BAB I PENDAHULUAN
Sindrom kompartemen (CS) adalah suatu kondisi yang mengancam anggota tubuh dan jiwa yang dapat diamati ketika tekanan perfusi di bawah jaringan yang tertutup mengalami penurunan. Dengan demikian, sindroma kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan intertisia l di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di dalam kompartemen osteofacial yang tertutup.
Peningkatan
tekanan
intrakompartemen
akan
mengakibatkan
berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan, sehingga terjadi gangguan sirkulasi dan fungsi jaringan di dalam ruangan tersebut. Saat sindrom kompartemen tidak teratasi maka tubuh akan mengalami nekrosis jaringan dan gangguan fungsi yang permanen, dan jika semakin berat dapat terjadi gagal ginjal dan kematian.!,"# Di $merika, ekstremitas bawah distal anterior adalah yang paling banyak dipelajari untuk sindroma kompartemen dan dianggap sebagai yang kedua paling sering untuk trauma sekitar "%!"&. Dari penelitian 'cueen (") sindroma kompartemen lebih sering didiagnosa pada pria daripada wanita, tapi hal ini memiliki bias oleh karena pria lebih sering mengalami luka trauma di bandingkan wanita. 'cueen memeriksa !*+ pasien yang di diagnosis sindroma kompartemen, *& pasien yang berhubungan dengan fraktur dan sebagian adalah fraktur tibia. -llis pada tahun !/ melaporkan bahwa "& iskemi, kontraktur sering terjadi pada fraktur tibia. Detmer dkk melaporkan bahwa sindroma kompartemen bilateral terjadi pada /"& pasien yang menderita sindroma kompartemen kronis. Sindroma kompartemen akut sering terjadi akibat trauma terutama di daerah tungkai bawah dan tungkai atas. "# Sindrom kompartemen (CS) adalah salah satu kedaruratan ortopedi. 0dentifikasi pasien berisiko tinggi, membuat diagnosis yang cepat, dan memulai pengobatan yang efektif adalah langkah krusial dalam menghindari hasil akhir yang buruk. 1etidakmampuan seorang dokter untuk berkomunikasi dengan anak2 3#
anak dapat mempengaruhi diagnosis CS dengan tepat waktu. 1
$pabila sindroma kompartemen telah terjadi lebih dari / jam, maka dapat mengakibatkan nekrosis dari saraf dan otot dalam kompartemen. 0skemik berat yang berlangsung selama * % / jam dapat menyebabkan kematian otot dan ner4us yang kemudian menyebabkan terjadinya kontraktur 5olkman. Sedangkan, komplikasi sistemik yang dapat dari sindroma kompartemen meliputi gagal ginjal akut, sepsis, dan Acute Respiratory Distress Syndrome ($6DS) yang fatal jika terjadi kegagalan organ secara multi sistem."# Sindrom kompartemen dapat tampak berbeda pada anak2anak dibandingkan pada orang dewasa. Peningkatan kebutuhan akan analgetik adalah tanda pertama CS yang sedang berkembang pada anak2anak. $nak2anak dengan fraktur supracondilaris humerus, cedera siku, fraktur lengan bawah, dan fraktur tibia pada dasarnya berisiko tinggi untuk terjadinya CS. Diagnosis yang tepat dan pengobatan dengan fasciotomy pada anak2anak memberikan hasil jangka panjang yang sangat baik.3# 7erikut ini akan dibahas lebih jauh mengenai sindrom kompartem en yang tertuang dalam referat ini.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI
suatu
Sindrom kompartemen merupakan suatu peningkatan tekanan dalam kompartemen sehingga mengakibatkan penekanan terhadap
saraf, pembuluh darah dan otot di dalam kompartem en osteofasial yang tertutup.
8al
ini
mengawali
terjadinya
peningkatan
interstisial, kurangnya oksigen dari penekanan pembuluh
darah,
tekanan sehingga
mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan (iskemia) dan diikuti dengan kematian jaringan (nekrosis).!,+# 1ondisi
ini
bisa
kronis,
karena
otot
terlalu
berkembang,
atau akut akibat trauma dan perdarahan ke dalam kompartemen. Sindrom kompartemen akut adalah keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera dalam waktu !" jam.# B. INSIDENSI
Acute compartment syndrome ($CS)9sindrom kompartemen akut telah dikenalkan sejak tahun !//! oleh 6ichard 4on 5olkmaan yang pertama kali menggambarkan kontraktur tangan yang disebabkan oleh suatu sindrom kompartemen. Penelitian Singh dkk (:abel !.) menunjukkan bahwa dari 3" anak (laki2laki; "! anak dan perempuan; !! anak), dari !" anak usia "2!" tahun (
trauma9trauma kecepatan rendah), sedangkan
ee dan Stiehl mengatakan *& dari fraktur terbuka tibial akan berujung dengan sindrom kompartemen dibandingkan dengan fraktur tertutup tibia, sekitar !."& akan berujung menjadi sindroma kompartemen. 6orabeck dan 'acnab melaporkan keberhasilan dekompresi untuk perbaikan perfusi adalah * jam. 8asil penelitian studi kasus oleh 'cueen, 3
sindrom kompartemen didiagno sa lebih sering pada laki2laki disbanding perempuan. 8al ini dikarenakan kebanyakan pasien trauma adalah laki2laki. Selain itu, ditemukan insidens terjadinya sindroma kompartemen akut setiap tahun sekitar =,3 per !. untuk pria dan ,= per !. untuk wanita. 'cueen memeriksa !*+ pasien yang didiagnosis sindroma kompartemen, dari penelitian 'cueen ditemukan penyebab yang paling sering menyebabkan sindroma kompartemen akut adalah fraktur. Dalam hal ini, fraktur yang paling sering terjadi, yaitu fraktur diafisis os tibia dan fraktur os radius distal.# Tabel 1. Hasil Penelitian Singh dkk Tentang Data klinis pada ede!a" Diagn#sis dan Peng#batan$%&
Di $merika, pre4alensi sesungguhnya dari sindroma kompartemen belum diketahui. ?amun, sebuah penelitian menunjukkan angka kejadian
Chronic Exertional Compartment Syndrome (CECS) sebesar !+& pada indi4idu yang mengeluh nyeri tungkai bawah. >aki2laki dan perempuan presentasinya adalah sama dan biasanya bilateral meskipun dapat juga unilateral. Chronic Exertional Compartment Syndrome (CECS) biasanya terjadi pada atlet yang sehat dan lebih muda dari + tahun. # . ANAT'(I 1ompartemen merupakan daerah tertutup yang dibatasi oleh tulang,
interosseus membran, dan fascia, yang melibatkan jaringan otot, saraf, dan 4
pembuluh darah. @tot mempunyai perlindungan khusus yaitu fascia, dimana fascia ini melindungi semua serabut otot dalam satu kelompok, berfungsi untuk mencegah jaringan yang rusak membengkak dan meningkatkan tekanan, lalu membuat isinya menjadi tidak berfungsi dengan baik. Secara anatomik, sebagian besar kompartemen terletak di anggota gerak. 1ompartemen osteofasial merupakan ruangan yang berisi otot, saraf dan pembuluh darah yang dibungkus oleh tulang dan fasia serta otot2otot yang masing2masing
dibungkus
oleh
epimisium.
7erdasarkan
letaknya,
kompartemen terdiri dari beberapa jenis, antara lain;!,",+,# a) $nggota gerak atas a. >engan atas; !. 1ompartemen 4olar9anterior9fleksor, berisi otot fleAor pergelangan tangan dan jari tangan, ner4us ulnar dan ner4us medianus, arteri radialis dan ulnaris. ". 1ompartemen
dorsal9posterior9ekstensor,
berisi
otot
ekstensor pergelangan tangan dan jari tangan, ner4us interosseous posterior. b. >engan bawah; !. 1ompartemen 4olar, berisi oto t fleAor per gelangan tangan dan jari tangan, ner4us ulnar dan ner4us median. ". 1ompartemen dorsal, berisi otot ekstensor pergelangan tangan dan jari tangan, ner4us interosseous posterior. 3. 'obile wad, beri si otot ekstensor carpi radialis longus, otot ekstensor carpi radialis bre4is, otot brachioradialis. c. Brist joint; !. 1ompartemen 0, berisi otot abductor pollicis longus dan otot ekstensor pollicis bre4is. ". 1ompartemen 00, berisi otot ekstensor carpi radialis bre4is, otot ekstensor carpi radialis longus. 3. 1ompartemen 000, berisi otot ekstensor pollicis longus. +. 1ompartemen
05,
berisi
otot
ekstensor
digitorum
communis, otot ekstensor indicis. 5
. 1ompartemen 5, berisi otot ekstensor digiti minimi. *. 1ompartemen 50, berisi otot ekstensor carpi ulnaris.
6
)a*ba! 1. Anat#*i Ekst!e*itas S+pe!i#! dan L#kasi Anat#*is K#*pa!te*en Ekst!e*itas S+pe!i#!$,"-&
b) $nggota gerak bawah a. :ungkai atas; terdapat tiga kompartemen, yaitu; anterior, medial dan posterior b. :ungkai bawah (regio cruris); !. 1ompartemen anterior, beri si otot tibialis anterior dan ekstensor ibu jari kaki, ner4us peroneal profunda. ". 1ompartemen lateral, berisi otot peroneus longus dan bre4is, ner4us peroneal superfisial. 7
3. 1ompartemen
posterior
superfisial,
berisi
otot
gastrocnemius dan soleus, ner4us sural. +. 1ompartemen posterior profunda, berisi otot tibialis posterior dan fleAor ibu jari kaki, ner4us tibia. Sindrom kompartemen paling sering terjadi pada daerah tungkai bawah (yaitu kompartemen anterior, lateral, posterior superfisial dan posterior profundus) serta lengan atas (kompartemen 4olar dan dorsal).+#
)a*ba! . Anat#*i Ekst!e*itas In/e!i#!$-&
8
)a*ba! 0. Anat#*i K#*pa!te*en Ekst!e*itas In/e!i#! $,"-& $1"-"&
Tabel . K#*pa!te*en Eskt!e*itas S+pe!i#! dan In/e!i#!
9
)a*ba! ,. Sind!#* K#*pa!te*en pada Ekst!e*itas In/e!i#! $-&
D. KLASIFIKASI
Sindroma kompartemen dibagi menjadi dua tipe, yaitu;"# !. Sindroma 1ompartemen $kut Sindroma kompartemen akut merupakan suatu tanda kegawatan medis. Ditandai dengan pembengkakan dan nyeri yang terjadi dengan cepat. :ekanan dalam kompartemen yang meningkat dengan cepat dapat menyebabkan tekanan pada saraf, arteri dan 4ena sehingga tanpa penanganan yang tepat akan terjadi paralisis, iskemik jaringan bahkan kematian. Penyebab umum terjadinya sindroma kompartemen akut adalah fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan pada arteri dan luka bakar."# ". Sindroma 1ompartemen 1ronik Sindroma kompartemen kronik
bukan
merupakan
suatu
kegawatan medis dan seringkali dikaitkan dengan nyeri ketika akti4itas
olahraga.
Ditandai
dengan
meningkatnya
tekanan
kompartemen ketika melakukan akti4itas olahraga saja.
10
Penyebab umum sindroma kompartemen kronik biasa terjadi akibat melakukan akti4itas berulang2ulang, misalnya pelari jarak jauh, pemain basket, sepak bola dan militer."# E. FAKT'2 2ISIK' 13 Fakt#! 2isik# +n t+k Post Traumatic Compartment Syndrome a. Fraktur Suprakondilaris Humerus CS merupakan komplikasi yang digambarkan dari cedera ini. CS berkembang pada ,!& hingga ,3& anak dengan fraktur humerus suprakondilaris. leksi siku yang dicasting di atas dan cedera 4askular penyerta menempatkan anak2anak ini pada peningkatan risiko untuk CS. 'ubarak dan Carroll melaporkan kasus CS pada kompartemen 4olar lengan bawah setelah fraktur humerus suprakondilaris tipe2ekstensi dan / dari mereka yang fleksi siku di atas setelah reduksi tertutup. Pada " anak2anak dengan fraktur humerus suprakondilaris, 7attaglia dkk, menemukan tekanan kompartemen tertinggi pada kompartemen 4olar dalam, terutama di dekat lokasi fraktur, serta peningkatan tekanan yang signifikan dengan siku fleksi di atas .3# Pada
penelitan
terhadap
anak2anak
dengan
fraktur
humerus suprakondilaris, Choi dkk menemukan " kasus CS antara pasien dengan pulseless, perfusi tangan yang buruk. Studi telah menemukan bahwa penundaan pengobatan / sampai !" jam tidak meningkatkan tingkat CS pada fraktur
suprakondilaris humerus sebagian besar terjadi pada volar
compartment lengan bawah, kompartemen anterior lengan, dan kompartemen posterior lengan.3#
b Floatin! Elbow CS telah dilaporkan pada anak2anak dengan fraktur lengan bawah dan humerus ipsilateral. 7erdasarkan data penilitian, tidak disarankan circumferential castin! pada fraktur lengan bawah pada anak2anak dengan floatin! elbow3# c Forearm Fracture 8aasbeek dan Cole melaporkan CS pada (!!&) dari +* anak2anak dengan fraktur lengan bawah terbuka. 7erdasarkan data penelitian yang dilaporkan menunjukkan peningkatan risiko CS pada anak2anak dengan fraktur lengan terbuka dan fraktur yang diterapi dengan reduksi tertutup dan intramedullary naillin!, terutama yang dilakukan dalam waktu "+ jam dari cedera, dan manipulasi tertutup berkepanjangan yang dilakukan selama operasi. Direkomendasikan pemantauan ketat pada semua anak dengan fraktur lengan bawah bedah yang dilakukan operasi, khususnya pada anak2anak dengan faktor risiko yang telah disebutkan.3# d raktur emoralis CS telah dilaporkan setelah 9 spica castin! pada fraktur femoralis anak2anak. Para peneliti merekomendasikan metode alternatif penerapan spica casts9gips.3# e "ibialis Fracture $nak dengan fraktur tibialis, terutama fraktur pada kecelakaan kendaraan bermotor, berisiko untuk CS. 8ope dan Cole melaporkan CS pada + (+&) dari " anak2anak dengan fraktur tibialis terbuka. $nak dengan fraktur tuberkulum tibialis memiliki peningkatan risiko untuk CS karena adanya cedera 4askular penyerta. Pandya dkk melaporkan kejadian CS atau
vascular compromise pada + dari + pasien dengan fraktur tuberkulum tibialis. Direkomendasikan pemantauan ketat untuk
12
tanda2tanda akan terjadinya CS pada anak2anak dengan hi!h#
ener!y tibial shaft fracture dan fraktur tuberkulum tibialis. 3# lynn dkk melaporkan outcome dari +3 kasus CS akut pada tungkai anak yang dirawat pada pusat trauma pediatric. Baktu rata2rata dari cedera fasciotomy adalah ", jam (kisaran, 3,2!!/ jam). $utcome fungsional sangat baik pada saat follow#
upE +! dari +3 kasus tidak memiliki gejala sisa, dan " pasien yang kehilangan fungsi menjalani fasciotomy lebih dari / jam setelah cedera. 'eskipun inter4al panjang antara cedera dan operasi, hasil yang sangat baik dicapai dengan fasciotomy, menunjukkan peningkatan potensi untuk pemulihan pada populasi pediatrik.3# 'ubarak melaporkan pada * kasus fraktur fisis distal tibia pada pasien yang menunjukkan nyeri hebat dan pembengkakan pergelangan kaki, hyposthesia, kelemahan pada ekstensor hallucis longus dan ekstensor digitorum communis, dan nyeri pada fleksi pasif jari2jari kaki. Pada semua pasien, tekanan intramuskular lebih dari + mm8g di bawah retinaculum ekstensor dan kurang dari " mm8g pada kompartemen anterior. Semua pasien mengalami penyembuh an yang cepat terhadap rasa nyeri dan peningkatan sensasi dan kekuatan dalam waktu "+ jam setelah pembebasan retinaculum ekstensor superior dan stabilisasi fraktur.3# 3 Pen4ebab Lain 5 Miscellaneous3 dan N#nt!a+*atik Sind!#* K#*pa!te*en CS ?eonatal sangat langka, dan sering luput dalam diagnosis.
CS neonatal diduga disebabkan oleh kombinasi dari tekanan darah neonatal yang rendah dan trauma saat kelahiran. 6agland dkk melaporkan "+ kasus dengan CS neonatalE hanya ! kasus yang terdiagnosis dalam waktu "+ jam. Digambarkan adanya Flesi kulit
sentinelF pada lengan bawah dari setiap pasien sebagai tanda CS neonatal. 8asil dari terlambatnya diagnosis berupa kontraktur dan
13
berhentinya pertumbuhan dari ekstremitas yang terlibat.
Pada
penelitian, hanya ! pasien yang menjalani fasciotomy dalam waktu "+ jam, dan memberikan hasil fungsional yang baik. 1ecurigaan klinis yang tinggi adalah kunci untuk diagnosis dini dan pengobatan patologi langka ini.3# 'asalah medis yang menyebabkan perdarahan
intracompartmental
(hepatic
failure,
gagal
ginjal,
leukemia,
hemofilia) telah dikutip sebagai penyebab CS. CS dapat menjadi gejala pertama dari hemophilia. 1oreksi defek koagulasi dapat menjadi prioritas pada terapi pembedahan dalam kasus ini. 3# CS pada anak2anak juga dapat disebabkan oleh gigitan ular. Shaw dan 8osalkar melaporkan keberhasilan penggunaan anti4eni untuk mencegah terapi pembedahan pada !* dari ! pasien dengan gigitan ular berbisa. Dua pasien menjalani sur!ical debridement, dan ! pasien menjalani fasciotomy akibat CS. Para peneliti menganjurkan menggunakan anti4enin untuk mencegah CS pada anak2anak dengan
snakebites.3# Prasarn dkk melaporkan !" kasus CS ekstremitas atas pada anak2anak tanpa adanya fractur. -tiologi pada = (/&) dari !" kasus adalah
iatrogenik
(infiltrasi
intra4ena,
retained
phlebotomy
tourni%uet). Pada kasus ini, dilakukan + amputasi pada ekstremitas yang terkena.3# F. ETI'L')I :erdapat berbagai penyebab yang dapat meningkatkan tekanan jaringan lokal yang kemudian memicu timbulnya sindrom kompartemen, akan tetapi ada tiga mekanisme yang seringkali mendasari terjadinya sindroma kompartemen yaitu adanya peningkatan akumulasi cairan dalam ruang kompartemen sehingga terjadi peningkatan tekanan pada struktur kompartemen,
menyempitnya
ruang kompartemen9penurunan
4olume
kompartemen dan tekanan dari luar yang menghambat pengembangan 4olume kompartemen.",+,# 7erikut beberapa etiologi sindroma kompartemen;",+,#
14
!.
Penurunan 4olume kompartemen. 1ondisi ini disebabkan oleh;
-
Penutupan defek fascia. Gahitan tertutup pada fascia,
seringkali
terjadi pada atlit marathon yang memiliki otot hernia serta kerusakan fascia. 8ernia biasanya bilateral dan berkembang pada sepertiga tungkai bawah pada kompartemen anterior dan lateral. Selama ini seringkali dilakukan jahitan ketat pada hernia otot yang mengalami kerusakan fascia. 8al ini mengakibatkan terjadinya
pengurangan
meningkatkan
tekanan
4olume
kompartemen
intrakompartemen
dan
sehingga
menimbulkan sindroma kompartemen akut. @leh karena itu terapi utama pada pelari dengan nyeri pada tungkai dan hernia otot adalah fascial release bukan fascial closure.
-
:raksi internal berlebihan pada fraktur ekstremitas. >uka bakar derajat tiga. >uka bakar ini mengurangai ukuran kompartemen dan menimbulkan jaringan parut pada kulit, jaringan subkutan dan fascia menjadi satu. 8al ini membutuhkan dekompresi escharotomy segera.
".
Peningkatan tekanan pada struktur kompartemen 7eberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi ini antara lain;
-
Fraktur& terutama fraktur tibia merupakan penyebab yang paling sering menyababkan peningkatan akumulasi cairan dalam
-
ruangan kompartemen. Pendarahan atau trauma 4askuler9cedera pada pembuluh darah
besar& dapat menyebabkan sindroma kompartemen melalui tiga mekanisme yaitu ; a) Perdarahan yang masuk ke dalam ruang kompartmen. b) Sumbatan partial pada pembuluh darah sedang tanpa disertai adanya sirkulasi kolateral yang adekuat. c) Pembengkakan post iskemia dan sind roma kompartemen terjadi bila perbaikan arteri dan sirkulasi tertunda terlebih dari enam jam.
-
Peningkatan permeabilitas kapiler 15
-
Penggunaan otot yang berlebihan9e xtremely vi!orous exercise& terutama gerakan yang eksentrik9aneh, seperti extension under
pressure. $lahra!a berat&
dapat menyebabkan sindroma
kompartemen akut dan kronik. Seringkali dihubungkan nyeri pada kompartemen anterior pada tungkai. 7ila gejala ini timbul maka olahraga tersebut harus segera dihentikan.
-
>uka bakar, selain dapat menyebabkan penyempitan ruang kompartemen. >uka bakar juga dapat meningkatkan akumulasi cairan dalam ruang kompartemen dengan timbulnya edema yang massif. 'aka dekompresi melalaui escharotomy harus segera dilakukan untuk menghindari tamponade kompartemen.
-
@perasi
-
3.
Peningkatan tekanan eksternal
-
'rolon!ed compression pada ekstremitas
-
7alutan yang terlalu ketat
-
7erbaring di atas lengan
-
-
tekanan
eksternal
dikarenakan
membatasi
perkembangan dari kompartemen 0ntoksikasi obat 1etidaksadaran akibat penggunaan obat yang o4erdosis dapat memicu tidak hanya multiple sindroma kompartemen akan tetapi sindroma crush bila orang tersebut berbaring dengan tungkai terjepit. :ertekannya lengan serta tungkai menghasilkan peningkatan tekanan intra kompartemen lebih dari mm8g.
16
$&
)a*ba! -. Eti#l#gi Sind!#* K#*pa!te*en
-tiologi sindrom kompartemen lainnya dibagi menjadi; =# a)
-
Peningkatan
tekanan
kompartemen2karena
perdarahan
H
gangguan pembekuan.
-
Septisemia
-
-
'rolon!ed vascular reconstruction
-
0nfiltrasi cairan yang tid ak hati2hati kedalam jaringan ikat dari cairan 4intra4ena atau arthroscopy 17
-
0nfusi obatIDilantin9 infusi dopamine
-
0atrogenik
)a*ba! 6. a3 S t+ngkai ba7ah8t!#*b#sis 9ena /e*#!alis da!i DI siste*ik: b3Anak tah+n dengan ;e!eb!al ane+!4s* 4ang *enge*bangkan sind!#* k#*pa!te*en a3 pada tangan akibat in/+si b3 dilantin int!a9en#+s$<&
b) :rauma >okal
-
"ibial diaphyseal fractures
-
Soft tissue in(ury
-
Distal radius fractures
-
Forearm diaphyseal fractures
-
Elbow fractures dislocation
-
Supracondylar fractures
-
"ibial plateau fractures
-
Femoral diaphyseal fracture
-
Hi!h ener!y in(ury
Sejauh ini penyebab sindroma kompartemen yang paling sering adalah cedera, dimana + & kasus terjadi akibat fraktur, dan /& darinya terjadi di anggota gerak bawah. Dalam keadaan kronik, gejala juga timbul akibat aktifitas fisik berulang seperti berenang, lari ataupun bersepeda sehingga menyebabkan exertional compartment syndrome. ?amun hal ini bukan merupakan keadaan emergensi.+,# ). PAT'FISI'L')I
18
)a*ba! <. Pat#/isi#l#gi Sind!#* K#*pa!te*en $-&
Sindrom kompartemen melibatkan hemostasis jaringan lokal normal yang menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah kapiler, dan nekrosis jaringan lokal yang disebabkan hipoksia. Sindroma kompartemen merupakan hasil dari peningkatan tekenan intrakompartemen. Peningkatan tekanan intrakompratemen ini bergantung dari kejadian yang menyebabkannya. :erdapat " macam sindroma kompartemen. :ipe yang pertama adalah tipe akut yang berhubungan erat dengan trauma dan yang kedua adalah tipe kronik akibat akti4itias yang repetitif biasanya berhubungan dengan mikrotrauma yang biasanya berhubungan dengan akti4itas sehari2hari.# ascia merupakan sebuah jaringan yang tidak elastis dan tidak dapat meregang, sehingga pembengkakan pada fascia dapat meningkatkan tekanan intra2kompartemen dan menyebabkan penekanan pada pembuluh darah, otot dan saraf. Pembengkakan tersebut dapat diakibatkan oleh fraktur yang kompleks ataupun cedera jaringan akibat trauma dan operasi. $ktifitas fisik yang dilakukan secara rutin juga dapat menyebabkan pembengkakan pada fasia, namun umumnya hanya berlangsung selama aktifitas. +# Patofisiologi sindrom komparte men mengarah pada suatu ischemic
in(ury. Dimana struktur intra2kom partemen memiliki batasan tekanan yang dapat ditoleransi. $pabila cairan bertambah dalam suatu ruang yang tetap,
19
maupun penurunan 4olume kompartemen dengan komponen yang tetap, akan mengakibatkan pada peningkatan tekanan dalam kompartemen tersebut.+# Sindrom kompartemen menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah kapiler, dan nekrosis jaringan lokal. Peningkatan tekanan jaringan menyebabkan obstruksi 4ena dalam ruang yang tertutup. Peningkatan tekanan secara terus menerus menyebabkan tekanan arteriolar intra2muskuler bagian bawah meninggi. Pada titik ini, tidak ada lagi darah yang akan masuk kekapiler sehingga menyebabkan kebocoran ke dalam kompartemen,
yang
diikuti
oleh
meningkatnya
tekanan
dalam
kompartemen. Perfusi darah melewati kapiler yang terhenti akan menyebabkan hipoksia jaringan. 8ipoksia jaringan akan membebaskan substansi 4asoaktif (histamin, serotonin) yang akan meningkatkan permeabilitas kapiler yang meningkatkan eksudasi cairan dan mengakibatkan peningkatkan tekanan dan cedera yang lebih hebat. $kibatnya konduksi saraf akan melemah, p8 jaringan akan menurun akibat dari metabolisme anaerobik, dan kerusakan jaringan sekitar yang hebat. 7ila berlanjut, otot2ototakan mengalami nekrosis dan membebaskan mioglobin. $khirnya, fungsi ekstremitas akan hilang dan dalam keadaan terburuk dapat mengancam jiwa.+# Perfusi pada jaringan ditentukan oleh :ekanan Perfusi 1apiler atau
Capillary 'erfusion 'ressure )C''* dikurangi tekanan interstitial. Perfusi jaringan sebanding dengan perbedaan antara tekanan perfusi kapiler (Capillary 'erfussion 'ressure+C'') interstisial, yang dinyatakan dengan rumus >7 J (P$ 2 P5)96, dimana >7 J local blood flow9aliran darah lokal, P$ J arterial pressure9tekanan arteri, P5 J venous pressure9tekanan 4ena, 6 J local vascular resistance9resistensi 4askular lokal. 'etabolisme sel9miosit yang normal memerlukan tekanan oksigen 2= mm8g. 8al ini dapat berlangsung baik dengan CPP rata2rata " mm8g dan tekanan interstitial +2* mm8g. $pabila tekanan intra2kompartemen meningkat, akan
20
mengakibatkan peningkatan tekanan perfusi sebagai respon fisiolog is serta memicu mekanisme autoregulasi yang mengkibatkan Kcascade of in(ury,.+,# Pada dasarnya, ketika ada cairan yang masuk ke dalam kompartemen yang memiliki 4olume yang tetap, ini akan membuat peningkatan tekanan jaringan dan tekanan 4ena juga meningkat. 1etika tekanan interstisial melebihi CPP, maka akan membuat arteri dan otot menjad i kolaps dan berujung dengan iskemik jaringan. 6espon tubuh terhadap iskemik adalah pelepasan substansi yang menyerupai histamin yang meningkatkan permeabilitias 4askuler. 8al ini membuat terjadi kebocoran plasma dan terjadi sumbatan darah di kapiler kecil yang semakin memperburuk iskemia yang terjadi. Selanjutnya yang terjadi adalah miosit akan melisiskan diri dan protein miofibrilar berubah menjadi partikel osmotik yang aktif menarik air dari arteri.# Satu miliosmol (m@sm) diperkirakan memiliki9menggunakan tekanan !, mm8g, sehingg a peningkatan yang relatif kecil pada partikel osmotik aktif dalam kompartemen tertutup menarik cairan yang cukup untuk menyebabkan kenaikan lebih lanjut dalam tekanan intramuskular. 1etika aliran darah jaringan berkurang jauh, iskemia otot dan berikutnya edema sel memburuk.#
:anpa memperhatikan penyebabnya, peningkatan tekanan jaringan menyebabkan obstruksi 4ena dalam ruang yang tertutup. Peningkatan tekanan secara terus2menerus menyebabkan tekanan arteriolar intramuskuler bawah meninggi. Pada titik ini, tidak ada lagi darah yang akan masuk ke kapiler, sehingga menyebabkan kebocoran ke dalam kompartemen, yang diikuti oleh meningkatnya tekanan intrakompartemen.# Penekanan terhadap saraf perifer di sekitarnya akan menimbulkan nyeri hebat. 7ila terjadi peningkatan intrakompartemen maka tekanan 4ena meningkat. Setelah itu, aliran darah melalui kapiler akan berhenti. Dalam keadaan ini penghantaran oksigen juga akan terhenti, sehingga terjadi 21
hipoksia jaringan ( pale). Gika hal ini terus berlanjut, maka terjadi iskemia otot dan ner4us, yang akan menyebabkan kerusakan ire4ersibel (nekrosis) pada komponen tersebut.+,# Sindroma kompartemen kronik terjadi ketika tekanan antara kontraksi yang terus menerus tetap tinggi dan mengganggu aliran darah. Sebagaimana terjadinya kenaikan tekanan, aliran arteri selama relaksasi otot semakin menurun, dan pasien akan mengalami kram otot. 7iasanya yang terkena adalah kompartemen anterior dan lateral dari tungkai bagian bawah. @tot dapat membesar sekitar "& selama latihan dan akan menambah peningkatan sementara dari tekanan intrakompartemen. 1ontraksi otot berulang dapat meningkatkan tekanan intamuskular pada batas dimana dapat terjadi iskemia berulang.+,#
22
)a*ba! %. Pat#/isi#l#gi Sind!#* K#*pa!te*en $-&
:erdapat tiga teori yang menyebabkan hipoksia pada sindrom kompartemen yaitu, antara lain; !,+,# a. Spasme arteri akibat peningkatan tekanan kompartemen b. "heori of critical closin! pressure. 8al ini disebabkan oleh diameter pembuluh darah yang kecil dan tekanan mural arteriol yang tinggi . :ekanan trans mural secara signifikan berbeda (tekanan arteriol2tekanan jaringan), ini dibutuhkan untuk memelihara patensi aliran darah. 7ila tekanan jaringan meningkat
atau
tekanan
arteriol
menurun
maka
tidak
ada
lagi perbedaan tekanan. 1ondisi seperti ini dinamakan dengan tercapainya critical closin! pressure . $kibat selanjutnya adalah arteriol akan menutup. c. :ipisnya dinding 4ena. 1arena dinding 4ena itu tipis, maka ketika tekanan jaringan melebihi tekanan 4ena maka ia akan kolaps. $kan
tetapi bila
kemudian darah mengalir secara kontinyu dari kapiler, maka tekanan 4ena akan meningkat lagi melebihi tekanan jaringan, sehingga drainase 4ena terbentuk kembali. 'cueen dan Court27rown berpendapat
bahwa
perbedaan
tekanan
diastolik
dan
tekanan
kompartemen yang kurang dari 3 mm8g mempunyai korelasi klinis dengan sindrom kompartemen. H. (ANIFESTASI KLINIS
'ain (nyeri) ?yeri yang hebat terjadi saat peregangan pasif pada otot2otot yang terkena, ketika ada trauma langsung. ?yeri merupakan gejala dini yang paling penting. :erutama jika munculnya nyeri tidak sebanding dengan keadaan klinik (pada anak2anak tamp ak semakin gelisah atau memerlukan analgesia lebih banyak dari biasanya). @tot 23
yang tegang pada kompartemen merupakan gejala yang spesifik dan sering. 7iasanya nyeri yang dirasakan dideskrpsikan seperti terbakar. ?yeri tidak bisa dijadikan dasar pasti untuk diagnosa, contohnya pada kasus fraktur terbuka, kita tidak tahu rasa sakitnya berasal dari frakturnya atau dari peningkatan kompartemen. ".
'allor (pucat), diakibatkan oleh menurunnya perfusi ke daerah tersebut.
3.
'ulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi). Pulsasi perifer biasanya normal terutama pada ekstremitas atas pada sindrom kompartemen akut. 1etika denyut nadi sudah berkurang menandakan kerusakan telah terjadi.
+.
Parestesia (rasa kesemutan). Parestesi merupakan gejala yang sering ditemukan pada penderita sindroma kompartemen yang dalam keadaan sadar dan kooperatif, tetapi tidak diandalkan untuk keluhan awal, penurunan hasil pemeriksaa n " titik lebih bisa diandalkan pada saat awal untuk mendiagnosis. 8al ini merupakan manifestas i klinis akibat defisit sensorik. Pada awalnya defisit sensorik mengakibatkan paresthesia akan tetapi lama kelamaan jika penanganannya tertunda, keadaan ini dapat memicu terjadinya hipesthesia dan anesthesia
.
Paralysis 'erupakan tanda lambat akibat menurunnya sensasi saraf yang berlanjut dengan hilangnya fungsi bagian yang terkena sindrom kompartemen. Sedangk an pada sindrom kompartemen akan timbul beberapa gejala khas, antara lain; a. ?yeri yang timbul saat akti4itas, terutama saat olehraga. 7iasanya setelah berlari atau berakti4itas selama " menit. b. ?yeri bersifat sementara dan akan sembuh setelah beristirahat !23 menit. c.
:erjadi kelemahan atau atrofi otot.
24
$<&
)a*ba! )!a/ik (ani/estasi Klinis -P Sind!#* K#*pa!te*en -umlah pasien yan! . mempresentasikan .' -umlah pasien yan! menun(ukkan / atau lebih 0.'s1 pada dari vascular insufficiency2 pain& pallor& paresthesia& compartment syndrome paralysis dan pulselessness
)a*ba! 1=. (ani/estasi Klinis Sind!#* K#*pa!te*en$-&
Pada pasien anak ditemukan tantangan untuk menilai P dari sindrom kompartemen. 8al ini disebabkan anak2anak lebih takut dan cemas sehingga berdampak pada penegakan diagnosis CS yang sulit. Selain itu, praktisi yang tidak berpengalaman tidak dapat mendeteksi pasien dengan sindrom 25
kompartemen. Pada pasien anak itu sendiri, sering dinilai berdasarkan 3$Ls, yaitu $gitasi, $nAietas, peningkatan kebutuhan $nalgesik, yang merupakan presentasi klasik yang nampak pada beberapa jam.=# I. DIA)N'SIS Dalam mendiagnosis suatu kasus sindrom kompartemen, sama seperti kasus lainnya, dengan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik menyeluruh, dan dengan bantuan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan carilah tanda2tanda khas dari sindrom kompartemen yang ada pada pasien, karena dapat membantu penegakan diagnosis.# Pada anamnesis biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri hebat setelah kecelakaan atau patah tulang, ada dua yang dapat dijadikan dasar untuk mendiagnosis kompartemen sindrom yaitu nyeri dan parestesia, namun parestesia gejala klinis yang datangnya belakangan. Pada anamnesis, perlu ditanyakan adanya riwayat trauma. Pada dasarnya, semua trauma ekstremitas
potensial
untuk
menimbulkan
terjadinya
sindroma
kompartemen. Sejumlah cedera yang mempunyai resiko tinggi yaitu fraktur tibia dan antebrakhi, balutan kasa atau immobilisasi dengan gips yang ketat, crush injury pada massa otot yang luas, tekanan setempat yang cukup lama, peningkatan permeabilitas kapiler dalam kompartemen akibat perfusi otot yang mengalami iskemia, luka bakar atau latihan berat. 1ewaspadaan yang tinggi sangat penting pada penderita dengan penurunan kesadaran atau keadaan lain yang tidak dapat merasakan nyeri. ",# Pada pemeriksaan fisik kita harus mencari tanda2tanda fisik tertentu yang terkait dengan sindrom kompartemen, diawali dengan rasa nyeri dan rasa terbakar, penurunan kekuatan dan akhirnya kelumpuhan ekstremitas. Pada bagian distal didapatkan pallor (pucat) dan pulseness (denyut nadi melemah) akibat menurunnya perfusi ke jaringan tersebut. 'enindaklanjuti pemeriksaan fisik penting untuk mengetahui perkembangan gejala yang terjadi, antara lain nyeri pada saat istirahat atau saat bergerak dan nyeri saat bergerak ke arah tertentu, terutama saat peregangan otot pasif dapat meningkatkan kecurigaan kita dan merupakan awal indikator klinis dari
26
sindrom kompartemen. ?yeri tersebut biasanya tidak dapat teratasi dengan pemberian analgesik termasuk morfin. 1emudian bandingkan daerah yang terkena dan daerah yang tidak terkena. # Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi dapat ditemukan di daerah yang sakit terlihat bengkak, kulit tampak berwarna pink dan pasien tampak kesakitan. $dapun, pada palpasi didapatkan beberapa tanda khas dari sindroma kompartemen, yaitu; pain, pulse present dimana perabaan pulsasi pada daerah distal biasanya masih bisa teraba, parestesi pada daerah distribusi saraf perifer dan menurunnya sensasi pada kulit daerah yang terkena, serta tegang dan bengk ak pada daerah yang terkena."# Selain melalui gejala dan tanda yang ditimbulkannya, penegakan diagnosa sindrom kompartemen dilakukan dengan pengukuran tekanan kompartemen. Pengukuran intra2kompartemen dini diperlukan pada pasien2 pasien yang tidak sadar, pasien yang tidak kooperatif seperti anak2anak, pasien yang sulit berkomunikasi dan pasien2pasien dengan multiple trauma seperti trauma kepala, medulla spinalis atau trauma saraf perifer. :ekanan kompartemen normalnya adalah . Perfusi yang tidak adekuat dan iskemia relatif terjadi ketika tekanan meningkat antara !23 mm8g dari tekanan diastolik dan tidak ada perfusi yang efektif ketika tekanannya sama dengan tekanan diastolik. Pemeriksaan lainnya dapat dilakukan dengan Pulse oAimetry sangat membantu dalam mengidentifikasi hipoperfusi ekstremitas. ?amun tidak cukup sensitif untuk mendiagnosa sindrom kompartemen.+,# 0dentifikasi CS yang sedang berkembang pada anak termasuk sulit karena keterbatasan kemampuan anak untuk berkomunikasi dan adanya kecemasan untuk diperiksa oleh orang asing. Dengan demikian, dilatih untuk mencari P ( 'ain, 'aresthesia, 'aralysis, 'allor, 'ulselessness) terkait dengan CS. Pada penelitian terhadap 33 anak2anak dengan CS, 7ae dkk menemukan bahwa P relatif tidak dapat diandalkan untuk membuat diagnosis tepat waktu. Para peneliti juga menemukan bahwa peningkatan penggunaan analgesik rata2rata =,3 jam sebelum perubahan status 4askular 27
dan hal ini merupakan indikator yang lebih sensitif untuk CS pada anak2 anak. 8asil penelitian, merekomen dasikan bahwa anak2anak yang berisiko CS dimonitor dengan 3 $Ls (peningkatan penggunaan Anal!esic, Anxiety, 3#
A!itation). $nestesi regional digunakan untuk mengontrol nyeri pasca operasi pada orang dewasa dan anak. ?amun, hal ini dapat menutupi gejala utama (nyeri) dari CS. Dengan demikian, penggunaan anestesi regional pada pasien berisiko tinggi untuk CS sangat tidak disarankan. 'eskipun CS adalah diagnosis klinis, pengukuran tekanan kompartemen dapat berguna dalam membuat keputusan pada kasus klinis tertentu. Pada anak dengan disabilitas mental dan komunikasi yang berat, pengukuran tersebut dapat membantu
mengkonfirmasi
atau
memutuskan
diagnosis.
:ekanan
kompartemen normal lebih tinggi pada anak2anak dibandingkan pada orang dewasa. Staudt dkk membandingkan tekanan pada + kompartemen tungkai bawah dari " anak yang sehat dan " orang dewasa yang sehat. 6ata2rata tekanan ber4ariasi dari !3,3 mm8g hingga !*,* mm8g pada anak2anak dan ," mm8g hingga ,= mm8g pada orang dewasa2 hal ini menunjukkan tekanan normal yang lebih tinggi pada kompartemen tungkai bawah pada anak2anak.3# :ekanan kompartemen tertinggi yang dilaporkan pada penelitan adalah cm pada area fraktur. 1etika secara klinis diindikasi, maka harus dilakukan pengukuran pada daerah ekstremitas yang luka. $mbang tekanan yang
memerlukan
fasciotomy masih
diperdebatkan.
:ekanan
intracompartmental adalah 3 sampai + mm8g, atau pengukuran kurang dari 3 mm8g pada tekanan darah diastolik (perubahan tekanan J tekanan darah diastolic 2 tekanan kompartemen), telah direkomendasikan sebagai
cut off oleh beberapa authors. :ekanan kompartemen normal saat istirahat lebih tinggi pada anak2anak, namun cut off ini tidak dapat digunakan pada anak2anak seperti pada orang dewasa. Pengukuran langsung dari tekanan
intracompartmental adalah in4asif dan dapat sulit dilakukan pada anak yang terjaga dan gelisah gelisah.3#
28
:elah dilaporkan penggunaan
near#infrared spectroscopy dalam
diagnosis peningkatan tekanan kompartemen. 'etode ini menggunakan sifat penyerapan cahaya diferensial hemoglobin teroksigenasi untuk mengukur jaringan iskemia2sama dengan metode yang digunakan dalam pulse oksimetri. Dibandingkan dengan pulse oksimetri, alat ini dapat mencapai jaringan yang lebih dalam (3 cm di bawah permukaan kulit). :ingkat oksigenasi jaringan yang lebih rendah berkorelasi dengan peningkatan tekanan intracompartmental, tetapi beberapa peneliti tidak dapat menentukan cut off untuk pengukuran spektroskopi near#infrared yang akan menunjukkan iskemia jaringan yang signifikan. Penggunaan metode ini dalam mendiagnosis CS pada anak masih dalam penelitian case
report3# CS tetap berdasarkan diagnosis klinis. 0nformasi terhadap keluarga dan staf tentang tanda2tanda dan gejala sindrom ini dan memonitor penggunaan analgesik pada pasien ini merupakan hal yang sangat penting. Pengukuran tekanan kompartemen dapat digunakan saat diagnosis tidak jelas, terutama pada pasien non2komunikatif, tetapi nilai2nilai tersebut harus diinterpretasikan dengan hati2hati.3# J. DIA)N'SIS BAN DIN) Diagnosis yang paling sering membingungkan dan sangat sulit dibedakan dengan sindrom kompartemen adalah oklusi arteri dan kerusakan saraf primer, dengan beberapa ciri yang sama yang ditemukan pada masing2 #
masingnya. Pada sindrom kompartemen kronik didapatkan nyeri yang hilang timbul, dimana nyeri muncul pada saat berolahraga dan berkurang pada saat beristirahat. Sindrom kompartemen kronik dibedakan dengan claudicatio
intermittens yang merupakan nyeri otot atau kelemahan otot pada tungkai bawah karena latihan dan berkurang dengan istirahat, biasanya nyeri berhenti "2 menit setelah berakti4itas. 8al ini disebabkan oleh adanya oklusi atau obstruksi pada arteri bagian proksimal, tidak ada peningkatan tekanan kompartemen dalam hal ini. Sedangkan sindrom kompartemen kronik adanya kontraksi otot berulang2ulang yang dapat meningkatkan
29
tekanan
intramuskular,
sehingga
menyebabkan
iskemia
kemudian
#
menurunkan aliran darah dan otot menjadi kram. 7eberapa diagnosis banding dari sindrom kompartemen;+# a) Selulitis b) Deep 5enous :rombosis dan :hrombophlebitis c) aboratorium 8asil laboratorium biasanya normal dan tidak dibutuhkan untuk mendiagnosis sindrom kompartemen, tetapi dapat menyingkirkan diagnosis banding lainnya. a.
8itung sel darah lengkap b. Creatinin phosphokinase )C'3* Gika nilainya berkisar !2 N9ml bisa menjadi tanda adanya sindrom kompartemen. Gika dilakukan tes serial CP1 dan hasil meningkat bisa menjadi indikai sedang terjadinya proses sindrom kompartemen. c. 'ioglobin serum d. :oksikologi urin; dapat membantu menentukan penyebab, tetapi tidak membantu dalam menentukan terapi pasiennya. e. Nrin awal ; bila dite mukan mioglobin pad a urin, hal ini dap at mengarah ke diagnosis rhabdomyolysis. f.
'rothrombin time (P:) dan activated partial thromboplastin time ($P::); untuk persiapan preopratif
". 4ma!in! C: (Computed "omo!raphy) Scan dan '60 ( 5a!netic
Resonance 4ma!in!). Pemeriksaan ini biasanya kurang membantu dalam
menegakkan
diagnosis
sindrom
kompartemen
tetapi
pemeriksaan ini digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding. 30
3. 6#ray96ontgen; pada ekstremitas yang terkena, pemeriksaan ini digunakan untuk melihat ada tidaknya fraktur. +. NS< NS< membantu untuk menge4aluasi aliran arteri dalam mem4isualisasi Deep 7ein "hrombosis (D5:) di ektremitas bawah, selain itu, bisa untuk menge4aluasi otot yang robek. :etapi pemeriksaan NS< sendiri tidak berguna dalam menegakkan sindrom kompartemen, tetapi untuk diagnosis banding lainnya. . Arterio!rafi& untuk mengetahui ada atau tidak cedera pada arterinya. *. Pengukuran tekanan kompartemen Pengukuran tekanan secara langsung merupakan !old standard untuk menegakkan diagnosa sindroma kompartemen. Pengukuran tekanan kompartemen ini dapat dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan setelah latihan dan tidak semua kompartemen biasanya diuji, tetapi tergantung pada berapa banyak tempat yang dirasakan sakit oleh pasien. ?ormalnya tekanan kompartemen adalah nol. Perfusi yang tidak adekuat dan iskemia relatif terjadi ketika tekanan meningkat antara !%3 mm8g dari tekanan diastolik. :idak ada perfusi yang efektif ketika tekanannya sama dengan tekanan diastolik. Selama tekanan pada salah satu kompartemen kurang dari 3 mm8g (tekanan pengisian kapiler diastolik), maka tidak perlu khawatir tentang terjadinya sindroma kompartemen. :es dianggap positif jika memiliki tekanan O ! mm8g sebelum latihan atau O 3 mm8g setelah latihan selama satu menit atau O " mm8g setelah latihan selama menit. "#
Pengukuran tekanan intrakompartemen dianjurkan bila semua gejala serta tanda tidak ada atau membingungkan dan pada tiga kelompok pasien; "# a) 'asien yan! tidak kooperatif Pada pasien ini interpretasi klinik sulit dilakukan. Pada orang dewasa yang mabuk serta intoksikasi obat atau fraktur pada anak % anak yang ketakutan sehingga e4aluasi neurologik sulit dilakukan.
31
b) 'asien yan! tidak respons Pada pasien yang tidak sadar dikarenakan cedera kepala atau o4erdosis obat e4aluasi klinis tidak mungkin dilakukan. c) 'asien den!an cedera neurovascular Prosedur pengukuran tekanan kompartemen antara lain;"#
a) Teknik pengukuran langsung deng an teknik injek si/Teknik Jarum (Whitesides) :eknik injeksi adalah kriteria diagnostik standard yang seharusnya menjadi prioritas utama jika dalam penyusunan diagnosis terdapat penuh tanda tanya. :eknik Bhitesides merupakan cara yang paling sederhana, mudah dikerjakan, aman, murah, dan dapat diulang2 ulang, namun tidak dapat memonitor secara kontinu. Pada metode Bhitesides, tindakan yang dilakukan adalah memasukkan jarum yang telah dihubungkan dengan alat pengukur tekanan ke dalam kompartemen otot. $lat pengukur tekanan yang digunakan adalah modifikasi dari manometer merkuri yang dihubungkan dengan pipa (selang) dan stopcock tiga arah. ",# :onometer tekanan stryker banyak digunakan untuk mengukur tekanan
jaringan
yang
tidak
membutuhkan alat khusus. $lat yang dibutuhkan spuit " cc, three way tap, )a*ba! 11. Teknik In>eksi$&
tabung intra4ena, normal saline steril, manometer air raksa untul mengukur tekanan darah. "# Gika tekanan lebih dari + mm8g atau selisih kurang dari 3 mm8g dari diastol, maka diagnosis telah didapatkan. Pada kecurigaan sindrom kompartemen kronik, tes ini dilakukan setelah akti4itas yang menyebabkan nyeri.",# Cara menggunakan teknik ini adalah;"# !. $tur spu it dengan plun ger pada posi si ! cc. :andai saline sampai mengisi setengah tabung, kemudian tutup three way tap tahan normal saline dalam tabung.
32
". $nestesi lokal pad a kulit tap i tidak sam pai menginfiltrasi otot. 'asukkan jarum !/ kedalam otot yang diperiksa, hubungkan tabung dengan manometer air raksa dan buka three way tap. 3. Dorong plunger dan tekanan akan meningkat seca ra lambat, kemudian baca manometer air raksa. Saat tekanan kompartemen tinggi, tekanan air raksa akan naik. ) Teknik Wick !ateter Digunakan pertama kali oleh 'ubarak untuk mendiagnosis sindroma kompartemen. :eknik ini tidak membutuhkan injeksi atau infus yang kontinu dari solution saline untuk mengukur tekanan euilibrium. 1ateter wick di desain untuk mencegah kateter terhalang dari jaringan lunak dan memaksimalkan permukaan diantara saline dalam kateter dan cairan pada jaringan lunak. Sistem kateter wick terhubung dengan transduser dan alat perekam untuk mengukur tekanan jaringan."# Cara menggunakan teknik ini adalah;"# !. 'asukkan kateter dengan jarum ke dalam otot. ". :arik jarum dan masukkan kateter wick melalui sarung plastik. ". 7alut wick kateter ke kulit dan dorong sarung plastik kembali, isi sistem dengan normal saline yang mengandung heparine dan ukur tekanan kompartemen dengan transducer recorder. Periksa ulang patensi kateter dengan tangan menekan pada otot. 8ilangkan semua tekanan eAternal pada otot yang diperiksa dan ukur tekanan kompartemen, jika tekanan mencapai 3 mm8g maka indikasi dilakukan fasciotomi.
33
$& )a*ba! 1. Teknik ?i;k Katete! dan Teknik Slit Katete!
c) Teknik Slit !ateter 'etode ini mengkombinasi akurasi, reprodusibilitas, area permukaan yang luas, pengukuran tekanan ekuilibrum yang cepat dan sistem monitoring tekanan ketika otot berkontraksi dan latihan. Sistem slit kateter memiliki respon yang cepat guna studi olahraga dan mudah dibuat dibandingkan wick kateter."# d) !ateter Stic 1ateter stic adalah alat portable yang memungkinkan untuk mengukur tekanan intrakompartemen secara terus2menerus. Pada kateter stic, tindakan yang dilakukan adalah memasukkan kateter melalui celah kecil pada kulit ke dalam kompartemen otot. Sebelumnya kateter dihubungkan dengan transduser tekanan dan akhirnya tekanan intrakompartemen dapat diukur.# $lat tranduser yang dihubungkan dengan kateter bisa digunakan untuk mengukur tekanan kompartemen, ini adalah cara yang paling 34
akurat
untuk
mengukur
tekanan
dan
mendiagnosa
sindrom
kompartemen. Nntuk sindrom kompartemen akut tekanan berkisar 32 +mm8g, tetapi masih dijadikan perdebatan. Pemeriksaan ini merupakan kriteria standard dan harus menjadi prioritas untuk sindrom kompartemen. $lat yang digunakan adalah Stryker pressure
tonometer.
)a*ba! 10. Alat Peng+k+! Tekanan K#*pa!te*en dengan!ateter Stic$-&
L. PENATALAKSANAAN
Segera setelah CS terdiagnosis, maka emer!ent fasciotomy dan dekompresi diindikasikan untuk dilakukan. Pengobatan defisiensi faktor pembekuan pada kasus yang disebabkam oleh perdarahan berlebihan, fiksasi fraktur, dan perbaikan 4askular dapat diindikasikan selama fasciotomy dan dekompresi.3# :ujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah dekompresi. Balaupun fasciotomi disepakati sebagai terapi yang terbaik, namun beberapa hal seperti penentuan waktu masih diperdebatkan. Semua ahli bedah
setuju
bahwa adanya
disfungsi
neuromuskular adalah indikasi mutlak untuk melakukan fasciotomi. Baktu adalah inti dari diagnosis dan terapi sindrom kompartemen. 1erusakan ner4us permanen akan mulai terjadi setelah * jam terjadinya hipertensi intrakompartemen. Gika dicurigai adanya sindrom kompartemen maka pengukuran tekanan dan konsultasi yang diperlukan harus segera dilakukan secepatnya.",+# Penanganan kompartemen secara umum meliputi;",+,# !.
:erapi non bedah 35
Pemilihan terapi ini adalah jika diagnosis kompartemen masih dalam bentuk dugaan sementara. 7erbagai bentuk terapi ini meliputi; +# a. 'enempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian kompartemen yang minimal, ele4 asi dihindari karena dapat menurunkan aliran darah dan akan lebih memperberat iskemia. b. Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan pembalut kontriksi dilepas. Semua perban dan gips harus dilepas. 'elepaskan ! sisi gips bisa mengurangi tekanan intrakompartemen sebesar 3&, melepaskan " sisi gips dapat menghasilkan pengurangan tekanan intrakompartemen sebesar 3&. c. Pada pasien dengan fraktur tibia dan sindrom kom partemen dicurigai, lakukan imobilisasi pada tungkai kaki bawah dengan meletakkan plantar dalam keadaan fleksi. 8al ini dapat menurunkan tekanan kompartemen posterior yang mendalam dan tidak meningkatkan tekanan kompartemen anterior. (Pasca operasi, pergelangan kaki diletakkan dalam posisi untuk mencegah deformitas euinus). d. Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat perkembangan sindrom kompartemen. e. 'engoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah. f.
Pada peningkatan isi kompartemen, diur etik dan pemakainan manitol dapat mengurangi
tekanan kompartemen. 'anitol
mereduksi edema seluler,dengan memproduksi kembali energi seluler
yang normal dan mered uksi selotot yang nekr osis
melalui kemampuan dari radikal bebas. g. @bat2obatan opiod, non2opoid, dan ?S$0D digunakan untuk mengatasi rasa nyeri. :etapi harus diperhatikan efek samping dari obat2obatan tersebut sebelum memilih obat mana yang akan
36
digunakan.
'enggunakan
aspirin
atau
ibuprofen
untuk
mengurangi inflamasi. h. 87@ (8yperbaric oAygen) 'erupakan pilihan yang logis untuk kompartemen sindrom berkaitan dengan ischemic in(ury . 87@ memiliki banyak manfaat, antara lain dapat mengurangi pembengkakan melalui
4asokonstriksi
oleh
oksigen
dan
mendukung
penyembuhan jaringan. 'ekanismenya ialah ketika tekanan perfusi rendah, oksigen dapat diterima sehingga dapat terjadi penyembuhan jaringan. ".
:erapi 7edah asciotomi
dilakukan
jika
tekanan
intra2kompartemen
mencapai Q3 mm8g atau Q+ mm8g. :eori lain telah mengakui bahwa anggota tubuh dapat perfusi secara memadai jika tekanan darah diastolik (D7P) adalah 3 mm8g lebih besar dari tekanan ukuran kompartemen. @leh karena itu, fasciotomy dapat diindikasikan jika Rp J D7P 2 tekanan kompartemen kurang dari " sampai 3 mm8g. $nak2anak memiliki tekanan diastolik yang rendah dan karena itu lebih mungkin untuk memiliki Rp kurang dari 3 mm 8g. :ekanan arteri rata2rata digunakan pada anak2anak daripada D7P, RpJ'$P2 CP.+,=# 'ubarak dan 8argens merekomendasikan fasciotomi dilakukan pada pasien berikut;#
dilakukannya
a) Pasien yang normotensif dengan temuan klinis yang positif, yang memiliki tekanan intrakompartemen yang lebih besar dari 3 mm8g, dan durasi tekanan yang meningkat tidak diketahui atau dianggap lebih dari / jam. b) Pasien yang tidak kooperatif atau tidak sadar, dengan tekanan intrakompartemen lebih dari 3 mm8g. c) Pasien dengan hipotensif dan tekanan intrakompartemen yang lebih besar dari " mm8g. 37
:ujuan dilakukan tindakan ini adalah menurunkan tekanan dengan memperbaiki perfusi otot. Gika tekanannya 3 mm 8g maka tungkai cukup diobser4asi dengan cermat dan diperiksa lagi pada jam2 jam berikutnya. 1alau keadaan tungkai membaik, e4aluasi terus dilakukan hingga fase berbahaya terlewati. $kan tetapi jika memburuk maka segera lakukan fasciotomi. 1eberhasilan dekompresi untuk perbaikan perfusi adalah * jam. :erdapat dua teknik dalam fasciotomi yaitu teknik insisi tunggal dan insisi ganda .0nsisi ganda pada tungkai bawah paling sering digunakan karena lebih aman dan lebih efektif, sedangkan insisi tunggal membutuhkan diseksi yang lebih luas dan resiko kerusakan arteri dan 4ena peroneal. Prinsip fasciotomi adalah membuat diagnosis dini, membuat insisi yang panjang, membebaskan semua kompartemen fasia, pertahankan struktur neuro4askular, debride jaringan nekrotik, perlindungan dalam waktu =2! hari ",+,=# Perawatan pasca opperasi dilakukan dengan luka harus dibiarkan terbuka selama hari kalau terdapat nekrosis otot dapat dilakukan debridemen, kalau jaringan itu sehat luka dapat dijahit (tanpa tegangan) atau dilakukan pencangkokan kulit atau dibiarkan sembuh dengan intensi sekunder. 1omplikasi terkait prosedur ini adalah gangguan sensasi dalam margin luka (==&), kulit kering, kulit bersisik (+&)9pruritus (33&), luka memar (3&)9tungkai bengkak ("&), bekas luka tertambat ("*&)9recurren ulserasi (!3&), muscle herniasi (!3&), nyeri berhubungan dengan luka (!&), tendon tertambat (=&).",=#
38
)a*ba! 1,. Sind!#* K#*pa!te*en dengan Fas;i#t#*i $"<&
(. K'(PLIKASI
Sindrom kompartemen jika tidak mendapatkan penanganan dengan segera, akan menimbulkan berbagai komplikasi antara lain; ",+# !. ?ekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen. ". 1ontraktur 4olkman, merupakan kerusakan otot yang disebabkan oleh terlambatnya penanganan sindrom
kompartemen sehingga timbul
deformitas pada tangan, jari, dan pergelangan tangan karena adanya
39
trauma pada lengan bawah. 1ira%kira !2!& dari semua khasus sindrom kompartemen berkembang menjadi kontraktur 4olkmann. Disebabkan oleh iskemia yang biasanya disebabkan oleh peningkatan tekanan (sindrom kompartemen). 0skemia berat yang berlangsung selama * % / jam dapat menyebabkan kematian otot dan ner4us yang kemudian menyebabkan infark otot dan kematian serat otot, kemudian otot digantikan oleh jaringan ikat. 3.
Sindroma Crush& merupakan suatu keadaan klinis yang disebabkan kerusakan otot yang jika tidak ditangani akan terjadi kegagalan ginjal dan jantung. 8al ini dapat terjadi dikarenakan adanya infark otot pada massa di sejumlah kompartemen akibat gangguan perfusi otot, iskemia dan pelepasan mioglobulin.
+. :rauma 4ascular .
Acute respiratory distress syndrome ($6DS) $%& Tabel 0. Data Klinis K#*plikasi Setelah Te!api
N. P2')N'SIS 1etika diagnosis dibuat dengan segera dan kondisi tesebut diterapi
dengan fasciotomy, hasil klinis jangka panjang yang baik dapat diharapkan. Dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat, umumnya menberikan hasil yang baik. ?amun umumnya prognosis ditentukan oleh trauma penyebab. Diagnosis yang terlambat dapat menyababkan kerusakan saraf yang permanen serta malfungsi dari otot yang terlibat. 8al ini sering terjadi pada penderita dengan penurunan kesadaran atau dengan pemberian sedasi yang
40
menyebabkan penderita tidak mengeluhkan nyeri. Nmunya kerusakan permanen dapat timbul setelah !"2"+ jam setelah terjadi kompresi.3,+# Prognosis ini tergantung dari waktu saat menentukan diagnosis dan pengambilan tindakan pengobatan. 8al lain yang mempengaruhi juga adalah daerah tempat terjadinya sindrom kompartemen, serta penggunaan ektremitas tersebut dalam akiti4itas sehari2hari. Sindrom kompartemen akut cenderung memiliki hasil akhir yang jelek. :oleransi otot untuk terjadinya iskemia adalah + jam. 1erusakan ire4ersibel terjadi bila lebih dari / jam. Gika diagnosa terlambat, dapat menyebabkan trauma saraf dan hilangnya fungsi otot. Balaupun fasciotomi dilakukan dengan cepat dan awal, hampir "& pasien mengalami defisit motorik dan sensorik yang persisten. ",# Dilema dalam mendiagnostik $CS (Acute Compartment Syndrome) pada anak, yang mungkin tidak memiliki kemampuan untuk memberikan informasi klinis, sehingga keterlambatan dalam diagnosis dan manajemen. Diagnosis dini $CS merupakan faktor penting, yang menentukan prognosis. 8asil akhir dari $CS ditentukan oleh durasi iskemia, tekanan dalam kompartemen
osteofascial
dan
penyebab
peningkatan
tekanan
kompartemen. Gika diagnosis dan manajemen tertunda, maka hal ini dapat menyebabkan
kerusakan
muskular
dan
neuro4askular
luas
atau
myoglobinaemia mengakibatkan gagal ginjal akut. /#
41
BAB III KESI(PULAN
!. Sindrom kompartemen9 compartment syndrome (CS) adalah suatu kondisi emergensi yang mengancam anggota tubuh dan jiwa yang paling sering terjadi pada daerah tungkai bawah. ". Penyebab sindroma kompartemen yang paling sering adalah cedera, dimana +& kasus terjadi akibat fraktur, dan /& darinya terjadi di anggota gerak bawah. 0.
yaitu; 'ain (nyeri) , 'allor (pucat), 'ulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi), Parestesia (rasa kesemutan), Paralysis. Peningkatan kebutuhan analgesic sering merupakan tanda pertama dari CS pada anak dan harus dipertimbangkan adanya Tsentinel alarmU pada nekrosis jaringan. ,. 8al yang penting diperhatikan pada pasien anak adalah 3$Ls dari CS pada anak, identifikasi fraktur2luka9atau perawatan yang meningkatkan risiko CS, faktor yang paling penting memberikan kontribusi untuk diagnosis dini pada anak2anak, penyebab nontraumatic dari CS dan kelompok2kelompok tertentu dari pasien yang berisiko. -. CS didiagnosis berdasarkan diagnosi s klinis, dan tekanan compartment diukur hanya sebagai tes konfirmasi pada pasien yang
noncommunicative
atau ketika diagnosis tidak jelas. 6. $nak deng an supracondylar humeral fractures& forearm fractures& tibial fracture, dan faktor risiko medis untuk coagulopathy memiliki peningkatan
risiko dan harus dimonitor dengan ketat. <. 1etika diagnosis dibuat dengan segera dan kondisi tersebut diterapi dengan
fasciotomy, hasil klinis jangka panjang yang baik dapat diharapkan.:ujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah dekompresi dan dilakukan jika tekanan intra2kompartemen mencapai Q3 mm8g.
42
/. 8al yang paling penting bagi seora ng dokter adalah untuk selalu wasp ada ketika berhadapan dengan keluhan nyeri pada ekstremitas. 1onsekuensi dari terlewatnya pemeriksaan dapat meningkatkan tekanan intra2kompartemen. . Prognosis ditentukan oleh trauma penyebab. Diagnosis dan pengobatan yang tepat, umumnya menberikan hasil yang baik dan diagnosis yang terlambat dapat menyababkan kerusakan saraf yang permanen serta malfungsi dari otot yang terlibat.
43
DAFTA2 PUSTAKA
!. Proboseno SS. Presentasi 1asus Sindrom 1ompartemen. 0D0 (serial online). "!+
(citied
$ugust
"!,
"!*)E
("+
Screens).
$4ailable
from;
https;99www.scribd.com9document9"3="!++9>aporan2kasus2internship2 Sindrom21ompartemenQ. ". Panjaitan $>. Sindroma 1ompartemen. akultas 1edokteran :60S $1:0 1epaniteraan 1linik 0lmu Penyakit 7edah 6S$> dr. 'intohardjo (serial online). "!3 (citied $ugust "!, "!*)E (+= Screens). $4ailable from; https;99www.scribd.com9document9!=+*39sindrom2kompartemenQ. 3. 8osseinMadeh P dan :alwalkar 56. Compartment Syndrome in Children; Diagnosis
and
'anagement.
:he
$merican
Gournal
of
@rthopedics. "!*E + (!);!2"". +. Gafril S. Sindroma 1ompartemen. Departemen @rthopaedi H :raumatologi akultas 1edokteran Nni4ersita s Sumatera Ntara 'edan (serial online). "!"
(citied
$ugust
"!,
"!*)E
(!"
Screens).
$4ailable
from;
https;99www.scribd.com9doc9!!"="/9Sindroma21ompartemenQ. . Sahara -' dan Primanita 6. Sindrome 1ompartmen. 1epaniteraan 1linik 0lmu 7edah 6SND dr. Soeselo Slawi. "!+;!233. *. -rdVs G, Dlas ka C, SMatmary P, 8u menberger ', 5Wcsei, 8ajd u S. $cute compartment syndrome in children; a case series in "+ patients and re4iew of the literature. 0nternational @rthopaedics (S0C@:). "!!E 3; *%=. =. 6ao 1. Compartment syndrome in children. 3 $LS @f Pediatric Compartment syndrome (serial online). "! (citied $ugust "!, "!*)E (* Screens).
$4ailable
from;
http;99www.slideshare.net9dr4asurao/9cfakepath32as2of2pediatric2 compartmentQ. /. Singh $, $li S, Sri4asta4a 6?. -4aluation of acute compartment syndrome of eAtremities in emergencyroom; a case series of 3" children. 0nternet Gournal of 'edical Npdate. "!E ! (") ;3=2+.
9.
Ciu G1. Sindrom 1ompartemen. S' 7edah 6SND dr. Soedarso akultas 1edokteran Dan 0lmu 1esehatan Nni4ersitas :anjungpura Pontianak (serial online). "!! (citied $ugust "!, "!*)E ("! Screens). $4ailable from; 44
https;99www.scribd.com9document9"!"*="+9>$P@6$?21$SNS2 Sindrom21ompartemenQ.
45