BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
System imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi, dari mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau memperbaiki sel yang rusak apabila terjadi cidera. System ini juga dapat mengidentifikasi sendiri faktor-faktor yang bukan berasal dari dirinya (non self) ; sel, jaringan, dan organ penjamu vs. sel dan jaringan asing. Selain itu, system imun mengenali dan mengeliminasi sel pejamu yang telah dipengaruhi oleh virus intra sel atau sel kanker. Perubahan pada respon imun dapat menyebakan timbulnya serangan terhadap sel-sel tubuh
sendiri,
perkembangan
kanker,
atau
ketidakmampuan
berespon
dan
menyembuhkan tubuh dari infeksi. (Elizabeth J. Corwin, 2009) Oleh karena itu kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit autoimun dan respon-respon tubuh dalam invasi virus, akibat benda tajam dan sel pengidap kenker.
B. TUJUAN UMUM
Untuk memperoleh gambaran tentang penyakit autoimun dan respon-respon imun yang disebabkan oleh invasi virus, akibat benda tajam dan sel kanker.
C. TUJUAN KHUSUS
1. Mendapatkan gambaran tentang penyakit autoimun 2. Mendapat gambaran tentang respon-respon imunitas terhadap virus, benda tajam dan tubuh yang mengidap sel kanker
1
BAB II PEMBAHASAN
A. AUTOIMMUNE AUTOIMMUNE DISEASES 1. DEFENISI
Autoimmunitas adalah respons imun terhadap antigen jaringan sendiri yang di sebabkan oleh hilangnya toleransi → secara normal tdk dapat mempertahankan “self -tolerance” sel B atau sel T atau kedua-duanya. kedua -duanya. (Prof. Adi Koesoema Aman & Ratna Akbari Ganie) Penyakit autoimun merupakan penyakit dimana terjadi penghancuran sel tubuh sendiri oeh imunitas tubuh. Penyakit ini sangat sering berhubungan dengan antigen HLA (Human Leucocyte-associated Antigen) yang spesifik.
(J.C.E
Underwood, 1999)
2. ETIOLOGI
Autoimmune disease muncul akibat dari respon imun yang terlalu berlebihan sehingga menyebabkan perlawanan terhadap susbtansi atau jaringan yang biasanya ada pada tubuh. Dengan kata lain imun dalam tubuh menyerang selselnya sendiri. Ini dapat disebabkan oleh kerja sel imun yang salah tempat (tidak sesuai dengan tempatnya) sehingga sel imun ini tidak mengenali sel-sel yang biasanya sehingga menyerang sel lain ditempat tersebut. Contohnya sel imun yang bekerja di ginjal dengan sebab tertentu menjadi berada di paru-paru ini menyebabkan sel imun tersebut tidak mengenali sel yang terdapat di paru-paru dan akibatnya sel tersebut menyerang sel paru-paru. Sebab lain yang dapat menyebabkan terjadinya Autoimmune Disease adalah karena pengaruh hormon dan adanya pendonoran darah dari orang lain. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan immune suppression yaitu suatu meditasi yang dapat menurunkan aktivitas respon imun. (Campbell et all, 2006)
2
3. PENYAKIT AUTOIMUN ORGAN SPESIFIK DENGAN ORGAN NONSPESIFIK
Antigen
Organ spesifik
Organ non-spesifik
Terdapat dalam alat
Tersebar diseluruh tubuh
tubuh tertentu Kerusakan
Anitgen dalam tubuh
Penimbunan kompleks terutama dalam ginjal, sendi dan kulit
Tumpang tindih
Dengan antibodi organ
Dengan antibodi non-organ spesifik dan penyakit spesifk dan penyakit-penyakit lain
a. Penyakit autoimun yang spesifik organ Respon imun spesifik menghancurkan senyawa asing yang sudah dikenalnya. (Retnosari Andrajati & Santi Purna Sari) Gangguan autoimun yang bergantung pada antibody manusia, paling sering mengenai unsur-unsur darah, terutama trombosit dan eritrosit. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson) Contoh organ tubuh yang menjadi sasaran autoimun kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, lambung, pancreas. Pada penyakit ini terbentuk antibodi terhadap jaringan tubuh, hal yang menarik adalah terjadinya antibodi tumpang tindih misalnya antibodi terhadap kelenjar tiroid dan antibodi terhadap lambung sering ditemukan pada satu penderita.
b. Penyakit autoimun organ non-spesifik Respon imun non-spesifik adalah lini pertama terhadap sel sel atipikal (sel asing, mutan yang cedera) yang mencakup : Peradangan, interferon, sel NK dan sistem komplemen. (Retnosari Andrajati & Santi Purna Sari) 1) Terjadi karena dibentuknya antibodi terhadap autoantigen yang tersebar luas didalam tubuh misalnya DNA 2) Antibodi yang tumpang tindih ditemukan pula pada golongan penyakit autoimun, misalnya anti DNA pada golongan penyakit reumatoid artritis dan lupus eritromatosus sistemik, disamping itu sering pula ditemukan gejala klinis yg sama pada kedua penyakit tersebut
3
3) Sering juga dibentuk kompleks imun yang dapat diendapkan pada dinding pembuluh darah, kulit, sendi dan ginjal serta menimbulkan kerusakan pada organ tersebut Peradangan Cedera jaringan, yang berperan : fagositik, neutrofil dan makrofag 1) Interferon protein yang menjaga tubuh dari Infeksi virus 2) Sel NKInfeksi virus dan sel kanker 3) Sistem komplemen Dapat diaktifkan oleh benda asingdan antibody
B. RESPON IMUN TUBUH 1. Tubuh Terkontaminasi Virus
Apabila terinfeksi oleh virus, sel-sel tipe tertentu berespon dengan mensekresi glikoprotein yang di sebut
interferon. Interferon memberikan sebagian
perlindungan tubuh terhadap serangan virus yang menyerang sampai respon imun tertentu yang lebih lambat (hipersensitivitas) mengambil alih. (Hudak dan Gallo) Interferon ini sebenarnya tidak menguntungkan bagi sel yang terinfeksi virus tersebut namun protein antivirus tersebut berdifusi masuk ke dalam sel-sel yang berada disekitarnya dan menginduksi sel-sel tersebut untuk menghasilkan zat kimia lain yang menghambat reproduksi virus. Dengan cara ini interferon akan membatasi penyebaran virus dari sel ke sel lain didalam tubuh, dan membantu mengontrol infeksi virus seperti influenza. Pertahanan ini bukanlah bersifat spesifik bagi virus, interferon yang dihasilkan sebagai tanggapan terhadap virus bisa memberikan resistensi terhadap virus lain. Selain peranannya sebagai agen antivirus, satu jenis interferon mengaktifkan fagosit sehingga meningkatkan kemampuannya untuk menelan dan membunuh mikroorganisme. (Campbell et all, 2006)
4
2. Tubuh Terluka Benda Tajam
Penanganan masalah ini diatur oleh sel non spesifik. Tubuh yang terluka oleh benda tajam akan mengakibatkan sel dalam tubuh yang terluka te rluka itu rusak. Sel-sel yang rusak akan mengeluarkan suatu sinyal (panggilan) dengan memancarkan zatzat kimia. Sinyal kimiawi lainnya seperti histamin yang dihasilkan oleh basofil yang memicu pembesaran dan peningkatan permeabelitas kapiler di dekatnya. Selain mengeluarkan histamin sel darah putih juga mengeluarkan prostaglandin yang akan meningkatkan aliran darah ke tempat yang terluka. Peningkatan aliran darah
dan
permeabelitas
pembuluh
akan
membantu
pengiriman
unsur
penggumpalan darah ke daerah yang terluka. Penggumpalan darah menandai
5
permulaan proses perbaikan dan membantu menghambat penyebaran mikroba ke bagian tubuh yang lain. Kemudian sel-sel fagositik akan bermigrasi ke dalam jaringan yang terluka untuk membersihkan sel-sel jaringan yang rusak dan sisa-sisa neutrofil dalam proses fagositik itu. Setelah itu darah tidak keluar lagi dan mikroba yang mungkin masuk sudah dimakan oleh makrofag. (Campbell et all, 2006) Peristiwa-peristiwa utama dalam proses inflamasi yang diperantarai oleh bahan bahan kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel yang terluka termasuk : a. Peningkatan aliran darah dan peningkatan permeabilitas pembuluh pada tempat cidera b. Gerakan leukosit dari pembuluh darah yang mengelilingi jaringan c. Pembentukan bekuan fibrin yang membentuk batas area yang terluka untuk memperlabat atau membatasi penyebaran pada produk toksik atau bakteri. (Hudak dan Gallo)
Respon Peradangan : a. Pertahanan oleh makrofag Residen b. Vasodilatasi lokal → aliran darah ↑ → Leukosit fagositik dan protein plasma ↑ c. Peningkatan permeabilitas kapiler → kapiler → protein plasma lolos ke jaringan d. Edema lokal akibat pergeseran keseimbangan cairan e. Pembatasan daerah yang meradang → Cedera fibrin membentuk bekuan cairan interstisium di ruang sel. Bakteri → enzim → plasminogen → plasmin yang melarutkan bekuan fibrin. f.
Emigrasi Leukosit Melibatkan marginasi, diapedesis, gerakan amuboid dan kemotaksis
g. Destruksi bakteri oleh leukosit (Retnosari Andrajati & Santi Purna Sari)
3. Tubuh Mengidap Sel Kanker
Interferon tampak terlibat dalam melindungi tubuh terhadap beberapa bentuk kanker. Interferon tersebut telah menunjukkan campur tangannya dalam pembelahan dan proliferasi seluler dari sel-sel abnormal. Interferon juga meningkatkan aktivasi sel-sel limfoid kelompok khusus yang diseut sebagai sel pembunuh alami. Sel-sel pembunuh alami adalah populasi dari limfosit yang tidak membawa tanda (marker) limfosit T atau B. Sel-sel ini bertindak secara langsung, 6
tanpa tersensitisasi terlebih dahulu, untuk melisis berbagai sel-sel malignan dan juga memainkan peranan yang signifikan dalam imunitas kanker. (Hudak dan Gallo) Pada manusia, sel-sel maligna mampu berkembang secara teratur. Terdapat bukti bahwa fungsi surveilens dari system imun sering lebih mampu mendeteksi perkembangan pertumbuhannya
sel-sel
maligna
menjadi
dan
tidak
merusak
terkontrol.
sel-sel
Apabila
tersebut
system
sebelum
imun
gagal
mengidentifikasi dan menghentikan pertumbuhan sel-sel maligna, terjadilah kanker secara klinis. Normalnya system imun yang utuh mampu untuk melawan sel-sel kanker dengan berbagai cara. Antigen pada membrane sel dari sel-sel kanker, dikenal sebagai antigen tumor-associated, biasanya dikenali oleh system imun sebagai benda asing. Antigen ini mampu menstimulasi respon imun seluler dan humoral. Limfosit T, yang merupakan tentara dari respon imun seluler, bersama makrofag bertanggungjawan untuk mengenali antigen sel tumor. Bila antigen tumor dikenali oleh limfosit T, limfosit T lain yang toksik terhadap sel-sel tumor terstimulasi, berproliferasi, dan dilepaskan dalam sirkulasi. Selain memiliki property sitotoksik, limfosit T jugan mampu menstimulasi komponen system imun lain untuk menyingkirkan sel-sel maligna. Limfokin tertentu,yang merupakan substansi yang dihasilkan oleh limfosit, mampu membunuh atau merusak berbagai tipe sel-sel maligna. Limfokim lain dapat mengarahkan sel-sel lain, seperti makrofag, yang mengganggu sel-sel kanker. Interferon, seuatu substansi yang dihasilkan oleh tubuh dalam berespon terhadap infeksi virus, juga mempeunyai beberapa karakteristik antitumor. Antibody yang dihasilkan oleh respon imun humoral limfosit B, baik sendiri maupun dalam kombinasi dengan system komplemen, juga merupakan per tahanan terhadap sel-sel maligna. Sel-sel pembunuh alamiah (NK), baru-baru ini telah ditemukan sebagai komponen utama pertahanan tubuh terhadap kanker. Sel NK adalah subpopulasi dari limfosit yang bertindak melalui penghancuran langsung sel-sel kanker atau melalui pembentukan limfokim yang membantu penghancuran sel. (Brunner & Suddarth, 2001)
7
Sel NK merupakan sel limfosit bergranula yang penting peranannya pada sistem imunitas innate. Meskipun tidak memiliki reseptor yan spesifik NK dapat mendeteksi sel yang terinfeksi virus. Perforin dan grandzim merupakan molekul efektor terpenting yang terkandung pada granula sel NK
8
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit penyakit autoimun merupakan penyakit sistem imun, baik secara humoral (antibodi) maupun imutas sel perantara, yang menghasilkan kerusakan jaringan oleh reaksi terhadap antigen sendiri. Perbedaan pengenalan antigen dalam sistem sangat besar sehingga mempu mengenali antigen sendiri dan menggadakan reaksi melawan antigen tersebut. Pada individu normal, walaupun pengenalan antigen sendiri oleh klon limfosit tidak terjadi, suatu respon autoimun yang merugikan tetap diawasi oleh mekanisme kontrol yang aktif dalam sistem imun. Penyakit autoimun terjadi ketika mekanisme kontrol ini mengalami kerusakan. Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.
B. SARAN
1. Sebaiknya sebagai seorang mahasiswa keperawatan, mahasiswa memahami tentang penyakit autoimun dan respon-respon imunitas yang terjadi dalam tubuh.
9
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddatrh. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta; EGC Campbell et all, 2006
Patofisiolog siologii E disi 3. Jakarta; EGC Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofi awatan an Kri Kritis tis : Pendekatan katan Holi H olist stiik Hudak Carolyn M, Barbara M. Gallo, Gall o, 1996. Keperawat Volume 2. Jakarta; EGC J.C.E Underwood, 1999. Patologi Umum dan Sistemik. Volume 1; Jakarta. EGC
Departem artement Patol Patologi ogi Klinik nik F K Prof. Adi Koesoema Aman & Ratna Akbari Ganie. Dep USU/RSUP USU/RSUP H. Adam Adam Malik Medan Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta; EGC
Sumber Lain : google gambar
10