1 Pendahuluan
Traksi diperkenalkan pertama kali oleh Hipokrates sebagai terapi pada fraktur femur. Pada awal abad-IX splint dipergunakan secara luas untuk terafi pada fraktur femur. Kemudian dimodifikasi oleh Thomas menjadi Thomas splint. Thomas splint ini dipergunakan secara luas pada perang dunia I dan II. Bowler-Braun memperkenalkan modifikasi dari Thomas splint pada tahun 1920. Sejak tahun tersebut traksi te lah dikembangkan untuk terafi berbagai fraktur tubuh (Leonark Expectie, 1960). Traksi adalah suatu pemasangan gaya tarikan pada tubuh. Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot yang yang diperlukan pada suatu keadaan tertentu. Traksi paling banyak digunakan pada fraktur tulang . Traksi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mempertahankan reduksi ektremitas yang mengalami fraktur (Wilson, 1995 ).
2 Prinsip Traksi Pemasangan traksi harus memperhatikan tiga prinsip (Schemisser, 1963) : 1. Peralatan traksi yang digunakan harus di dukung dan diregangkan ke arah yang sesuai sehingga mampu mereposisi fragmen tulang dengan baik. 2. Traksi yang dilakukan tidak boleh diregangkan berlebihan ( overstretched ) karena akan menimbulkan distraksi fragmen tulang yang berlebihan. 3. Kekuatan regangan harus tetap dipertahankan konstan baik besar kekuatan maupun arah regangan hingga fragmen tulang menyambung. Traksi dapat bersifat statis bila traksi yang dilakukan tidak membolehkan pergerakan dari ekstremitas dan pergerakan akan merubah arah traksi atau bersifat dinamis bila pergerakan dari ekstremitas tidak merubah arah traksi. Lamanya penggunaan traksi dapat berupa continous traction traction yaitu traksi dipertahankan sepanjang waktu, intermittent traction traksi dilakukan pada periode waktu tertentu secara intermiten atau dilakukan pada waktu yang pendek. Traksi digunakan secara running traction yaitu traksi diaplikasi dengan satu arah tarikan atau satu sumbu anggota tubuh dan balance suspension traction traction yaitu traksi dibantu dengan peralatan penyangga ( suspension ( suspension)) yang akan menyokong bagian tubuh tanpa penarikan dan tubuh pasien memberikan gaya countertraction. countertraction. Pada balance suspension traction segmen fraktur akan tetap tidak bergerak (immobile ( immobile)) meskipun pasien bergerak dan bagian tubuh yang mengalami fraktur ditahan pada posisinya dengan pemberat yang terpasang pada overhead bar (Schoen, 2000).
2.1 Counter Tr Traction Prinsip countertraction adalah bahwa setiap gaya ( force) force) membutuhkan gaya lain yang berlawanan. Gaya countertraction adalah gaya yang menahan traksi sehingga bagian tubuh tidak merosot kearah katrol. Gaya countertraction dimunculkan dengan cara kaki tempat tidur pasien (pada sisi tempat tidur yang dipasang katrol) diganjal sehingga lebih tinggi. Tubuh pasien yang merosot ke arah yang berlawanan dari arah traksi akan menjadi
1
countertraction sehingga hal ini akan membuat traksi menjadi efektif (University Stellenbosch, 2008). 2.2 Sistem Katrol Multipel Penggunaan sistem katrol multipel bertujuan untuk mengurangi jumlah pemberat yang dibutuhkan pada kebutuhan gaya traksi yang besar. Semakin banyak sistem katrol yang digunakan maka semakin kecil pemberat yang diperlukan. Sebagai contoh adalah: sebuah traksi membutuhkan beban 40 kg, maka bila dengan sistem katrol multipel yang berjumlah 5 buah, pemberat yang dibutuhkan dibutuhkan adalah sebesar 40/5 = 8 kg. (University Stellenbosch, 2008) 2008) 3. Tujuan Traksi Tujuan dilakukannya traksi adalah (Schoen, 2000) : 1. Untuk mereduksi fraktur dan melakukan reposisi pada fragmen fraktur 2. Untuk mempertahankan panjang dan posisi tulang 3. Untuk mengurangi spasme otot 4. Untuk menghindari terjadinya kontraktur 5. Untuk immobilisasi fraktur sehingga menghindari kerusakan jaringan lunak lebih lanjut 6. Untuk mereduksi dan menangani dislokasi 7. Untuk mengistirahatkan sendi yang terlibat 8. Untuk menghindari deformitas 4. Jenis Traksi 4.1 Skin Traksi Indikasi dilakukannya skin traction adalah traksi dilakukan pada pasien anak-anak, traksi dilakukan sementara (preoperatif) dan traksi kurang dari 5 kg. Kontraindikasi dilakukannya skin dilakukannya skin traction adalah traksi lebih dari 5 kg dan ada kerusakan atau infeksi pada area kulit tempat dilakukannya traksi (Schemisser, 1963):
4.2.Skeletal traksi Indikasi dilakukannya skeletal traction adalah traksi pada pasien dewasa, traksi lebih dari 5 kg dan traksi dilakukan dalam waktu yang lama. Kontraindikasi skeletal Kontraindikasi skeletal traction adalah traction adalah traksi dilakukan pada pasien anak-anak karena pin traksi skeletal dapat merusak lempeng epifiseal (Schemisser, 1963).
2
Gambar dibawah ini menunjukkan tempat pemasangan Steinmen pin pada distal tibia dan calacaneus.
5. Traksi Menurut Letak Pemakaian 5.1 Traksi Spinal 1. Head Halter Traction Indikasi Traksi ini digunakan pada pada manajemen konservatif pada nyeri leher baik di rumah sakit dan pasien rawat jalan. Traksi ini pula digunakan pada kasus trauma daerah leher sebagai splint sementara untuk memudahkan evaluasi pasien dan stabilisasi posisi leher pasien (Brooker, 1980).
Resiko Pemasangan traksi ini pada trauma leher harus dilakukan secara ekstra hati-hati agar tidak terjadi manipulasi yang berlebihan yang dapat memperparah trauma dan meningkatkan resiko defisit neurologis (Brooker, 1980). 2. Skeletal Cervical Traction (Skull Tong) Indikasi
3
Traksi skeletal servikal dapat digunakan pada kasus unstable spine baik oleh karena fraktur maupun dislokasi vertebra servikalis. Gaya traksi diterapkan sepanjang axis dari vertebra servikalis untuk mempertahankan alignment dan volume canalis spinalis sehingga medula spinalis dapat terlindungi. Traksi ini dapat pula digunakan untuk melakukan reduksi pada dislokasi facet vertebra servikalis. Jenis skull tong yang sering digunakan adalah Crutchfield Tong dan dan Gardner-Wells Tong (Brooker, 1980).
Resiko Manipulasi yang eksesif pada kepala dapat mencederai medula spinalis. Pemasangan yang terlalu tinggi diatas telinga dapat mengakibatkan lepasnya cengkeraman pada tulang dan melaserasi kulit kepala. Pemberat yang digunakan tidak disarankan lebih dari 5 lbs pada upper cervical spine spine dan tidak lebih dari 20 lbs untuk lower cervical spine. spine. Perawatan pada pin harus dilakukan dengan baik untuk menghindari terjadinya infeksi. Resiko ulcus decubitus dapat terjadi pada occipital (Brooker, 1980). 3. Halo Ring Traction Indikasi Traksi ini digunakan sebagai alternative cara cara skull traction traction untuk cedera spinal atu deformitas spinal. Keunggulan Halo Keunggulan Halo Ring Traction dibandingkan dengan dengan skull tong adalah arah gaya traksi dapat diatur dengan halo ring, tidak adanya pergerakan antara tulang tengkorak dengan pin fiksasi dan pasien tidak harus berbaring sementara traksi dipertahankan. Traks ini dapat lebih banyak digunakan pada unstable thoracic spine fracture dan fracture dan koreksi deformitas spinal (Brooker, 1980).
4
Resiko Infeksi dapat terjadi pada perawatan pin yang tidak baik. Pemasangan pin dapat menembus seluruh lapisan tulang tengkorak dan menyebabkan kebocoran cairan serebrospinal. Pemasangan yang tidak tepat dapat menyebabkan lepasnya cengkeraman pin dan laserasi kulit kepala (Brooker, 1980).
4. Cotrel Traction Indikasi Traksi ini pada mulanya dirancang oleh Cotrel untuk digunakan bersama bracing pada bracing pada skoliosis idiopatik. Traksi ini pada perkembangannya lebih banyak digunakan pada manajemen konservatif pasien skoliosis usia tua dengan kurvatur yang nyata dan low back pain (Brooker, pain (Brooker, 1980)
Resiko Penggunaan traksi ini dapat mengakibatkan nyeri pada sendi temporomandibular. Pada penggunaan jangka waktu lama dpat mengakibatkan gangguan orthodontic dan abnormalitas pada mandibula (Brooker, 1980). 5. Halo Pelvic Traction Indikasi Traksi ini sering digunakan pada manajemen pasien dengan deformitas spinal oleh karena tuberkulosisi atau polio (Brooker, 1980). Resiko 5
Pemasangan traksi ini dapat mengakibatkan cedera pada medula spinalis bila traksi yang diberikan terlalu besar sehingga mengakibatkan tension pada tension pada medula spinalis. Traksi ini dapat mengakibatkan perubahan degeneratif pada vertebra servikalis dan penggunaan dalam waktu lama dapat mengakibatkan nekrosis aseptic pada odontoid. Infeksi dapat terjadi pada pin yang dipasang pada iliac crest oleh oleh karena pada daerah ini banyak jaringan lemak sehingga terjadi drainage yang sangat mudah terinfeksi ( Brooker, 1980).
6. Halo Suspension Traction Indikasi Traksi ini sering digunakan preoperative untuk mendapatkan koreksi bertahap pada deformitas spinal atau untuk mempertahankan posisi paska osteotomi tahap pertama. Traksi ini dipasang selama 1-3 minggu sebelum dilakukanm instrumentasi definitive dan fusion. Pemasangan traksi ini memungkinkan pasien tidak perlu dilakukan immobilisasi lama di atas tempat tidur (Brooker, 1980). 7. Pelvic Belt Traction Indikasi Traksi ini digunakan dalam manajemen konservatif low back pain dan pain dan evaluasi awal pada kasus suspected kasus suspected herniated disc (Brooker, 1980). Resiko Pemasangan pemberat yang berlebihan dapat mengakibatkan laserasi kulit dan ketidaknyamanan pada iliac crest. Traksi harus dilepas bila pemasangan traksi memperberat nyeri punggung pasien (Brooker, 1980). 5.2 Ekstremitas Atas 1. Simple Forearm Skin Traction Indikasi Traksi ini sangat berguna untuk elevasi ekstremitas atas pada berbagai cedera terutama pada pasien koma, tidak kooperatif dan pada kondisi dimana ekstremitas ekstremita s atas pasien tidak dapat menempel pada dada seperti pada kasus luka yang luas, luka bakar dan terpasangnya selang dada. Traksi ini dapat secara baik digunakan pada fraktur klavikula (Brooker, 1980). Resiko Resiko utama utama dari penggunaan traksi ini adalah laserasi kulit bila traksi yang digunakan lebaih dari 10 lbs. Traksi ini bila diposisikan pada abduksi yang berlebihan dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah subklavia dan mengakibatka rotator cuff antara lateral acromion dengan tuberositas mayor. Pemasangan traksi yang terlalu ketat dapat mengakibatkan gangguan sirkulasi pada jari-jari dan dapat semakin berat bila terjadi pembengkakan oleh karena cedera sebelumnya (Brooker, 1980).
6
2. Double Skin Traction : Forearm & Upper arm Indikasi Traksi ini sangat berguna pada manajemen fraktur tuberositas mayor atau proximal humerus shaft pada shaft pada pasein cedera multiple. multi ple. Traksi ini dapat pula digunakan sebagai terapi konservatif pada fraktur klavikula serta memberikan rasa nyaman bagi pasien karena posisi siku 900 fleksi (Brooker, 1980).
Resiko Pemberat yang melebihi 10 lbs pada komponen forearm forearm dan melebihi 7 lbs pada komponen upperarm dapat mengakibatkan laserasi kulit oleh karena tarikan adhesive strip. strip. Pemberat yang berlebihan dapat mengakibatkan slip pada keseluruhan perban sehingga traksi akan menjadi menjadi torniket sepanjang area antecubital antecubital sehingga sehingga dapat mengakibatkan edema dan insufisiensi vascular (Brooker, 1980). 3. Dunlop’s Traction Indikasi Traksi ini digunakan untuk terapi konservatif pada fraktur supracondylar dan transcondylar pada anak-anak. Traksi ini dipasang selama 10 hari kemudian lengan dipasang long arm cast. Traksi ini dapat pula digunakan paska reduksi tertutup yang sulit atau traumatic untuk immobilisasi paska reduksi dan memberikan akses yang mudah untuk mengevaluasi sirkulasi (Brooker, 1980).
Resiko Pemasangan traksi yang terlalu ketat dapat meningkatkan tekanan intrakompartemen dan beresiko terjadinya Volkmann’s kontraktur (Brooker, (Brooker, 1980). 7
4. Olecranon Pin Traction (Overhead) (Overhead) Indikasi Traksi ini digunakan pada manajemen konservatif fraktur supracondylar. Keunggulan dari traksi olecranon adalah traksi ini memberikan fiksasi skeletal yang rigid dengan traksi yang lebih besar dari traksi kulit, dapat mengkoreksi rotasi dengan menempatkan arm sling cepahalad atau caudad, dapat mengkoreksi angulasi dengan merubah sudut K-wire atau menggerakkan tali traksi yang diikatkan pada K-wire spreader bar, memberikan elvesari yang cukup pada ekstremitas tepat diatas jantung, posisi lengan berada dalam area tempat tidur sehingga terlindungi bila dibandingkan dengan Dunlop’s dan pasien dapat secara bertahap atau pasrial mengangkat kepalanya setelah fraktur mulai sembuh (Brooker, 1980). 1980).
Resiko Pemasangan traksi ini dapat mengakibatkan iskemia atau obstruksi aliran vena yang dapat berujung pada sindroma kompartemen sehingga perlu dilakukan latihan yang konstan. Pemberat yang berlebihan dapat mengakibatkan distraksi fragmen fraktur. Pemberat yang tidak cukup akan mengakibatkan angulasi fragmen fraktur. Infeksi dapat terjadi pada pin skeleteal. Penempatan pin harus tepat masuk kedalam olecranon karena bila penempatan pin pada subperiosteal maka pada saat traksi dilakukan akan terjadi nyeri yang sangat akibat robekan periosteum dan tarikan pada kulit (Brooker, 1980). 5. Olecranon Pin Traction Traction (Lateral) (Lateral) Indikasi Traksi ini dapat digunakan pada fraktur humerus. Posisi traksi lateral ini sangat baik diterapkan pada pasien koma dan dan cedera multiple (Brooker, 1980). Resiko Pemberat yang berlebihan akan mengakibatkan distraksi fragmen fraktur dan beresiko menggangu struktur vaskuler pada forearm. forearm. Pemberat yang tidak cukup akan mengakibatkan angulasi dan pemendekan fraktur. Penempatan pulley yang tidak tepat akan mengakibatkan rotasi pada fraktur humerus dan meningkatkan resiko malunion (Brooker, 1980). 6. Metacarpal Pin Traction Indikasi 8
Traksi ini digunakan untuk mendapatkan dan mempertahankan reduksi yang sulit seperti pada fraktur kominutif dari radius distal. Traksi ini sangat berguna pada humerus dari forearm dengan dengan shaft fracture dan fraktur ulna & radius untuk mempertahankan traksi dari forearm kombinasi olecranon pin traction traction untuk mempertahankan aligment dari fraktur humerus (Brooker, 1980).
Resiko Resiko yang harus diperhatikan adalah infeksi, loosening , dan penempatan pin yang tidak tepat. Kekakuan ( stiffness) stiffness) dapat terjadi pada otot-otot intriksik setelah pemasangan pin sehingga latihan dilakukan seawall mungkin untuk mempertahakan range of motion (Brooker, 1980). 7. Finger Trap Traction Indikasi Traksi ini digunakan untuk mempertahankan elevasi tangan pasien serta membantu reduksi dari fraktur Colles dan fraktur distal forearm lainnya. Traksi ini juga digunakan untuk mempertahankan posisi tangan pasien pada saat pemasangan long arm cast atau posterior splint (Brooker, 1980).
Resiko Pemasangan traksi ini dalam waktu lebih dari 20 menit akan mengakibatkan rusaknya kulit pada sisi jari-jari atau nekrosis dari ujung jari. Bila pemberat yang digunakan digunakan lebih
9
dari 5 lbs data merusak kulit dan laserasi kulit dibawah kawat ( wire) wire) dari finger trap (Brooker, 1980).
5.3 Pelvis & Acetabulum 1. Pelvic Sling Indikasi Pemasangan pelvic sling pada Bradford frame dilakukan pada manajemen displaced pelvic fracture yang fracture yang membutuhkan sedikit gaya kompresi untuk mempertahankan reduksi (Brooker, 1980)
Resiko Pemasangan pelvic Pemasangan pelvic sling dapat mengganggu vesica urinaria, urethra dan displacement dari frakture sehingga pemasangan harus sesuai ( fit ) (Brooker, 1980).
2. Upper Femoral Skeletal Traction for Acetabular Fracture Fracture Indikasi Traksi ini digunakan pada fraktur acetabulum dengan displacement yang signifikan atau pada fraktur acetabulum kominutif dengan instabilitas yang membutuhkan kekuatan traksi yang besar (Brooker, 1980).
10
Resiko Bila pin traksi tidak dirawat dengan baik maka infeksi dari jaringan lunak disekitar pin dapat menyebar ke femur proksimal, sendi panggul ( hip joint ) dan fraktur pelvis. Immobilisasi yang lama akan mengakibatkan thromboplebitis dan pressure sore pada sacrum (Brooker, 1980). 5.4 Ekstremitas Bawah 1. Buck’s Extension Traction Indikasi Traksi ini digunakan untuk immobiliasi parsial dengan gaya traksi yang ringan pada punggung bawah, panggul, pemur dan lutut untuk kasusu low back pain, pain, nondisplaced acetabular fracture, paska fracture, paska reduksi dari hip dislocation, dislocation, paska hip paska hip arthroplasty, arthroplasty, pre & paska open reduction internal fixation pada berbagai level fraktur femur, untuk melindungi melindungi lutut yang cedera dan untuk melawan kontraktur fleksi ringan pada hip atau lutut (Brooker, 1980).
11
Resiko Pemasangan traksi ini dapat mengakibatkan edema distal, obstruksi vascular, peroneal vascular, peroneal nerve palsy, palsy, nekrosi kulit pada tonjolan tulang dan pada tendon Achilles (Brooker, 1980).
2. Splint Russel Traction (Buck’s with sling) Indikasi Traksi ini sama efektif dengan Buck’s extention dengan tambahan sling yang dapat ditempatkan dibelakang lutut, cruris atau tungkai atas untuk memberikan fleksi pada lutut atau hip dengan lebih baik. Traksi ini digunakan untuk reduksi dan immobilisasi fraktur sepertiga tengah dan sepertiga distal pada anak-a nak (Brooker, 1980). Resiko Pemasangan sling dapat bergeser sehingga mengakibatkan angulasi fraktur. Sling yang dipasanga cenderung mengakibatkan valgus malaligment pada shaft femur fracture jika pasien berbaring pada posisi tungkai eksternal rotasi (Brooker, 1980). 1980). 3. Bryant’s Traction Trac tion Indikasi Traksi ini sangat berguna pada fraktur shaft femur pada balita dan anak-anak (Brooker, 1980).
Resiko Traksi ini dapat mengakibatkan gangguan sirkulasi yang berujung pada kontraktur Volkmann pada telapak kaki dan tungkai bawah (Brooker, 1980). 4. Bohler-Braun Traction Traksi ini digunakan untuk fraktur proksimal femur. Pada traksi ini bias diberikan beban seberat 3,2 – 4,5 kg. Prinsip dari traksi ini adalah sudut antara femur dengan tempat tidur yang yang datar adalah 45o dan arah gaya (beban) searah dengan sumbu femur. Komplikasi yang bias timbul dari traksi ini adalah Bowing.
12
5. Hamilton Russel Traksi Traksi jenis ini digunakan pada fraktur femur, paska arthroplasty. arthroplasty. Prinsipnya adalah Resulatan dua gaya yang bekerja pada sumbu femur. Traksi ini dapat digunakan pada anak umur 1 – 1 – 2 2 tahun. Sedangkan pemakaian pada dewasa de wasa dapat digunakan beban 3,kg.
6. Ninety-90 Degrees Traction Through Distal Femur Indikasi Traksi ini digunakan terutama pada manajemen konservatif subtrochanter dan sepertiga proximal femur pada usia 5-15 tahun dan fraktur sepertiga tengah pada anak usia 10 tahun. Traksi ini kjarang diindikasikan pada dewasa muda oleh karena pada usia ini penggunaan traksi dapat mengakibatkan kontraktur fleksi hip atau kekakuan lutut (Brooker, 1980).
13
Resiko Penggunaan traksi ini dapat mengakibatkan kekakuan sendi, kontratur fleksi pada hip terutama pada pasien dewasa. Penempatan pin yang salah dapat mengakibatkan kontaminasi pada sendi lutut, cedera pada epiphyseal growth plate dan cedera neurovaskular. Infeksi dapat erjadi pada pin skeletal. Traksi yang berlebihan dapat mengakibatkan angulasi, valgus atau distraksi pada tempat fraktur. Angulasi valgus sering terjadi bila sangat traksi terlalu besar sehingga pantat terangkat dari tempat tidur (Brooker, 1980). 7. Distal Femoral Traction in Extension Indikasi Traksi ini bermanfaat dengan baik pada paska reseksi dari caput femur atau pengangkatan endoprosthesis dan dapat menjadi alternatif traksi pada femoral shaft fracture bila ditemukan adanya patologi pada lutut, cedera ligamen atau fraktur proximal metaphysis tibia yang yang tidak memungkian memungkian dilakukan traksi skeletal pada tibia. Traksi ini dapat pula digunakan pada fraktur pelvis atau acetabulum dengan displacement cephalad. Prinsip traksi ini adalah menerapkan traksi pada distal femur dengan aligment dari gaya traksi adalah pada axis longitudinal tungkai bawah dengan hip dan lutut difleksikan secara minimal (Brooker, 1980). Resiko Resiko terpenting dari traksi ini adalah infeksi pada pin. Kekakuan sendi lutut dapat terjadi akibat inflamasi dan scarring jaringan lunak pada betis distal dari lokasi pemasangan pin (Brooker, 1980). 1980). 8. Proximal Tibial Traction In Extension Indikasi Traksi ini sering digunakan dalam manajemen konservatif pada fraktur duapertiga distal femur pada anak diatas 10 tahun dan dewasa. Traksi ini memiliki keunggulan dibandingkan distal femoral traction yaitu lebih mudah menghindari sendi lutut, epiphyseal plate dan plate dan jaringan lunak yang terlibat dalam pergerakan sendi lutut. Traksi ini
14
kontraindikasi pada ruptur ligamen atau gaya traksi yang dibutuhkan sangat besar karena pada gaya traksi yang diterapkan akan melintasi sendi lutut (Brooker, 1980). 1980). Resiko Infeksi dapat terjadi dari jaringan lunak disekitar lokasi pemasangan pin (Brooker, 1980). 9. Proximal Tibial Traction with Balanced Suspension Traction using Traction Splint and Pearson Attachment Indikasi Traksi ini digunakan untuk mendapatkan atau mempertahanakn panjang tungkai pada fraktur femur duapertiga distal pada anak diatas 12 tahun dan dewasa. Traksi ini sangat baik digunakan pada frakur dengan severe displacement, instablity atau comminution. comminution. Pasien masih dapat menggerakkan tungkainya tanpa mengganggu traksi (Brooker, 1980).
Resiko Resiko terpenting adalaha terjadinya foot terjadinya foot drop yang drop yang merupakan akibat dari penekanan dari nervus peroneus dibelakang caput fibula. Penekanan ini terjadi apabila splint atau Pearson attachment mengalami displacement kearah distal. Infeksi dapat terjadi pada lokasi pin (Brooker, 1980). 1980). 10. Balanced Suspension With Double Slings Indikasi Traksi ini merupakan alternatif dari Proximal Tibial Traction with Balanced Suspension Traction using Traction Splint and Pearson Attachment pada manajemen konservatif fraktur femur duapertiga distal pada anak diatas 12 tahun dan dewasa. Traksi ini disarankan pada fraktur diaphysis femur bilateral. Traksi ini merupakan metode yang mudah untuk melakukan stabilisasi fraktur dan mempertahankan panjang tungkai sambil menunggu dilakukannya open reduction internal fixation (Brooker, 1980). 1980) .
15
Resiko Traksi ini sangat rentan terjadi sling terjadi sling displacement pada pasien yang gelisah dan tidak kooperatif. Kulit tempat pemasangan pin dapat terinfeksi. Kulit disekitar caput fibula dan diatas tendon Achilles harus dimonitor terhadap tekanan yang berlebihan oleh support sling (Brooker, 1980). 11. Balanced Suspension In Long Leg Cast or Cast Brace (Neufeld) Indikasi Traksi ini digunakan secara kombinasi dengan traksi proksimal tibia yang sangat bermanfaat dalam manajemen konservatif pada fraktur femur duapertiga distal. Traksi ini toleran terhadap pergerakan pasien (Brooker, 1980). Resiko Pada traksi ini dapat terjadi malposisi dari pin traksi dan infeksi pada pin. Pemasangan cast braces sering mengakibatkan pembengkakan jaringan lunak pada lutut (Brooker, 1980). 12. Distal Tibial Skeletal Traction Indikasi Traksi ini sangat berguna pada manajemen konservatif untuk fraktur tibial plateau namun bila fragmen fraktur lebih sedikit dan besar maka open reduction internal fixation dengan early mobilisasi lebih ideal dan traksi dapat diterapkan paska operasi. Jika fragmen terlalu kecil dan dalam jumlah banyak maka traksi ini sangat membantu sebelum memasang casting. Sistem traksi ini memungkinkan pergerakan pasien sementara gaya traksi tetap dipertahankan (Brooker, ( Brooker, 1980).
16
Resiko Infeksi dapat terjadi pada kulit disekitar pin dan menyebar ke pin skeletal. Tekanan berlebihan dapat terjadi pada proximal fibula dan diatas tendon Achilles dan malleolus lateralis. Traksi ini dapat mengakibatkan kompresi vaskular dan menyebabkan tibial compartement pressure syndrome. syndrome. 13. Calcaneal Traction Indikasi Traksi ini sangat berguna dalam manajemen terapi pada hilangnya tuber joint angle (Bohler’s). Traksi ini pula dapat menjadi alternatif traksi temporer pada fraktur tibial shaft untuk mengembalikan atau mempertahankan panjang tungkai sebelum dilakukan terapi definitif dengan tenik lain (Brooker, 1980).
Resiko Traksi ini sering mengakibatkan pembengkakan dan nyeri pada fraktur calcaneus. Resiko kontaminasi dan infeksi sekunder dapat terjadi pada hematoma fraktur kalkaneus yang berasal dari pin skeletal (Brooker, 1980). 14. Transmetatarsal Suspension Indikasi Traksi ini dikombinasikan dengan traksi skeletal proximal tibia untuk suspensi tungkai dengan luka barah yang parah atau cedera jaringan lunak lainnya. Traksi ini dapat pula digunakan untuk melawan (resist ( resist ) kontraktur plantar fleksi (Brooker, 1980). Resiko
17
Traksi ini beresiko mengalami infeksi pada pin yang dipasang (Brooker, 1980).
Daftar Pustaka
1. Brooker AF, Schmeisser G, 1980. 1980. Orthopaedic Traction Manual . Williams & Wilkins. 2. Schmesisser, Gerhard, 1963. 1963. Clinical Manual of Orthopaedic Traction Techniques . W.B Saunders. 3. Schoen, Delores C, 2000. Adult Orthopaedic Nursing . Care of Patient in traction. Lippincolt Williams & Wilkins. 4. University Stellenbosch, 2008. 2008. Principles Principles of Traction Methods. Methods. Department of Orthopaedic Surgery University Stellenbosch South Africa.
18