BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya sadar dan tanggung jawab untuk memelihara ,membimbing dan mengarah kan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan peserta didik agar ia memiliki makna dan tujuan hidup yang yang hakiki. Sementara proses pendidikan bertujuan untuk menimbulkan perubahan-perubahan yang diinginkan pada setiap peserta didik. Perubahan perubahan yang diinginkan pada peserta didik meliputi tiga bidang yaitu (1) tujuan yang personal dan yang berkaitan dengan individu-individu yang sedang belajar untuk terjadinya perubahan yang diinginkan, baik perubahan tingkah laku, aktivitas dan pencapainya, serta pertumbuhan yang diingini pada peserta peserta didik (2) tujuan sosial yang berkaitan dengan dengan kehidupan masyarakat sebagai unit sosial berikut dengan dinamika masyarakat umumnya (3) tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, seni dan profesi. Proses pendidikan yang dimaksud tidak terlepas dari beberapa komponen yang mendukung. Salah satu nya komponen yang urgen dalam melihat keberhasilan pendidikan adalah dengan adanya tes dan penilaian. Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya. Tes sebagai salah satu teknik pengukuran dapat didefinisikan A test will be defined as a systematic procedure for measuring a sample of an individual’s behaviour (Brown, 1970:2). Definisi tersebut mengandung dua hal pokok yang perlu di perhatikan dalam memahami makna tes, yaitu Pertama adalah kata systematic procedure yang artinya bahwa suatu tes harus disusun, dilaksanakan (diadministrasikan) dan diolah berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan. Sistematis di sini meliputi tiga langkah, yaitu (a) sistematis dalam isi, artinya butir-butir soal (item) suatu tes t es hendaknya disusun dan dipilih berdasarkan k awasan dan ruang lingkup tingkah laku yang akan dan harus diukur atau dites, sehingga tes tersebut benar-benar tingkat validitasnya dapat dipertanggungjawabkan, (b) sistematis dalam pelaksanaan (administrasi) artinya tes itu hendaknya dilaksanakan dengan mengikuti prosedur dan kondisi yang telah ditentukan ; dan (c) sistematis di dalam pengolahannya, artinya data yang dihasilkan dari suatu tes diolah dan ditafsirkan berdasarkan aturan-aturan dan tolak ukur (norma) tertentu. Kedua adalah measuring of an individual’s is behaviour yang artinya bahwa tes itu hanya mengukur suatu sampel dari suatu tingkah laku individu yang dites. Tes tidak dapat mengukur seluruh (populasi) tingkah laku, melainkan terbatas pada isi (butir soal) s oal) tes yang bersangkutan. Sedangkan Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian merupakan kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Penilaian adalah proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Perlu diketahui bahwa dalam proses penilaian hasil belajar peserta didik diperlukan metode atau teknik serta instrumen yang perlu diperhatikan dan disiapkan, agar nantinya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Teknik dan instrumen yang digunakan ini yang akan memberikan informasi kepada guru terhadap keadaan dan prestasi yang dicapai oleh peserta didik. B. Rumusan Masalah 1.1 Sebutkan Bentuk Bentuk Tes! 1.2 Jelaskan Bentuk Bentuk Soal Tes Pembelajaran! 1.3 Jelaskan Jenis Jenis Penilaian!
C. Tujuan 1.1 Menyebutkan Bentuk Bentuk Tes 1.2 Menjelaskan Bentuk Bentuk Soal Tes Pembelajaran 1.3 Menjelaskan Jenis Jenis Penilaian Makassar, 13 Mei 2017
BAB II PEMBAHASAN A.
Bentuk Bentuk Tes
Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dilihat dari segi sistem penskorannya dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu: 1. Tes Hasil Belajar Bentuk Subjektif
a. Pengertian tes subjektif Tes subjektif dalam hal ini adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau respon telah disediakan oleh penyusun butir soal. Peserta hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban atau respon peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Tes subjektif (uraian) sebagai salah satu pengukur hasil belajar, disamping ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman testee terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga bertujuan untuk mengungkap kemampuan testee dalam memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya. b. Karakteristik Tes Subjektif Tes subyektif ( subjectif test ), ), adalah salah satu jenis test hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakan berikut ini.
Test tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya umumnya cukup panjang.
Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada test untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan dan sebagainya.
Jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir.
Pada umumnya butir-butir soal test uraian itu di awali dengan kata-kata kata- kata : “Jelaskan....”, “Bagaimana....”, “Terangkan.....”, “Mengapa.....”, “Uraikan.....” atau kata-kata kata -kata lain yang serupa dengan itu.
c. Bentuk Soal Tes Subjektif
Portfolio Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik, dengan menilai kumpulan karya-karya, atau tugas yang dikerjakan peserta didik. Portfolio berarti kumpulan karya atau tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik (Popham, 1985). Karya-karya ini dipilih kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat perkembangan kemampuan peserta didik. Cara ini bisa dilakukan dengan baik bila jumlah peserta didik yang dinilai tidak banyak.
Uraian bebas
Bentuk ini cocok untuk bidang studi ilmu-ilmu sosial. Walau hasil penskoran cenderung subjektif, namun bila disediakan pedoman penskoran yang jelas, hasilnya diharapkan dapat lebih objektif. Dalam melakukan tes ini, mampu menggali informasi kemampuan penalaran, kemampuan berkreasi atau kreativitas peserta didik. .
Performance Bentuk ini cocok untuk mengukur kemampuan seseorang dalam melakukan tugas tertentu, seperti praktek di laboratorium. Peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan kemampuan dan keterampilan dalam bidang tertentu. Penilaian performans menurut Nathan & Cascio (1986) berdasarkan pada analisis pekerjaan.
d. Kekurangan Dan Kelebihan Tes Subjektif Dalam melakukan tes hasil pembelajaran subjektif, tidak lepas dari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki baik dari segi pembuatan maupun pelaksanaannya. Adapun kelemahan dan kelebihan Tes hasil belajar bentuk uraian apat berupa :
Kelebihan
Mudah disiapkan disusun.
Tidak memeberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksud dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.
Kekurangan
Kadar validitas dan realibilitasrendah karena sukar diketahui segi-segi manadri pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
Kurang representatif dalam hal mewakili selurauh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas)
Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subyektif. Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
Petunjuk Operasional dalam Penyusunan Tes Uraian
Bertitik tolak dari keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh tes hasil belajar bentuk uraian seperti telah dikemukakan di atas, maka beberapa petunjuk operasional berikut ini akan dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir soal tes uraian.
Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
Hendaknya diusahakan agar pertanyaan bervariasi antara “Jelaskan”, “Mengapa”. “Bagaimana”, “Seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh testee.
Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk itu pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi harus spesifik.
2. Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif
a.
Pengertian Tes Objektif Tes objektif yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek, tes”ya -tidak” dan tes model baru, adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban
yang
telah
dipasangkan
pada
masing-masing
items,
atau
dengan
jalan
menuliskan(mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan. (60 menit, soal 30 – 40). 40). b. Penggolongan Tes Objektif Sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, bentuk soal tes objektif dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:
Tes Objektif Bentuk Benar-Salah (True-False (True-False Test ) Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan ( statement ). ). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Bentuk tes benar-salah ada 2 macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yakni: Dengan pembetulan (with ( with corection) corection) dan Tanpa pembetulan (without ( without correction). correction). Adapun kelemahan dari tes ini antara lain:
Sering membingungkan. Mudah ditebak/diduga.
kemungkinan benar atau salah. sal ah. Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakn hanya engan dua kemungkinan
Tes Objektif bentuk menjodohkan ( Matching ( Matching test test ) Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
Tes Objektif bentuk melengkapi (Completion ( Completion test )
Soal obyektif jenis ini terdiri dari pokok soal ( stem ( stem)) yang berupa pernyataan yang belum lengkap atau suatu pertanyaan yang dilengkapi dengan 4 atau 5 kemungkinan jawaban yang disebut option.
Tes Objektif bentuk isian ( Fill in test ) Bentuk ini cocok digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik jumlah materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
Tes Objektif bentuk pilihan ganda ( Multiple ( Multiple Choice item test ) Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan komputer. Adapun Kelemahan dari tes ini antara lain:
membuat butir soal pilihan ganda yang berkualitas baik cukup sulit, adanya peluang kerja sama peserta antar tes sangat besar.
B.
Jenis – jenis jenis Penilaian
Penilaian hasil belajar dapat diklasifikasi berdasarkan cakupan kompetensi yang diukur dan sasaran pelaksanaannya. 1. Jenis Penilaian Berdasarkan Cakupan Kompetensi yang Diukur Sebagaimana dijelaskan dalam PP. Nomor 19 tahun 2005 bahwa bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik terdiri atas ulangan harian, ulangan tengah semester, semester , ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. a. Ulangan Harian Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik secara periodik untuk menilai/mengukur pencapaian kompetensi setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih. Ulangan Harian merujuk pada indikator dari setiap KD. Bentuk Ulangan harian selain tertulis dapat juga secara lisan, praktik/perbuatan, tugas dan produk. Frekuensi dan bentuk ulangan harian dalam satu semester ditentukan oleh pendidik sesuai dengan keluasan dan kedalaman materi. Sebagai tindak lanjut ulangan harian, yang diperoleh dari hasil tes tertulis, pengamatan, atau tugas diolah dan dianalisis oleh pendidik. Hal ini dimaksudkan agar ketuntasan belajar siswa pada setiap kompetensi dasar lebih dini diketahui oleh pendidik. Dengan demikian ulangan ini dapat diikuti dengan program tindak lanjut baik remedial atau pengayaan, sehingga perkembangan belajar siswa dapat segera diketahui sebelum akhir semester. Dalam rangka memperoleh nilai tiap mata pelajaran selain dengan ulangan harian dapat dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti PR, proyek, pengamatan dan produk. Tugas-tugas tersebut dapat didokumentasikan dalam bentuk portofolio. Ulangan harian ini juga berfungsi sebagai diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa. b. Ulangan Tengah Semester
Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. Bentuk Ulangan Tengah Semester selain tertulis dapat juga secara lisan, praktik/perbuatan, tugas dan produk. Sebagai tindak lanjut ulangan tengah semester, nilai ulangan tersebut diolah dan dianalisis oleh pendidik. Hal ini dimaksudkan agar ketuntasan belajar siswa dapat diketahui sedini mungkin. Dengan demikian ulangan ini dapat diikuti dengan program tindak lanjut baik remedial atau pengayaan, sehingga kemajuan belajar belajar siswa dapat diketahui sebelum akhir semester. c. Ulangan Akhir Semester Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester satu. Cakupan ulangan akhir semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester satu. Ulangan akhir semester dapat berbentuk tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan pengamatan, tugas, dan produk. Sebagai tindak lanjut ulangan akhir semester adalah mengolah dan menganalisis nilai ulangan akahir semester. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Dengan demikian ulangan ini dapat diikuti dengan program tindak lanjut baik remedial atau pengayaan, sehingga kemajuan belajar siswa dapat diketahui sebelum akhir tahun pelaj aran. d. Ulangan Kenaikan Kelas Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap. Cakupan ulangan kenaikan kelas meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada semester tersebut. Ulangan kenaikan kelas dapat berbentuk tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan, pengamatan, tugas, dan produk. Sebagai tindak lanjut ulangan kenaikan kelas adalah mengolah dan menganalisis nilai ulangan kenaikan kelas. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Dengan demikian ulangan ini dapat diikuti dengan program tindak lanjut baik remedial atau pengayaan, sehingga kemajuan belajar siswa untuk hal-hal yang bersifat esensial dapat diketahui sedini mungkin sebelum menamatkan sekolah. e. Ujian Sekolah Ujian sekolah adalah kegiatan penilaian pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar peserta didik dan merupakan salah satu syarat kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan adalah kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada ujian nasional, kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang diatur dalam Permendiknas yang dikeluarkan oleh Depdiknas untuk tahun yang bersangkutan dan Prosedur Operasional Standar (POS) ujian sekolah yang diterbitkan oleh BSNP.
f.
Ujian Nasional Ujian Nasional adalah kegiatan penilaian pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar peserta didik dan merupakan salah satu syarat untuk lulus dari satuan pendidikan. Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) mengikuti Permendiknas yang dikeluarkan setiap tahun oleh Depdiknas dan Prosedur Operasional Standar (POS) yang diterbitkan oleh BSNP.
2. Jenis Penilaian Berdasarkan Sasaran Berdasarkan sasarannya, penilaian hasil belajar dapat diklasifikasi atas penilaian individual dan penilaian kelompok. a. Penilaian individual Penilaian individual adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi atau hasil belajar secara perorangan. Penilaian individual perlu memperhatikan nilai universal seperti: disiplin, jujur, tekun, cermat, teliti, tanggungjawab, rendah hati, sportif, etos kerja, toleran, sederhana, bebas, antusias, kreatif, inisiatif, tanggap dan peduli dan lain-lain. b. Penilaian kelompok Penilaian kelompok adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi atau hasil belajar secara kelompok. Penilaian kelompok perlu memperhatikan nilai universal seperti: kerjasama, menghargai pendapat orang lain, kedamaian, cinta dan kasih sayang, toleran, dan lainlain.
3. Jenis Penilaian Berdasarkan Fungsinya Dilihat dari fungsinya penilaian dibedakan menjadi lima jenis yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, dan penilaian penempatan. a. Penilaian Formatif Penilaian formatif adalah penilaian penilaia n yang dilaksanakan guru pada saat berlangsungnya proses pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berori-entasi kepada proses belajar-mengajar untuk memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya. b. Penilaian Sumatif Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yakni akhir caturwulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh kompetensi siswa dan kompetensi mata pelajaran dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan kepada proses. c. Penilaian Diagnostik Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching ), ), menemukan kasus-kasus, dll. Soal-soalnya disusun sedemikian rupa agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.
d. Penilaian Selektif Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya tes atau ujian saringan masuk ke sekolah tertentu. e. Penilaian Penempatan Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan perkataan lain, penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1992 Alimudin.
2009.
Penilaian
Berbasis
kelas. kelas.
Tersedia
online
pada:
http://penilaianhasilbelajar.blogspot.com/ [diakses pada Kamis, 11 Mei 2017] http://zhoeljr46.blogspot.co.id/2015/12/penilaian-dalam-pembelajaran.html [diakses pada Kamis, 11 Mei 2017]