PRESENTASI KASUS CHOLELITHIASIS
PEMBIMBING : Dr. TAN SUHARDI, SpBD OLEH : NANDA MARDAS SAPUTRA ( 110.2006.179) FK YARSI
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN BEDAH RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD JAKARTA, JUNI 2011
BAB I PRESENTASI KASUS
1.
IDENTITAS PASIEN : y
Nama
: Tn. R
y
Umur
: 55 Th
y
Pekerjaan
: Swasta
y
Agama
: Islam
y
Suk u/Ban u/Bangsa
: Jawa / Indonesia
y
Alamat
: k aran aranggan, Gunung putri bogor
I.1. A NAM NESIS ( pada tanggal 21 Juni 2011) 1.
K eluhan
Utama
Nyeri perut k anan anan atas.
2.
Riwayat
Pasien
datang
it Penyak it
ke
dengan
Sek aran arang keluhan
nyeri pada perut k anan anan atas, ny eri dirasa k an an sudah s e jak
dua tahun yang lalu, pasi en setahun yang lalu pernah berobat
kerumah
sa k it it dan di rumah
sak it it pasi en didia gnosis menderita batu empedu namun pasi en b elum berniat untuk menjalani saran dok ter untuk melak uk an an operasi K emudian pasi en mela k uk an an medical check up
kembali
dan
kembali
di dia gnosis menderita
batu empedu pasien a k hirnya hirnya memutus k an an untuk mau menjalani op erasi k ar ar ena pasien sudah ak an an pensiun dari pekerjaannya. Pasien
selama ini hanya m engeluh rasa sa k it it pada perut
anan k anan
atasnya, sa k it it bertambah
terutama jik a pasien mak an an ma k anan anan yang mengandung banyak lemak . Pusing
(-), mual (- ), muntah (-), l emas (-), BAK ( N ), BAB (N ).
3.
Riwayat
it Penyak it
Asma
: Disangk al al
Hipert ensi
: Disangk al al
Jantung
: Disangk al al
DM
: Disangk al al
Dahulu
2
4.
Riwayat Penyak it it K eluar ga
K eluar ga pasien tida k ada yang menderita penyak t se perti pasien
2.
PEMERIKSAAN FISIK y
K eadaan Umum
: Tampa k Sak it it ringan
y
K esadaran
: Compos Mentis
y
Vital
: TD : 120/80 mmhg
Sign
N : 80 X / mnt
S : 36,5 C P
: 20 X / mnt
y
Kulit
y
K e
y
Mata
:Conjunctiva an emis ( - ), scl era tida k ik terik
y
Telinga
: Secr et ( - )
y
Hidung
: Secr et ( - )
y
Mulut
: Lidah Kotor tida k ada, gigi k ari aries tida k ada
y
Thorax
y
Pulmo
y
y
: Dbn pala
Jantung
A bdomen
: Normoc e phal
: Insp ek si si
: R etrak si si ( - ), K etinggalan gera k nafas ( - )
Palpasi
: K etinggalan gera k nafas ( - )
u Per k kusi si
: Sonor pada
ultasi Ausk ultasi
: Vesik ul uler, ronk hi hi ( - ), Wh eezing (-/-)
: Inspek si si
kedua
lapang paru
: Ictus Cordis ta k tampa k
Palpasi
: Ictus Cordis t eraba di SIC I V
u Per k kusi si
: R edup
Ausk ultasi ultasi
: R egular, Murmur (-) Gallop (-)
: Insp ek si si
: Perut cembung
Palpasi
: H e par / lien tidak teraba, NT ( - )
u Per k kusi si
: Shifting Dulness ( - )
Ausk ultasi ultasi
: Bising usus (+)
Murphy si gn : ( - ) y
Ek str str emitas
: Ak ral ral hangat, Nadi k uat. uat.
3
3.
DIAGNOSIS SEMENTARA
Chol elithiasis 4.
HASIL y
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : o
Tanggal 20-05-2011/08:07: 40
o
Hematologi
o
:
Hemoglobin
:-
Hematok rit rit
:
Eritrosit
:
Leuk osit osit
:
Trombosit
:
MCV
:
MCH
:
MCHC
:
Bleeding Time
: 1¶30´
Clotting Time
: 4¶30´
Kimia :
Protein
Albumin
:
Globulin
:
Chol est erol
:
Trigliserida
:
Bilirubin total
: 0.7
Bilirubin Dir ect
:
Bilirubin Indir ect
:
Alk ali ali fosfatas e (pria) : 74 U/L
SGPT
:
SGOT
: 26U/L
GGT
:
Ur eum
: 47mg/dL
Kr eatinin
:
Asam
:
Total
Urat
Natrium
:
43
mEq/L :1 4
Kalium
: 4.8 mEq/L
Klorida
: 105 mEq/L
Analisa Gas darah y
pH
: 7.393
y
pCO2
y
pO2
: 38.6 4.0:
y
HCO3
: 23.7
y
Base Excess
: -0. 4
y
O2 Saturation : 97.0
9
y
USG
: Data Tidak ada
y
Histopatologi : -k ol olesistisis k roni ronik non sp esifik -tida k tampak tanda ganas
5.
DIAGNOSIS
Chol ecystolithiasis dengan Chol ecystisis Chronic
6.
PENANGANAN
laparoscopic chol ecystectomy
7.
INSTRUKSI POST OPERASI
a. Awasi t ek anan anan darah, nadi, suhu dan p ernafasan b. Lak uk an an penampungan dan penguk uran uran produ k si si dari NGT dan urin c.
Pasien
dipuasa k an an dulu
d. Infus D ek trosa trosa 5% : RL (3:2) 5 k olf/2 olf/24 jam e.
Obat-obatan
:-
Injek si si Ceftriaxon 3x 1 gr I V
-
tofusi n drip 3x 500 m g Metofusin
-
Acran inj ek si si 3 x 1 ampul
-
K etoprof en inj ek si si 3 x 1 ampul
-
Vitamin
-
Kalnex inj ek si si 3 x 1 ampul
K inj ek si si 3 x 1 ampul
f. bila pasi en sadar t erus tida k ada
kembung,
mual dan muntah dan bisin g usus adek uat, uat,
pasien dicoba minum b ertahap (NGT di k lem terle bih dahulu) 5
g. Bila intake oral baik infus, NGT dan k at ateter di cabut, pasi e boleh mak an an be bas, pasi en
mobilisasi dengan jalan dan obat-obatan obat-obatan di ganti per oral : -
MEIACT tab 3 x 250 m g
-
K etoprof en tab 3 x 1
-
Glyserin cap 3 x 1
h.
sa Peri k sa
histopatologi jaringan op erasi
i.
Boleh pulang
8. PROGNOSIS o
Ad Vitam
: Dubia Ad Bonam
o
Ad Sanationam
: Dubia Ad Bonam
o
Ad Functionam
: Dubia Ad Bonam
6
BAB II PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolelitiasis merupa k an an salah satu masalah b edah yang paling sering di negara yang sudah ber ke kembang. Masalah batu empedu menjadi l e bih dikenal seiring dengan bertambahnya usia dan pada wanita batu empedu l e bih sering muncul dua k ali ali dibanding pada pria. Dibutuh k an an pemeri k saan saan penunjang yang memilik i s ensitifitas dan spesifitas yang tinggi pada penega k an an diagnosis k ol olelitiasis. Anomali saluran
empedu
dapat dijumpai pada 10-20% populasi, m encak up up
kelainan
jumlah, uk uran, uran, dan bentuk .Penya nya k it-p it-penyak it it yang sering menyerang empedu salah satunya adalah penyak it it batu empedu yang sering dise but dengan k ol olelitiasis.Penyak it it batu empedu cuk up up sering dijumpai di s e bagianbesar negara barat. Di Amerik a Serik at, at, pemeri k saan saan autopsi memperlihat k an an bahwa batu empedu dit emuk an an paling sedik it it pada 20% per empuan dan 8% pada la k i-la i-lak i berusia diatas 40 tahun. Diper k i rak an an bahwa 16 sampai 20 juta oran g kira di Amerik a Serik at at memilik i batu empedu dan s etiap tahun t erjadi k asus asus baru batu empedu. Pada
saat ini tida k mungk in in untuk mencegah timbulnya batu
kelainan
yang merupak an an
saluran empedu t ers ering.
Populasi
memilik i
empedu,
yang memilik i r esi k o tinggi adalah orang-orang obesitas dan oran g- orang yang
kelainan
metabolik tertentu s erta
kelainan
hemolitik . Kol elitiasis adalah p enyak it it
yang menunjukk an an adanya batu empedu dalam k andun andung empedu, sedangk an an k ol oledok olitiasis olitiasis adalah batu
empedu
yang ditemuk an an di saluran
empedu,
s edangk an an batu
empedu
adalah
timbunan k ristal ristal di dalam k andun andung empedu maupun dalam saluran empedu.
7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
1.
Anatomi Dan Fisiologi Dari Sistem Bilier
Hati, k andun andung empedu, dan pan k r r eas b er ke kembang dari cabang usus de pan f etus dalam suatu t empat yang
kelak
menjadi duodenum,
ketiganya
t er k a it kait
erat
dalam fisiolo gi
pencernaan.
Sumber gambar: http://drugster.info 1. Hati Hati yang merupak an an
kel enjar
t erbesar dari tubuh, dapat dian ggap se bagai
se buah pabrik imia yang membuat, menyimpan, mengubah dan m engek r r esik an an k k imia se jumlah besar substansi yan g terlihat dalam metabolism e. Lo k asi asi hati sangat penting dalam pelak sanaan sanaan fungsi ini menjadizat-zat
imia k imia
ar ena k ar
hati menerima darah yang
aya k aya
nutrient ini
yang digunak an an diba gian lain dalam tubuh untu k
ke perluan
metaboli k . Selain itu hati merupak an an or gan yang penting dalam pengaturan metabolism e gluk osa osa dan prot ein. Hati terletak dibelak an ang tulang- tulang iga (k osta) osta) 8
dalam rongga abdomen daerah
anan k anan
atas.Hati memilik i berat 1500 g dan diba gi
menjadi empat lobus. Setiap lobus hati t erbungk us us menjadi unit-unit yan g le bih
kecil,
yang dise but
lobules. Darahyang mengalir ke dalam hati b erasal dari dua sumb er dan k uran urang le bih 75% suplai darah datan g dari vena porta yang mengalir k a n darah yan g kan
aya k aya
a k an an
nutri ent dari tra k tus tus gastroint estinal. Selain itu, darah t ers e but masuk
ke
dalam hati melalui art eri he patik a dan
banyak mengandung ok si si gen. Dengan demik ian, ian, s el-sel hati (he patosit) ak a n kan ter endam ol eh campuran darah v ena dan art erial.
2. Kandung Empedu (Vesik a f elea) Embriologi Cik al al ba k al al saluran empedu dan hati adalah p enonjolan s e besar tiga milimet er yang timbul di da erah ventral usus d e pan (for egut). Ba gian k ranial ranial tumbuh m enjadi hati, bagian k audal audal menjadi pank r r eas, sedangk an an ba gian sisanya m enjadi k andun andung empedu. Dari tonjolan b erongga yang bagian padatnya empedu
kela k
jadi s el hati, tumbuh saluran
yang bercabang-cabang se pert pohon diantara s el hati t erse but.
Anatomi
Kandung
empedu
berb entuk bulat lonjong se perti buah alpuk at at dengan
panjang sek itar itar 4-6 cm dan b erisi 30-60 ml menonjol s edik it it
ke
empedu.
Ba gian fundus umumnya
luar te pi hati, di bawah lengk un ung iga
anan, k anan,
di t e pi lateral m.
R ek tus abdominis. S e bagian besar k orpus orpus menempel dan t ertanam di dalam jarin gan ek tus hati. Kandung infundibulum
empedu
tertutup seluruhnya ol eh peritoneum vis eral, t etapi
andung empedu k andun
peritonium. A pabila
tida k terfi k sasi sasi
andung empedu k andun
ke
permuk aan aan hati ol eh lapisan
mengalami distensi a k ibat ibat bendungan ol eh
batu, ba gian infundibulum m enonjol s e perti k anton antong yang dise but k anton antong hartmann. Duk tus tus sistik us us panjangnya 1-2 cm d engan diameter 2-3 mm. Dindin g lumennya mengandung
atup k atup
berbentuk spiral dis e but
atup k atup
spiral heister, yang
9
memudahk an an cairan
empedu
mengalir masuk
ke
dalam
andung empedu, k andun
t etapi
menahan aliran keluarnya. Saluran empedu
strahe patik t erletak di ek strah
dalam ligamentum he patoduodenale
yang batas atasnya porta h e patis, sedangk an an batas bawahnya distal papilla vat er. Bagian hulu saluran empedu intrahe patik berpangk al al dari saluran palin g
kecil
yang
dise but k anili anilik ulus ulus empedu yang menerus k an an curahan s ek r r esi empedu m elalui duk tus tus interlobaris ke duk tus tus lobaris, dan s elanjutnya ke duk tus tus he patik us us di hillus. Panjang Panjang
duk tus tus he patik us us
duk tus tus he patik us us
omunis k omunis
anan k anan
dan
iri k iri
masing-masing antara 1-4 cm.
sangat bervariasi, b er gantung pada letak muara
duk tus tus sistik us. us. Duk tus tus k ol oledok us us berjalan di belak an ang duodenum menembus jaringan pank r r eas dan dindin g duodenum membentuk papilla vater yang terletak di s e belah medial dinding duodenum. U jung distalnya dikelilingi oleh otot sfingter Oddi, yang mengatur aliran
empedu
kedalam
duodenum. Duk tus tus pank r r eatik us us umumnya
bermuara di t empat yang sama dengan du k tus tus k ol oledok us us di dalam papilla vat er, t etapi juga dapat t erpisah. S ering ditemuk an an variasi anatomi empedu,
yang
andung empedu, k andun
saluran
dan pembuluh art eri yang memperdarahi k andun andung empedu dan hati.
Variasi
adang k adan
ditemuk an an dalam bentuk luas ini, perlu dip erhatik an an para ahli b edah
untuk menghindari
omplik asi asi k ompli
pembedahan, s e perti perdarahan atau c edera pada
duk tus tus he patik us us atau du k tus tus k ol oledok us. us.
Sumber Gambar: faculty.etsu.edu 10
Fisiologi
Empedu diprodu k si si ol eh sel he patosit se banyak 500-1500 ml p erhari. Di luar wak tu tu ma k an, an,
empedu
disimpan untu k sementara di dalam
andung empedu, k andun
dan
disini mengalami pemek atan atan sek itar itar 50%. Pengaliran
cairan empedu dip engaruhi ol eh tiga fa k tor, tor, yaitu s ek r r esi empedu
oleh hati, k ontra ontrak si si k andun andung empedu, dan tahanan sfin gter k ol oledok us. us. Dalam keadaan puasa,
empedu
Setelah ma k an, an,
yang diprodu k si si a k an an dialih-alir k a n kan andung empedu k andun
ke
dalam
andung empedu. k andun
ber k o si, sfingter r elak sasi, sasi, dan kontra ntrak si,
empedu
mengalir ke dalam duodenum. Aliran t erse but sewak tu-wa tu-wa k tu tu se perti disemprotk an an ar ena s ecara k ar
int ermitten t ek anan anan saluran empedu a k an an le bih tinggi daripada tahanan
sfingter. Kolesistok inin inin (CCK) hormon s el APUD (amine pr ecursor upta ke and decarboxylation c ells) dari s elaput l endir usus halus, di keluar k a n atas rangsangan kan mak anan anan berlemak atau produ k lipolitik di dalam lumen usus. Hormon ini meran gsang nervus va gus s ehingga terjadi
ontra k si si k andun andung empedu. k ontra
D engan
demik ian, ian, CCK berperan besar t erhadap t erjadinya k ontra ontrak si si k andun andung empedu s etelah mak an. an. Fisiologi
produk si si empedu
Se bagai bahan s ek r r esi, empedu mempunyai tiga fungsi utama. Yang pertama, garam
empedu,
fosfolipid dan
membentuk micelles
olesterol k ol
campuran.
bera gr egasi di dalam
D engan
asi, emulsifik asi,
omple k ompl
empedu
untuk
micelles
ini
memungk in ink an an absorpsi l emak dan vitamin yang larut dalam l emak (A,D, E, K) yan g ada di dalam usus. A bsorpsi mineral t ertentu (k alsium, alsium, t embaga, besi) juga dipermudah. K edua,
empedu
bertindak se bagai vehikel untuk
banyak s enyawa yang dihasilk an an secara K etiga,
se bagian
dengan
menetralisi
endogen
asam
dan
sogen ek so
lambung,
r esi ek sk r
usus ba gi
(se perti bilirubin).
empedu
membantu
mempertahank an an lingk un ungan alk ali ali yang te pat di dalam duodenum, yang dengan adanya garam
empedu,
memungk in ink an an a k tivitas tivitas ma k simum simum
enzim
pencernaan
sesudah ma k an. an. Normlanya he patosit dan saluran empedu m enghasilk an an 500-1500 ml empedu tia harinya.
si empedu Produ k si
merupa k an an pros es
ontinyu k ontinyu
yang hanya s e ba gian 11
menjadi sasaran r egulasi saraf, hormon dan humoral. Masuk an an (input) va gus bekerja langsung pada sel saluran sedangk an an
ak tivitas tivitas
empedusecara
empedu
simpatis
untuk meningk at atk an an sek sr sr esi air dan elek trolit, trolit,
splank ni nik us us
cenderung
menghambat
tidak langsung dengan menurunk an an aliran darah
ke
produ k si si
hati. Hormon
gastroint estinal k ol olesistok inin inin (CCK), s ek r r etin dan gastrin memper k u r esi duk tus tus kuat at s ek r
dan aliran empedu dalam r espon t erhadap ma k anan. anan. Garam empedu s endiri b ertinda k se bagai k ol oler etik k uat uat selama masa sir k u an. kulasi lasi enterohe patik yang dinaikk an. Sek r r esi a k tif tif garam
empedu
ol eh he patosit merupak an an fa k tor tor utama yan g
mer egulasi volume empedu yang disek r r esi. Air dan elek trolit trolit mengik uti uti secara pasif se panjang perbedaan osmolar untu k mempertahank an an netralitas. Ek s k r r esi lesitin dan olest erol ke k ol
dalam k anali analik uli uli untuk membentuk micelles campuran, sulit dipahami
dan bisa di gabung dengan sek r r esi garam empedu melintasi membrana
analik ulus. ulus. k anali
Sistem transpor a k tif tif terpisah dan b erbeda menimbul k an an s ek r r esi bilirubin dan anion or gani k lain. S el duk tulus tulus meningk at atk an an sek r r esi natrium dan bi k arbonat arbonat
ke
ontra k si si k ontra
toni k sfingter oddi menye babk an an
biliaris, tempat dimana
dengan memompa k an an
dalam lumen.
Empedu di ek sr sr esi s ecara k ontinyu ontinyu ol eh hati puasa,
empedu
empedu
kedalam empedu
saluran empedu. S elama r efluk s
kedalam
disimpan dan dip ek at atk an. an. Disini garam
vesi k a
empedu,
pigmen empedu dan k ol olest erol dipek atk an an se banyak se puluh k ali ali lipat ol eh absorpsi air dan elek trolt. trolt. S ek itar itar 50% k umpulan umpulan garam empedu dalam vesi k a biliaris s elam puasa. Tunik a muk osa osa vesi k a biliaris juga mensek r r esi mu k us us yang bisa melak uk an an fungsi perlindungan. Dengan ma k an, an, CCK dil e pas k an an oleh lemak dan dalam jumlah kecil
ol eh asam amino yan g memasuk i duodenum; CCK merangsang k ontra ontrak si si vesik a
biliaris dan r elak sasi sasi sfingt er oddi. Bila t ek anan anan dalam du k tus tus
oledok us us k ol
mele bihi
tahanan mek anism anisme sfingter (15 sampai 20 cm H2 O), ma k a empedu memasuk i lumen duodenum. Masuk an an (input) va gus memudahk an an memudahk an an tonus dan
ontra k si si k ontra
vesi k a biliaris; setelah va gotomi, bila timbul stasis r elatif dan merupak an an pr edisposisi pembentuk an an batu
empedu.
S etelah
olesistek tomi, tomi, k ol
aliran
empedu
ke
dalam
duodenum dir egulasi hanya ol eh sfingt er. Komposisi Emp edu Empedu merupak an an larutan k ompl omplek s dalam air yan g mengandung elek trolit, trolit, garam
empedu
t er k o konju njugasi, fosfolipid (t erutama lesitin),
olest erol, k ol
asam l emak , 12
musin, prot ein serta berba gai metabolit hati dan pigmen trolit el ek trolit
empedu.
Kandungan
dan osmolaritas empedu mendek ati ati plasma.
u kulasi lasi enterohe patik Metabolism e garam empedu/sir k Garam empedu terdiri dari inti st eroid yang disintesis langsung dari k ol olesterol. Dua garam empedu primer, bawah
kendali
olat k olat
dan
sik olat, olat, kenodeok si
disint esis ol eh he patosit di
umpan bali k yang belum dipahami. Garam
empedu
sek und under,
deok si si k olat olat dan litok olat olat dibentuk di dalam k olon olon ol eh degradasi ba k teri atas garam empedu
primer yang lolos r eabsorpsi di dalam il eum. Litok olat olat diek sk r r esi
f eses, tetapi deok si si k olat olat dir eabsorpsi empedu
ke dalam
ke
dalam
darah porta dan b ersama dengan garam
primer yang dir eabsorpsi, di ek stra strak si si oleh he patosit. Garam empedu ini
dik onju onjugasik an an dengan glisin atau taurin dan dis ek r r esi secara a k tif tif analik uli uli k anali
biliaris s e bagai
olat, 40% kenodeok si si k olat olat 40% k olat,
ke
dalam
dan 20% d eok si sik olat olat
dalam k ons onsentrasi total 10 sampai 20 mol. Kar ean mempunyai da erah hidrofili k dan hidrofobik , mak a garam bera gr egasi spontan
empedu
dalam
berfungsi se bagai deterjen. Garam
kelompok
empedu
8 sampai 10 mol ek ul ul untuk membentuk
micelles. Inti hidrofobi k dalam melarutk an an lesitin yang sulit larut dalam air, yang dengan sendirinya le bih memper k u kuat at
olest erol kelarutan k ol
hidrofobik micelles. Kompl ek s garam
dengan memperluas da erah
olest erol empedu-lesitin-k ol
ini dinama k an an
micelles campuran. Garam empedu dip ek at atk an an le bih lanjut di dalam vesik a biliaris sampai 200-300 mol. Jumlah total
olest erol k ol
yang dilarut k an an bervariasi s esuai rasio
r elatif garam empedu dan lesitin maupun k ons onsentrasi garam empedu total. Setelah memasuk i usus halus ba gian atas, mic elle campuran ini j elas mempot ensiasi absorpsi l emak dengan memberik an an vehikel dan lingk un ungan yang sesuai ba gi pelarutan, hidrolisis enzimatik dan absorpsi. Sir k u kulasi lasi enterohe patik garam empedu
dil engk api api bila garam empedu didek onju onjugasi s ecara
enteri k ,
dir eabsorpsi
dalam ileum t erminalis oleh sist em transpor a k tif tif dan a k hirnya hirnya di ek stra stra k si si dari sir k u kulasi lasi porta ol eh he patosit. Lima pers en garam empedu yang lolos r eabsorpsi di dalam il eum diubah m enjadi garam
empedu
sek und under di dalam
olon k olon
s erta
dir eabsropsi s e bagian se bagai deok si sik olat. olat. Kumpulan garam empedu total 2,5 sampai 5 g bersir k u ali s ehari; 10 sampai 20% k umpulan umpulan total yang kulasi lasi enam sampai delapan k ali hilang bersama f es es s etiap hari, di ganti oleh sint esis baru ol eh hati.
13
Lipid Empedu Lesitin dan
olesterol k ol
membentuk se bagian besar lipid
empedu.
L esitin
merupak an an fosfolipid yan g se bagian besar ta k larut air. Kol esterol disint esis ol eh hati dan diabsorpsi ol eh tra k tus tus gastroint estinal, dan s elain itu digunak an an juga dalam lintasan intras el lain, diubah m enjadi garam
empedu
atau di ek sk r r esi langsung
ke
dalam empedu. Micelles garam empedu jelas meningk at atk an an
kelarutan
dalam empedu. T etapi mek anism anisme transpor lipid intras el ini
ke
dalam empedu belum
empedu
melintasi membrana
dipahami dan bisa di gabung dengan sek r r esi garam analik uli. uli. k anali
Di dalam usus, l esitin dihdrolisis m enjadi
Kolest erol dir eabsorpsi
ke
dalam sir k u kulasi lasi
olin k olin
enterohe patik
lipid ini di
dan asam l emak .
dan bertindak s e bagai
mek anism anisme umpan balik dalam kendali sint esis k ol olest erol di dalam hati. Metabolism e bilirubin
Kar ena eritrosit yang sudah tida k ber guna la gi di degradasi di dalam sist em r etik ulo uloendot elial, ma k a hemoglobin dil e pask an an dan diubah m enjadi biliverdin. Pigmen
ini dir eduk si si menjadi bilirubin yang tak larut air yang tak ter k o konju njugasi
(bilirubin indir ect yang diuk ur ur dengan r eak si si van den ber gh), diangk ut ut ke dalam darah dan terik at at pada albumin, di ek stra strak si si ol eh he patosit. Di dalam sitoplasma, bilirubin diangk ut ut oleh prot ein Y dan Z
ulum endoplasma. ke r etik ulum
D engan adanya gluk oronil oronil
transf erase, bilirubin di k onju onjugasik an an dengan asam gluk oronat oronat dan dalam jumla l e bih sedik it it dengan sulfat, untuk membentuk bilirubin gluk oronida oronida dan bilirubin sulfat. Bilirubin t er k o konju njugasi yang larut dalam air ini (bilirubin dir ect)
kemudian
dis ek r r esi
ke
dalam k anali analik uli uli biliaris melalui mek anism anisme transpor a k tif tif yang sama dengan yang dimilik i oleh garam or gani k lain, t etapi berbeda dari sek r r esi garam empedu. Be ban bilirubin harian bagi s ek r r esi sek itar itar 30 mg. Di dalam usus, ba k t eri usus mengubah bilirubin
ke kelas
senyawa yang dikenal se bagai urobilinogen.
Urobilinogen
terutama diek sk r r esi k an an di dalam f es es, t etapi se bagian di r eabsorpsi dan di
ini
stra k si si ek stra
oleh he patosit untuk memasuk i sir k u r esik an an di dalam kulasi lasi enterohe patik atau diek s k r urin.
14
sumber gambar: ahdc.vet.cornell.edu Histologi Saluran
empedu
dilapisi e pit el tora k s dengan bentuk se perti
riptus, k riptus,
yang
didalamnya t erdapat s el muk us us yang berselang-s eling. S el oto polos yan g jarang ak an an ditemuk an an di dalam dindin g fibrosa duk tus tus utama. Dinding vesi k a biliaris memilik i empat
lapisan. Da erah fundus,
viseralis.
ularis Perimus k ularis
orpus k orpus
dan infundibulum ditutupi ol eh peritoneum
dibawahnya merupak an an jaringan lapisan ik at at dengan
penonjolan yang bervariasi dan k aya pembuluh darah dan p embuluh limf e. Tuni k a musk ularis ularis mengandung serabut otot longitudinalis. Tuni k a muk osa osa dilapisi e pitel torak s tinggi, yang bila terjadi peradangan, bisa berinvaginasi s ecara dalam untu k membentuk sinus Rok itans itansk yy-Aschoff. S el yang mensek r r esi muk us us hanya menonjol pada da erah k ollum. ollum. Vas k ularisasi ularisasi
Suplai art eri cabang
kecil
oledok us us k ol
ke
batang saluran empedu
strahe patik ek strah
prok simal simal muncul dari
yang berasal dari art eri he patik a lobaris, dan vas k ularisasi ularisasi du k tus tus
distal
ol eh
cabang
dari
art eri
pank r r eatik oduod oduodenalis superior. Arteri sistik a yang
gastroduodenalis ke
dan
art eri
vesi k a biliaris biasanya b erasal 15
dari art eri he patik a dek stra stra yang terletak posterior lat eral terhadap du k tus tus heaptik us us omunis. k omunis.
S elama
olesist ek tomi, tomi, k ol
art eri sistik a dit emuk an an pada basis du k tus tus sistik us us
dalam s egitiga Calot, tiga sisiya dibatasi ol eh duk tus tus he patik us us sistik us, us, dan hati. Drainas e vena
ke
batang saluran empedu
omunis, k omunis,
strahe patik dan ek strah
du k tus tus vesik a
biliaris lan gsung ke vena porta. Sistem Limfatik Drainas e pembuluh limf e batang he patobiliaris bersifat s entrifugal.
Pembuluh
dari par enk im im hati dan batan g saluran empedu intrahe patik ber k o konv nver gensi pada porta he patis dan berjalan s e panjang duk tus tus he patik us us he patoduodenal e untuk me masuk i sist erna
hili k hili
omunis k omunis dan
di dalam li gamentum
kemudian
du k tus tus torasik us. us.
Limf e vesik a biliaris berdrainsas e se panjang duk tus tus sistik us us ke dalam jalinan ini. Pada olesistisis, kelenjar k ol
limf e yang membesar k has has bisa dit emuk an an pada k ollum ollum vesi k a
biliaris (nodus limfatik us us du k tus tus sistik us) us) maupun pada sambun gan du k tus tus sistik us us dengan k ol oledok us us serta se panjang bagian supraduodenal distal dari du k tus tus k ol oledok us. us. Persyarafan
Sist em Saluran Empedu
Persyarafan
otonom batan g saluran empedu t erdiri dari s erabut saraf simpatis
(nervus va gus) dan simpatis (torasi k a) a) yang mengik uti uti jalannya suplai vas k ular. ular. Persyarafan
va gus muncul dari va gus ant erior serta penting dalam mempertahank an an
tonus dan k ontra ontrak tilitas tilitas vesik a biliaris. S erabut simpatis af er en memperantarai nyeri olik biliaris. S e bagian k oli
2.
produ k si si empedu dip engaruhi ol eh kendali otonom.
Epidemiologi
Sek itar itar 16 juta orang di AS menderita batu empedu, yang mengharusk an an dila k uk annya annya sek itar itar 500.000
olesistek tomi tomi k ol
langsung bagi sek itar itar 10.000 dengan usia dan j enis perbandin gan
4:1.
dalam s etahun. Batu
kematian
kelamin.
empedu
bertanggung jawab s ecara
pertahunnya. Pr evalensi batu empedu bervariasi s esuai
Wanita dengan batu empedu mele bihi jumlah pria dengan
Wanita yan g meminum estrogen
sogen ek so
memili k i peningk atan atan r esi k o, o,
yang melibatk an an hormon l e bih lanju lagi. Dengan bertambahnya usia, dominansi wanita ini menjadi k uran urang jelas. Batu empedu tida k bisa dit emuk an an pada orang yang berusia dibawah 20
16
tahun (1 pers en), l e bih sering dalam
kelompok
usia
40
sampai 60 tahun (11p ersen) dan
ditemuk an an sek itar itar 30 persen pada oran g yang berusia di atas 80 tahun. 3.
Faktor-Faktor Resiko Pada
dasarnya s emua penyak it it k roni ronik memilik i riwayat alamiah yang yang bersifat
multifa k torial torial termasuk disini adalah Chol elithiasis yang diak ibat ibatk an an dari int era k si si antara fak tor tor genetik dan lingk un ungan.
Fa k tor tor
lingk un ungan a k hir-a hir-ak hir hir ini dianggap bera k ibat ibat dari
tumbuhnya gaya hidup yan g modern, t ermasuk disini adalah tin gginya asupan k arbohidrat, arbohidrat, pr evalensi tinggi timbulnya obesitas dan non-insulin d e pendent diabet es mellitus, dan gaya hidup yang cenderung sedenter. Hipot esis genetik menduk un ung teori col elithiasis ber ke kembang dari hubungan survey e pidemiologi yang telah ada memberik an an
kesan
bahwa ras am erik a dan bangsa indian
memilik i gen lithogenik le bih tinggi. Kar ena k ol olest erol dalam empedu dari
olest erol k ol
an ke banyak an
berasal
yang dibentuk dari lipoprot ein plasma, be berapa studi dan p enelitian
memfok us usk an an pada gen yang ter k a it dengan transport dari kait spr esi ek spr
kelua ga,
olesterol k ol
t ers e but, termasu k
dari apoprot ein E, B dan A-I dan chol esterol est er transf er prot ein. Pada percobaan
dengan menggunak an an tik us us dan hamst er telah dit emuk an an memang ada suatu gen yang dapat membantu t erbentuk nya nya batu empedu k ol olest erol. tor-fa k tor tor Fa k tor-fa jenis
kelamin,
adar k adar
yang mendasari t erjadinya batu empedu pada be berapa penelitian adalah
usia, k ol olest erol HDL yang r endah, BMI yang tinggi, persentase lemak tubuh,
osa s erum yang yang le bih tinggi terutama pada wanita (d engan atau tanpa glok osa
NIDDM), paritas dan hip erinsulinemia.
Pada
penelitian yang secara k onsist onsist en dan s ering
ditemuk an an adalah hubungan antara k ons onsentrasi k ol olest erol HDL s erum dengan t erjadinya batu empedu,
yang memberik an an
kesan
bahwa abnormalitas dari m etabolisme k ol olest erol HDL yang
mendasari t erjadinya batu empedu.
17
Diagram Fak tor tor r esik o terjadinya batu empedu
4.
Patofisiologi Pembentukan Batu Empedu
Batu Kol est erol Empedu yang disupersaturasi ol eh k ol olest erol bertanggung jawab ba gi le bih dari 90 p ers en batu empedu di negara barat. S e bagian besar batu ini m erupak an an batu k ol olesterol campuran yang mengandung paling sedik it it 75 pers en k ol olesterol berdasar k a n berat s erta dalam variasi kan jumlah fosfolipid, pigmen
empedu,
s enyawa or gani k dan inor gani k lain. Batu
olesterol k ol
murni t erdapat dalam s ek itar itar 10 persen dari s emua batu k ol olesterol. Sifat fisi k omia omia empedu bervariasi s esuai k ons onsentrasi r elatif garam empedu, lesitin dan k ol olest erol. Kol estrol dilarut k an an dalam
empedu
dalam da erah hidrofobi k micelle, sehingga
jumlah r elatif garam empedu
empedu
dan lesitin. Hubungan antara
kelarutannya
olest erol k ol
t er gantung pada
lesitin dan garam
ini dapat dilihat dalam grafik segitiga. Yang k oordinatnya oordinatnya merupak an an persentasi
onsentrasi k ons
molar garam
olest erol seluruhnya k ol
empedu,
l esitin dan
olest erol. k ol
Empedu yang mengandung
di dalam mic elles digambar k a n ol eh ar ea di bawah garis lengk un ung ABC kan
(cairan mic elle) ; tetapi bila k ons onsentrasi r elatif garam empedu, lesitin dan k ol olest erol turun
ke
18
ar ea di atas garis ABC, ma k a ada k ol olest erol di dalam dua fas e atau l e bih (cairan mic elle dan ristal k ol olest erol) k ristal
an Pembentuk an
batu k ol olest erol merupa k an an pros es yang t erdiri atas 4 def ek ek utama yang dapat
terjadi secara berurutan atau b ersamaan: 1. Supersaturasi k ol olesterol empedu. 2. Hipomotilitas k antun antung empedu. 3.
atan Peningk atan
a k tivitas tivitas nuk leasi k ol olesterol.
4.
Hipersek r r esi muk us us di k antun antung empedu 1. Supersaturasi Kol est erol empedu Kolest erol merupak an an
omponen k ompon
utama dalam batu
metabolism e k ol olesterol yang normal, k ol olesterol yang disek r r esi terlarut ol eh empedu
omponen empedu k ompon
ke
olest erol. k ol
dalam empedu a k an an
yang memilik i ak tivitas tivitas deter genik s e perti garam
dan fosfolipid ( k hususnya hususnya l esitin). Konformasi
olest erol k ol
dalam
dapat berbentuk misel, vesikel, campuran mis el dan vesikel atau k ristal. ristal. pada
keadaan
Pada
empedu
Umumnya
normal dengan saturasi k ol olest erol yang r endah, k ol olest erol wujud dalam
bentuk misel yaitu a gr egasi lipid dengan fosfat dan hidro k sil sil t erarah
keluar
omponen k ompon
berpolar lipid s e perti senyawa
dari inti mis el dan t ersusun berbatasan dengan fas e
berair sementara k ompon omponen rantaian hidrofobi k bertumpuk di ba gian dalam mis el.
Semak in in meningk at at saturasi
olest erol, k ol
ma k a bentuk k omposisi omposisi
olest erol k ol
yang ak an an dit emuk an an terdiri atas campuran dua fas e yaitu mis el dan vesikel. Vesi kel
19
olest erol k ol
dianggar k a n sek itar itar 10 k ali ali lipat l e bih besar daripada mis el dan memilik i kan
fosfolipid bilay er tanpa mengandung garam berpolar vesi kel turut diatur m engarah
ke
empedu.
S e perti mis el,
omponen k ompon
luar vesi kel dan berbatasan dengan fas e
berair ek st st enal sementara rantaian hidro k arbon arbon yang hidrofobik membentuk bagian dalam dari lipid dwilapis. Didu ga <30%
olesterol k ol
bilier diangk ut ut dalam bentuk
misel, yang mana s ele bihnya berada dalam bentuk vesi kel.
onformasi Umumnya, k onformasi
vesi kel berpr edisposisi t erhadap pembentuk an an batu empedu k ar ar ena le bih cenderun g untuk bera gr egasi dan bernu k leasi untuk membentuk k onformasi onformasi k ristal. ristal. Small dkk (1968) menggambar k a n batas solubilitas k ol olest erol empedu se bagai kan fak tor tor yang ter k a it dengan k adar adar fosfolipid dan garam empedu dalam b entuk diagram kait segitiga,
keseimbangan
empedu,
5%
olest erol k ol ar ena k ar
olest erol k ol
titik
P
mewak ili ili
empedu
dengan
omposisi k omposisi
80% garam
dan 15% l esitin. Garis ABC mewak ili ili solubilitas ma k simal simal
dalam berba gai campuran
omposisi k omposisi
garam
empedu
dan lesitin. Oleh
titik P berada di bawah garis ABC s erta berada dalam zona yang terdiri atas
fase tunggal cairan mis el mak a empedu disifat k an an se bagai tida k tersaturasi dengan olest erol. Empedu k ol
dengan campuran
omposisi k omposisi
yan g berada atas garis ABC a k an
mengandung k ons onsentrasi k ol olesterol yang melampau dalam s ehingga empedu dise but se bagai mengalami supersaturasi olest erol k ol
a k an an wujud dalam
olest erol. k ol
keadaan
Empedu yang tersupersaturasi dengan
l e bih daripada satu fase yaitu dapat dalam
bentuk campuran fas e misel, vesikel maupun pr esipitasi membentuk empedu.
ristal k ristal
dan c enderung mengalami
yang selanjutnya ak an an ber ke kembang menjadi batu
Dalam arti k ata ata lain, dia gram
omposisi k ol olest erol k omposisi
ristal k ristal
kes eimbangan
fas e turut memudahk an an pr edik si si
dalam empedu (fas e misel, vesi kel, campuran mis el dan vesi kel
atau k ristal). ristal).
Selain itu, dia gram olest erol k ol
kes eimbangan
turut menfasilitasi penentuan indek s saturasi
(CSI) s e ba gai indik ator ator tingk at at saturasi
olest erol k ol
dalam
empedu.
CSI
didefinisi k an an s e bagai rasio k ons onsentrasi se benar k ol olest erol bilier dibanding k ons onsentrasi mak simal simal yang wujud dalam b entuk terlarut pada fas e empedu. Pada keadaan
CSI >1.0,
empedu
kes eimbangan
dianggap tersupersaturasi dengan
pada mod el
olest erol k ol
yaitu
di mana p eningk atan atan k ons onsentrasi k ol olest erol be bas yang melampaui k apasitas apasitas
solubilitas empedu.
20
Pada keadaan
supersaturasi, mol ek ul ul
olesterol k ol
cenderung berada dalam
bentuk vesikel unilamelar yang secara perlahan-lahan a k an an mengalami fusi dan agr egasi hingga membentuk vesikel multilamelar (k ristal ristal cairan) yang bersifat metastabil. Agr egasi dan fusi yang berlanjutan a k an an menghasilk an an k ristal ristal k ol olest erol monohidrat menerusi pros es nu k leasi. T eori t erbaru pada saat ini m engusulk an an bahwa kes eimbangan
menentuk an an
fase fisik ok imia imia pada fas e vesikel merupak an an fa k tor tor utama yan g
ristal kec enderungan k ristal
supersaturasi
olesterol k ol
litogenisitas
empedu.
cairan untu k membentuk batu empedu. Tingk at at
dise but es ba gai fa k tor tor paling utama yang menentuk an an
Berdasar k a n dia gram fas e, fak tor-fa tor-fa k tor tor yang menduk un ung kan
supersaturasi k ol olest erol empedu termasuk :
1. Hipersek r r esi k ol olest erol.
Hipersekresi kolesterol merupakan penyebab paling utama supersaturasi kolesterol empedu. Hipersekresi kolesterol dapat disebabkan oleh: 1. peningk atan atan uptake k ol olesterol he patik 2. peningk atan atan sint esis k ol olesterol 3. penurunan sint esis garam empedu he patik 4.
penurunan sint esis ester k ol olestril he patik
Penelitian k oenzim
mendapatk an an penderita batu
empedu
umumnya m emilik i ak tivitas tivitas
A r eduk tas tas e 3-hidrok si-3-m si-3-metilglutarat (HMG-CoA) yang le bih tinggi
dibanding
ontrol.Ak tivitas tivitas k ontrol.
HMG-CoA yang tinggi ak an an memacu biosint esis
olest erol k ol
he patik yang menye babk an an hip ers ek r r esi k ol olest erol empedu. Kons entrasi
olest erol k ol
yang tinggi dalam empedu supersaturasi k ol olest erol pembentuk an an
ristal k ol olest erol. k ristal 2. Hiposintesis garam empedu/perubahan k omposisi omposisi r elatif cadangan asam empedu. Garam empedu dapat mempengaruhi litogenisitas empedu sesuai dengan p erannya se bagai pelarut keadaan
olest erol empedu. k ol
Hiposint esis garam
empedu
misalnya pada
mutasi pada mol ek ul ul prot ein transpor yang terlibat dalam sek r r esi asam
empedu ke
supersaturasi
dalam
analik ulus ulus k anali
olest erol k ol
(dis e but protein ABCB11) a k an an menfasilitasi
yang berlanjut dengan litogenesis
empedu.
Komposisi
dasar garam empedu merupak an an asam empedu di mana t erdapat tiga
kelompok
asam empedu utama ya k ni ni: 21
1. Asam empedu primer yang terdiri atas asam k oli olik dan asam kenodeok si si k oli olik . 2. Asam empedu sek und under yang terdiri atas asam d eok si sik oli olik dan asam litok oli olik . 3. Asam empedu tertier yang terdiri atas asam ursod eok si sik oli olik .
K etiga
kelompok
ini membentuk cadangan asam empedu tubuh (bil e acid pool)
dan masing-masing
mempunyai sifat hidrofobisitas yan g
berbeda. Sifat
hidrofobisitas yan g berbeda ini a k an an mempengaruhi litogenisitas Semak in in hidrofobi k asam
empedu,
semak in in besar
empedu.
kemampuannya
untuk
menginduk si si s ek r r esi k ol olesterol dan mensupr esi sint esis asam empedu. Kons entrasi r elatif tiap asam empedu yang membentuk cadangan asam empedu tubuh a k an an mempengaruhi CSI empedu
memili k i sifat hidrofobisitas yan g berbeda. Asam
primer dan t ertier bersifat hidrofili k sementara asam empedu sek und under
bersifat hidrofobi k . olik k oli
ar ena k ar
yang
Penderita
kecil
batu empedu umumnya m empunyai cadangan asam
dan cadangan asam deok si si k oli olik yang le bih besar. Asam
deok si si k oli olik bersifat
hidrofobi k dan
mampu
meningk at atk an an
CSI
dengan
meninggik an an s ek r r esi k ol olest erol dan mengurangi wa k tu tu nuk leasi. S e balik nya, nya, asam ursodeok si si k oli olik dan
sik oli olik kenodeok si
merupa k an an asam empedu hidrofili k yang
berperan mencegah pembentuk an an batu k ol olest erol dengan mengurangi sint esis dan sek r r esi
olesterol. k ol
Asam
ursodeok si sik oli olik
turut
menurunk an an
CSI
dan
memperpanjang wak tu tu nuk leasi, diduga dengan cara melemahk an an a k tivitas tivitas prot ein pronuk leasi dalam empedu.
3. Def ek r esi atau hiposint esis fosfolipid ek sek r 95% daripada fosfolipid fosfolipid olest erol. k ol
empedu,
Mutasi
empedu
t erdiri atas l esitin. Se bagai
omponen k ompon
utama
l esitin berperan penting dalam membantu solubilisasi pada
mol ek ul ul
prot ein
transpor
fosfolipid
(dis e but
protein ABCB4) yang berperan dalam s ek r r esi mol ek ul ul fosfolipid (t ermasuk lesitin) ke
dalam empedu ter k a it dengan p er ke olelitiasis pada golongan dewasa kait kembangan k ol
muda.
2. Hipomotilitas k antun antung empedu. Motilitas
antung k antun
empedu
merupa k an an satu pros es fisiologik yang mencegah
litogenesis dengan memastik an an evak uasi uasi empedu dari k antun antung empedu
ke
dalam usus 22
se belum t erjadinya pros es litogenik . Hipomotilitas uasi empedu ke evak uasi
antung empedu k antun
dalam usus pros es absorpsi air dari
muk osa osa le bih ce pat dari evak uasi uasi
empedu
peningk atan atan
memperlambat
empedu
ol eh dinding
onsentrasi empedu k ons
proses litogenesis empedu.
Hipomotilitas k antun antung empedu dapat t erjadi a k ibat ibat :
K elainan intrinsi k dinding musk ul uler yang meliputi: o
Perubahan
tingk at at hormon s e perti menurunnya
olesistok inin inin k ol
(CCK),
meningk atnya atnya somatostatin dan estrogen. o
ontrol Perubahan k ontrol
neural (tonus va gus).
Kontrak si si sfingter m elampau hingga m enghambat evak uasi uasi empedu normal. Patofisiologi empedu
yang mendasari f enomena hipomotilitas k antun antung empedu pada batu
masih belum dapat dipasti k an. an. Namun b egitu, diduga hipomotilitas
antung empedu k antun
merupa k an an a k ibat ibat
ef ek ek
tok si si k
olesterol k ol
berl e bihan yang
menumpu k di s el otot polos dindin g k antun antung yang menganggu transdu k si si sinyal yang dimediasi ol eh prot ein G. K esannya, t erjadi pengerasan membran sar k o kol lema sel otot t ers e but. Secara k linis,p linis,penderita batu empedu d engan def ek ek pada motilitas antung k antun
empedu
cenderung bermanif estasi se bagai gangguan pola ma k an an
terutamanya penurunan s elera ma k an an serta sering ditemuk an an volume r esidual antung empedu k antun menye babk an an
yang le bih besar. Selain itu, hipomotilitas k antun antung empedu dapat
stasis
pembentuk an an batu
antung k antun
empedu. Stasis
ar ena empedu k ar
merupa k an an
fa k tor tor
r esik o
an tera k umulasi umulasi s esuai dengan gel musn a k an
perpanjangan wa k tu tu penyimpanan empedu. Stasis menye babk an an gangguan aliran empedu ke
dalam usus dan ini b erlanjut dengan gangguan pada sir k u kulasi lasi
enterohe patik .
Ak ibatnya, ibatnya, output garam empedu dan fosfolipid b er k u kuran rang dan ini
memudahk an an
ke jadian
supersaturasi. Stasis yang berlangsung lama menginduk si si
pembentuk an an lumpur bili er (biliary sludge) terutamanya pada p enderita dengan kec ederaan
yang lama,
medula spinalis, pemberian TP N untuk periode lama, terapi ok tr tr eotida kehamilan
dan pada
keadaan
penurunan berat badan mendada k .
Lumpur bilier yang turut di kenal dengan nama mi k rolitiasis rolitiasis atau ps eudolitiasis ini terjadi a k ibat ibat pr esipitasi empedu yang t erdiri atas k ristal ristal granul
alsium k alsium
bilirubinat dan mu k us. us.
Patofisiologi
olest erol k ol
monohidrat,
lumpur bilier persis pros es
yang mendasari pembentuk an an batu empedu. Kristal k ol olest erol dalam lumpur bili er 23
ak an an mengalami a glomerasi berterusan untuk membentuk batu mak ros ros k opi opik hingga dik ata atak an an lumpur bili er merupak an an pr ek ursor dalam lito genesis batu ek ursor empedu.
3.
atan Peningk atan
a k tivitas tivitas nuk leasi k ol olesterol.
Empedu yang supersaturasi dengan k ol olest erol cenderung untuk mengalami pros es nuk leasi. Nuk leasi merupa k an an pros es k ond ondensasi atau a gr egasi yang menghasilk an an ristal k ol olest erol k ristal empedu
monohidrat mi k ros ros k opi opik atau partikel k ol olest erol amorfus daripada
supersaturasi. Nuk leasi k ol olest erol merupak an an pros es yang dipengaruhi ol eh
kes eimbangan unsur
antinu k leasi dan pronu k leasi yang merupak an an senyawa prot ein
tertentu yang dik andun andung oleh empedu, fa k tor tor pronuk leasi berint era k si si dengan vesi kel olest erol s ementara k ol
fa k tor tor antinuk leasi berintera k si si dengan k ristal ristal solid k ol olesterol.
tor pronu k leasi yang paling penting termasuk glik oprot oprotein musin, yaitu Antara fa k tor satu-satunya k ompon omponen empedu yang terbuk ti ti menginduk si si pembentuk an an batu pada keadaan
in vivo. Inti dari glik oprot oprotein musin t erdiri atas da erah hidrofobi k yang
mampu mengik at at k ol olest erol, fosfolipid dan da n bilirubin. Pengik atan atan vesikel yang k aya aya dengan k ol olesterol ke pada r egio hidrofili k glik oprot oprot ein musin ini didu ga m emacu proses nuk leasi. Fak tor tor pronu k leasi lain yang berhasil diisolasi daripada mod el sist em empedu termasuk imunoglobulin
oprotein asam asa m -1. -1. glik oprot
(IgG dan M), aminope ptidas e N, haptoglobin dan
Penelitian terbaru
menganjur k a n peran inf ek si int estinal distal kan ek si
oleh spesi es Helicobacter (kecuali H. pylori) m enfasilitasi nuk leasi k ol olest erol empedu. Proses
alsium k alsium
nuk leasi turut dapat diindu k si si ol eh adanya mi k ropr ropr esipitat garam
inor gani k maupun or gani k . Fak tor tor antinuk leasi t ermasuk prot ein se perti
imunoglobulin A (IgA), apoA -I dan apo A ±II. Mek anism anisme fisiologik yang mendasari ef ek ek untuk s e bagian
besar daripada fa k tor-fa tor-fa k tor tor ini masih belum dapat dipasti k an. an.
Nuk leasi yang berlangsung lama selanjutnya a k an an menye babk an an t erjadinya pros es ristalisasi k ristalisasi empedu
yang menghasilk an an k ristal ristal k ol olesterol monohidrat. Wa k tu tu nuk leasi pada
penderita batu empedu telah t erbuk ti ti le bih pendek dibanding empedu k ontrol ontrol
pada orang normal. Wa k tu tu nuk leasi yang pendek memper giat k ristalisasi ristalisasi k ol olesterol dan menfasilitasi pros es litogenesis empedu.
4.
Hipersek r r esi muk us us di k antun antung empedu
24
Hipersek r r esi muk us us k antun antung empedu di k ata atak an an merupa k an an
ke jadian
pr ek ursor ek ursor
yang universal pada be berapa penelitian menggunak an an model empedu h ewan. Muk us us yang
ek sesif
menfasilitasi pembentuk an an
onk r r esi k ol olesterol k on
mak ros ros k opi opik
ar ena k ar
muk us us dalam k uantitas uantitas melampau ini berperan dalam memeran gk ap ap k ristal ristal k ol olesterol dengan memperpanjang wak tu tu
uasi empedu evak uasi
dari
antung empedu. k antun
Komponen
glik oprot oprotein musin dalam mu k us us ditunju k se ba gai fa k tor tor utama yang bertinda k
se bagai agen per ek at yang menfasilitasi a glomerasi k rristal istal dalam patofisiologi batu ek at empedu.
Saat ini, stimulus yan g menye babk an an hipers ek r r esi muk us us belum dapat
dipastik an an namun na mun prosta prosta glandin didu ga m empunyai p eran penting dalam hal ini. Se bagian besar pasien batu k ol olesterol mensek r r esi empedu hati litogenik . K elompok tertentu mempunyai k umpulan umpulan garam empedu total yang ber k o si (1,5 sampai 2 g) yang kontra ntrak si merupa k an an s e paruh uk uran uran orang normal. Bisa timbul a k ibat ibat hubungan umpan bali k garam empedu
abnormal d engan penurunan sint esis hati ba gi garam empedu atau hilangnya garam
empedu s ecara
berle bihan melalui f eses a k ibat ibat malabsorpsi il eum primer atau s etelah r es ek si si
atau pintas ileum. K elompok lain, terutama orang yang gemuk , mensek r r esi k ol olesterol dalam jumlah yang berle bihan. Be berapa buk ti ti menggambar k a n bahwa masuk an an di et k ol olesterol dan kan atau k andun andungan k alori alori di et bisa mempengaruhi s ek r r esi k ol olesterol juga. Mek anism anisme lain yang diusul k an an ba gi p embentuk an an batu, melibatk an an disfungsi vesik a
biliaris. Stasis a k ibat ibat obstruk si si mek ani ani k atau fungsional, bisa menye babk an an stagnasi empedu di dalam vesik a biliaris dengan r esorpsi air b erle bihan dan merubah Penelitian
kelarutan
percobaan menggambar k a n bahwa peradangan dinding kan
menye babk an an r esorpsi garam r esi empedu s erta sek r
empedu
unsur empedu.
andung empedu k andun
bisa
berl e bihan, perubahan dalam rasio l esitin/garam
garam k alsium, alsium, mu k oprot oprotein dan de bris or gani k s el; p erubahan ini bisa
merubah empedu hati normal menjadi
empdu
inf ek si dalam patogenesis pembentuk an an batu ek si
litogenik di dalam vesi k a biliaris. olest erol k ol
bersifat
ontroversial. k ontrov
Peranan
Walaupun
or ganisme usus t ert entu bisa dibia k dari inti batu k ol olest erol atau dari dindin g vesi k a biiaris, namun s e bagian besar batu k ol olest erol t erbntuk tanpa adanya inf ek si. ek si.
25
Sumber gambar: cholesterolmedications.info
Batu Pigmen Batu pigmen merupak an an sek itar itar 10 pers en dari batu empedu di ameri k a serik at. at. Ada dua bentuk , yaitu batu pi gmen murni yang le bih umum dan batu k alsium bilirubinat. Batu pigmen murni l e bih
kecil
(2 sampai 5 mm), multip el, sangat
keras
dan penampilannya hijau
sampai hitam. Batu-batu t erse but mengandung dalam jumlah bervariasi k alsium alsium bilirubinat, polimer bilirubin, asam
empedu,
dalam jumlah
olesterol kecil k ol
banyak senyawa or gani k lain. Di daerah timur, batu
(3 sampai 26 p ers en) dan
alsium k alsium
bilirubinat dominan dan
merupa k an an
40
sampai 60 p ersen dari s emua batu empedu. Batu ini l e bih rapuh, berwarna
latan kecok latan
sampai hitam s erta sering membuat batu diluar v esi k a biliaris di dalam du k tus tus
oledok us us k ol
atau di dalam du k tus tus biliaris intrahe patik . Batu
alsium k alsium
bilirubinat s ering
radioopak , sedangk an an batu pigmen murni mungk in in tida k radioopak , ter gantung pada andungan k alsiumnya. alsiumnya. k andun Patogenesis
batu pi gmen berbeda dengan batu
olest erol, kemungk inan inan k ol
mencak up up
sek r r esi pigmen dalam jumlah yan g meningk at at atau pembentuk an an pigmen abnormal yan g mengendap di dalam empedu. Sirosis dan stasis biliaris m erupak an an pr edisposisi p embentuk an an gmen. batu pi
Pasien
dengan peningk atan atan be ban bilirubin ta o k k t er k konju njugasi. (anemia
hemolitik ), ), la zim membentuk batu pigmen murni. Patofisiologi
batu Pigmen Murni (pigmen Hitam)
an Pembentuk an
batu b erpigmen hitam diawali oleh hipers ek r r esi blilirubin
ter k o hususnya mono gluk uronida) uronida) konju njugat (k hususnya
ke
dalam
empedu. Pada keadaan 26
hemolisis t erjadi hip ers ek r r esi bilirubin t er k o ali lipat konju njugat hingga mencapai 10 k ali dibanding k adar adar sek r r esi normal. Bilirubin t er k o konju njugat s elanjutnya dihidrolisis ol eh uronidase- gluk uronidas
endogenik
membentuk bilirubin ta k ter k o konju njugat.
yang sama, def ek anisme asidifik asi asi ek pada mek anism dinding muk osa osa sialik dan
antung empedu k antun
omponen k ompon
alsium k arbonat arbonat k alsium empedu
empedu
atau menurunnya
Pada
wa k tu tu
a k ibat ibat daripada radan g
apasitas k apasitas
³buff ering´ asam
sulfat dari gel musin a k an an menfasilitasi sup ersaturasi
dan fosfat yan g umumnya tida k ak an an terjadi pada
keadaan
dengan ph yan g le bih r endah. Supersaturasi berlanjut dengan pemendak an an
atau pr esipitasi k alsium alsium k arbonat, arbonat, fosfat dan bilirubin ta k ter k o konju njugat. Polimerisasi yang terjadi
kemudian
a k an an
menghasilk an an
ristal k ristal
dan b era k hir hir dengan
pembentuk an an batu b erpigmen hitam.
Patofisiologi
batu pigmen Kalsium Bilirubinat (batu co k lat) lat)
Batu berpigmen cok lat lat terbentuk hasil inf ek si ana erobik pada ek si
empedu,
sesuai
dengan penemuaan sitorangk a bak teri pada pemeri k saan saan mi k ros rosk opi opik batu. Inf ek si trak tus tus bili er oleh bak teri Escherichia coli, Salmonella typhii dan sp esi es ek si Str e ptococcus atau parasit cacing se perti Ascaris lumbricoid es dan Opisthorchis sinensis s erta Clonorchis sin ensis menduk un ung pembentuk an an batu berpigmen.
patofisiologi batu diawali ol eh inf ek si ba k teri/parasit di empedu. Mik roor roor ganisma ek si enteri k
ini selanjutnya menghasilk an an enzim gluk uronidas uronidase-, fosfolipas e A dan
hidrolas e asam empedu t er k o konju njugat.
Peran ketiga-tiga enzim t ers e but
didapatk an an
se perti berik ut: ut:
y
Gluk uronidas uronidas e menghidrolisis bilirubin t er k o an konju njugat hingga menye bab k an pembentuk an an bilirubin ta k ter k o konju njugat.
y
Fosfolipas e
an asam lemak be bas (t erutamanya asam st earik dan A menghasilk an
asam palmitik ). ). y
Hidrolase asam empedu menghasilk an an asam empedu ta k ter k o konju njugat.
Hasil produ k alsium k alsium
enzimatik
ini selanjutnya dapat ber k o kompl mplek s dengan s enyawa
dan membentuk garam
alsium. k alsium.
Garam
ber k r istalisasi s ehingga terbentuk batu empedu. kristalisasi oleh
keadaan
alsium k alsium
Proses
dapat t erm endak lalu
litogenesis ini didu k un ung
stasis empedu dan k ons onsentrasi k alsium alsium yang tinggi dalam empedu. 27
Bak t eri mati dan glik oprot oprotein ba k teri diduga dapat berperan s e bagai a gen p er ek at, ek at, yaitu s e ba gai nidus yang menfasilitasi pembentuk an an batu, s e perti fungsi pada musin endogenik . Batu Pigmen Hitam
sumber gambar: anatomy.med.umich.edu
Batu Pigmen Cok lat lat
5.
Riwayat Alamiah Batu empedu
Riwayat alamiah batu arbon k arbon
empedu
masih belum s e penuhnya dipahami.
Penentuan
umur
t elah memperlihat k an an bahwa batu bisa memerlu k an an wak tu tu selama 8 tahun untu k 28
mencapai uk uran uran ma k simum. simum. L e bih lanjut, bisa memerlu k an an wa k tu tu bertahun tahun untu k timbulnya ge jala setelah batu mulai t erbentuk . J elas dengan luasnya pr evalensi batu empedu, an dila k uk annya annya k ol olesistek tomi tomi hanya timbul dalam s edik it it pasien. ge jala yan mengharusk an Hanya s ek itar itar 30 pers en pasien batu empedu yang memerlu k an an k ol olesistek tomi. tomi. Cara t erbaik untuk memerik sa sa riwayat alamiah batu pasien batu empedu
empedu ke
dalam dua
ategori, k at
empedu
adalah dengan membagi
simtomatik dan asimtomatik .
Pasien
batu
simtomatik membentuk kelompok dengan insiden yang tinggi untuk mendapatk an an
masalah nantinya. Be berapa seri besar dari sw edia yang diik uti uti dari 1.300 pasi en batu empedu
b erusia 5 sampai 20 tahun. Walaupun l e bih dari 90 persen mempunyai ge jala wak tu tu
diagnosis, namun mer ek an sasaran k olesistek tomi. tomi. S ek itar itar setengah pasien ek a buk an mengalami atau
ambuhan kek ambuhan
arsinoma k arsinoma
kemudia
dan k ompli ompli k asi asi parah s e perti k ol olesistisis a k uta, uta, ik terus, pank r r eatitits
vesi k a biliaris. L e bih lanjut, mortalitas bedah meningk at at dengan tinda k an an
gawat darurat atau
omplik asi asi k ompli
s erius. Saat ini
an ke banya k an
dok tr tr menerima
onse p k ons
bahwa
pasien batu empedu simtomatik merupak an an calon k ol olesist ek tomi tomi jik a m er ek ek a sudah s ehat dan mempunyai harapan hidup palin g sedik it it 5 tahun. Pasien
batu
empedu
asimtomatik bisa benar-benar mengalami perjalan yang berbeda.
Dampak yang ditarik dari penelitian pasien simtomatik yang dise but k an an diatas bahwa se bagian pasien asimtomatik , jik a dii k uti uti cuk up up lama a k an an menderita ge jala atau k ompli ompli k asi asi parah. Tetapi se bagian besar pasien simtomatik telah menderita penyak it it v esi k a biliaris lanjut pada wak tu tu diagnosis, s ehingga tida k menampilk an an populasi p embanding yang adil. Le bih lanjut, k ita ita mengetahui dari penelitian autopsi bahwa banya k pasien batu empedu tak pernah memerlu k an an
olesist ek tomi tomi k ol
dan jelas t etap asimtomatik . Dua penelitian yang baik telah
menye butnya se bagai batu empedu ³t enang´ asimtomatik . Batu empedu ditemuk an an secara ke betulan
atau s elama program penyaringan bersk ala ala besar dalam 235 pasi en asimtomatik .
Hanya 15 p ers en kemudian menderita k oli olik biliaris dan hanya 3 p ersen m enderita k ompli ompli k asi asi serius dalam pengawasan jangk a lama (10 ta hun). hun). Saat ini, dengan
kemampuan
penyaring diagnostik ef ek tif (misalnya ek tif
batu empedu asimtomat k ak an an di ketahui. Dalam mungk in in membenar k a n kan
olesist ek tomi tomi k ol
kelompok ini,
³profila k ti tik ´. ´.
memperlihat k an an bahwa pasi en dengan batu
empedu
USG),
banya k pasien
ada param eter tertentu yang
Pengalaman
masa lampau t elah
besar (2,5 cm), v esik a biliaris
ber k a lsifik asi asi atau vesi k a biliaris tida k berfungsi atau pasi en diabetes dengan batu empedu, kalsifi mempunyai risi k o peningk atan atan k ompli omplik asi asi yang serius yang berhubungan langsung dengan 29
batu empedu; k ol olesistek tomi tomi ber encana dib enar k a n dalam subkelompok pasien dengan batu kan empedu
6.
asimtomatik ini.
Diagnosis penyakit saluran empedu Gambaran klinis Pasien
dengan batu empedu, dapat diba gi m enjadi 3
kelompok :
pasien dengan
batu asimptomatik , pasien dengan batu dengan batu empedu simptomati k , dan pasi en dengan
ompli k asi asi k ompli
batu
empedu
(k ol olesistitis a k ut, ut, ik terus,
pank r r eatitis). Se bagian besar (80%) pasi en dengan batu
empedu
olangitis k olan
dan
tanpa ge jala baik k
wak tu tu dengan dia gnosis maupun s elama pemantauan. Hampir s elama 20 tahun perjalanan penyak it, it, se banya k 50% pasi en t etap asimptomatik , 30% mengalami k oli olik bilier dan 20% mendapat k ompli omplik asi. asi. Pada
penderita batu
andung empedu k andun
yang asimtomatik
keluhan
yang
mungk in in bisa timbu ti mbull berupa disp e psia yang k adan adang disertai intol eransi pada ma k ananananmak anan anan yang berl emak . Ge jala batu empedu yang k has has adalah k oli olik bilier,
keluhan
ini didefinisik an an
se bagai nyeri di perut atas berlangsung le bih dari 30 menit dan k uran urang dari 12 jam, biasanya lok asi asi nyeri di perut atas atau e pigastrium t etapi bisa juga di pr ek ordial. Timbulnya ny eri ek ordial.
an ke banyak an
iri k iri
dan
perlahan-lahan, t etapi pada s e pertiga k asus asus
timbul tiba-tiba. Ge jala k oli olik ini t erjadi jik a t erdapat batu yang menyumbat duk tus tus sistik us us atau duk tus tus biliaris meningk at at
omunis k omunis
dan
untuk sementara wak tu, tu, tek anan anan di du k tus tus biliaris a k an an
peningk atan atan
ontrak si si k ontra
peristaltik
di
t empat
penyumbatan
menga k ibat ibatk an an nyeri viscera di da erah e pi pigastrium, mungk in in dengan penjalaran
ke
punggung yang disertai muntah. Penye baran
nyeri dapat
ke
punggung bagian t engah, s k apula, apula, atau
bahu, disertai mual dan muntah. Ji k a terjadi k ol olesistitis,
keluhan
ke
punca k
nyeri menetap dan
bertambah pada wa k tu tu menarik napas dalam dan s ewak tu tu k andun andung empedu t ers entuh ujung jari tangan sehingga pasien berhenti menarik napas, yang merupa k an an tanda rangsangan p eritoneum setempat. 30
Pruritus
dit emuk an an pada i k terus obstruk tif tif yang ber ke ke panjangan dan l e bih
banyak ditemuk an an di da erah tungk ai ai daripada dibadan. Pemeriksaan Fisik
an Batu kandung empedu. Kalau dit emuk an dengan
ompli k asi, asi, k ompli
s e perti
olesistisis k ol
kelainan,
biasanya berhubungan
a k ut ut dengan peritonitis lok al al atau umum.
Hidrops k andun andung empedu, empiema k andun andung empedu atau pank r r eatitis. Pada
pemerik saan saan dit emuk an an nyeri tek an an dengan punk tum tum ma k simum simum di
daerah leta k anatomi
andung empedu. k andun
Tanda murphy positif bila ny eri tek an an
bertambah s ewak tu tu penderita menarik nafas panjang k ar ar ena
andung empedu k andun
yang
meradang ters entuh ujung jari tangan pemerik sa sa dan pasi en berhenti menarik nafas. Batu saluran empedu. Batu saluran empedu tida k menimbul k an an ge jala atau
tanda dalam fas e tenang. Kadang teraba hati a gak membesar dan s k lera ik terik . diketahui bila
adar k adar
bilirubin darah
urang k uran
Perlu
dari 3mg/dl, ge jala ik kt eri k tida k jelas.
A pabila sumbatan saluran empedu bertambah berat, baru a k an an timbul i k terik k linis. linis. A pabila timbul serangan
olangitis k olan
yang umumnya dis ertai dengan obstruk si, si, a k an an
ditemuk an an ge jala k linis linis yang sesuai dengan beratnya k olangitis t ers e but. Kolangitis ak ut ut yang ringan sampai s edang biasanya
olangitis k olan
ba k t erial nonpiogenik yan g
ditandai dengan trias Charcot, yaitu d emam dan menggigil, nyeri di da erah hati dan ik terus.
A pabila etrjadi
olangiolitis, k olan
biasanya b erupa
olangiolitis k olan
piognik
intrahe patik , a k an an timbul lima ge jala pentade r eynold, berupa tiga ge jala tria charcot, ditambah shoc k dan kek acauan acauan mental atau penurunan kesadaran sampai k oma. oma. K elainan batang saluran empedu sering bisa dicurigai atas dasar riwayat p enyak it it saja. Nyeri
uadran k anan anan k uadran
atas, intol eransi ma k anan anan berlemak , demam dan
kedinginan
serta riwayat ik terus, urin b erwarna gelap dan f eses berwarna t eran g. Semuanya menggambar k a n penyak it it saluran empedu. Di samping itu, gambaran fisis i k t erus, kan nyeri t ek an an k uadran uadran k aanan nan atas dan massa pada k uadan uadan k anan anan atas sangat b ermanfaat dalam memusat k an an dia gnosis pada batan g saluran empedu. T etapi gambaran ini tida k patognomonik bagi penyak it it saluran
empedu
dan
adang-k adan adang k adan
bisa timbul
sek und under terhadap penyak it it dalam sist em or gan lain. Le bih lanjut k ar ar ena lok asi asi anatominya, ma k a batang saluran
empedu
tida k memberik an an
inan kemungk inan
dengan
pemeri k saan saan palpasi luar ( kecuali vesik a biliaris yan g berdistensi). S ehingga berbeda 31
dari banya k sistem tubuh lain, s e benarnya dia gnosis pasti s e bagian besar k asus asus saluran
empedu
selalu memerluk an an bantuan p emeri k saan saan laboratorium dan/atau
tek ni nik pembuatan gambar radiografi, sonografi atau radionuk lir. lir. T es dia gnostik ini telah dirancang secara primer untuk mendetek si si adanya batu empedu dan/atau untu k menentuk an an adanya obstru k si si atau halangan aliran berba gai fungsi hati dan
r esi empedu ek sk r
empedu
dengan analisis
imia k imia
atau dengan visualisasi lan gsung anatomi
batang saluran empedu. Tes laboratorium Penyaringan
ba gi p enyak it it saluran empedu m elibatk an an p enggunaan banya k tes
biok imia imia yang menunjukk an an disfungsi sel hati yaitu yan g dinamai t es fungsi hati. Bilirubin s erum yang difra k sionasi sionasi s e ba gai k ompon omponen ta k langsung dan langsung dari r eak si si van den ber gh, dengan s endirinya sangat tak spesifik . Walaupun s ering peningk atan atan biirubin s erum menunjukk an an kelainan
kelainan
he patobiliaris pada banyak jenis
yang mencak up up e pisode berma k na na hemolisis intravas k ular ular dan s e psis
sist emik . T etapi le bih lazim peningk atan atan bilirubin s erum timbul s ek und under terhadap olestasis k ol
intrahe patik , yang menunjukk an an disfungsi par enk im im hati atau
strahe patik ek strah keganasan
sek und under terhadap obstruk si si saluran
empedu
a k ibat ibat batu
olestasis k ol empedu,
atau penyak it it pank ras ras jina k . Bila obstru k si si saluran empedu l engk ap, ap, ma k a
bilirubin serum me muncak 25 sampai 30 m g per 100 ml, yan g pada wa k tu tu itu ek sk r r esi bilirubin urin sama dengan produ k si si harian. Nilai l e bih dari 30 mg per 100 ml b erarti terjadi bersamaan dengan hemolisis atau disfun gsi ginjal atau s el hati. K eganasan strahe patik ek strah
paling sering menye babk an an obstruk si si l engk ap ap (bilirubin s erum 20 mg
per 100 ml) s edangk an an batu
empedu
biasanya menye babk an an obstruk si si se bagian,
dengan bilirubin s erum jarang mele bihi 10 sampai 15 mg per 100 ml. Alanin aminotransf erase (SGOT) dan aspartat aminotransf eras e (SGPT) merupa k an an
enzim
yang disintesis
dalam
dalam
onsentrasi k ons
ak tivitas tivitas s erum s ering menunju kk an an
tinggi di dalam he patosit. kelainan
atan Peningk atan
sel hati; t etapi peningk atan atan enzim ini
(satu sampai ti ga k ali ali dari normal atau k adan adang-k adan adang sangat tinggi tetapi se pintas) bisa timbul bersamaan dengan penyak it it saluran empedu. Fosfatase alk ali ali merupa k an an enzim
yang disintesis dalam e pitel saluran empedu. Pada obstruk si si saluran empedu,
ak tivitas tivitas s erum meningk at at k ar ar ena s el duk tus tus meningk at atk an an sint esis enzim ini. Kadar yang sangat tinggi, sangat menggambar k a n obstruk si si saluran kan
empedu.
fosfatase alk ali ali juga dit emuk an an di dalam tulang dan dapat meningk at at pada
T etapi
an kerusa k an 32
tulang. Juga selama
kehamilan,
fosfatas e alk ali ali serum meningk at at terhadap sint esis
plasenta. D engan adanya penyak it it tulang dan
kehamilan, l eusin
aminop e ptidas e dan
5-nuk leotidase disintesis oleh s el duk tus tus biliaris (t etapi ta k ada dalam tulang dan plasenta) s erta sifatnya s erupa dengan fosfatas e alk ali ali dengan adanya obstru k si si saluran empedu. Pemeriksaan Radiologi Foto Polos
A bdomen
Foto
an ke banya k an
polos
adang-k adan adang k adan
bisa bermanfaat, t etapi tidak bisa mengenal
patologi saluran empedu. Hanya 15 p ersen batu
empedu
mengandung
cuk up up k alsium alsium untuk memungk in ink an an identifik asi asi pasti. Jaran g terjadi k alsifi alsifik asi asi he bat di dalam dinding vesi k a biliaris (yang dinamai vesik a biliaris pors elen) atau ³susu k alsium´, alsium´, t empat be berapa batu
kecil
ber k a lsifik asi asi atau endapan or gani k yang kalsifi
terbuk ti ti di dalam vesik a biliaris menunjukk an an penyak it it vesik a biliaris. (adanya udara dalam saluran
empedu
empedu
Pneumobilia
atau di dalam lum en atau di dindin g vesik a
biliaris) bersifat abnormal dan tanpa p embedahan se belumnya yang merusak atau memintas mek anism anisme sfingter k ol oledok us, us, menunjukk an an patologi saluran Udara
di dalam lum en dan dinding vesi k a biliaris t erlihat pada
empedu.
olesistisis k ol
³emfisematosa´ yang timbul sek und under t erhadap inf ek si ba k teri penghasil gas. Adanya ek si massa jaringan luna k yang mengidentasi duodenum atau fl ek sura sura
oli k oli
dek stra stra bisa
juga menggambar k a n vesi k a biliaris yan g t erdist ensi. kan
33
Sumber gambar: ceessentials.net Barium meal saan k ontra ontra Pemeri k saan
lambung dan duodenum jarang memberik an an informasi
langsung tentang batang saluran empedu. T etapi bisa bermanfaat dalam arti negatif dengan menyingk ir ir k a n penyak it it yang di tempat lain. Misalnya ulk us us duodeni atau kan GERD. R efluk s
ontras ke k ontras
dalam batang saluran
membawa bentuk identik dengan pneumobilia,
empedu
ar ena k ar
selalu abnormal dan
menggambar k a n hubungan kan
abnormal antara batan g saluran empedu dan usus. Kolesistografi oral Kolesistogram oral yang dikembangk an an graham dan col e dalam tahun 192 4, merupak an an standar yang paling baik bagi dia gnosis
kelainan
vesi k a biliaris. Zat
or gani k diyodinasi biasanya 6 tabl et asam yopanoat (t ele paque) diberik an an peroral pada malam se belumnya dan pasi en dipuasa k an. an. Obat ini diabsorpsi dii k at at albumin, diek stra stra k si si oleh he patosit, disek r r esi
ke
ke
dalam eme pedu dan dip ek at atk an an di
dalam vesi k a biliaris; opasifi k asi asi vesik a biliaris t erjadi dalam 8 sampai 12 jam. Batu empedu
atau tumor tampa k s e bagai filling def ect. Opasifik asi asi membutuhk an an du k tus tus
sistik us us yang paten dan vesik a biliaris ya g berfungsi. Bila vesi k a biliaris gagal t erlihat 34
mak a tinda k an an ini diulang dalam 24 jam. K egagalan opasifik asi asi pada p engulangan kembali
atau
olesistografi k ol
oral dosis ganda bersifat dia gnostik penyak it it vesik a
biliaris dan obstruk si si duk tus tus sistik us. us. Kol esistogram oral san gat sensitif dan spesifik serta hasilnya mendek ati ati 98 pers en bila di gunak an an dengan te pat. Tes ini tida k dapat diandalk an an bila bilirubin s erum meningk at at atau dengan adanya muntah, diar e atau malabsorpsi.
Sumber gambar: ceessentials.net Kolangiografi intravena Tes ini t elah di kembangk an an dalam tahun 195 4 untuk memungk in ink an an visualisasi
keseluruhan
batang saluran
empedu
strahe patik . ek strah
T etapi r esolusi
radiografi s ering buruk dan t es ini ta k dapat diandalk an an bila bilirubin s erum le bih dari 3 mg per 100 ml. L e bih lanjut yang r ek asi yang jarang tetapi munngk in in muncul. T es ek asi ini t elah di gantik an an ol eh pemeri k saan saan yang le bih aman, l e bih dapat diandal k an. an.
35
Sumber gambar: ceessentials.net
Ultrasonografi
nik canggih Per ke kembangan t ek ni olesistografi k ol
ultrasonografi saluran empedu t elah mengganti
oral s e bagai tes penyaring bagi k ol olelitiasis. Kar ena
USG
tida k cuk up up
ak urat urat s e perti k ol olesistografi, ma k a k ol olesistogram oral t etap merupak an an standar t erbai k dalam dia gnosis batu empedu. T etapi exposur e;
le bih lanjut,
patuhan ketida k
USG
USG
ce pat, tidak invasif dan tanpa radilolo gic
dapat digunak an an pada pasi en ik terus dan mencegah
pasien dan absorpsi zat
ontras k ontras
oral. S ehingga
USG
merupa k an tes
penyaring yang le bih baik . Kriteria
untuk diagnosis
olelitiasi k ol
menca k up up t erdapatnya
gambaran
hiper echoid yang merupak an an batunya dan gambaran accoustic shadow yan g berada di bawah batu ters e but, dapat juga terlihat adanya gambaran pene balan dari dinding andung empedu k andun
yang bila le bih dari 5mm merupak an an indik asi asi adanya chol ecystitis
(pene balan dari dinding empedu
andung empedu k andun
bisa ju ga
ar ena k ar
fibrosis dari
andung k andun
tapi pada k asus asus ini volum e dari k andun andung empedu juga i k ut ut b er k u kuran rang).
USG
dapat juga mendetek si si batu yang berada pada du k tus tus dengan t erlihat adanya gambaran dilatasi du k tus tus Bila
USG
ada, ma k a
ket e
patan mendek ati ati 90 persen.
Positif
palsu jaran g
terjadi (1 sampai 3 p ers en) tetapi negatif palsu timbul s ek itar itar 10 p ers en pada kes empatan
s ek und under terhadap
mampuan USG ketida k mampuan
vesi k a biliaris yang dipadati batu, 2. Batu yan g sangat duk tus tus sistik us. us.
Pada
keadaan
tertentu,
USG
diandalk an an dengan
3. Batu t ersangk ut ut dalam oral dip erluk an an untuk
vesik a biliaris.
Penemuan
USG.
sangat bermanfaat pada pasi en ik terus. S e ba gai tek ni nik penyaring, tida k
hanya dilatasi du k tus tus intra dan tetapi
kecil
olesistogram k ol
mengk onfirmasi onfirmasi ada atai tida k adanya penyak it it oledok olitiasis olitiasis tida k dapat k ol
mendetek si si 1. Batu dalam
kelainan
strahe patik yang ek strah
bisa di ketahui s ecara meya k in ink an, an,
dalam par enk im im hati atau pank r r eas (s e perti mass atau k ista) ista) juga bisa
terbuk ti. ti. Pada tahun belak an angan ini,
USG j elas t elah
dit etap k an an s e bagai t es p enyaring
awal untuk memulai dia gnostk bagi ik terus. Bila t elah di ketahui duk tus tus intrahe patik berdilatasi, ma k a bisa dit ega kk an an dia gnosis
olestasis ek strah strahe patik . k ol
Jik a tida k 36
didapatk an an dilatasi du k tus, tus, ma k a ini menggambar k a n kan K ete patan
USG
dalam membedak an an antara
olestasis k ol
ter gantung pada derajat dan lamanya obstru k si si
empedu,
olestasis k ol
intrahe patik .
intra atau
strahe patik ek strah
tetapi jelas mele bihi 90
persen.
Sumber gambar: meddean.luc.edu ERCP (Endoscopic R etrograde Cholangiopancr eatography) Tes invasif ini m elibatk an an opasifik asi asi langsung saluran anulasi k anulasi
opik endos k opi
ampulla vat eri dan sunti k an an r etrograd zat
empedu
ontras. k ontras.
dengan
Didapt k an an
radiografi yang memuask an an dari anatomi du k tus tus biliaris (dan pan k r r eatik us). us). L e bih lanjut, ahli endosk opi opi a k an an memvisualisasi mu k osa osa periampulla dan duod enum. Di samping
kelainan
pank r r eas, ERCP digunak an an dalam pasi en ik terus ringan atau bila
lesi tidak menyumbat s e perti batu du k tus tus anomali
ongenital. k on
Ahli
opik endosk opi
biliaris dan berhasil pada 90 p ers en opi endos k opi saluran
oledok us, us, k olan olangitisi k ol
ber pengalaman dapat mengk anulasi anulasi du k tus tus
kesempata.
R esik o ERCP pada ha kek atnya atnya dari
dan mencak up up s edik it it penambahan insidens
empedu
sk lerotik an an atau
olangitis k olan
dalam batang
yang tersumbat s e bagian. Harus dia k ui ui dengan adanya obstru k si si
saluran empedu l engk ap, ap, hanya luas obstru k si si distal yang ak an an divisualisasi; anatomi batang saluran empedu prok simal simal biasanya l e bih dik hawatir hawatir k a n dalam mer encana k an an kan 37
terapi bedah, s ehingga s ering le bih disuk ai ai k olan olangiografi keuntungan
ERCP bahwa
adang-k adan adang k adan
strahe patik per k u ek strah kutis. tis.
terapi sfingterotomi
dila k uk an an ser entak untuk memungk in ink an an lewatnya batu du k tus tus
endosk
Satu
poi dapat
oledok us us k ol
secara
spontan atau untuk memungk in ink an an pembuangan batu dengan instrumentasi r etrograd duk tus tus biliaris.
Pemasangan
st ent biliaris r etrograd atau endprot esa melintasi strik tura tura
biliaris dapat juga dila k uk an an dengan m enggunak an an pendek atan atan endosk opi opi ini.
Sumber gambar: ask.com PTC (Percutaneos
Transhe patic Cholan giograph)
an tinda k an an invasif yang melibatk an an pungsi transhe patik per k u Merupak an kutis tis pada susunan duk tus tus biliaris intrahe patik yang menggunak an an jarum Chiba´ k urus´ urus´ (uk uran uran 21) dan sunti k an an prograd anatomi saluran empedu.
ontras. zat k ontras.
Penggunaan
Diperol eh uraian memuask an an dari
primernya adalah dalam m enentuk an an tempat
dan etiologi ik t erus obstruk tif tif dalam persiapan ba gi int ervesi bedah. Dengan adanya dilatasi duk tus, tus, (se perti pada
PTC
se benrnya berhasil pada 100 p ers en
olangitis k olan
sk lerotik an an atau
kes empatan;
oledok olitiasis olitiasis k ol
tanpa dilatasi
non obstru k si), si), ma k a
38
radiograf adek uat uat dapat diperol eh hanya pada 60 p ers en mencak up up perdarahan intrap eritoneum atau
kes empatan.
ke bocoran empedu
R esik o
PTC
dari t empat tusuk an an (1
sampai 3 pers en), k olan olangitis ringan (5 sampai 10 p ersen), hemobilia (,1 p ers en) dan tusuk an an s engaja visk us us lok al al (vesik a biliaris, k avitas avitas pleuralis). Ahli radiologi int ervensional t elah
mengembangk an an tek ni nik terapi
ateterisasi k at
memperluas
saluran
Tek ni nik ini memungk in ink an an dek ompr ompr esi saluran olangitis k olan empedu
onse p k ons
empedu
empedu
PTC
dengan
transhe patik per k u kutis. tis.
non b edah pada psi en
a k ut ut tok si sik , sehingga mencegah pembedahan gawat darurat. Drainas
per k u an untuk menyiapk an an pasien ik terus obstru k tif tif untuk kutis tis dapat di guna k an
pembedahan dengan menghilangk an an ik terusnya dan m emperbaik i fungsi hati. L e bih lanjut, k at ateter empedu per k u tura saluran empedu kutis tis ini dapat dimaju k a melalui strik tura ganas
ke
dalam duodenum dan ditinggalk an an dit empat s ecara permanen se bagai cara
per edaan non b edah pada pasi en berisik o buruk .
Sumber gambar: http://www.ajronline.org saan Pemeri k saan
radionu k lida lida
Asama dimetil iminodiasetat ditandai t ek netium 99m (
99m
Tc-HIDA) dan
asama parisopropil iminodias etat (Tc-PIPIDA) m erupa k an an zat p emancar gamma yang 39
bila diberik an an secara intravena, ce pat diek stra strak si si oleh he patosit dan dis ek r r esi di dalam empedu.
S ehingga batang saluran
divisualisasi.
Fungsi
strahe patik empedu ek strah
primernya dalam mendia gnosis
dan vesi k a biliaris dapat
olesistisis k ol
a k uta. uta.
Patogenesis
olesistisis k ol
a k uta uta melibatk an an obstruk si si du k tus tus sistik us. us. Walaupun radionu k lida lida ini
memasuk i
empedu
biliaris;
kega galan
dalam pasi en
olesistisis k ol
a k uta, uta, namun tida k mencapai vesik a
visualisasi v esi k a biliaris pada s k intis intisk an an s e benarnya bersifat
diagnostik obstruk si si duk tus tus sistik us. us. R esolusi perincian, tida k adek uat uat untuk menentuk an an dari
ke banya k n kelainan
struk tur tur lain anatomi saluran empedu.
Sumber gambar: brighamrad.harvard.edu
7.
Komplikasi
bila k andun andung empedu terus mengalami obstruk si si dan pros es inflammasi t erus berlanjut, ak an an menye babk an an terjadinya empyema yang
kemudian
a k an an menye babk an an struk tur tur s ek itar itar
se perti omentum, colon dan dan duod enum mengalami perl engketan dengan empedu
yang
kemudian
andung k andun
menjadi phl egmon. bila dila k uk an an pemerik saan saan abdomen pada
palpasi ak an an t eraba peningk atan atan dari tonus otot abdom en. pasien biasanya a k an an menunjukk an an ge jala selama 2-3 hari, dan t erdapat demam yang tinggi dan sir k u kulasi lasi hip erdinami k pada
se psis. jik a n tida k ditangani, ka pros es inflamasi t erus dibiar k kan andung empedu k andun
kelainan
s elanjutnya adalah
m enjadi gangr ene dan dapat t erjadi perforasi lok al, al, yang diindi k asi asi k an an dari
demam yang naik turun. t er k a dang terjadi kadan
asus k asus
yang jarang terjadi dimana ge jala- ge jala
terse but mengalami penurunan sampai m enghilang, hal ini di k ar ar enak an an terbentuk nya nya suatu fistula biasanya menghubungk an an k andun andung empedu dengan duodenum.
40
8. Tata Laksana Batu Empedu
Jik a tida k ditemuk an an ge jala, mak a tida k perlu dila k uk an an pengobatan. Nyeri yang hilangtimbul bisa dihindari atau di k uran urangi dengan menghindari atau m engurangi mak anan anan berlemak . Pilihan penatala k sanaa sanaa k antara lain : a) Kolesistek tomi tomi t erbuk a Operasi ini merupak an an standar t erbaik untuk penanganan pasien dengan olelitiasis k ol
simtomatik . Komplik asi asi yang paling berma k na na yang dapat t erjadi adalah
cedera duk tus tus biliarisyang terjadi pada 0,2% pasi en. Angk a mortalitas yan g dilapor k a n untuk prosedur ini kan olesistek tomi tomi k ol
dari 0,5%. Indi k asi asi yang paling umum untuk
adalah k oli olik biliaris r ek ur en, diik uti uti ol eh k ol olesistitis a k ut. ut. ek ur
olesist k tomi tomi Pada k ol pada
urang k uran
olesistek tomi tomi k ol
terbuk a, a, insisi dila k uk an an di da erah subcostal, biasanya
t erbuk a dila k uk an an intraop eratif
olangiogram k olan
dengan cara
memasukk an an k ontras ontras lewat k at ateter kedalam duk tus tus sistik us us untuk mengetahui outline dari saluran bili er, alasan dila k uk annya annya intraop eratif k olan olangiogram adalah k ar ar ena ada inan kemungk inan
10 pers en terdapat batu pada saluran empedu.
b) Kolesistek tomi tomi laparas k opi opi Indi k asi asi awal hanya pasi en dengan olesistitis k ol
olelitiasis k ol
simtomatik tanpa adanya
a k ut. ut. Kar ena semak in in bertambahnya pengalaman, banya k ahli bedah mulai
melak uk an an pros edur ini pada pasi en dengan k ol olesistitis a k ut ut dan dan pasien dengan batu duk tus tus
oledok us. us. k ol
onvensional k onv
S ecara t eoritis
keuntungan
tinda k an an ini dibandingk an an prosedur
adalah dapat mengurangi perawatan di rumah sa k it it dan biaya yan g
dikeluar k a n, pasien dapat c e pat kan, osmetik .Masalah k osm
kembali
bekerja, nyeri menurun dan p erbaik an an
yang belum t erpecahk an an adalah
kemanan
dari pros edur ini,
berhubun gan dengan insiden k ompli ompli k asi asi se perti cedera duk tus tus biliaris yang mungk in in dapat t erjadi le bih sering selama k ol olesistek tomi tomi laparask opi. opi.
41
Sumber gambar: aurorahealthcare.org c) Disolusi medis Masalah umum yang menggan ggu semua zat yang pernah di gunak an an adalah angk a
ambuhan kek ambuhan
yang tinggi dan biaya yang dikeluar k a n. Zat disolusi hanya kan.
memperlihat k an an manfaatnya untu k batu empedu jenis k ol olesterol. Penelitian prospek tif tif acak dari asam xenodeok si si k olat olat t elah mengindi k asi asik an an bahwa disolusi dan hilangnnya batu s ecara lengk ap ap terjadi sek itar itar 15%. Jik a obat ini dihentik an, an, ambuhan kek ambuhan
batu t e jadi pada 50% pasien. Pengobatan la zim kedua keadaan ini adalah
pembedahan untuk mengangk at at k andun andung empedu (Kol esistek tomi) tomi) dan pengangk atan atan batu
dari
du tus k tus
oledok us us k ol
(Kol edok olitotomi), olitotomi),
menyembuhk an an sek ita ita r95% k asus. asus.
yang
asus k ol olesistitis Pada k asus
diharapk an an
dapat
a k ut ut yang disertai ge jala-
ge jala berat dan didu ga terdapat pembentuk an an nanah ,b e berapa ahli bedah lain hanya
melak uk an an op erasi bila perbaik an an tidak terjadi dalam b e berapa hari. Ak hir-a hir-ak hir hir ini digunak an an metode pembedahan abdomen t erbuk a tradisional pada s ek itar itar 20% k asus asus dengan
metode
olesistek tomi tomi k ol dalam
pembedahan
abdomen
adalah s ek itar itar 80%.Pada
keadaan
buruk ,
laparos k opi opi
asus empiema k asus
andung empedu k andun
yang
digunak an an
untuk
atau bila penderita berada
tida k dibuang tetapi hanya di draina ge
(Kolesistotomi). sanaan k ons onservatif Penatalak sanaan
dapat dila k uk an an dengan:
1) Diet r endah lemak . 2) Obat-obat antik olin oliner gik dan antispasmodi k .
42
NAMA GENERIK
SEDIAA N
Atropin sulfat
0,25 dan 0,5 m g tablet dan inj ek si si
Butropium bromida
5mg/tablet
Ek stra strak Belladona
10mg/tablet
Fentonium
20mg/tablet
bromida
Hiosin n-butilbromida n-butilbromida
10mg/tablet
Sk opolamin opolamin metilbromida
1mg/tablet
Ok sif sif enonium bromida
5m g/tablet
Ok sif sif ensik limin limin HCL
5mg/tablet
Privinium bromida
15mg/tablet
Propantelin
15mg/tablet
bromida
pir enzipen
25mg/tablet
3) Analgesi k 4)
Antibiotik , bila dis ertai k ol olesistitis.
5) Asam empedu (asam kenodeok solat) solat) 6,75- 4,5 g/hari, diberik an an dalam jangk a wak tu tu lama. Asam ini mengubah
empedu
yang mengandung banyak
olest erol k ol
(lithogenik bile)
menjadi empedu dengan k omposisi omposisi normal.
d. Disolusi k onta onta k Mesk ipun ipun
pengalaman masih t erbatas, infus p elarut
pot en(metil-ter-butil-eter(MTBE))
ke
dalam
andung empedu k andun
olesterol k ol
melalui
atet er k at
yang yang
diletakk an an p er k utan utan telah t erlihat ef ek tif dalam melarut k an an batu empedu pada pasi enek tif pasien tertentu. ambuhan kek ambuhan e.
Prosedur
ini invasif dan
kerugian
utamanya adalah angk a
yang tinggi ( 50% dalam5 tahun).
Extracorpor eal shoc k wave lithotripsy ( ESWL) Sangat popul er diguna k an an be berapa tahun yan g lalu, analisis biaya-manfaat pada saat ini memperlihatk an an bahwa pros edur ini hanya t erbatas pada pasi en yang telah benar benar dip ertimbangk an an untuk menjalani t erapi ini.
43
Sumber gambar: bupa.co.uk
9.
Cholecystitis
y
Cholecystitis
Akut
Hampir s emua k ol olesistitis a k ut ut t erjadi a k ibat ibat sumbatan du k tus tus sistik us us ol eh batu yan g terj e bak di dalam k anton antong hartmann. Kompli k asi asi ini t erdapat pada lima p ersen penderita olelitiasis. k ol
Kol esistitis a k ut ut tanpa batu empedu dis e but k ol olesistitis a k al alk ulosa, ulosa, yang dapat
ditemuk an an pasca p eme bedahan. olesistitis Pada k ol
a k ut, ut, fa k tor tor trauma mu k oa oa
andung empedu k andun
menye babk an an pele pasan fosfolipase yang mengubah l esitin di dalam
ol eh batu dapat empedu
menjadi
lisolesitin, yaitu s enyawa tok si sik yang memperberat proses peradangan. Pada awal penyak it, it, peran ba k teria a gak nya nya olesistitis a k ut ut k ol
kecil
saja mes k ipun ipun
kemudian
dapat m enjadi supurasi. Kompli k asi asi
adalah empiema, gangr en dan perforasi.
olesistitis Perjalanan k ol
a k ut ut ber gantung pada apa k ah ah obstruk si si dapat hilang sendiri
atau tida k , derajat inf ek si sek und under, usia p enderita, dan penyak it it lain yang memperberat ek si keadaan, s e perti
diabetes mellitus.
Perubahan
patologik di dalam
andung empedu k andun
mengik uti uti pola yang k has. has.
Proses
awal berupa udem subs erosa, lalu perdarahan mu k osa osa dan berca k -berca k nek rosis rosis dan 44
ak hirnya hirnya fibrosis. Gan gr en dan perforasi dapat terjadi setelah hari penyak it. it. T etapi
an ke banya k an
pada minggu
kedua. Pada
ketiga
set elah serangan
penderita yang mengalami r esolusi
spontan, tanda radan g ak ut ut baru menghilang setelah empat minggu, t etapi sampai berbulan bulan
kemudian
sisa p eradangan dan nanah masih t etap ada. Hampir 90% k andun andung empedu
yang diangk at at d engan k ol olesistek tomi tomi menunjukk an an jaringan parut lama, yang berarti di masa lalu pernah menderita tidak pernah ada o
olesistitis, k ol
t etapi umumnya p enderita menyangk al al dan dan m erasa
keluhan.
Gambaran Klinis
K eluhan utama ialah ny eri a k ut ut di perut k uadran uadran k anan anan atas yan g k adan adang-k adan adang menjalar ke belak an ang di daerah s k apula. apula. Biasanya dit emuk an an riwayat s erangan k oli olik di masa lalu, yan g pada mulanya sulit dib edak an an dengan nyeri yang sek aran arang. olesistitis, k ol
Pada
nyeri menetap dan dis ertai tanda rangsang peritoneal berupa nyeri tek an, an,
nyeri le pas, dan defans mus k ul uler otot dindin g perut. Kadang k andun andung empedu yang membesar dapat diraba.
Pada
se paruh penderita, nyeri disertai mual dan muntah.
Ik terus yang ringan a gak jarang ditemuk an. an. Suhu badan s ek itar itar 38 derajat. A pabila timbul demam dan mengigil, harus dicuri gai
omplik asi asi k ompli
yang le bih berat atau
penyak it it lain. Pada
pemeri k saan saan laboraorium jumlah l euk osit osit meningk at at atau dalam batas
normal. A pabila jumlah leuk osit osit mele bihi 15.000 harus dicurigai
omplik asi asi k ompli
yang
le bih berat. Kadar bilirubin m eningk at at sedang, mungk in in k ar ar ena sindrom miri zzi atau penjalaran radang
ke
duk tus tus k ol oledok us. us.
Fosfatase
sedang, demik ian ian juga k adar adar amilas e darah.
Pada
alk ali ali sering mengalami
an kenaik an
sindrom miri zzi, ik terus obstru k tif tif
dise babk an an tek anan anan pada du k tus tus k ol oledok us us ol eh batu di dalam k andun andung empedu. Ultrasonografi
dapat memperlihat k an an gambaran batu di dalam k andun andung empedu,
lumpur empedu, dan pene balan dinding k andun andung empedu.
Ultrasono grafi
juga dapat
memperlihat k an an gangr en dengan gambaran destruk si si dinding dan nanah atau cairan sek itar itar k andun andung empedu pada k ompli omplik asi asi abs es perik ol olesistitis. A pabila secara k linis linis sulit menentuk an an puntum ma k simum simum nyeri d engan palpasi. T erutama pada k ol olesistitis gangr en, dengan ultrasonografi dapat membantu.
45
Kandung
empedu
yang membedar serta dinding dan jaringan sek itar itar yang
mengalami peradangan, s ering terlihat pada foto polos p erut se bagai bayangan massa jaringan luna k lonjong yang menek an an dinding k olon olon transversum yang berisi udara. saan ultrasonografi tida k jelas atau mera guk an, an, dapat A pabila hasil pemeri k saan dila k uk an an s k intis intisgram radionu k lir lir he patobilier. o
Penyulit
Kompli k asi asi
olesistisis k ol
adalah
empyema
dan perforasi.
Perforasi
dapat berupa
perforasi be bas di rongg atan gga perut atau perforasi yang dibatasi oleh perlek atan perik ol olesistitis yang membentuk massa radang
anan k anan
atas. Ak hirnya hirnya dapat t erjadi
fist el ke usus. K e banya k an an di duodenum. o
Diagnosis banding
Diagnosis bandin g adalah
keadaan
yang menimbulk an an nyeri ak ut ut di perut ba gian
atas dis ertai nyeri t ek an, an, s e perti pank r r eatitis a k ut, ut, tuk ak pe ptik , appendisitis a k ut, ut, atau abses hati.
bila
r eatitis Pank r
a k ut ut k adan adang-k adan adang sulit dibedak an an dengan k ol olesistitis a k ut, ut, apala gi
olesistitis k ol
dis ertai dengan
an k adar adar kenaik an
amilas e darah.
us Ulk us
pe ptik yang
mengalami perforasi dapat didia gnosis dengan anamnesis riwayat nyeri e pigastri k yang ber k u anan atau antasid. kuran rang dengan pemberian ma k anan
Foto
polos abdom en pada
perforasi s ering memperlihatk an an bayangan udara b e bas di ron gga peritoneum. A ppendisitis a k ut, ut, t erutama dengan sek um um yang terletak tinggi di
menimbul k an an
kera guan.
Dia gnosis t e pat dilak uk an an dengan
USG.
anan k anan
atas,
A bses hati baik oleh
amuba maupun pio genik berbeda pada riwayat p enyak itnya. itnya. Nyeri tek an an antar i ga di sisi lateral dapat menyingk ir ir k a n kemungk inan inan k ol olesistitis a k ut. ut. kan y
Cholecystitis
Le bih olesistitis k ol
urang k uran
Acalculous acute
5-10%
olesistitis k ol
a k ut ut terjadi tanpa adanya batu,
ar ena k ar
itu dis e but
a k al alk ulus ulus a k ut. ut. K elainan ini sering dijumpai pada p enderita sa k it it berat yang
sedang dirawat k ar ar ena trauma multip el, pask a bedah besar, se psis, or gan multipel.
Penye bab
nutrisi intravena.
Pada
keracunan
obat, dan gagal
lain adalah penderita yang dipuasa k an an lama dan dirawat d engan
penderita biasnya timbul stasis
empedu
yang
kemudian
menjadi 46
lumpur empedu. Lumpur empedu yang t erdiri atas k alsium alsium bilirubinat a gak nya nya ik ut ut berperan ak tif tif untuk menimbulk an an k ol olesistitis a k al alk ulus. ulus. primer, misalnya ol eh salmonella typhi, typhi, E.
Penye bab
oli. C oli.
lain mungk in in invasi k uman uman s ecara
Dan clo stridium. tridium. Gangguan aliran darah
melalui art eri sistik a, a, serta obstruk si si duk tus tus sistik us us
ar ena k ar
penye bab lain agak nya nya ik ut ut
berperan untuk menimbul k an an k ol olesisititis a k al alk ulus. ulus. o
Gambaran Klinis
K eluhan dan ge jala olesistitis k ol
a k ut ut pada
linis k ol olesistitis k linis
olelitiasis, k ol
a k al alk ulus ulus a k ut ut memang serupa dengan
yaitu nyeri pada perut
uadran k anan anan k uadran
atas, ny eri
tek an, an, defans otot, dan d emam. Biasanya dit emuk an an leuk ositosis ositosis dan gangguan faal hati. Kadar fosfatas e alk ali ali meningk at at pada s etengah jumlah penderita, k adar adar biliubin meninggi pada s e pertiga penderita, dan
adar k adar
transaminas e serum meningk at at pada
se per empat penderita. Diagnosis dalam
keadaan
olesistitis k ol
a k al alk ulus ulus a k ut ut pada penderita gawat pask ab abedah berat,
shoc k , atau trauma multipel, sangat sulit
dirawat dengan intubasi
endotra kea,
ar ena k ar
biasanya m er ek ek a
dan p emak aian aian obat. Timbulnya
olesistitis k ol
ak al alk ulus ulus a k ut ut diantara penderita gawat diatas harus dicuri gai apabila timbul demam yang tida k dapat diteran gk an an penye babnya, nyeri p erut di k uadran uadran k anan anan atas dis ertai nyeri t ek an, an, se psis dan gangguan faal hati. y
Cholecystitis Chronic
Kolesistitis k roni ronik merupak an an kelainan k andun andung empedu yang paling umum dit emuk an. an. Penye babnya Penentu
hampir s elalu batu empedu.
penting untuk membuat dia gnosis adalah k oli olik bilier, dispe psia, dan
ditemuk annya annya batu k andun andung empedu pada p emerik saan saan USG atau k ol olesistografi oral. K eluhan dispe psia dic etusk an an ol eh mak anan anan ³berat´ se perti gor engan, yang mengandung banyak lemak , t etapi dapat juga timbul s et elah mak an an bermacam jenis k ol. ol. Koli k bilier yang has k has
dapat ju ga dic etus k an an ol eh mak anan anan berlemak dan k has has k oli olik bilier dirasa k an an di perut
anan k anan
atas, dan ny eri alih ke titik boas.
Diagnosis banding adalah s emua yang dapat menye babk an an nyeri di e pigastrium, perut uadran k anan anan k uadran
atas, k uadran uadran k iri iri atas, dan pr ek ordial. Diagnosis banding terse but antara lain ek ordial.
tuk ak pe ptik , gastritis, hernia hiatus dan neoplasma lambung. 47
y
Tata laksana
Kolesistek tomi tomi merupak an an cara pengobatan t erbaik untuk k ol olesistitis a k ut ut dan umumnya dapat dila k sana sana k an an dengan aman pada s ek itar itar 90% penderita. Namun, penanggulangan awal olesitits a k ut ut k ol Pembedahan
adalah perawatan k ons onservatif, s ek itar itar 60% penderita a k an an s embuh spontan.
dila k uk an an sesuai dengan perjalanan penyak it. it. A pabila memburuk , segera
dibedah, bila membaik , pembedahan dila k uan uan secara elek tif. tif. Terapi nonb edah untuk k ol olesistitis a k ut ut berupa puasa, p emasangan pipa nasogastrik untuk dek ompr ompr esi lambung, pemberian cairan intrav ena untuk mengatasi dehidrasi dan gangguan elek trolit, trolit, dan pemberian antibiotik atau antimi k roba roba untuk k uman uman gram negatif
dan k uman uman ana erob. atan Pendek atan
lain, yaitu k ol olesistek tomi tomi dini. K eadaan umum dip erbaik i dan s e psi diatasi
dengan p emberian antibiotik se perti yang dilak uk an an pada p engobatan k ons onservatif, sambil memastik an an dia gnosis, memperbaik i keadaan umum, dan m engatasi penyak it it penyerta se perti pank r r eatitis. S etelah 24-48 jam,
keadaan
penderita umumnya l e bih baik dan inf ek si ek si
telah dapat diatasi. Tinda k bedah dini yan g dapat dilak uk an an dalam 72 jam p ertama perawatan ini memberik an an
ar ena keuntungan k ar
mempersingk at at masa rawat di rumah sak it it sek itar itar 30
hari. Insidens penyulit pas k ab abedah dan an gk a
kematian ternyata
tida k berb eda antara
pembedahan dini dan pembedahan elek tif. tif. A pabila pada masa p ersiapan pembedahan keadaan umum p enderita memburuk k ar ar ena
ompli k asi asi k ompli
peritonitis, p embedahan diperc e pat s e ba gai bedah emer gensi. B edah emer gensi
diperluk an an pada s ek itar itar 10% penderita. Bila
keadaan
umum t erlalu buruk untuk
pembedahan, tinda k an an s ementara berupa k ol olesistostomi k at atet er per k u kutan tan dengan bimbingan USG
merupak an an cara t erbaik . Set elah keadaan umum p enderita membaik , barulah dila k uk an an
olesistek tomi tomi elek tif, tif, k ol
umumnya enam minggu sampai ti ga bulan s etelah penderita sembuh
dari k ol olesistitis a k ut. ut.
48
BAB IV DAFTAR PUSTAKA y
Sjamsuhidayat R, d e Jong W. Buk u A jar Ilmu B edah. Edisi 2. Ja k arta: arta: Penerbit Buk u K edok teran EGC. 2005. 570-9.
y
Sabiston David C. Jr.. Bu k u A jar Ilmu Bedah. Ja k arta:EGC.2010.115-128 arta:EGC.2010.115-128
y
Tjandra J. J. A.J. Gordon. D kk . T extbook Of Sur gery.Third Edition.N ew Delhi:Black well Publishing.2006.
y
Diunduh dari: http://ilmubedah.info/cholelithiasis-patofisiologi-pembentukan-batu-empedu20110216.html
y
Diunduh dari: http://www.wik ip ipedia.or g/
y
Diunduh dari: http://emedicine.m edscape.com/article/175667-ov ervi ew
49