KOMPLEMEN DAN SITOKIN Drh.Dahlia KOMPLEMEN Definisi: serangkaian panas yang selalu berubah-ubah derajatnya di dalam protein serum Situs : semua serum dan cairan jaringan kecuali urin dan CSF Sintesis : di hati Fungsi : Bertanggung jawab untuk aspek-aspek tertentu dari respon imun dan respon inflamasi Aktivasi : antigen-antibodi kompleks atau endotoksin, kapsul serangkaian protein diaktifkan secara berurutan Inaktivasi: inhibitor dalam plasma Efek biologik: dapat menguntungkan maupun merugikan host SISTEM KOMPLEMEN
- Mengikat bagian Fc dari IgM atau IgG - Molekul C1 diaktifkan sehingga dapat membelah banyak molekul C4 2) Tahap Aktivasi: Partisipasi Komplemen komponen C4, C2, C3, C5, C6, C7,C8, C9 3) Tahap Serangan Membran ( membran attack ) : Melengkapi komponen C5, C6, C7, C8, C9 digunakan apabila terjadi kerusakan sel membran dan terjadi lisis sel
Komplemen System mengopsonisasi antigen untuk fagositosis dan dapat mempromosikan direct lisis dari beberapa bakteri
B. C. D.
• Semua komponen C umumnya terdapat dalam bentuk tidak aktif dalam darah (sebagian besar dibuat di hati), komponen C3 paling banyak. • Ketika komponen C ' dibelah, b 'fragmen yang lebih besar secara kimiawi berubah dan menjadi terikat kovalen pada permukaan sekitarnya; semakin kecil' fragmen 'dia semakin dapat larut dan dapat berdifusi Jalur Complement : Classical pathway Alternative pathway Lectin pathway
Complement proteins Classical pathway C1q C1r C1s C4 C2 Alternative pathway D C3 B Lectin pathway MBL MASP-1 MASP-2 Membrane attack complex(MAC) C5 C6 C7 C8 C9 Membrane regulatory proteins CD55 CD46 CD59 A. Jalur Klasik . Komplemen diaktifasi oleh antigen dan antibodi kompleks ( IgM atau IgG ) - Bagian Fc dari antibodi membentuk situs pengikatan untuk C1q - Urutan numerik faktor pelengkap dalam jalur klasik adalah: C1q,r,s , C4, C2, C3, C5, C6, C7, C8, C9 Urutan reaksi dibagi menjadi tiga tahap: 1) Tahap Pengenalan : - C1q bertindak sebagai elemen pengenalan
B. A.
E.
Jalur Alternatif Jalur ini diprakarsai oleh: Endotoksin * bakteri, kapsul polisakarida, agregat IgE dan properdin Dimulai di C3 kemudian C5, C6, C7, C8, C9 Komponen pelengkap yaitu C1, C4, C2 Antibodi tidak diperlukan untuk memulai aktivasi dari jalur ini Jalur ini menyediakan sarana resistensi non-spesifik
PERBEDAAN CLASSICAL & ALTERNATIVE PATHWAY Jalur Klasik : * Diperoleh dari kekebalan spesifik * Diprakarsai oleh antibodi * Interaksi dari semua komponen * Sistem properdin tidak terlibat Jalur Alternatif : * Imunitas nonspesifik bawaan * Diprakarsai oleh endotoksin bakteri, kapsul * C1, C4, C2 * Sistem properdin terlibat MEMBRAN ATTACK KOMPLEKS Membutuhkan pembelahan enzimatik C5 pengikatan Sequential C6, C7 (status hidrofobik), C8, C9 (sampai dengan 14 monomer) - Mayoritas kerusakan yang disebabkan oleh C9 C9 - analog dengan perforin (digunakan oleh limfosit T) C5b67 - dapat dilemahkan dengan cara banyak (S protein dll vitronectin) kekebalan RBC: dilisiskan oleh komplemen homolog - CD59: Menghambat penyisipan + terungkapnya C9 ke dalam membran. EFEK BIOLOGIS KOMPLEMEN Efek yang menguntungkan: 1) sitolisis: - Protein komplemen diaktifkan polimerisasi pada sel - Permukaan bakteri atau eritrosit untuk membentuk pori-pori di membran (membunuh oleh lisis osmotik) 2). opsonisasi: - Pengikatan pelengkap protein opsonin (C3b) pada permukaan organisme asing atau partikel
- Fagositosis sel mengekspresikan reseptor khusus untuk opsoninisasi, sehingga meningkatkan respon fagositosis Inflamasi 3. respon inflamasi Fragmen kecil dilepaskan selama aktivasi komplemen memiliki beberapa tindakan inflamasi antara lain : a) b) c.)
C5a menarik neutrophiles dan makrofag C5a mengaktifkan fagosit dan neutrofil C3, C4 dan C5 adalah anaphylatoxins d.) Penyebab degranulasi sel mast dan pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya
4. Pembersihan Kompleks imun : - C3b memfasilitasi pengikatan kompleks imun pada permukaan beberapa (eritrosit) dan meningkatkan penghapusan oleh hati dan limpa - Mengikat eritrosit pada pembuluh darah, membuat mereka sebagai mangsa mudah bagi fagositosis Defisiensi C3 berhubungan dengan penyakit Immunocomplex dan kerentanan terhadap infeksi berulang 5-Enhancement of antibody production: - Binding of C3b to its receptors on activated B cell (CR2) greatly enhances antibody production - Patient who are deficient in C3b produce much les antibody than normal individuals and more susceptible to pyogenic infection PERAN KOMPLEMEN
Efek Merugikan : -
Jika pelengkap aktivasi sistematis dalam skala besar (Cm-ve basil) Jika diaktifkan oleh respon autoimun terhadap sel inang
SITOKIN Sitokin adalah mediator berupa peptida yang fungsinya dapat menurunkan atau meningkatkan respons imun, inflamasi dan respons tubuh terhadap penyembuhan jaringan yang rusak. Sitokin merupakan messenger kimia atau perantara dalam komunikasi interselular yang sangat paten, aktif pada kadar yang sangat rendah (10-10 - 10-15 mol/l dapat merangsang sel sasaran). Saat ini ada lebih dari 100 jenis sitokin yang sudah diketahui
B. Sel B . B Cell Growth Factor (BCGF) merangsang sel B yang sudah mengikat antigen untuk berproliferasi. Sel B yang diaktifkan selanjutnya memproduksi Ig. Sementara itu sel B juga mengikat antigen melalui reseptor pada permukaan selnya. Kebanyakan antigen menimbulkan respons sel dengan bantuan sel T (T-dependent antigen). Beberapa antigen mampu mengaktifkan sel B untuk memproduksi Ig tanpa bantuan sel T(T-independent antigen). C. Aktivasi makrofag dan monosit Endotoksin bakteri dan INF-γ yang dilepas sel T dapat merangsang makrofag sehingga mampu memproduksi bahan aktif lainnya seperti INF-α, IL-1, GM-CSF dan M-CSF . Petanda permukaan makrofag, monosit yang tcrmasuk MHC kelas II selalu berubah-ubah, demikian pula dalam kemampuan fagositosisnya dan membunuh sel tumor. Hal tersebut tergantung dari faktor-faktor (antigen, mediator, sitokin dan lainnya) yang mengaktifkannya IV. Sitokin dan inflamasi Endotoksin dan trauma fisik dapat pula menimbulkan penglepasan sitokin yang berperanan pada inflamasi akut, biak yang lokal maupun yang sistemik, seperti IL-1, TNF-α. V. Efek sitotoksisitas Ada limfokin dengan efek sitotoksik yang dapat membunuh penyebab infeksi dan sel tumor dengan langsung atau tidak langsung melalui aktivitas sel NK (Tabel sitokin dengan efek toksiksitas).TNF- α mempunyai efek sitotoksik langsung terhadap sel tumor, sedang IL-2 merangsang LymphokineActivated Killer Cell (sel LAK) yang sitotoksik terhadap sel tumor.
VACCINE & VACCINATION Drh.Dahlia Sistem Hematopoietik A. Sel T diaktifkan oleh signal dari antigen (Ag) yang diproses, melepas limfokin spesifik yang menimbulkan proliferasi dan diferensiasi sel Tc dan Th.
Hematopoiesis > proses pembentukan sel darah, terjadi di red bone marrow (RBM).
Red bone marrow > jaringan ikat yang sangat tervaskularisasi & terletak pada rongga-rongga mikroskopik diantara traberkula jaringan tulang spons. Penjelasan gambar : 1. Stem cells pada RBM memperbanyak diri sendiri, berproliferasi, dan berdiferensiasi menjadi pluripotent stem cells. 2. Kemudian untuk membentuk sel darah, pluripotent stem cells memproduksi 2 jenis stem cells lanjutan, yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi beberapa jenis sel. Sel-sel ini dinamakan myeloid stem cells dan lymphoid stem cells. 3. Sel myeloid akan menghasilkan sel-sel darah merah, platelet, monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil. 4. Sel lymphoid mulai berkembang di RBM dan mengakhiri perkembangannya di jaringan-jaringan limpatik; sel-sel ini akan membentuk limfosit. 5. Saat berlangsung hematopoiesis, beberapa sel myeloid berdiferensiasi menjadi sel progenitor. Sedangkan sel lymphoid menjadi sel prekursor. Sel-sel progenitor tidak lagi memiliki kemampuan berproliferasi dan sebagai gantinya membentuk elemen darah yang lebih spesifik. 6. Sedangkan sel prekursor, dikenal juga dengan sebutan blast. Melalui beberapa tahap pembelahan, sel-sel ini berkembang menjadi sel darah yang sebenarnya. Sebagai contoh, monoblast berkembang menjadi monosit, myeloblast eosinofilik berkembang menjadi eosinofil, dst.
Penjelasan gambar : 1. Lymphosit B microba masuk > sel B mensekresi antibodi > netralisasi microba > mengaktifkan komplement > antibodi memfagosit microba. 2. T - helper (CD4 microba masuk > dipresentasikan ke APC > menginduksi sitokin > mengaktifkan makrofag, reaksi inflamasi, proliferasi & diferensiasi dari sel T dan sel B > membunuh microba. 3. Cytotoxic Lymphosit T (CTL) microba masuk > menginfeksi sel > sel T (CD8) melisiskan sel target. 4. Regulatory lymphosit T terdiri dari T-CD4 untuk meningkatkan aktivasi sel imunokompeten, dan T-CD8 untuk menekan aktivasi sel imunokompeten lainnya bila antigen mulai tereliminasi. 5. NK sel
microba masuk > menginfeksi sel > sel leukosit mengeluarkan interfoeron untuk menghambat replikasi virus di dalam sel > NK sel memfagosit.
Penjelasan gambar : 1. Antigen dipresentasikan oleh APC ke MHC 2. Menginduksi aktivasi sel T-CD4 untuk berproliferasi mensekresi sitokin 3. saat proliferasi, sel B menginduksi beberapa macam sel : a. aktivasi makrofag untuk fagositosis b. akivasi sel B itu sendiri untuk sekresi antibodi c. menginduksi keluarnya faktor-faktor inflamasi (ex : histamin, prostaglandin, dll) d. aktivasi sel T memori e. aktivasi sel T killer / CTL untuk melisiskan sel yg terinfeksi microba asing.
Fungsi Sitokin pada Proliferasi dan Diferensiasi Sel B Penjelasan gambar : antigen yg telah dipresentaikan oleh APC > menginduksi aktivasi sel B > mengeluarkan sitokin (IL-2, 4,5) > sel B berproliferasi membentuk beberapa Imunoglobulin dengan bermacam-macam interleukin yg berbeda : a. IL-2, IL-4, IL-5 > IgM sbg stimulus terhadap antigen
b. IL-4, IL-6, IL-2, IFN-γ > IgG yg merupakan kekebalan pasif dari induk ke anak yg mampu menembus plasenta c. IL-5, TGF-β > IgA untuk menetralisir virus & menghalangi penempelan bakteri pada sel epitelium mukosa (saliva, pernafasan, dll) d. IL-4 > IgE untuk reaksi alergi
Faktor Intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi imunogenisitas protein
CATATAN :gambar-gambar selanjutnya di bawah ini hampir sama penjelasannya seperti gambar-gambar sebelumnya di atas. coba teliti lagi yaa... soalnya gambarnya banyak & penjelasannya hampir sama semua
Dosis antigen yang digunakan dalam imunisasi awal mempengaruhi respon antibodi primer & sekunder Imunisasi primer dengan dosis antigen yg berbeda
Imunisasi sekunder dengan dosis antigen tunggal
Antibodi adalah glikoprotein yg disekresikan oleh limfosit B matang. sel B akan membentuk IgM & IgD sbg reseptor yg memediasi aktivasi antigen. fungsi antibodi ada 3 > netralisasi, opsonisasi, aktivasi komplement.
Antigen dan antibodi akan berikatan secara spesifik Antigen adalah zat asing asing yg nantinya terikay dg antibodi / reseptor sel T Molekul yang merangsang respon imun yang disebut immunogens Spesifisitas antigen terletak pada epitopnya. Epitop linier > dibentuk oleh urutan asam amino yang berdekatan Epitop identik > dapat diikat secara bersamaan oleh antibodi polivalen > terbentuk kompleks antigen-antibodi syarat disebut antigen, karena : a. substansi asing bagi tubuh b. Memiliki berat molekul tinggi (> 10.000 Da) b. Memiliki struktur kimia berupa kompleks protein, glikoprotein, lipoprotein, polisakarida c. Memiliki antigen penentu / epitop
imunisasi kedua akan lebih memperlihatkan perubahan aktivitas antibodi secara signifikan karena sebelumnya telah terbentuk sel memori. setelah imunisasi kedua, dosis antigen yang diberikan adalah dosis antigen tunggal (terus sama saat imunisasi selanjutnya). Antibodi akan bekerja lebih tinggi. Kekebalan humoral primer & sekunder
Tipe Antigen 1. complete antigen Imunogenik menginduksi sel imunokompeten untuk menghasilkan antibodi > Antibodi bereaksi khusus untuk antigen Ex: Protein, lipoprotein, antigen mikroba, dll 2. Incomplete antigen (hapten) Berat molekul rendah Imunogenisitas : Reaktivitas: + Ex: Antibiotik, obat, kosmetik Klasifikasi Antigen 1. Genetik - Antigen histokompatibilitas > untuk organ transplantasi - Auto-Antigen > penyakit kekebalan tubuh - Iso-Antigen : Individual antigen dalam suatu spesies (golongan darah) - Allo-Antigen : Benar-benar berbeda antigen antara organisme 2. Ketergantungan pada sel T / timus - T cell / antigen dependent thymus : Via sel B untuk menginduksi antibodi, LPS, Poly-L-Lysine. - T cell / antigen independent timus : antigen protein, Untuk menghasilkan imunitas (humoral/selular) harus disajikan terlebih dahulu oleh APC ke sel T. Faktor Keberhasilan imunisasi Agen infeksi tidak menetapkan sebagai latency struktur antigeniknya bervariasi Tidak mengganggu respon imun hospes Vaksin yang paling efektif terhadap infeksi terbatas pada 1 host spesies > sehingga produksi antibodinya tinggi, lamahidup di sel efektor & sel memori Attenuated & Inactivated Vaccines Terdiri dari mikroba non patogen : - Virulensinya dilemahkan - Pembunuhan mikrobanya - Mempertahankan imunogenisitas Keuntungan: - semua imunitas bawaan menjadi adaptif thd mikroba - Menginduksi kekebalan Antigen (Subunit) Vaksin Terdiri dari : - antigen yg dimurnikan dari mikroba - toksin - Biasanya diadministrasikan dengan adjuvant Toksin menginduksi respon antibodi yang kuat Antigen LPS menginduksi respon antibodi yg afinitasnya rendah (sel T antigen independen) Conjugate vaksin menginduksi respon antibodi dengan afinitas yg tinggi Terdiri dari: - imunogenik antigen yg buruk - Kopling untuk protein - Ex: conjugate hapten-carier pneumococcus, H. influenzae, meningococcus Vaksin Syntetik Identifikasi antigen mikroba yang paling imunogenik, untuk mensintesis vaksin di laboratorium Teknologi rekombinan DNA vaksin dibuat dari DNA rekombinan yang diturunkan antigen Ex: virus hepatitis, herpes simplex virus, kaki-dan-mulut penyakit virus Vaccine dg Vektor Virus pengembangan vaksin adalah untuk memperkenalkan gen penyandi antigen mikroba virus (yg non patogen) dan menginfeksi individu dengan virus ini. Keuntungan vektor virus :
- komplemen > melisiskan target vaksin - CTL > membunuh sel inang yang terinfeksi - keduanya menginduksi kekebalan humoral & imunitas yg diperantarai sel Vaccine DNA Inokulasi dari plasmid yg mengandung DNA komplementer (cDNA) menyebabkan tanggapan humoral yg kuat thd antigen. APC yang ditransfer oleh plasmid dan cDNA ditranskripsi menerjemahkan protein imunogenik yang memunculkan respon tertentu Vaksin protein DNA memunculkan respon CTL yang kuat & meningkatkan imunitas adaptif Multivalent vaksin Problem : Imunogenik vaksin yg rendah Menginduksi baik humoral / CMI pendekatan: 1. SMMA (solid matrix-antibody antigen) Antibodi monoklonal melekat pada matriks padat + menjenuhkan antibodi monoklonal tsb dg antigen yg diinginkan > mengikat campuran peptida / protein yg imunodominan sel T dan sel B untuk epitop antigen. 2. Deterjen Antigen yang diinginkan dimasukkan ke dalam protein micelles / vesikel lipid (liposom) / kompleks imunostimulan (ISCOMs), dengan menggunakan deterjen - micelles dibentuk oleh pencampuran protein antigen dalam deterjen & kemudian mengeluarkan deterjen - Liposom >lipid bilayer - ISCOM > pembawa lipid 3. Membran protein dari berbagai patogen dimasukkan ke dalam micelles, liposom atau ISCOM Adjuvant adalah zat yang bila dicampur dengan antigen dan disuntikkan, akan meningkatkan imunogenisitas dari antigen. perlindungan dari antigen (dengan vaksin) meterial Non antigenik Digunakan untuk meningkatkan respon kekebalan tubuh ketika Antigen memiliki imunogenisitas rendah dan hanya dalam jumlah yg kecil. Memperoleh respon imun bawaan Meningkatkan sinyal costimulators Menginduksi pembentukan granuloma Meningkatkan sitokin, seperti IL-12 untuk menstimulasi pertumbuhan & diferensiasi sel imunokompeten Merangsang proliferasi limfosit Tindakan umum yang menggunakan Adjuvant
Imunisasi Pasif Dengan transfer antibodi spesifik
Paling sering digunakan untuk pengobatan cepat penyakit yang berpotensi fatal yang disebabkan oleh toksin (ex : tetanus, rabies, difteri, racun ular) Natural : antibodi ibu tertransfer melalui plasenta ke janin yang sedang berkembang Kekebalan pasif hanya sebentar, karena : - Host tidak menanggapi imunisasi - Perlindungan berlangsung hanya selama antibodi disuntikkan secara berlanjut - Tidak terbentuk sel memori > sehingga tidak terlindung dari racun atau paparan berikutnya Live Viral Vectors Vaksin berkembang untuk mengenalkan kode gen antigen miksrobial dalam virus noncytophatic (tidak pethogen) dan mempengaruhi virus tersebut. Keuntungan terbesar dalam menginduksi viral vektor: o Complement lyses the target of vaccine o CTL responses kill the infected host cell
Menginduksi humoral dan sel yang dimediasi oleh imunitas Purified Antigen (Subunit) Vaccines Terdiri dari: o Pemurnian antigen dari mikroba o Toksin o Biasanya digabung dengan adjuvan Toksin menginduksi respon antibodi yang kuat Antigen LPS menginduksi respon antibodi dengan afinitas yang rendah (sel T independent antigen) o Melawan Pneumococcal & H influenzae Vaksin konjugat menginduksi respon antibodi dengan afinitas yang tinggi. Terdiri dari: o Imunogen antigen yang buruk o Penggabungan protein o Ex: hapten-carrier conjugates to pneumococcus, H. influenzae, meningococcus Protein menginduksi antibodi dengan afinitas yang tinggi o Merangsang Th dan respon antibodi o Tidak dikenal secara efisien oleh Class I - CD8 + sel T Vaksin Sintetik
*toleransi immunologi adalah sebagai respon yang tidak positif untuk sebuah antigen yang diinduksi oleh paparan sebelumnya dari antigen tersebut. *sebuah fenomena ketika sebuah antigen menginduksi : 1. in-aktivasi secara fungsional 2. eliminasi / limphosit apoptosis 3. atau melalui editing 4. atau melalui suppresi *antigen yang mentoleransi : tolerogen / antigen tolerogenik ( self Ag self tolerance )
-
Respon imun normal : Ag + mikroba Proliferasi dan diferensiasi Self-toleransi : Ag + self antigen Anergy ( tidak adanya tanggapan positif secara fungsional) Delesi ( kematian sel ) Berubah kedalam bentuk spesifik ( reseptor editing )
Identifikasi antigen mikroba yang paling imunogenik atau epitop, untuk menyintesis ini di laboratorium mengubah menjadi antigen sintetik kemudian menjadi vaksin sintetik. Teknologi DNA recombinant kuantitas protein dalam jumlah besar vaksin terbuat dari DNA recombinant yang dibatasi antigen Ex: hepatitis virus, herpes simplex virus, foot-and-mouth disease virus REGULATION OF IMMUNE RESPONSE
-
*RESPON IMUN : merupakan subjek untuk berbagai macam mekanisme kontrol.
-
*fase rest (istirahat) muncul ketika tanggapan positif sel – sel imunocompeten pada antigen tidak lagi diperlukan untuk pembatasan dari antigen tsb.
-
3 jenis regulasi dari respon imun : 1. 2. 3.
Toleransi immunology Mekanisme feedback antibodi Mekanisme idiotype – antiidiotype ( hipotesis network )
#TOLERANSI IMUNOLOGI
Respon imun normal : Ag + antigen imunogenik proliferasi dan differensiasi Toleransi : Ag + Ag tolerogenic = Ag + antigen imunogenik tidak ada respon Anergy ( tanggapan fungsional non-posistif ) atau apoptosis ( kematian sel ). Ignorance : Ag + antigen nonimunogenik tidak ada respon untuk antigen + antigen imunogenik proliferasi dan diferensiasi.
#Anergy sel T #Supresi oleh regulasi sel T #Delesi sel T
Toleransi dilakukan di : -
Central tolerant pada lymphoid organ ( thymus , sumsum tulang ) { untuk limphosit yang belum masak} Periferal tolerant pada jaringan periferal { untuk limphosit yang sudah masak }
Lymphoid precursor ( pada limphosit yang belum masak ) Pengenalan antigen : Apoptosis ( delesi ) Berubah kedalam reseptor ( reseptor editing : B sel ) Pertumbuhan dari regulasi limphosit T (CD4+ hanya sel T ) Lymphoid precursor ( pada limphosit yang masak ) pengenalan antigen :
Pada RESPON NORMAL terjadi pengenalan antigen dimana APC mengekspresikan kostimulator yaitu B7 dan sel T megekspresikan kostimulator berupa CD28 adanya pengenalan dari antigen asing dengan kostimulator terjadi pengaktifan sinyal respon dari sel T berupa proliferasi dan differensiasi Pada ANERGI SEL T APC mempresentasikan antigen + sel T terjadi pengenalan antigen muncul 2 respon : Terjadi signaling blok dan pertemuan dari reseptor penghambat. Contohnya : CTLA-4 yang fungsinya untuk menghambat kostimulator muncul respon yang tidak positif dari sel T ( anergi ). -
SUPRESI OLEH SEL T REGULATOR
Anergy Apoptosis ( delesi ) Supresi Self tolerance *limphosit yang belum masak pada organ lymphoid ( central tolerance ) Atau *limphosit yang masak pada sisi periferal ( periferal tolerance) TOLERANSI LIMPHOSIT T -
CENTRAL T SEL TOLERANCE
Terjadi pengenalan antigen di thymus dan terjadi pengenalan antigen di jaringan periferal mengeluarkan IL-2 yang menginduksi sel T regulator terjadi penghambatan aktivasi dari sel T dan penghambatan fungsi efector dari sel T . -
#NEGATIVE SELECTION : Delesi
-
#PERKEMBANGAN REGULASI SEL T TOLERANSI SEL T PERIFERAL
SEL T DELESI ( OLEH APOPTOSIS )
-
Mekanismenya masih tidak jelas Adanya supresi humoral dan CMI Dosis yang berbeda dari antigen mungkin menginduksi anergi sel T Atau Menginduksi sel supresor yang memproduksi TGF-β yang menghambat respon imun. Mungkin sebagai mekanisme untuk mencegah respon imun untuk makanan antigen dan untuk beberapa bakteri khusus yang secara normal hidup sebagai komensalisme di lumen usus halus.
FUNGSI DARI TOLERANSI IMUNOLOGI -
MENGHINDARI PENYAKIT AUTOIMUN HOMEOSTASIS PERKEMBANGAN TERAPI
MEKANISME FEEDBACK ANTIBODI Merupakan mekanisme untuk kontrol secara fisiologis respon sel B
TOLERANSI SEL B
TAHAP : 1. 2. 3. 4.
Antibodi IgG diproduksi oleh bentuk sel B kompleks dengan antigen, Kompleks mengikat Fc pada sel B Menghambat sel B Menurunkan regulasi dari produksi IgG
Pada toleransi sentral ( sumsum tulang ) antigen bertemu dengan limphosit B yang belum aktif memunculkan respon apoptosis dan reseptor editing dan limphosit yang belum mengalami perkembangan jika limphosit mengalami perkembangan akan dilanjutkan ke toleransi periferal. Pada toleransi periferal ( organ limphoid : ginjal , lympo nodul ) limphosit + antigen memunculkan respon anergi , folikular eklusi dan apoptosis. Apabila limphosit tersebut matur , maka harus menembus folikel dengan mengeluarkan reseptor CXCR5 ( untuk menembus folikel)
MEKANISME IDIOTYPE - ANTIIDIOTYPE NICK JERNE ( 1970 ) HIPOTESIS NETWORK -
TOLERANSI YANG ANTIGEN ASING TOLERANSI ORAL
DIINDUKSI
OLEH
PROTEIN
Didasarkan pada fakta bahwa reseptor2 antigen limphosit merupakan bentuk yang berbeda – beda. Urutan asam amino yang unik dari domain VH & VL diberikan pada antibodi. Urutan spesifik yang unik tidak hanya sebagai Fab tetapi juga sebagai paket determinan antigen : idiotype Idiotype mungkin dikenali oelh limphosit lain dengan komplemen atau anti-idiotype respon anti-idiotype Hipotesis Network : interaksi komplemen termasuk idiotype dan anti-idiotype pada fase seimbang / tetap sistem imun pada homeostasis.
Paparan kedua : Sel basophil mengikat IgE → sel mast aktif → degranulasi → mengeluarkan mediator
Ag akan mengikat Ab pada Fab dimana pada tempat ikatan tersebut pada sisi Ab memiliki urutan asam amino yang unik ( idiotype ) yang akan dikenali limphosit lainnya idiotype akan diekspresikan apabila produksi Ab berlebihan lalu terjadi induksi Ab ke-2 ( antiidiotype ) antiidiotype + idiotype berikatan mentebabkan regulasi sistem imun. HIPERSENSITIVITAS (drh Dahlia) Hipersensitivitas (alergi) adalah suatu penyakit/gangguan dari respon imun secara patogen karena adanya respon imun yang berlebihan. Hipersensitivitas bisa terjadi karena: 1. Autoimun Tubuh tidak bisa membedakan antara benda asing atau dari dalam tubuh itu sendiri. 2. Adanya mikroba Mikroba masuk, yang berperan adalah antibodi “adaptif”. Ag berikatan dengan Ab, Ag mengendap dalam jaringan karena tidak dapat diikat oleh Ab/ dieliminasi → terjadi proses inflamasi → ada kaitannya dengan hipersensitivitas. 3. Reaksi Ag di luar lingkungan Misalnya lewat makanan. Bisa juga lewat inhalasi → menghirup udara yang membahayakan. Tipe Hipersensitivitas berdasarkan sel efektor: 1. Hipersensitivitas tipe I : tipe cepat 2. Hipersensitivitas tipe II : diperantarai antibodi 3. Hipersensitivitas tipe III : diperantarai imun kompleks (ikatan Ag-Ab) 4. Hipersensitivitas tipe IV : tipe lambat, diperantarai oleh sel T. 1. Hipersensitivitas tipe I
2. Hipersensitivitas tipe II Hipersensitivitas tipe II menimbulkan kerusakan jaringan. Contohnya : anemia, hemolitik Diperantarai oleh IgM fase akut IgG respon awal Ag bisa berasal dari tubuh atau dari luar, jika dari luar yang berperan adalah IgG. Ag masuk ↓ Cell B memproduksi IgG ↓ Mengaktivasi komplemen → bekerja dalam opsonisasi dan fagositosis ↓ Menghasilkan sel inflamasi
(Immediate Hipersensitivity)
Paparan pertama: Antigen masuk → dirangsang oleh IgE → Ag + IgE (berada pada reseptor fc) → merangsang sel mast → menghasilkan mediator Histamine Inflamasi ↓ ↓ Injury tissue Sinyal ↓ siklin Granulosit ↑ TNf ɚ Vaso aktif protease as.asahidrat ↓ ↓ Histamin mediator lipid Leukoetrin
Respon lokal hipersensitivitas: Mukosa kulit Asma Alergi makanan Systemic anaphylaxis
prostaglandin
Lebih Jelasnya: Ag masuk ↓ IgE harus terekspresikan sel reseptor fc, sehingga bisa dihancurkan oleh Ab ↓ Merangsang sel mast ↓ Mengeluarkan mediator cytotoxic
2. Langsung dirusak (diperantarai oleh sel T) Ag masuk → merespon sel T → membunuh sel target
3.
Hipersensitivitas tipe III
Diperantarai oleh ikatan Ag-Ab (imunocomplex). Contoh: serum glomerulus metritis. Ag masuk → berikatan dengan Ab → Jika Ag berlebih → Ag akan masuk ke pembuluh darah → eritrosit akan membawa ke organ → terjadi kompleks → masuk bersirkulasi di darah → tidak bisa teraktivasi maka menembus membuluh darah → mengeluarkan mediator sel inflamasi dengan bantuan komplemen.
4.
Hipersensitivitas tipe IV
Contoh: contact dermatitic Hipersensitivitas tipe IV dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Tipe lambat (Delayed) 2. Langsung dirusak (diperantarai oleh sel T) 1. Tipe lambat (Delayed) Ag masuk → Disajikan oleh APC → Masuk di sel T helper → Dibantu makrofag → melepaskan sitokin → inflamasi → merusak jaringan
Peran dari Infeksi Dalam Perkembangan Autoimmunity
AUTOIMMUNITY / autoimmune disease Konsep umum: Autoimunitas merupakan kegagalan/kerusakan pada mekanisme normal dalam sel B, sel T atau keduanya. Factor utama pemicu terjadinya autoimunitas adalah kerentanan genetik dan lingkungan, seperti infeksi. Penyakit autoimun dapat berupa sistemik atau organ tertentu. Reaksi autoimun dimulai terhadap satu antigen diri →cedera jaringan → antigen lainnya mengaktivasi jaringan limfosit → eksaserbasi dari penyakit → "epitop menyebar"
Resume Iunologi By : Aditya Fajar Aditya Wirawantoro Aya Rosmawasari Devi Purwanti Intan Rafika S. Rani Wahyudi Ratih Wahyu C CLASS 2011