TRAKSI
JENIS
KULIT
SKELETAL
EKSTREMITAS
EKSTREMITAS ATAS
TRAKSI KULIT
DUNLOP'S SKIN TRACTION
TRAKSI SKELETAL
OVERBODY /LATERAL SKELETAL TRACTION
EKSTREMITAS BAWAH
TRAKSI KULIT
TRAKSI KULIT BUCK'S EXTENSION
TRAKSI HAMILTON RUSSELL
TRAKSI GALLOWS
TRAKSI SKELETAL
KESATUAN TRAKSI CHARNLEY
TRAKSI SKELETAL BALANCED-SUSPENSION
TRAKSI SKELETAL TERPAKU
39
MAKALAH APLIKASI FISIOLOGI
BIOMEKANIKA TENTANG TRAKSI
Tri Febrianti
04112681419038
BKU Fisiologi
Dosen Pembimbing: Drg. Nursiah Nasution,M.kes
Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana
Universitas Sriwijaya
2015
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………………….......1
Kata pengantar………………………………………………………………….......3
Daftar isi ………………………………………………………………………….....3
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar belakang …………………………………………………...........4
Bab II Pembahasan
II.1 Traksi kulit…………………………………………..........…….........8
II.2 Traksi kulit bawah…………………………………..........………....10 II.3 Traksi skeletal………………………………………………………..13
II.4Traksi skeletal atas ……………………………………………..........15
II.5 Traksi Skeletal bawah………………………………................….....15
II.6 Traksi skeletal terpaku …………………………………..................18
Bab III Penutup
III.I Kesimpulan …………………………………………………………....24
III.2 Penutup....... ……………….......………………………………………25
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayahnya penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "aplikasi biomekanika tentang traksi" makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas, pada penulisan ini penulis berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dengan mudah dipahami dan diambil intisari sesuai dengan kebutuhsan mahasiswa.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan akan ilmu pengetahuan.
Palembang, Oktober 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Biomekanika adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada makhluk hidup, dimana dalam Biomekanika hanya mempelajari gerakan pada manusia. Dengan demikian, pengertian Biomekanika secara umum/luas adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada manusia, yang dipengaruhi oleh sistem anatomi, fisiologi, psikologis, mekanis dan sosiokultural. Sedangkan pengertian Biomekanika secara sempit adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada manusia. Adapun pengertian Biomekanika secara ilmiah adalah ilmu yang mempelajari cara menentukan gaya, perubahan dan beban mekanik pada otot, tulang dan sendi dari tubuh manusia.
Biomekanika merupakan cara kerja dan gaya dalam pengaturan sikap tubuh dalam bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula dalam melakukan tugas. Dalam hal ini penelitian biomekanika mengukur kekuatan dan ketahanan fisik manusia dalam melakukan pekerjaan tertentu, dengan menggunakan gaya pada tubuh.
Gaya pada tubuh didefinisikan sebagai tarikan atau dorongan pada suatu benda sehingga menyebabkan benda mengalami perubahan gerak atau perubahan bentuk. Gaya adalah sebuah konsep yang digunakan untuk menerangkan interaksi fisik dari obyek dengan sekelilingnya. Gaya dalam fisika didefinisikan sebagai kuantitas yang dapat menyebabka perubahan dari state dari suate benda sehingga terjadi percepatan pada benda itu. Demikian juga pada tubuh manusia,setiap gerak pada tubuh pasti ada suatu gaya yang bekerja. Pergerakan pada tubuh terjadi karena adanya gaya yang bekerja di dalam tubuh. .
Salah satu aplikasi biomekanika dalam penerapan dibidang kesehatan dengan menggunakan analisa gaya berat tubuh adalah traksi. Traksi didapat dengan memberikan tarikan pada kepala, tubuh atau anggota gerak menuju sedikitnya dua arah, misal tarikan traksi dan tarikan traksi lawannya. Gaya traksi biasanya berasal dari berat tubuh pada saat bertumpu atau berat lain.
BAB II
PEMBAHASAN
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mmpercepat penyembuhan. Ada dua tipe utama dari traksi: traksi skeletal dan traksi kulit, dimana didalamnya terdapat sejumlah penanganan. Prinsip Traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh, tungkai, pelvis atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan yang disebut dengan counter traksi. Mekanisme traksi meliputi tidak hany a dorongan traksi sebenarnya tetapi juga tahanan yang dikenal sebagai kontertraksi, dorongan pada arah yang berlawanan,diperlukan untuk keefektifan traksi, kontertraksi mencegah pasien dari jatuh dalam arah dorongan traksi. Tanpa hal itu, spasme otot tidak dapat menjadi lebih baik dan semua keuntungan traksi hanya menjadi lewat saja.
Tujuan traksi diantaranya adalah: (5)
Untuk mengembalikan dan mempertahankan suatu kesegarisan (alignment) maupun keseimbangan (stability) pada suatu patah tulang dan dislokasi.
Meringankan nyeri akibat spasme otot
Imobilisasi anggota tubuh
Memperbaiki deformitas
JENIS-JENIS TRAKSI (1)(2)(5)
Dikenal dua jenis pemasangan traksi, yaitu:
2.1.Traksi Kulit
Traksi kulit menggunakan plester lebar yang direkatkan pada kulit dan diperkuat dengan verban elastis. Berat maksimum yang dapat diberikan adalah 5 kg yang merupakan batas toleransi kulit. Traksi kulit digunakan untuk periode yang pendek dan lebih sering untuk manajemen temporer fraktur femur dan dislokasi serta untuk mengurangi spasme otot dan nyeri sebelum pembedahan. (1)(6)
Traksi kulit dapat untuk terapi definitif maupun sementara atau sebagian pertolongan pertama. Tenaga traksi dilanjutkan pada tulang lewat fasia superficial, fasia dalam (deep) dan / serta intermuskular. Tenaga traksi berlebih dapat menimbulkan laserasi kulit. Berat maksimum sebaiknya tidak melebih 5 Kg, tergantung dari besar atau kecilnya penderita dan dari usia penderita. Bilamana digunakan beban maksimal sebaiknya hanya 1 minggu. Bilamana kurang dari beban tersebut, dan kulit penderita diperiksa 2 kali minggu, traksi kulit dapat digunakan dengan aman selama 4-6 minggu.
Indikasi traksi kulit: (1)(2)
Indikasi traksi kulit antara lain :
Terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur suprakondiler humeri anak-anak.
Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan mobilisasi tidak dapat dilakukan.
Pengobatan sementara pada fraktur sampai menunggu terapi definitif.
Fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya pada fraktur suprakondiler humeri pada anak-anak.
Untuk traksi pada spasme otot atau pada kontraktur sendi.
Kontraindikasi traksi kulit :
Pemasangan traksi kulit hendaknya tidak dilakukan pada keadaan-keadaan beriku :
- Jika terdapat abrasi kulit
- Laserasi pada kulit
- Gangguan sirkulasi seperti varises atau impending gangrene.
- Dermatitis
- Beban yang dibutuhkan lebih besar dari maksimal beban traksi kulit.
Komplikasi traksi kulit.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan traksi, yaitu:
- Timbul reaksi alergi pada traksi kulit berperekat
- Abrasi, ekskoriasi atau infeksi kulit
2.1.1.Traksi kulit pada ekstremitas atas(5)
Dunlop's skin traction.
Penderita telentang, bahu abduksi dan sedikit fleksi, siku dalam fleksi.
Modifikasi :
-dengan countertraction pada humerus.
Traksi Dunlop dapat dilakukan pada fraktur suprakondiler humerus yang disertai pembengkakan selama beberapa hari sampai pembengkakan mereda. Setelah pembengkakan mereda dapat dilajutkan dengan reposisi tertutup.
Kerugian :
- tidak dapat dilakukan bila mana terdapa luka-luka pada lengan.
- bilamana ada gangguan vaskuler sirkulasi bahaya
2.1.2. Traksi kulit ekstremitas bawah
Traksi Kulit Buck's Extension
Traksi Buck adalah traksi kulit seimbang dengan menggunakan dorongan pada satu tempat terhadap ekstremitas bawah melalui perluasan kulit. Traksi Buck digunakan sebagai pengukuran jangka pendek dengan tahanan traksi yang dibutuhkan untuk imobilisasi fraktur panggul sebelum pembedahan dan mengurangi spasme otot. Hal ini juga bisa digunakan untuk dislokasi panggul, kontraktur panggul dan lutut, dan nyeri pinggang bawah bilateral.
Pasien diposisikan dalam posisi supine dengan kaki lurus pada posisi alami, dimana melalaikan abduksi. Pembungkus kemudian diaplikasikan dan tahanan traksi digunakan segaris dengan panjang aksis kaki melalui tali yang diikat di kaki dari perluasan melewati katrol pada akhir tempat tidur yang dihubungkan dengan pemberat. Katrol tidak mempunyai efek pada tahanan fraksi tetapi bertindak untuk merubah arah dorongan untuk bekerja dengan gravitasi.Kontertraksi dicapai dengan mengelevasikan kaki dari tempat tidur pada ketinggian tertentu untuk mencegah pasien terjatuh dari tempat tidur.
Untuk mengoptimalisasi kenyamanan pasien adalah hal yang penting untuk mempunyai keseimbangan antara tahanan traksi dengan tahanan kontertraksi. Jika tempat tidur butuh untuk dielevasikan terlalu tinggi untuk mencegah pasien terdorong dari tempat tidur maka pemberat dapat terlalu berat dan perlu untuk ditinjau ulang.
Tujuan utama penggunaan adalah untuk mengurangi spasme otot-otot disekitar lutut atau panggul. Jangan gunakan traksi ini untuk kelainan kelainan pada tulang panggul. Kuasai sebagian rotasi untuk meletakkan tungkai diatas bantal dan dengan penggunaan kantong-kantong pasir pada sisi lateral dan medial (seperlunya).
Management nyeri merupakan bagian penting dalam perawatan. Nyeri dapat dinilai dengan menggunakan skala 1-10 dan pasien harus diberi analgetik sebelum nyeri menjadi lebih parah. Beri pendidikan kesehatan untuk mencegah ketakutan. Sama dengan pasien yang imobilisasi ada tingginya resiko untuk konstipasi tidak hanya menghasilkan imobilitas tetapi juga kombinasinya dengan pemberian analgetik.
Pada dislokasi panggul tipe anterior, traksi kulit menurut cara ekstensi Buck sampai beberapa hari setelah dilakukan reposisi. Setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan spika panggul selama 4-6 minggu. (1)(2)
Bahaya Traksi Kulit :
Distal oedema
Kerusakan vaskular
Peroneal nerve palsy
Nekrosis kulit melalui tulang-tulang prominen
Traksi Hamilton- Russell
Dapat digunakan untuk patah tulang panjang atau femur, terutama untuk anak-anak dengan berat badan dari sekitar 20-30 kg dan patokan lain adalah usia
Dapat digunakan dengan pemasangan traksi kulit atau dalam keadaan tertentu dengan pin lewat tibia distal
Gunakan juga sling di bawah paha pada distal bagian posterior untuk mencegah penekanan terhadap fosa poplitea
Traksi Gallows
Traksi ini digunakan pada bayi dan anak-anak dengan fraktur femur. Adapun Indikasi Traksi Gallow's adalah:
Berat anak-anak harus kurang dari 12 kg
Fraktur femur
Kulit harus intak
Kedua dari femur yang fraktur dan yang baik ditempatkan
Dalam traksi kulit dan bayi ditahan dari sudut yang istimewa. Compromise vascular merupakan bahaya terbesar. Periksa sirkulasi dua kali sehari. Pantatnya harus diangkat jangan mengenai tempat tidur. Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.
Traksi Skeletal
Traksi pada tulang biasanya menggunakan kawat Kirschner (K-wire) atau batang dari steinmann pada lokasi-lokasi tertentu, yaitu: (1)(2)
Proksimal tibia
Kondilus femur
Olekranon
Kalkaneus (jarang dilakukan karena komplikasinya)
Traksi pada tengkorak
Trokanter mayor
Bagian distal dari metakarpal
Traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi. Traksi ini menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan langsung ke skeleton melalui pin, wire yang telah dimasukkan kedalam tulang. Untuk melakukan ini berat yang besar dapat digunakan. Traksi skeletal digunakan untuk fraktur yang tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan dan fraktur membutuhkan traksi jangka panjang.
Pada traksi tulang, pin metal atau kawat diletakkan melalui tulang. Hal ini berarti tenaga traksi diaplikasikan langsung ke tulang. Traksi tulang jarang digunakan pada penanganan fraktur bagian tubuh atas namun sering digunakan dalam penanganan fraktur bagian tubuh bawah. Komplikasi serius pada traksi tulang adalah osteomyelitis.
Kulit hanya bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada orang dewasa. Jika lebih dari ini tahanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan dalam menjaga reduksi, traksi tulang mungkin diperlukan. Hindari traksi tulang pada anak-anak- plate pertumbuhan dapat dengan mudah hancur dengan pin tulang.
Setiap tahanan diperlukan tahanan yang berlawanan. Jika traksi mendorong tungkai kedistal pasien akan meluncur turun melalui katrol, dan traksi tidak akan menjadi efektif. Berikan tahanan yang berlawanan dengan meninggikan kaki dari kasur pada blok tertentu. Dengan merubah tempat tidur pada arah berlainan tendensi untuk meluncur akan ditahan. Pada traksi servikal sisi depan dari tempat tidur harus ditinggikan, dan dengan traksi Dunlop sisi tempat tidur dekat dengan luka membutuhkan elevasi.
Indikasi
Indikasi penggunaan traksi tulang:
Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 kg
Traksi pada anak-anak yang lebih besar
Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik, atau kominutif
Fraktur-fraktur daerah sendi
Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi eksterna tidak dapat dilakukan
Dipergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat berat, misalnya dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan terapi definitif.
Komplikasi Traksi Skeletal:
Infeksi
Terkenal dengan nama Pin Tract Infection. Dimana cara-cara pemasangan dan perawatan harus betul-betul dikuasai dan bila timbul sequester sebaiknya pin wire dicabut.
Distraksi.
Harus waspada dengan mengukur / membandingkan panjang tungkai karena bahayanya (delayed union, non union).
Paralisa Syaraf
Hati-hati bila menggunakan beban berat serta harus adanya observasi seksama.
Patahnya pin/kawat
Gunakan busur yang baik. Kegunaan diliputi pin dalam gips (kesatuan Charnley).
Dekubitus
Kongesti paru
Konstipasi
Anoreksia
Trombosis vena profunda
Traksi skeletal ekstremitas atas
Overbody atau lateral skeletal traction (overhead).
Traksi skeletal dengan pin lewat olekranon, siku 90 derajat, bahu dalam fleksi tanpa abduksi. Untuk mencegah tangan dan pergelangan terlalu pegal – pakai bidai gips. Bisa dengan menggunakan Shoulder Spica Cast.
Traksi skeletal ekstremitas bawah
Indikasi umum untuk traksi skeletal pada ekstremitas bawah yaitu: (7)
Fraktur vertical tidak stabil pada cincin pelvis ketika fiksasi eksternal tidak dapat menjaga stabilitas vertical, dan ketika fiksasi internal pada bagian posterior dari cincin pelvis tidak memungkinkan.
Fraktur pada asetabulum dengan perpindahan minimal ketika fiksasi interna tidak diindikasikan, fraktur berpotensi tidak stabil, dan pasien merupakan calon baik untuk terapi traksi.
Fraktur tidak stabil pada asetabulum ketika salah satu dari tulang atau kondisi jaringan lunak atau factor sistemik kontraindikasi fiksasi interna.
Fraktur panggul (basilar neck, intertrokanter atau subtrokanter) ketika jaringan lunak lokal atau kondisi tulang atau kondisi sistemik kontraindikasi operasi
Fraktur pada batang dan area suprakondilar femur dimana internal atau eksternal fiksasi merupakan kontraindikasi.
Fraktur kominutif pada tibia ketika traksi merupakan kebutuhan untuk menjaga kesegarisan (alignment) dan memudahkan gerakan dini, dan ketika internal atau eksternal fiksasi tidak mungkin dikerjakan
Fraktur pada batang tibia dan fibula ketika keterlambatan dalam terapi inisial atau pemendekan yang tidak dapat diterima dengan koreksi pembalut gips.
Fraktur kominutif pada distal tibia dan fibula dan sendi pergelangan kaki, dimana gerakan dini pada sendi pergelangan kaki diinginkan dan internal atau eksternal traksi merupakan kontraindikasi.
Gambar. skeletal traksi
Kesatuan Traksi Charnley
Berguna untuk penggunaan traksi pada tungkai bawah, dan sangat dianjurkan penggunaanya.
Dengan menggunakan pin atau wire pada proksimal tibia dan kemudian pin atau wire diliputi oleh gips atau tungkai pendek
Kegunaan: Kaki dan pergelangan kaki dapat dipertahankan dalam posisi fungsional
Karena tungkai dalam gips tidak ada tekanan pada otot betis atau nervus peroneus.
Gerakan pada pin atau wire sedikit sekali
Traksi Skeletal Balanced- Suspension
Melakukan traksi langsung pada tibia atau femur melalui pin atau wire
Tungkai diletakan pada suatu Thomas Spint dengan atau tanpa suatu Pearson Attachment
Pearson Attachment memungkinkan pergerakkan pada sendi lutut, sehingga berguna untuk mencegah kekakuan sendi lutut
Dengan menggunakan katrol-katrol pada Thomas Spint, keseluruhan tungkai dapat mengambang bebas, dengan traksi pada tempat patah tetap berjalan.
Traksi Skeletal Terpaku (Fixed Skeletal Traction)
Digunakan untuk patah tulang femur sambil menunggu tindakan terapi tetap, berupa fiksasi interna atau untuk pengangkutan ke rumah sakit rujukan yang letaknya agak jauh.
Gunakan :
Bilamana karena kedudukan buruk, diperlukan anastesi umum atau regional.
Kesatuan traksi Charnley
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitive, prinsip pengobatan fraktur ada empat (4R), yaitu:
Recognition
Prinsip pertama adalah diagnosis dan menilai keadaan fraktur, dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan Perlu diperhatikan lokalisasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
Reduction
Reduksi fraktur apabila perlu. Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intra-artikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi serta kekauan, deformitas, serta perubahan osteoarthritis dikemudian hari.
Posisi yang baik adalah alignment yang sempurna dan aposisi yang sempurna. Fraktur seperti fraktu klavikula, iga, dan fraktur impaksi humerus tidak memerlukan reduksu. Angulasi <5% pada tulang panjang anggota gerak bawah dan lengan atas dan angulasi sampai 10% pada humerus dapat diterima. Terdapat kontak sekurang-kurangnya 50% dan over-riding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur. Adanya rotasi tidak dapt diterima dimanapun lokalisasi fraktur.
Retention
Imobilisasi fraktur
Rehabilitation
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin
Pemilihan metode pengobatan
Pada fraktur terbuka fiksasi internal harus dihindari, kecuali jika cedera lain yang menyertai menentukan lain. Pada fraktur tertutup, terdapat empat metode pilihan: traksi, traksi yang diikuti dengan penguatan (bracing), reduksi terbuka dengan pemasangan paku intramedula, dan pemasangan paku intramedula secara tertutup.
Traksi dapat mereduksi dan mempertahankan sebagian besar fraktur dalam penjajaran yang memadai, dan mobilitas sendi dapat terjamin dengan latihan aktif. Kelemahan utamanya adalah lamanya waktu yang dihabiskan di tempat tidur (10-14 minggu untuk orang dewasa) serta adanya masalah mempertahankan pensejajaran fraktur hingga akhirnya dan mengurangi morbiditas dan frustasi pasien. Beberapa gangguan ini dapat diatasi dengan mengurangi masa traksi dan kemudian diubah menjadi penguatan (bracing) fungsional . sesungguhnya untuk fraktur bagian bawah femur metode ini di anggap sebagai metode pilihan oleh beberapa ahli. Deformitas tersisa hampir tidak dapat dielakkan. Tetapi pemendekan sampai 2cm, angulasi 10 derajat dan 15 derajat pembengkokan ke anterior biasanya dapat diterima tanpa banyak kehilangan fungsi.
Tetapi, terapi non operasi tak dapat diandalkan untuk fraktur pada sebagian atas femur, kelompok dimana fiksasi intenal, terutama dengan pemasangan paku intramedula dapat dilakukan dengan mudah dan dapat dipercaya, karena itu, asalkan tersedia keahlian dan fasilitas yang diperlukan, fiksasi internal dapat (beberapa ahli berkata "harus") digunakan untuk fraktur melintang pada setengah bagian ptoximal tulang, terutama kalau reduksi tertutup sulit dipertahankan. Indikasi yang lain adalah fraktur patologik, fraktur multiple, fraktur yang disertai cedera pembuluh darah dan fraktur pada pasien yang sulit dirawat. Dalam tahun-tahun belakangan ini, metode telah diperluas dengan dengan pengembangan pemasangan paku medula secara tertutup, yang tak perlu membuka fraktur, dan dengan penambahan skrup pengunci, yang memungkinkan digunakannya fiksasi internal untuk fraktur kominutif dan tak stabil atau fraktur sepertiga bagian bawah.
Rencana tatalaksana dianjurkan mulai dari pra-reduksi. Pada awalnya semua pasien ditempatkan pada traksi, traksi kulit untuk anak-anak, traksi kerangka untuk orang dewasa. Kalau ini harus diubah, terapi yang pasti dimulai dalam seminggu. Terapi tertutup dilanjutkan kalau fasilitas kurang ideal, dan fraktur itu telah tereduksi (atau hampir tereduksi). Ini adalah metode pilihan bagi anak-anak yang mempunyai banyak kemampuan dalam penyembuhan dan remodeling tulang. Reduksi diperiksa dengan sinar X dengan interval 1 minggu. Setelah 3 minggu pada anak-anak dan 5-6 minggu pada orang dewasa, traksi mungkin perlu dihentikan dan tungkai dipertahankan dalam spika (untuk anak-anak) atau brace fungsional (untuk orang dewasa). Fiksasi internal sangat diindikasikan untuk fraktur patologik dan untuk pasien dengan cedera ganda. Cara ini juga jauh lebih baik untuk fraktur tertutup lain pada orang dewasa, asalkan tersedia fasilitas dan keahlian yang diperlukan untuk pemasangan paku medulla secara tertutup. Fiksasi luar kadang digunakan untuk fraktur terbuka yang tak cocok untuk fiksasi internal dan sulit dipertahankan dengan traksi dan pembebatan.
Traksi dan pembebatan pada anak-anak, traksi kulit tanpa bebat-lah yang biasanya diperlukan. Bayi dengan berat kurang dari 12 kg paling mudah ditangani dengan menngantungkan tungkai bawah pada kerekan diatas, tetapi tidak boleh menggunakan beban yang lebih dari 2 kg dan kaki harus sering diperiksa untuk mecari ada tidaknya masalah peredaran darah. Anak-anak yang lebih tua lebih cocok dengan traksi Russel. Penyatuan fraktur terjadi dalam 2-4 minggu (tergantung pada umur anak), dan pada stadium itu dipasang spica panggul dan anak itu diperbolehkan bangun. Konsolidasi biasanya selesai setelah 4-8 minggu.
Orang dewasa (dan remaja yang lebih tua) membutuhkan traksi kerangka dengan pen atau kawat Kirchner yang diikan kuat-kuat dibelakang tuberkel tibia. Traksi (8-10 kg untuk orang dewasa) dipasang melalui kerekan di kaki tempat tidur. Tungkai biasanya disokong dengan bebat Thomas, dan suatu belah fleksi akan memungkikan gerakan lutut. Tetapi bebat tidak begitu diperlukan, sesungguhnya traksi kerangka tanpa bebat (traksi perkins) memiliki keuntungan karena memperkecil distorsi fraktur dan memungkinkan gerakan yang kebih bebas di tempat tidur. Latihan dimulai sesegera mungkin (sekitar 6 minggu oada orang dewasa) traksi dapat dihentikan dan pasien diperbolehkan bangun untuk menahan beban sebagian dalam gips atau brace. Untuk fraktur pada setengah bagian atas femur, sppika gips adalah yang paling aman, tetapi cara ini hamper pasti memperpanjang masa kekakuan lutut. Jenis perlindungan ini diperlukan hingga fraktur telah konsolidasi (16-24 minggu).
Pada kasus fraktur femur pada anak yang biasanya diakibatkan oleh benturan langsung misalnya pada kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat tinggi. Tetapi pada anak berumur dibawah 2 tahun penyebab yang paling lazim adalah penyiksaan pada anak kalau terdapat beberapa stadium penyembuhan yang berbeda. Perlu ditekankan bahwa terapi terbuka sangat jarang diperlukan. Pilihan pada metode terutama tergantung pada umur dan berat anak.
Bayi membutuhkan traksi berimbang tak lebih dari 1-2 minggu, diikuti dengan gips spika selama 3-4 minggu lagi. Angulasi sampai 30 derajat dapat diterima, karena tulang mengalami pembentukan ulang sejalan dengan pertumbuhan.
Anak-anak antara unur 2-10 tahun dapat diterapi dengan traksi berimbang (traksi Russel) selama 2-3 minggu diikuti dengan gips spika selama 4 minggu lagi, atau dengan reduksi awal dan gips spika sejak permulaan. Pemendekan sebesar 1-2 cm dan angulasi samai 20% dapat diterima.
Remaja membutuhkan traksi berimbang sedikit lebih lama, sekitar 4-6 minggu, dan mereka yang berumur lebih dari 15 tahun atau bahkan remaja yang lebih muda kalau mereka besar dan berotot dapat memerlukan traksi kerangka. Bila fraktur telah terasa kokoh, traksi ditukar dengan gips spika (pada kasus fraktur sepertiga bagian atas dan fraktur batang pertengahan) atau dengan penahan gips (gips penyangga) (untuk fraktur sepertiga bagian bawah), yang dipertahankan selama 6 minggu lagi. Posisinya harus dicek setiap beberapa minggu, batas angulasi yang dapat diterima adalah 15 derajat pada sinar X anteroposterior dan 25 derajat pada foto lateral.
Waktu penyembuhan fraktur bervariasi secara individual dan berhubungan dengan beberapa factor penting pada penderita, antara lain: (1)(2)
Umur
Waktu penyembuhan tulang pada anak jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan oleh aktifitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum dam juga berhubungan dengan proses remodeling tulang bayi yang sangat aktif dan makin berkurang apabila umur bertambah.
Lokalisasi dan penyembuhan fraktur
Fraktur metafisis penyembuhannya lebih cepat daripada diafisis. Disamping itu konfigurasi fraktur seperti fraktur tranversal lebih lambat penyembuhannya dibandingkan fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak.
Pergeseran awal fraktur
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser.
Vaskularisasi pada kedua fragmen
Bila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya jelek sehingga mengalami kematoan, maka akan menghambat terjadinya union atau bahkan non union.
Reduksi serta imobilisasi
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilsasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu penyembuhan fraktur.
Waktu imobilisasi
Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union, maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.
Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak
Bila ditemukan interposisi jaringan baik berupa periost, maupun otot atau jaringan fibrosa lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.
Faktor adanya infeksi
Bila terjadi infeksi pada daerah fraktur, misalnya pada operasi terbuka fraktur tertutup atau terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses penyembuhan.
Cairan synovia
Pada persendian dimana terdapat cairan synovia merupakan hambatan dalam penyembuhan fraktur.
Gerakana aktif dan pasif pada anggota gerak
Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur, tetapi gerakan yang dilakukan pada daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Dalam biomekanika prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, disain dan pengembangan peralatan dan sistem dalam fisiologi kedokteran. Filosof Yunani Aristotle (384-322 SM) adalah orang yang pertama kali melakukan studi secara sistematik terhadap gerakan tubuh manusia. Banyak prinsip yang mendeskripsikan aksi dan karakteristik geometri dari otot. Walaupun penemuan Aristotle untuk menerangkan gerakan banyak mengandung kontradiksi, usaha awal yang telah ia rintis menjadi pondasi bagi studi berikutnya seperti Galen (131-201), Galileo (1564-1643), Borelli (1608-1679),Newton (1642-1727), dan Marey (1830-1904). Studi dari para filosof dan ilmuwan tersebut telah mengakibatkan kita bisa membuktikan bahwa gerakan tubuh manusia merupakan konsekuensi dari interkasi antara otot dan gaya yang diakibatkan oleh lingkungan sekitar tubuh manusia. Seperi yang ditulis oleh Aristotle bahwa binatang yang berjalan membuat posisisnya berubah dengan menekan apa yang ada dibawahnya.
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa aplikasi biomekanika berupa gaya tubuh sangat penting untuk diterapkan dalam dunia kesehatan yaitu traksi. Dimana dapat membantu proses pengobatan tertutama pada kasus-kasus orthopedi. Metode pengobatan pada bidang ortopedi dibagi dalam tiga cara, yaitu tanpa pegobatan, pengobatan non-operatif (konservatif), dan pengobatan operatif. Traksi yang dipasang memakai pemberat dengan berat badan sebagai counter traksi. Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi reposisi dan imobilisasi. Traksi dapat mereduksi dan mempertahankan sebagian besar fraktur dalam penjajaran yang memadai, dan mobilitas sendi dapat terjamin dengan latihan aktif.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini, agar makalah ini dapat lebih sempurna dan menjadi pedoman untuk kita semua
DAFTAR PUSTAKA
Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif Watampone. Makassar: 2007.
Salter. Textbook of Disorders and injuries of the Musculoskeletal System. 2nd ed. Baltimore/London: Willians & Wilkins: 1983.
De jong. Buku Ajar Ilmu Bedah: Sistem Muskuloskeletal. Ed 2. EGC: Jakarta. 2002. Hal 835-54
Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, BagianBedah FKUI
Swiontkowski. Manual of Orthopedics: Traction. 6th ed. Williams and Wilkins: New York. p138-51
Graham, Salomon L. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley.Edisi 7, Widya Medika, Jakarta
Chapman, Michael W. Editors, 2001. Chapman's Orthopaedic Surgery, 3rd Edition, Fracture Healing and Closed Treatment of Fractures and Dislocations. Lippincott Williams & Wilkins
Airlangga Medical Education Center
AMEC
departemen faal
fakultas kedokteran
unair
YMCA
FKUA- Kesadaran diri untuk berolah raga ternyata sama pentingnya dengan ketepatan kita dalam memilih jenis olah raga apa yang sesuai dengan kondisi fisik sesungguhnya. Karena sebenarnya berolah raga tidak sekedar aktivitas menggerakkan anggota badan hingga berkeringat saja.
Agar olah raga kita tidak sia-sia, sebaiknya pilih jenis olah raga yang sesuai dengan tingkat kebugaran. Caranya ? lakukan tes kebugaran untuk mengetahui tingkat awal kebugaran tubuh kita.
Saat ini, Dinas Kesehatan Jawa Timur tengah gencar menyosialisasikan kebijakan program kesehatan olah raga. Salah satu prioritasnya adalah membangun sistem pembinaan kelompok olah raga dengan melibatkan peran puskesmas setempat. Dan untuk mendukung kebijakan tersebut, Departemen Faal FKUA menggelar acara Pelatihan Pengukuran Kebugaran Sederhana untuk puskesmas kota Surabaya, di Gedung Airlangga Medical Education Center ( AMEC FKUA).
Ketua acara Irfiansyah Irwadi, dr, M.Si., AIFO mengungkapkan selain sebagai bentuk dukungan atas kebijakan Dinkes Jatim, acara ini sekaligus bentuk kegiatan pengabdian masyarakat Departemen Faal FKUA . Puluhan tenaga kesehatan dari berbagai puskesmas di Surabaya berpartisipasi mengikuti sesi ilmiah dan pelatihan pengukuran kebugaran sederhana 30 menit seperti Rockport, YMCA,lansia, dan single test untuk anak.
Umumnya tes kebugaran dipersiapkan untuk para calon jemaah haji. Namun melalui pelatihan kebugaran ini diharapkan dapat diaplikasikan untuk masyarakat dari berbagai kalangan usia tidak hanya dewasa tapi juga anak-anak dan lansia.
Lebih lanjut, dr Irfiansyah mengatakan usai kegiatan pelatihan ini rencananya akan menyusun kegiatan penelitian bersama tentang kebugaran. Hal ini penting mengingat di Indonesia belum memiliki pedoman khusus tentang pengukuran kebugaran, yang secara spesifik meliputi ketahanan, kelenturan- Vo2 max , kelincahan dan kekuatan otot.
" Selama ini kita hanya mengacu pada pedoman pengukuran kebugaran yang berlaku di luar negeri, kita di Indonesia belum punya pedoman sendiri. Padahal sebenarnya pedoman luar negeri tidak sesuai dengan kondisi fisik dan karakterisktik tubuh orang Indonesia," jelasnya.
Sementara itu, Raden Argarini,dr.,Mkes.,AIFO mengatakan salah satu bentuk latihan yang diperagakan dalam acara tersebut adalah latihan pengukuran kebugaran sederhana menggunakan sejumlah teknik yag diampu dari program Dinkes, seperti YMCA dan single test.
Sejumlah teknik tes kebugaran sederhana lainnya juga ajarkan, yaitu teknik pengukuran kebugaran untuk anak usia 10-12 tahun adalah dengan cara berlari sepanjang 1000 m, sedangkan pada usia 13-19 tahun berlari sepanjang 1600m.
Pada pemeriksaan dewasa yaitu usia 20-69 dengan cara berjalan sepanjang 1 mil atau biasa dikenal dengan teknik rock port. Ada juga teknik tes kebugaran sederhana dengan menggunakan teknik YMCA atau naik turun bangku. Sedangkan untuk lansia diatas usia 60 tahun maka tes kebugaran bisa dilakukan dengan tes jalan di tempat selama 2 menit.
Dijelasakan, pada tes kebugaran menggunakan teknik YMCA, yang dinilai adalah bagaimana kerja denyut jantung setelah 3 menit melakukan gerakan naik turun dari bangku yang bentuknya menyerupai tangga. Dengan menggunakan alat bantu lainnya berupa stopwatch dan metronome atau atau alat pengatur irama sehingga bergerak sesuai irama maka tingkat kebugaran dapat diketahui.
Jika hasilnya tinggi yakni mencapai angka 150 setelah tes, maka kesimpulanya kurang bugar. Namun hasil penilaian itu masih harus disesuaikan lagi berdasrkan jenis kelamin dan usia. " Dengan mengetahui tingkat kebugaran sejak awal, maka kita dapat dengan mudah menentukan jenis olah raga apa yang ideal sesuai dengan kondisi fisik seseorang," jelasnya.
YMCA Cycle Test
The YMCA Cycle Test is a multi-stage sub-maximal test that can also help you estimate your aerobic fitness. This test should be administered by an exercise specialist as it requires specific equipment and procedures. You begin this test by pedaling at a specific work rate for three minutes. Your heart rate is checked at the end of the stage and the work rate is increased to a specific level after that, depending on your measured heart rate. By plotting your heart rate against the work rate of each stage on a graph, the test administrator can estimate your aerobic fitness level.
YMCA 3-minute Step Test
This page describes the procedure for conducting the YMCA version of a step test. A similar test is the Queens College step test, though it has a higher step and a different stepping rate for men and women. See the other variations of step tests.
purpose: a step test provides a submaximal measure of cardio-respiratory or endurance fitness (see also other step tests)
equipment required: 12 inch (30 cm) step, stopwatch, metronome or cadence tape, stethoscope.
procedure: Begin by demonstrating the alternating stepping cadence to the subject. In time with the beat step one foot up on the bench (1st beat), step up with the second foot (2nd beat), step down with one foot (3rd beat), and step down with the other foot (4th beat.) Allow the subject to practice the stepping to the metronome cadence, which is set at 96 beats per minute (4 clicks = one step cycle) for a stepping rate of 24 steps per minute. The athlete steps up and down on the platform at the given rate for a total of 3 minutes. The athlete immediately stops on completion of the test and sits down and remains still. Starting within 5 seconds, the tester is to count the subject's heart rate (ideally with a stethoscope) for one complete minute.
scoring: The total one-minute post-exercise heart rate is the subject's score for the test.
advantages: all step tests require minimal equipment and costs, and if required the test can be self-administered.
disadvantages: As the step is the same size for all people (men and women), biomechanical characteristics such as height and lower limb length may give an advantage.
YMCA Fitness Testing and Assessment
The YMCA Fitness Testing manual is a reference for fitness instructors and personal trainers. The manual includes the protocols for the following tests. Each test is linked to a page describing the general procedures for conducting such tests. For some of these tests, the actual YMCA description of the test in the manual may differ.
Standard measurements
Height and weight
Resting heart rate
Resting blood pressure
Body composition
3 and 4 site skinfold test (Abdomen, ilium, triceps, thigh)
Cardiovascular
Cycle ergometer submaximal test
Three minute step test
Flexibility
Sit & reach
Muscular strength and endurance
Bench press test
One minute half sit-up test
YMCA Fitness Testing and Assessment Manual
The YMCA Fitness Testing and Assessment Manual, by Larry Golding (Ph.D., FACSM), is designed to assist you to administer and interpret the YMCA physical fitness test battery correctly. The YMCA fitness test battery has been in use for nearly 30 years. This manual is a follow up to the previous text: " Y's Way to Physical Fitness"
Included in this manual are all the testing protocols, the latest YMCA adult fitness norms. There are also additional chapters on areas such as basic information on musculoskeletal and cardiovascular systems to help readers better understand the test battery and explain the results.
There are 4 appendixes providing additional materials for testing programs:
Sample health screening, medical clearance, and informed-consent forms.
Master scoring sheets for all YMCA fitness tests.
Basic information on using YMCA Fitness Analyst software.
List of common activities and the number of calories burned during those activities.
share this page:
Incremental exercise
From Wikipedia, the free encyclopedia
This article needs more links to other articles to help integrate it into the encyclopedia. Please help improve this article by adding links that are relevant to the context within the existing text. (April 2015)
Incremental exercise is exercise that increases in intensity over time.[1]
An incremental exercise test (IET) is determined by different variables. These include the initial starting rate, the consecutive work rates, increments and the duration of each increment. These variables can be modified extensively to suit the purpose of the training program or the individual.[2] Incremental exercise is a widely accepted method of sourcing health related information.
Incremental exercise is often used during fitness tests such as the YMCA sub maximal test, YoYo test and the commonly known Beep test. Multiple methods of incremental exercise tests have also proved useful in identifying and monitoring individual's or teams adaptation to training.[2] Incremental exercise has proved to be useful for determining the simplest of factors, such as an individuals adaptation to a training program or physical fitness level, or some of the most complex factors. The exercise method is utilised in copious health studies to determine various health related propositions and results. These include determining the reproducibility of the lower limbs activity level and, for clinical purposes, determining patient's anaerobic exercise responses and difficulties of daily living.[3][4] From a clinical perspective there are three methods of incremental exercise that are commonly used in association with patients:
Cardiac stress testing
Cardiopulmonary exercise test
Exercise test to detect exercise-induced asthma [4]
Contents
1 Physiological Effects
1.1 Contributions of the Energy Systems
1.2 Ventilation Threshold
2 Methods and Training Plans
3 References
Physiological Effects
Proven results indicate that when an individual is involved in incremental exercise, at a specific intensity level of 70% and 75% VO2 max, they are performing at a greater rate than what they would be during a 30 minute submaximal constant load test. This particular investigation concludes that the intensity levels differ between incremental and submaximal constant exercise and the benefits are not identical. The results suggest the physiological effects of incremental exercise can be more predominant than that of a submaximal constant load.[5]
Contributions of the Energy Systems
The findings of a Brazilian research group, discovered that the aerobic systems are predominant throughout an incremental exercise test (IET), accounting for about 86%-95% of energy systems at work. Glycolytic systems however only accounted for 5%-14% which can be concluded as a non-dominant energy system used during an IET.[6]
Ventilation Threshold
During incremental exercise the behaviour of the body's ventilation system increases. Incremental exercise is frequently prescribed to the elderly and elite athletes, specifically the first ventilation threshold (VT1) for the elderly and the second ventilation threshold (VT2) for elite athletes.[7] VT is the point of transition between predominantly aerobic energy production to anaerobic energy production. The thresholds reflect the heart rates so as it makes the difficulty of the exercise sensible to participants.[8]
[icon] This section is empty. You can help by adding to it. (April 2015)
Methods and Training Plans
There are various methods of incremental exercise that determine and improve physical fitness sequentially. Those of which include fitness tests such as the YMCA sub maximal test, YoYo test, pacer test, Leger-test, 20-m shuttle run test or Beep or Bleep test.
Incremental exercise is also a prominent method utilised in determining results of exercise intensity. A type of incremental exercise test that assists in determining the intensity of exercise includes the Talk Test (TT). The Talk Test is a sub-maximal, incremental exercise test which is proven to allow individuals to recognise their exercise training intensity.[9] The self-administered test allows individuals the ability to determine if they are exercising at the appropriate heart rate and intensity level based on their ability to speak comfortably whilst exercising. The method of measuring exercise intensity is also a good indication of when individuals are putting too much stress on the body and need to reduce intensity level.[10] This method of incremental exercise suggests the appropriate intensity is achieved if an individual can have light conversation, while exercising. If the individual's speech begins to break or it becomes difficult to continue conversation, it is an indication the individual is overworking and needs to decrease the intensity level.[10]
References
"Dictionary of Sport and Exercise Science and Medicine by Churchill Livingstone". Incremental exercise. The Free Dictionary. 2008. Retrieved 9 April 2015.
Bentley, DJ,. Newell, J,. Bishop, D,. (2007). "Incremental exercise test design and analysis: implications for performance diagnostics in endurance athletes.". SportsMed. Retrieved 9 April 2015. Cite error: Invalid [ tag; name ":0" defined multiple times with different content (see the help page).]
Laplauda, D,. Huga, F,. Grélota, L,. (2006). "Reproducibility of eight lower limb muscles activity level in the course of an incremental pedaling exercise". Journal of Electromyography and Kinesiology. doi:10.1016/j.jelekin.2005.04.002. Retrieved 9 April 2015.
Reid, W. D., & Chung, F. (2004). Clinical management notes and case histories in cardiopulmonary physical therapy. Thorofare, NJ: SLACK. pp. 56–58.
Dekerle, J,. Baron, B,. Dupont, L,. Garcin, M,. Vanvelcenaher, J,. Pelayo, P (2003). "Effect of incremental and submaximal constant load tests: protocol on perceived exertion (CR10) values". Perceptual and motor skills. Retrieved 9 April 2015.
"Energy system contributions during incremental exercise test". Journal of Sports Science and Medicine. 2013.
"Ventilation behaviour during upper body incremental exercise". Journal of Strength and Conditioning Research. 2011. doi:10.1519/JSC.0b013e3181b2b895.
"Understanding VT1 and VT2". ACE. April Merritt. January 10, 2011.
Lyon, E; Menke, M; Foster, C; Porcari, J.P; Gibson, M; Bubbers, T (2014). "Translation of Incremental Talk Test Responses to Steady-State Exercise Training Intensity". JOURNAL OF CARDIOPULMONARY REHABILITATION AND PREVENTION. doi:10.1097/HCR.0000000000000069. Retrieved 8 April 2015.
Nichols, N. "How to Measure for Exercise Intensity without a Heart Rate Monitor". SparkPeople. Retrieved 8 April 2015.
Categories:
Physical exercise
Navigation menu
Create account
Not logged in
Talk
Contributions
Log in
Article
Talk
Read
Edit
View history
Main page
Contents
Featured content
Current events
Random article
Donate to Wikipedia
Wikipedia store
Interaction
Help
About Wikipedia
Community portal
Recent changes
Contact page
Tools
What links here
Related changes
Upload file
Special pages
Permanent link
Page information
Wikidata item
Cite this page
Print/export
Create a book
Download as PDF
Printable version
Languages
Add links
This page was last modified on 17 April 2015, at 17:49.
Text is available under the Creative Commons Attribution-ShareAlike License; additional terms may apply. By using this site, you agree to the Terms of Use and Privacy Policy. Wikipedia® is a registered trademark of the Wikimedia Foundation, Inc., a non-profit organization.
Privacy policy
About Wikipedia
Disclaimers
Contact Wikipedia
Developers
Mobile view
Wikimedia Foundation
Powered by MediaWiki
TRAKSI
JENIS
KULIT
SKELETAL
EKSTREMITAS
EKSTREMITAS ATAS
TRAKSI KULIT
DUNLOP'S SKIN TRACTION
TRAKSI SKELETAL
OVERBODY /LATERAL SKELETAL TRACTION
EKSTREMITAS BAWAH
TRAKSI KULIT
TRAKSI KULIT BUCK'S EXTENSION
TRAKSI HAMILTON RUSSELL
TRAKSI GALLOWS
TRAKSI SKELETAL
KESATUAN TRAKSI CHARNLEY
TRAKSI SKELETAL BALANCED-SUSPENSION
TRAKSI SKELETAL TERPAKU