau holistic. Cara analitik yaitu berdasarkan aspek-aspek produk yang biasanyta dilakukan terhadap semua criteria yang terdapat pada tahap
proses
pengembangan.
Sedangkan
cara
holistic
yaitu
berdasarkan kesan keseluruhan produk yang biasanya dilakukan pada tahap appraisal. 6.
Penggunaan Portofolio Merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik yang pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portfolio di sekolah adalah karya kar ya siswa, saling percaya antara guru dan peserta didik, kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik, milik bersama ( Join ( Join Ownership) Ownership) anatara peserta didik dan guru, kepuasan, kesesuaian, penilaian proses dan hasil, serta penilaian dan pembelajaran. Teknik penilaian portofolio didalam kelas memerlukan langkahlangkah sbb: a. Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio tidak hanya kumpulan hasil kerja peserta didik yang
17
diggunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. b. Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. c. Kumpulkan dan simpan karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder di rumah atau loker masing-masing. d. Beri tanggal pembuiatan pada setiap bahan informasi perkembangan PD sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. e. Tentukan criteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan PD sebelum PD membuat karya. f.
Minta
peserta
didik
menilai
karyanya
secara
maka
diberi
berkesinambungan. g. Jika
nilainya
belum
memuaskan,
PD
kesempatan untuk memperbaiki h. Bila perlu jadwalkan pertemuan untuk membahas potofolio. 7.
Penilaian Diri Adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.Teknik penilaian diri dapat dihunakan untuk mengukur kempetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Teknik penilaian diri dilakukan berdasarkna criteria yang jelas dan obyektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai b. Menentukan criteria penilaian yang akan digunakan c. Merumuskan format penilaian d. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri
18
e. Mengkaji sampel hasil penilaian secara acak untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diris ecara cermat dan obyektif f. Menyampaikan
umpan
balik
kepada
peserta
didik
berdasarkan hasil kajian terhadap asmpel hasil penilaian yang diambil secara acak.
E. TEKNIK PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS
1. Penetapan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan ukuran, karakteristik, cirri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar.
Indikator
pencapaian
kompetensi
dirumuskan
dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur.Indikator pencapaian kompetensi, yang menjadi bagian dari silabus, dijadikan acuan dalam merancang penilaian. 2. Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator. Pemetaan standar kompetensi dilakukan untuk memudahkan guru dalam menenyukan teknik penilaian. 3. Penetapan Teknik Penilaian Mempertimbangkan
ciri-ciri
penilaian
dalam
memilih
teknik
indicator.
19
BAB VI PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN
A. Komponen Penyusunan Tes B. Tes Kognitif dan Teknik Penskorannya
PENYUSUNAN INSTRUMEN &
C. Instrumen Afektif dan Teknik Teknik Penskorannya
TEKNIK PENSKORAN
D. Tes Tes Psikomotor dan teknik Penskorannya
A. KOMPONEN PENYUSUNAN TES
1.
Tujuan Tes Tujuan tes yang penting adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, mengukur pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik,
pengajaran
mendiagnosis
dan
hasil
kesulitan
belajar,
belajar,
mengetahui
mengetahui
pencpaian
hasil
kurikulum,
mendorong keinginan untuk belajar, dan mendorong guru untuk mengajar dengan lebih baik. Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan. Tes tersebut antara lain tes penempatan, diagnostic, formatif, dan sumatif. 2.
Langkah Pengembangan Tes Terdapat
Sembilan
langkah
yang
harus
ditempuh
dalam
mengembangkan tes hasil ata u prestasi belajar, yaitu a. Menyusun Spesifikasi Tes
f. Memperbaiki tes
b. Menulis soal tes
g. Merakit tes
c. Menelaah soal tes
h. Melaksanakan tes
d. Melakukan uji coba tes
i. Menafsirkan hasil tes
e. Menganalisis butir soal
20
Langkah dalam mengembangkan instrument adalah menetapkan spesifikasi,
yaitu
berisi
uraian
yang
emnunjukkan
keseluruhan
karakteristik yang harus dimiliki suatu instrument.Penyusunan spesifikasi instrument mencakup kegiatan menentukan tujuan, menyusun kisi-kisi, memilih bentuk instrument, dan menentukan panjang instrument. Secara umum penggunaan prinsip mstery learning dimana siswa dikatakan berhasil bila mencapai 75% penguasaan materi. Namun secara khusus system penilaian perlu memperhatikan keterkaitannya dengan ranah (domain) (domain) yang ada, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang penskorannya harus dilakukan dengan teknik yang berbeda.
B. TES KOGNITIF & TEKNIK PENSKORANNYA
Terdapat delapan bentuk tes kognitif. Diantanya yaitu Tes Lisan di Kelas, Bentuk Pilihan Ganda, Bentuk Uraian Objektif, Bentuk Uraian Non-Objektif, Bentuk Jawaban Singkat, Bentuk Menjodohkan, Unjuk Kerja/ Performance, Portofolio. Kedelapan tes tersebut bisa dikelompokkan menjadi tiga bentuk tes. Ketiga tes tersebut yakni tes Obyektif, tes Essay, dan tugas. Tes Obyektif hanya memiliki dua kemungkinan yang diberi skor 1 dan 0. Skor yang dicapai dengan menjumlahkan semua jawaban. Tes Esay menggunakan pola kontinum missal 0 s/d 10.Untuk mempermudah penskoran dalam tes esay harus dibuat kunci jawaban serta rambu-rambu penilaian.Misalnya jawaban tepat sekali mendapat skor tertinggi, dan sebaliknya. Penskoran tugas memerlukan rambu-rambu khusus yang berisi aspek yang dinilai dan skor maksimum masing-masing aspek.Misalnya aspek kecermatan menganalisa skor tertinggi 25. Maka skor yang diperoleh siswa pada aspek tersebut antara 0 s/d 25.
C. TES INSTRUMEN & TEKNIK PENSKORANNYA
Ada dua komponen yang afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu pelajaran.Sikap dan minat peserta didik terhadap suatu pelajaran bisa positif, negatif, atau bahkan netral. Sikap dan minat
21
peserta didik terhadap semua mata pelajaran diharapkan positif s ehingga akan timbul minat untuk belajar atau mempelajarinya. Peserta didik yang memiliki sikap dan minat negatif terhadap suatu mata pelajaran sulit untuk emningkatkan preestasi belajarnya.Oleh karena itu, guru memiliki tugas untuk membangkitkan minat kemudian meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran yang diampunya. Pengukuran Afektif umumnya dibuat dalam skala bertingkat misalnya sangat tidak setuju (Skor 1), tidak setuju (skor 2), cukup setuju (skor 3), setuju (skor 4), dan sangat setuju (skor 5).
D. TES PSIKOMOTOR & TEKNIK PENSKORANNYA
Tes untuk mengukur ranah psikomotor adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja ( performance) yang performance) yang telah dikuasai peserta didik. Tes tsb menurut Lunetta dkk (1981) dapat berupa tes paper and pencil , tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja (work sample). sample). Tes Psikomotor umumnya dilakukan secara langsung ketika siswa berunjuk kerja dan dapat diamati.Tes psikomotor dapat diperoleh datanya dengan menggunakan daftar cek (Check ( Check List) ataupun List) ataupun skala penilaian ( Rating Scale).Skor Scale).Skor dapat dilakukan secara berjenjang seperti pada tes esai atau penskoran pada tugas.Penskoran ini ini juga berlaku pada tes lisan.
22
BAB VII KRITERIA TES YANG BAIK
A. Kesahihan / Validitas B. Keajegan / Reliabilitas
KRITERIA TES YANG BAIK
C. Daya Pembeda D. Tingkat Kesukaran
A. KESAHIHAN / VALIDITAS
Sebelum tes dilakukan pada peserta didik, maka perlu dilakukan tes validitas terlebih dahulu yang terdiri dari :
Validitas isi dan kontruk
Untuk
menentukan
kesesuaian
antara soal dan materi ajar dengan tujuan yang ingin diukur atau dengan kisi-kisi.
Validitas prediksi
Supaya
hasil
tes
mampu
memprediksi keberhasilan peserta didik di kemudian hari.
Validitas empiris (Kriterium)
untuk
menentukan
tingkat
kehandalan soal
B. KEAJEGAN / RELIABILITAS
Untuk mengukur tingkat keajegan atau konsistensi soal digunakan rumus Alpha Cronbach (r) Cronbach (r) yang dinyatakan dengan :
− 1 =
[
∑ ( ) ∑ =
] 23
Dengan : N = Banyaknya butir soal
22
= Jumlah vasians skor tiap item = Varians skor total
= Jumlah skor ideal salah satu kelompok
C. DAYA PEMBEDA
Untuk menghetahui daya pembeda, siswa harus dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok 50% siswa yang memiliki nilai tertinggi dan kelompok 50% siswa yang memiliki nilai terendah. Daya pembeda ditentukan dengan :
DP =
−
Dengan :
= Jumlah skor kelompok atas = Jumlah skor kelompok bawah =Jumlah skor ideal salah satu kelompok
Interprestasi (Ruseffendi, 191:203-204) : ≥ 0,40
: Sangat Baik
0,30 – 0,30 – 0,39 0,39
: Cukup Baik (Perlu Diperbaiki)
0,20 – 0,20 – 0,29 0,29
: Minimum (Sangat Perlu Diperbaiki)
≤ 0,19
: Sangat Jelek (Dibuang/ Dirombak)
D. TINGKAT KESUKARAN
Tingkat Kesukaran tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus tingkat kesukaran untuk tes.
TK =
+
24