Imunologi Veteriner
"Sistem Imun Humoral"
Disusun oleh :
HARRYANTO ARLEN
NIM. 1202101010056
Kelas B / Ruang 5
PENDIDIKAN DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2014
RESPONS IMUN HUMORAL
Respon imun berawal sewaktu sel B atau T berikatan, seperti kunci dengan anak gemboknya dengan suatu protein yang diidentifikasi oleh sel T atau B sebagai benda asing. Selama perkembangan masa janin di hasilkan ratusan ribu sel Bdan sel T yang memilki potensi yang berikatan dengan protein spesifik. Protein yang dapat berikatan dengan sel T dan B mencakup protein yang terdapat di membrane sel bakteri, mikoplasma, selubung virus, atau serbuk bunga, debu, atau makanan tertentu. Setiap sel dari seseotang memilki proitein-protein permukaan yang dikenali berbagai benda asing oleh selT atau B milik orang lain. Protein yang dapat berikatan dengan sel; T atau B disebut dengan antigen, apabila suatu antigen menyebabkan sel T atau B menjadi aktif bermultiplikasi dan berdeferensiasi lebih lanjut, maka antigen tersebut dapat bersifat imunogenik (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
Di dalam imunitas humoral yang berperan adalah limfosit B atau sel B berasal dari stem sel. Fungsi utamanya adalah mempertahankan tubuh terhadap infeksi bakteri, virus dan melakukan netralisasi toksin. Dibuat di sumsum tulang yaitu sel batang yang sifatnya pluripotensi (pluripotent stem cells) dan dimatangkan di sumsum tulang(Bone Marrow). Limfosit B menyerang antigen yang ada di cairan antar sel. Terdapat 3 jenis sel limfosit B yaitu : limfosit B plasma memproduksi antibodi, limfosit B pembelah menghasilkan limfosit dalam jumlah banyak secara cepat, limfosit B memori mengingat antigen yang pernah masuk ke tubuh (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
Humor berarti cairan di dalam tubuh. Sel B bila dirangsang oleh benda asing, akan berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi yang dilepaskan akan ditemukan di dalam serum. Fungsi utama adalah antibodi ini adalah pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus dan bakteri serta menetralisir toksinnya (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
Sel Th 2 juga mempunyai kontribusi didalam sistim imunitas ini. Th 2 akan memproduksi Il-4, Il-5, Il-6 yang merangsang sel B untuk menghasilkan immunoglobulin (Ig), menekan kerja monosit/makrophag dan respon imun seluler2,8Immunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B akibat kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk secara spesifik ini akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Bila serum protein tersebut dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka IgG ditemukan terbanyak dalam fraksi globulin alfa dan beta (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
Ada lima jenis yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, IgE.
IgG
Merupakan komponen utama didalam Ig serum dengan kadar di dalam darah sekitar 75 % dari semua immunoglobulin. IgG dapat menembus plasenta dan masuk ke fetus dan berperan dalam imunitas bayi sampai berusia 6-9 bulan. IgG dan komplemen bekerja saling membantu di dalam sebagai opsonin pada pemusnahan antigen. IgG juga berperan di dalam imunitas sellular (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
IgA
Ditemukan dalam jumlah yang sedikit didalam darah. IgA di dalam serum dapat Amengagglutinasi kuman. Mengganggu motilitasnya hingga memudahkan fagositosis oleh sel PMN (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
IgM
Merupakan antibody dalam respon imun primer terhadap kebanyakan antigen. IgM dapat mencegah gerakan mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis dan merupakan aglutinator poten protein (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
IgD
Ditemukan dengan kadar yang sangat rendah didalam sirkulasi. IgD merupakan 1% dari total immunoglobulin dan ditemuksan banyak pada sel membran sel B bersama IgM dan berfungsi sebagai reseptor pada aktivasi sel B (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
IgE
Ditemukan dalam serum dengan kadar yang rendah di dalam serum dan meningkat pada penyakit alergi, infeksi cacing (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
Respon imun primer terjadi pada paparan pertama pada antigen. Karakteristiknya mempunyai lag period ini dibutuhkan sel B spesifik dalam melawan antigen untuk berproliferasi dan berdifferensiasi menjadi plasma sel. Jika seseorang terpapar untuk kedua kalinya dengan antigen yang sama respon imun sekunder terjadi. Respon ini lebih cepat lebih lama, dan lebih efektif karena sistim imun sudah disiapkan melawan antigen tersebut (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
Walaupun antibodi tidak dapat menghancurkan antigen secara langsung tetapi dapat menginaktifkan dan menandainya untuk dihancurkan. Yang terjadi di dalam interaksi antigen-antibodi adalah suatu formasi kompleks antigen-antibodi (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
.
Respon imun humoral merupakan aspek imunitas yang dimediasi oleh sekresi antibodi yang diproduksi dalam sel-sel B limfosit. Aktivasi dan fungsi sel B dapat dijelaskan sebagai berikut : (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
Ag + Ig sel B aktif & berproliferasi aktivasi enzim kinase & ion Ca fosforilasi protein regulasi transkripsi gen regulasi pertumbuhan & diferensiasi sel sekresi antibody
Fungsi antibodi:
Mengenali dan berikatan dengan antigen
Mengeliminasi antigen
Adapun faktor-faktor humoral yang ditemukan di dalam serum atau terbentuk di lokasi infeksi, : (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
Sistem komplemen
Sistem komplemen adalah mekanisme pertahanan non spesifik humoral utama,suatu sistem yang terdiri atas lebih dari 20 protein, yang dengan berbagai cara dapat diaktifkan untuk merusak bakteri. Sekali komplemen diaktifkan maka dapat memicu peningkatan permeabilitas pembuluh darah, rekrutmen sel-sel fagositik serta lisis dan opsonisasi bakteri.
Sistem komplemen menyelubungi mikroba dengan molekul-molekul yang membuatnya lebih mudah ditelan oleh fagosit. Mediator permeabilitas vaskuler meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga dapat menambah aliran plasma dan komplemen ke lokasi infeksi, juga mendorong marginasi (fagosit menempel di dinding kapiler). Sekali fagosit bekerja, mereka akan mati. Sel-sel mati ini bersama jaringan rusak dan air membentuk pus.
Sistem koagulasi
Tergantung beratnya kerusakan jaringan, sistem koagulasi akan diaktifkan atau tidak. Beberapa produk dari sistem koagulasi berperan dalam pertahanan non spesifik karena kemampuannya untuk meningkatkan permeabilitas vaskuler dan aktifitas sebagai agen kemotaksis untuk sel-sel fagositik. Selain itu, beberapa produk sistem koagulasi merupakan antimikrobial langsung, misalnya beta-lisin, suatu protein yang dihasilkan oleh trombosit selama koagulasi dan dapat menyebabkan lisis beberapa bakteri Gram positif dengan aksi sebagai detergen kationik.
Laktoferrin dan transferrin
Karena mengikat besi, laktoferin dan transferin membatasi pertumbuhan bakteri (kedua jenis protein ini merupakan nutrien esensial bagi bakteri).
Interferon
Interferon adalah protein yang dapat membatasi replikasi virus di dalam sel
Lisozim
Lisozim merusak dinding sel bakteri
Interleukin
Interleukin -1 (IL-1) memicu demam dan produksi protein fase akut, beberapa di antaranya adalah antimikrobial yang menyebabkan opsonisasi bakteri.
Keseimbangan Sistem Imun
(Baratawidjaja dan Rengganis, 2009)
Peran utama dalam system imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B diproduksi di sum-sum tulang dan pematangannya juga didalam sum-sum tulang. Bila sel B dirangsang oleh benda asing maka sel ini akan segera berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang selanjutnya sel plasma ini akan menghasilkan antibody (Rajab, 2012).
Sel B memiliki reseptor yang disebut BCDF (B cell Diferentiation Factor) diperlukan untuk berdiferensiasi dan BCGF (B Cell Growt Factor) diperlukan untuk berpoliferasi. Terkadang sel B tidak dapat menjadi sel plasma dikarenakan kekurangan BCGF untuk berpoliferasi sehingga sel yang tidak menjadi sel plasma ini akan menjadi sel B memori dan dapat hidup dalam waktu yang cukup lama. Salah satu kelebihan dari respon imun spesfik karena memiliki sel memori yang dapat mengenali langsung antigen yang pernah menginfeksi tubuh dengan struktur yang sama (Rajab, 2012).
Antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma tadi akan berperan terhadap infeksi ekstra seluler serta dapat menetralisasikan toxic yang dikeluarkan oleh antigen (Ag) tertentu (Rajab, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja, K.G dan Rengganis, I. 2009. Imunologi Dasar. Jakarta : FK Universitas Indonesia
Kresno, S.B. 2005. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : FK Universitas Indonesia
Rajab, M.R. 2012. Sistem Imun Spesifik Seluler. (http://mrifkira.blogspot.com/2014/02/ sistem-imun-spesifik-seluler.html) Diakses Selasa, 16 September 2014 jam 20.46