13
CHAPTER REPORT
EVALUASI PEMBELAJARAN
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Kurikulum dan Pembelajaran
Dari Bapak Angga Hadiapurwa, M.I.Kom.
Oleh:
M. Aziz Fikri (1405130)
Novita Halima T. (140xxxx)
Silvi Dwi Oktaviani (1403878)
Tiara Sri Rahayu (1406659)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam melakukan proses belajar mengajar sangat perlu adanya evaluasi karena evaluasi merupakan proses untuk menentukan apakah proses tujuan pendidikan dalam suatu program tertentu dapat mencapai tujuan atau tidak. Salah satu buku yang dapat menjadi referensi terkait dengan evaluasi pembelajaran adalah buku Kurikulum dan Pembelajaran yang diterbitkan langsung oleh tim MKDP Universitas Pendidikan Indonesia.
Secara umum, penulis mengulas mengenai evaluasi pembelajaran yang mesti diketahui dan dikuasi oleh seorang guru atau pendidik dalam mengevaluasi hasil pembelajaran yang sudah dilewati oleh siswa. Adapun bab yang kami ulas pada laporan ini adalah bab 8, yang salah satu pointnya membahas mengenai evaluasi pembelajaran. Adapun identitas lengkap dari buku tersebut adalah sebagai berikut.
Judul : Kurikulum dan Pembelajaran
Penulis : Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran
Penerbit : PT Rajagrafindo Persada
Kota Terbit : Jakarta
Tahun : 2013
Edisi : Cetakan ke-3
Jumlah Halaman :
Ukuran :
ISBN :
BAB II
RINGKASAN BAB
` Bab delapan dalam buku berjudul Kurikulum dan Pembelajaran memaparkan pembahasan berkaitan dengan evaluasi pembelajaran. Dalam buku ini dibahas mengenai evaluasi pembelajaran dimulai dari apa itu evaluasi, apa saja jenis-jensi dari evaluasi, tujuan dan fungsi dari evaluasi, prinsip-prinsip umum dalam evaluasi pembelajaran, dan bagaimana prosedur pengembangan alat evaluasi pembelajaran. Berikut ringkasan bab delapan dengan sub bab mengenai evaluasi pembelajaran.
Pengertian evaluasi dan pengukuran
Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Ada tiga hal berbeda yang saling berkaitan dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, yaitu evaluasi, pengukuran, dan tes. Ketiga istilah itu memiliki pengertian yang berbeda, dimana evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas dari pada pengukuran dan tes. Seperti yang dikemukakan oleh Gronlund bahwa evaluasi adalah proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran (2013, p. 165). Sedangkan pengukuran merupakan proses penentuan hasil yang dikonversikan secara kuantitatif untuk menentukan dan melihat sejauh mana ciri yang dimiliki peserta didik, dan tes merupakan sebuah media untuk mengukur hal tersebut.
Jenis-jenis evaluasi pembelajaran
Dalam buku ini dijelaskan bahwa terdapat tiga jenis evaluasi pembelajaran. Jenis tersebut dibedakan berdasarkan fungsi, cara, teknik, dan kriteria. . Berdasarkan fungsinya, evaluasi pembelajaran dibedakan menjadi empat, yaitu evaluasi formatif, sumatif, diagnostic, dan penempatan. Berdasarkan pengertian yang terdapat dalam buku ini mengenai ke empat jenis evaluasi berdasarkan fungsinya, dapat disimpulkan bahwa evaluasi formatif biasanya dilakukan setelah selesai satu topic pembahasan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam hal tersebut sedangkan evaluasi sumatif biasanya dilakukan pada tes-tes akhir metode pengajaran dalam suatu unit semester untuk menentukan dalam membuat laporan mengenai siswa atau peserta didik tersebut. Kemudian evaluasi diagnostic dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi kesulitan siswa dalam belajar, dan evaluasi penempatan dilakukan untuk menyelaraskan pola pembelajaran yang sesuai dengan siswa
Berdasarkan caranya evaluasi dibedakan menjadi evaluasi kuantitatif dan kualitatif. Penilaian evaluasi kuantitatif dinyatakan dalam bentuk angka, sedangkan kualitatif dalam bentuk ungkapan. Selain berdasarkan fungsi dan caranya, evaluasi juga dibedakan berdasarkan tekniknya. Tekniknya ini dapat didasarkan atas materi yang akan dievaluasi, bentuk, dan caranya. yaitu melalui tes dan nontes. Dan yang terkahir jenis evaluasi berdasarkan kriteria, yaitu evaluasi berdasarkan acuan patokan (PAP) dan acuan norma (PAN).
Tujuan dan fungsi evaluasi pembelajaran
Tujuan dari evaluasi pembelajaran pada intinya yaitu untuk melihat sejauh mana keefektifan kegiatan pembelajaran dan pencapaian peserta didik sehingga baik guru maupun peserta didik dapat memperbaiki kegiatan pembelajaran melalui teknik atau cara yang sesuai dengan karakteristik siswa. Kemudian fungsi dari evaluasi pembelajaran, yaitu memperbaiki proses belajar dan mengajar, mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi, mengetahui kesulitan belajar siswa, dan dasar untuk melihat kemampuan siswa.
Prinsip-prinsip umum evaluasi dalam pembelajaran
Dalam buku ini dijelaskan prinsip evaluasi pembelajaran dalam berbagai segi. Dimana dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi harus dilakuakn secara kontinu, komprehensif, objektif, dan praktis.
Prosedur pengembangan alat evaluasi pembelajaran
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan alat evaluasi, dimulai dari tujuan pembelajaran yang akan dikembangkan, pemilihan alat evaluasi, aspek yang akan diuji, format soal, sampai tingkat kesukaran soal.
Dalam buku ini dijelaskan pula mengenai langkah-langkah dalam pengembangan evaluasi, yaitu kita harus menentukan tujuan evaluasi, mengidentifikasi kompetensi yang akan dikur, dan membuat tabel spesifikasi, menulis alat evaluasi, pelaksanaan evaluasi, pemeriksaan hasil evaluasi, pengolahan dan penafsiran hasil evaluasi, penggunaan hasil evaluasi.
BAB III
PEMBAHASAN
Buku ini menyampaikan materi dengan bahasa yang komunikatif sehingga tidak sulit dalam mencerna maknanya. Materinya pun secara umum lengkap dan disampaikan secara sistematis.
2.1 Pengertian Evaluasi dan Pengukuran
Bagian pertama, penulis menjelaskan mengenai pengertian dari evaluasi yang membedakannya dari pengukuran dan tes. Selaras dengan apa yang disampaikan dalam buku, sumber lain mengemukakan bahwa tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Yustisianisa, 2012). Sementara itu, Hasan (2009, p. 7) menjelaskan "tes adalah alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus. Dan Muchtar Bukhori mengatakan 'tes ialah percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid' (Arikunto, 2001, p. 32). Kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi butir (soal) yang dipergunakan". sedangkan pengukuran menurut Allen & Yen (Widoyoko, p. 4) mendefinisikan 'pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu'. Dengan demikian, alat untuk mengukur dan menetapkan angka terhadap keadaan individu yaitu melalui tes. Sedangkan evaluasi menurut Pophan dalam tulisan Gunadi ( 2014, p. 3) berpendapat evaluasi sebagai informasi yang digunakan untuk mempertimbangkan keputusan dalam penilaian prestasi.
Akan tetapi berdasarkan sumber lain terkait evaluasi pembelajaran, ada variable yang juga memiliki kaitan dalam evaluasi pembelajaran, yaitu penilaian. Dalam buku tidak disinggung mengenai penilaian dan apa perbedaannya. Seringkali orang mencampuradukan pengertian antara evaluasi, pengukuran, tes, dan penilaian. Menurut Arikunto 'penilaian menakankan kepada proses pembuatan keputusan terhadap suatu ukuran baik-buruk yang bersifat kualitatif' (Mudjiono, 2009, p. 191). Sehingga penilaian merupakan penafsiran hasil dari data yang diukur.
Dengan demikian terlihat jelas perbedaan antara evaluasi, pengukuran, tes, dan penilaian. Antara penilaian dan evaluasi sebenarnya memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu, juga alat yang digunakan untuk mengumpulkan data nya. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja. Sedangkan ruang lingkup evaluasi lebih luas, mencakup semua komponen dalam suatu sistem.
Dengan demikian, selaras dengan yang diungkapkan Arikunto dalam tulisan Hasanah, dkk. (2013, p. 2) kegiatan evaluasi meliputi langkah mengukur dan menilai. Penilaian hasil belajar siswa sesuai kurikulum 2013 ditekankan pada tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian sikap dilakukan dengan observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, jurnal dan instrumennya berupa daftar cek atau skala. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan tes tulis, lisan dan penugasan serta instrumennya berupa soal, daftar pertanyaan dan untuk penugasan sesuai kriteria tugas yang dilengkapi dengan penskoran.Penilaian keterampilan dilakukan dengan tes praktik, projek dan portofolio serta instrumennya berupa daftar cek atau skala.
2.2 Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran
Dalam buku ini sudah lengkap mengenai jenis-jenis evaluasi pembelajaran. Dimana evaluasi pembelajaran dibedakan ke dalam empat bentuk atau jenis. Yang pertama jenis evaluasi berdasarkan fungsinya, berdasarkan caranya, dan berdasarkan teknik serta kriteria.
Evaluasi berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi empat, yaitu formatif, sumatif, diagnostik, dan penempatan. Selaras dengan apa yang terdapat dalam buku dengan sumber lain bahwa evaluasi formatif diartikan sebagai evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suau pokok bahasan (Aunurrahman, 2011, p. 221). Hasil dari evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang berhasil dan siapa saja yang dianggap belum berhasil, untuk selanjutnya diambil tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini bagi siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, sementara bagi siswa yang berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan. Evaluasi ini lebih menekankan kepada penetapan tingka keberhasilan belajar. Wingkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes – tes pada akhir suatu metode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang di ajarkan dalam suatu unit semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi (Aunurrahman, 2011, p. 222). Evaluasi ini untuk menentukan nilai (angka) kemajuan/hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus-tidaknya peserta didik (Arifin, 2012, p. 28).
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelamahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan pelakuan yang tepat (Aunurrahman, 2011, p. 222). Evaluasi ini menekankan pada upaya memahami kesulitan siswa belajar.
Evaluasi penempatan menakankan pada upaya untuk menyelaraskan antara pola dan proses pembelajaran dengan karakteristik kemampuan siswa (Hernawan, 2009).
Selain evaluasi berdasarkan fungsinya, ada pula evaluasi berdasarkan caranya, yaitu evaluasi kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi kualitatif lebih bersifat subektif yang biasanya diungkapkan dengan kata baik, sangat baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Evaluasi kualitatif dilakukan apabila guru ingin memperbaki hasil belajar siswanya. Sedangkan evaluasi kuantitatif biasanya dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
Kemudian ada evaluasi berdasarkan tekniknya dibedakan menjadi dua, yaitu tes dan non tes. Evaluasi berdasarkan tekniknya ini dibedakan lagi menjadi tiga, yaitu menurut materi yang akan dinilai, bentuk, dan caranya. Menurut materi yang akan dinilai, evaluasi ini digunakan seperti untuk tes hasil belajar, tes kecerdasan, tes bakat khusus, tes minat, dan kepribadian. Kemudian menurut caranya, teknik evaluasi dibedakan menjadi tes tulid, lisan, dan tindakan. Dan menurut bentuknya, teknik evaluasi dibedakan menjadi tes dan nontes.
Secara terperinci dan lebih jelasnya, teknik tes dibedakan melalui tiga cara, yaiu tes tulisan, tes lisan, dan tindakan atau perbuatan. Cara tertulis dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk uraian dan objektif. Jawaban berbentuk uraian dibedakan menjadi dua, yaitu uraian bebas dan terbatas. Sedangkan jawaban berbentuk objektif dibedakan menjadi empat, yaitu berupa benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan menjelaskan atau jawaban singkat. Kemudian tes berbentuk lisan dan tindakan dibagi menjadi dua cara, yaitu secara individu dan kelompok. Dan untuk evaluasi dengan teknk non tes dilakukan dengan beberapa cara diantaranya pengamatan, wawancara, angket, hasil karya atau laporan, skala sikap, dan lain-lain (Muslich, 2009, p. 93).
Menurut Sudijono (Saputra, 2014, p. 15) teknik tes dan nontes dapat digunakan sebagai alat evaluasi hasil belajar. Teknik nontes tidak menggunakan kunci jawaban dalam menentukan skor, melainkan menggunakan pedoman penilaian berupa rubrik. Rubrik tersebut berupa rating scales (skala rating) yang secara spesifik merupakan format dari instrumen penilaian untuk mengukur kerja siswa atau produk yang dihasilkan siswa pada tugas dalam pembelajaran sedangkan teknik tes untuk tes tulis menggunakan kunci jawaban. Maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan teknis tes, dan keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan sikap dalam psikologis peserta didik dapat dikur dengan teknik nontes.
Kemudian yang terakhir adalah evalusai berdasarkan kriteria, yaitu evalusi berdasarkan penilaian acuan patokan (PAP) dan penilaian acuan norma (PAN) (Arifin, 2012). Artinya, setelah memperoleh skor mentah dari setiap peserta didik, maka langkah selanjutnya adalah mengubah skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan tertentu. Penilaian acuan patokan sering juga disebut penilaian norma absolut, artinyakita harus membandingkan hasil yang diperoleh peserta didik dengan sebuah patokan atau kriteria yang secara absolut atau mutlak telah ditetapkan oleh guru. Sedangkan penilaian acuan norma, Pendekatan ini membandingkan skor setiap peserta didik dengan teman satu kelasnya. Makna nilai dalam bentuk angka maupun kualifikasi memiliki sifat relative.
Evaluasi pembelajaran harus dilakukan dengan beragam teknik, bukan hanya dengan tes saja tetapi juga menggunakan teknik nontes. Hal ini berkaitan dengan karakteristik dan penialian terhadap peserta didik relative beragam. Ada beberapa hal yang harus kita penuhi dalam melakukan kegiatan evaluasi pembelajaran, diantaranya seperti yang dijelaskan dalam buku, yaitu validitas, reliabilitas, objektivitas, representative, fairness, dan praktis.
2.3 Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Seperti yang dijelaskan pada buku bahwa tujuan pokok dari evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Berikut beberapa tujuan evaluasi (Arifin, 2012, p. 23):
(1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan; (2). Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap program pembelajaran; (3). Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan; (4). Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.; (5). Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis pendidikan tertentu; (6). Untuk menentukan kenaikan kelas; (7). Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Dengan demikian, berdasarkan rujukan pada buku dan beberapa sumber lain, bahwa tujuan evaluasi secara umum adalah menilai ketercapaian tujuan, mengukur macam-macam aspek pelajaran yang bervariasi, memotivasi belajar siswa, umpan balik bagi guru, menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum, menentukan tindak lanjut hasil penilaian.
Fungsi dari evaluasi pembelajaran sangatlah luas, tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Adapun fungsi evaluasi pembelajaran secara umum adalah untuk mengetahui mengetahui taraf kesiapan anak untuk menempuh suatu pendidikan tertentu, mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan, mengetahui apakah suatu mata pelajaran telah berhasil untuk disampaikan, mendapatkan bahan informasi sebagai landasan dalam memberikan bimbingan yang sesuai untuk siswa, mendapatkan bahan informasi apakah peserta didik layak naik kelas atau tidak, membandingkan apakah prestasi yang dicapai peserta didik sesuai dengan kapasitasnya atau belum, untuk mengadakan seleksi, mengetahui taraf efisiensi metode dalam pendidikan (Aunurrahman, 2011, p. 211).
Prinsip-prinsip Umum Evaluasi dalam Pembelajaran
Agar evaluasi dapat akurat dan bermamfaat bagi para peserta didik, maka evaluasi harus menerapkan seperangkat prinsip – prinsip umum. Merujuk pada buku ini bahwa terdapat delapan prinsip evaluasi pembelajaran. Setelah ditelaah dengan berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa prinsip evaluasi pembelajaran bercau pada prinsip: (1) kontinuitas, bahwa evaluasi harus dilakukan secara kontinu. Hasil evaluasi yang diperoleh pada suatu waktu harus senantiasa dihubungkan dengan hasil – hasil pada waktu sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti tentang perkembangan peserta didik. (2) Komprehensif, dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus mengambil seluruh objek tersebut sebagai bahan evaluasi. Misalnya, jika objek evaluasi itu adalah peserta didik, maka seluruh aspek kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik menyangkut kognitif, afektif, maupun psikomotor. Begitu juga objek evaluasi yang lain. (3) Adil dan objektif , dalam melaksanakan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Evaluasi harus didasarka pada data dan fakta yang sebenarnya, bukan hasil rekayasa. (4) Kooperatif, dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerja sama dengan semua pihak, seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, dan termasuk peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi dan pihak – pihak tersebut merasa dihargai. (5) Praktis, praktis disini bermakna mudah digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang menggunakan alat tersebut. Untuk itu harus diperhatikan bahasa dan petunjuk soal.
2.5 Prosedur Pengembangan Alat Evaluasi Pembelajaran
Keberhasilan suatu kegiatan evaluasi akan dipengaruhi pula oleh keberhasilan pelaksana evaluasi dalam melaksanakan prosedur evaluasi. Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi. Dalam buku sudah rinci dijelaskan mengenai tahap pengembangan evaluasi pembelajaran. Berikut lebih rincinya setelah dikaji dari beberapa sumber tambahan lainnya.
Penyusunan rancangan
Penyusunan rancangan ini meliputi penentuan tujuan evaluasi, kompetensi apa yang diukur, dan instrument apa yang akan digunakan. Tujuan evaluasi harus dirumuskan sesuai dengan jenis evaluasi yang akan dilakukan, seperti formatif, sumatif, diagnostik, atau penempatan. Dalam penilaian hasil belajar, tujuan harus memperhatikan domain hasil belajar. Menurut Bloom, dkk. (Arifin, 2012, p. 89) hasil belajar dapat dikelompokkan dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Penyusunan instrument
Menurut Arikunto (Mudjiono, 2009, p. 228) langkah-langkah penyusunan intrumen adalah:
Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrument yang disusun, membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variable dan jenis instrument yang akan digunakan untuk mengukur bagian variable yang bersangkutan, membuat butir-butir instrument evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan kisi-kisi, menyunting instrument evaluasi pembelajaran yang meliputi: mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki untuk mempermudah pengolahan data, menuliskna petunjuk pengisian dan identitas serta yang lain, dan membuat pengantar pengisi instrument.
Fungsi kisi-kisi adalah sebagai pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi perangkat tes. Dalam konteks penilaian hasil belajar, kisi-kisi disusun berdasarkan silabus setiap mata pelajaran. Penyusunan instrument didalamnya termasuk menulis alat evaluasi berdasarkan kisi-kisi yang dibuat tadi.
Analisis dan Revisi soal
Tujuannya untuk melihat soal-soal mana yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta soal-soal mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya dan sesuai dengan kompetensi siswa dan standar kompetensi yang harus dimiliki.
Pelaksanaan evaluasi
Dalam pelaksanaan evaluasi baik itu berupa tes lisan maupun tulisan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti alokasi waktu, ruangan, pencahayaan, dan
Analisi hasil evaluasi
Analisi hasil evaluasi meliputi pemeriksaan hasil evalusi, pengolahan dan penafsiran hasil evaluasi. Ada empat langkah pokok dalam mengolah hasil evaluasi, yaitu (Arifin, 2012, p. 111) :
Menskor, yaitu memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat dicapai oleh peserta didik. Untuk menskor atau memberikan angka diperlukan tiga jenis alat bantu, yaitu : kunci jawaban, kunci skoring, dan pedoman konversi.
Mengubah skor mentah menjadi skor standar sesuai dengan norma tertentu.
Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa hurup atau angka.
Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index), dan daya pembeda.
Penyusunan laporan hasil evaluasi
Setelah melaksanakan analisi data, maka hasil evaluasi tersebut harus disusun sebagai laporan evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
BAB IV
KESIMPULAN
Di dalam melakukan evaluasi dalam pembelajaran ada beberapa komponen – komponen yang sangat penting yang harus di ketahui dan di lakukan oleh seorang guru yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran, yaitu pengukuran, tes, danpenilaian. Ketiga istilah itu memiliki arti yang berbeda. Penilaian dan evaluasi memiliki pengertian yang hampir sama dimana keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu. Di samping itu, alat yang digunakan untuk mengumpulkan datanya juga sama. Sedangkan perbedaan yang mendasari penilaian dan evaluasi terletak pada ruang lingkup (scope) dan pelaksanaannya.
Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti prestasi belajar peserta didik. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam konteks internal, yakni orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem pembelajaran yang bersangkutan. Sedangkan ruang lingkup evaluasi lebih luas, mencakup semua komponen dalam suatu sistem (sistem pendidikan, sistem kurikulum, sistem pembelajaran) dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal (evaluasi internal) tetapi juga pihak eksternal. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat pengukuran. Pengukuran lebih membatasi kepada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik, sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif.
Dalam mengevaluasi pembelajaran, tidak cukup hanya menggunakan satu teknik dan satu bentuk evaluasi. Pengukuran tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran atau informasi tentang keefektifan pembelajaran dan tingkat penguasaan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai) peserta didik. Dengan demikian diperlukan penilaian, pengukuran menggunakan tes yang beraneka ragam untuk mencari dan menetapkan kesimpulan evaluasi pembelajaran.
Tujuan dan fungsi utama dari adanya evaluasi pembelajaran yaitu untuk menganalisis, mencari tahu, dan menetapkan gambaran mengenai tingkat kemampuan siswa dan ketercapaian proses pembelajaran dalam rangka tujuan yang sudah ditetapkan.
Untuk mendapatkan hasil evaluasi pembelajaran yang baik dan benar, maka harus dilakukan melalui proses evaluasi pembelajaran yang valid dan reliabel serta objektif sebagaimana prinsip dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran. Dengan demikian, seorang guru atau pelaksana evaluasi pembelajaran haruslah memahami prosedur dalam evaluasi pembelajaran dan mengetahui serta menguasai seperangkat alat evaluasi pembelajaran.
DAFTAR REFERENSI
Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI.
Arikunto, S. (2001). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi II). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Gunadi, R. A. ( 2014). Evaluasi Pembelajaran Aktif, kreatif dan Menyenangkan dengan Model Context Input Process Product , 3.
Hasan, S. H. (2009). Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hasanah, U.dkk. (2013). Analisis Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Biologi Kelas X Semester Genap 2013/2014 di SMAN Kota Blitar, 2.
Mudjiono, D. d. (2009). Belajar dan Pembelajaran (Cetakan Keempat). Jakarta: Rineka Cipta.
Muslich, M. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Edisi I). Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Pengembang MKDP. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Saputra, D. I. (2014). Pengembangan Model Evaluasi Pembelajaran Project Based Learning Berbasis Logika Fuzzy. INVOTEC, 15.
Widoyoko, E. P. (n.d.). Evaluasi Program Pembelajaran, 4.
Yustisianisa, F. A. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Mentari Pustaka.