BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Pterigium berasal dari kata Yunani pterygos Yunani pterygos yang berarti sayap kecil, yang memberikan kesan perluasan jaringan seperti sayap yang berasal dari konjungtiva ke bagian limbus kornea. 1 Hal ini mengacu pada pertumbuhan pterigium yang berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi. Temuan patologik pada konjungtiva, lapisan bowman kornea digantikan oleh jaringan hialin dan elastik. Pterig Pterigium ium merupa merupakan kan
pertum pertumbuh buhan an
fibrov fibrovask askula ularr
konjun konjungti gtiva va
yang yang
bersifat degeneratif dan invasif. !eperti daging, berbentuk segitiga yang tumbuh dari dari arah arah temp tempor oral al maup maupun un nasa nasall konj konjun ungt gtiv ivaa menu menuju ju korn kornea ea pada pada arah arah intrap intrapalpe alpebra, bra, dan umumn umumnya ya bilate bilateral. ral. "eadaa "eadaan n ini diduga diduga merupa merupakan kan suatu suatu fenomena iritatif akibat sinar ultraviolet, daerah yang kering dan lingkungan yang banyak angin, karena sering terdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di lingkungan yang yang berangin, penuh sinar matahari, berdebu atau berpasir. #i $ndone $ndonesia sia yang yang melint melintas as di bawah bawah garis garis khatul khatulisti istiwa, wa, kasus%ka kasus%kasus sus pterigium cukup sering didapati. &ereka yang sering bekerja di bawah cahaya matahari atau penghuni di negara tropika. 'palagi karena faktor risikonya adalah paparan sinar matahari ()*' + )*-, dan bisa dipengaruhi juga oleh paparan alerge alergen, n, iritasi iritasi berula berulang ng (misal (misal karena karena debu debu atau atau kekeri kekeringa ngan-, n-, karena karena sering sering terdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada pada di lingkungan berangin, penuh sinar matahari, berdebu dan berpasir. $nside $nsiden n pterig pterigium ium di $ndone $ndonesia sia yang yang terlet terletak ak di daerah daerah ekuato ekuator, r, yaitu yaitu 1,1/. $nsiden tertinggi pterigium terjadi pada pasien dengan rentang umur 0 23 tahun. Pasien dibawah umur umur 14 tahun jarang terjadi pterigium. 5ika pterigium membesar dan meluas sampai ke daerah pupil, lesi harus diangkat secara bedah bersama sebagian kecil kornea superfisial di luar daerah perluasannya.
"ombinasi
autograft
konjungtiva dan
eksisi
lesi
terbukti
mengurangi resiko kekambuhan. 6
1
I.2. Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk 7 1. &enget &engetahu ahuii anatomi anatomi korne korneaa dan konjun konjungti gtiva va . &enget &engetahu ahuii #efini #efinisi, si, 8tiolo 8tiologi, gi, "lasifi "lasifikas kasi, i, Patofi Patofisio siolog logi, i, Pemerik Pemeriksaan saan dan Terapi pada penyakit Pterigium
I.3 Manfaat penulisan
&anfaat penulisan referat ini adalah 7 agi penulis7 1. !ebagai !ebagai salah satu satu syarat syarat mengikut mengikutii ujian agian agian $lmu $lmu Penyak Penyakit it &ata 9umah 9umah !akit )mum Persahabatan. . &enamb &enambah ah pengetah pengetahuan uan dalam bidang bidang $lmu Penyaki Penyakitt &ata &ata khususn khususnya ya pada kasus Pterigium. agi pembaca7 !ebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dalam bidang $lmu Penyakit &ata, terutama mengenai kasus Pterigium.
BAB II TINAUAN PU!TA"A
II.1. Anat#$i II.1.1. Anat#$i "#njungti%a
"onjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjuntiva palpebralis- dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris-. erbagai macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva. "onjungtiva ini mengandung sel musin yang dihasilkan oleh sel goblet. "onjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi palpebra (suatu sambungan mukokutan- dan dengan epitel kornea di limbus. 3 "onjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu 7 %
"onjungtiva palpebralis (konjungtiva tarsalis-, melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. #i tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior- dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris. Permukaan licin, di celah konjungtiva terdapat kelenjar Henle.
%
"onjungtiva bulbaris, melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat berkali%kali adanya lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik (duktus kelenjar lakrimal bermuara di forniks temporal superior-. "onjungtiva bulbaris melekat longgar pada kapsul Tenon dan sklera di bawahnya, kecuali di limbus. #i dekat kantus internus, konjungtiva bulbi membentuk plika semilunaris yang mengelilingi suatu pulau kecil terdiri dari kulit yang mengandung rambut dan kelenjar, yang disebut :caruncle”.
%
"onjungtiva forniks, merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsalis dengan konjungtiva bulbaris. &engandung banyak pembuluh darah, sehingga pembengkakan mudah terjadi bila terdapat peradangan di mata. #i bawah konjungtiva forniks superior terdapat glandula lakrimal dari "raus dan muara saluran air mata.
"onjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.
;ambar 1. 'natomi konjungtiva (sumber7 www.google.com'liran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. "edua arteri ini beranastomosis bebas bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring%jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak. "onjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmiknervus trigeminus. !araf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri.
2
= mengelilingi daerah limbus. . "elenjar asesoris lakrimalis. "elenjar asesoris ini termasuk kelenjar "raus dan kelenjar ?olfring. "edua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi propria. Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun karena suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai darah yang rendah menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. !elain itu, air mata bukan merupakan medium yang baik.
4
;ambar . !kema "onjungtiva beserta tempat kelenjar (sumber7 www.snec.com-
II.1.2. Anat#$i "#rnea
"ornea merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan transparan dan avaskular.
B
Aapisan #ua terletak di bagian belakang kornea antara stroma kornea dan membran #escement. erukuran tebal 14 @m. cukup kuat untuk dapat menahan satu setengah sampai dua bar tekanan. 10 4. &embran #escement &erupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. ersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 20Cm. B. 8ndotel erasal dari mesotellium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 0% 20Cm. endotel melekat pada membrane descement melalui hemidesmosom dan >onula okluden.
;ambar . Aapisan kornea 10
8pitel dan endotel kornea memiliki fungsi untuk menjaga agar cairan pada stroma kornea tetap dalam keadaan stabil. !el% sel pada kedua lapisan ini kaya akan lipid dan bersifat hidrofobik (sedangkan stroma bersifat hidrofilik- sehingga solubilitas garam menjadi rendah. !el epitel memiliki junction complexes yang mencegah masuknya air mata kedalam kornea atau keluarnya cairan dalam kornea ke film prekorneal. !el endotel juga memiliki junction complexes namun influks dari cairan akueus dapat terjadi dengan adanya mekanisme transpor aktif Da%" 'TPase.
6
"ornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke * saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrane bowman melepaskan selubung schwannya. !eluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. ulbus "rause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. #aya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu bulan. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. 8ndotel tidak mempunyai daya regenerasi. "ornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 20 dioptri dari 40 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. "ornea yang sehat adalah avaskular dan tidak memiliki saluran limfatik. Dutrisi sel kornea didapat melalui difusi dari cairan akueus, kapiler pada limbus, dan oksigen yang terlarut dalam film prekorneal. &etabolisme kornea cenderung aerobik dan mampu berfungsi baik secara anaerobik selama enam sampai tujuh jam. !el yang bermetabolisme secara aktif adalah endotel, epitel dan sel keratosit stroma. Eksigen yang menyuplai kornea kebanyakan berasal dari film prekorneal dengan kontribusi sedikit dari kapiler di limbus dan gradien oksigen. !uplai glukosa pada kornea 30/ berasal dari cairan akueus dan 10/ dari kapiler limbus. II.2. Pterigiu$ II.2.1. Definisi
Pterigium adalah suatu penebalan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga, mirip daging yang menjalar ke kornea, pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. &enurut kamus kedokteran #orland, Pterigium adalah bangunan mirip sayap, khususnya untuk lipatan selaput berbentuk segitiga yang abnormal dalam fisura interpalpebralis, yang membentang dari konjungtiva ke kornea, bagian puncak (apeks- lipatan ini menyatu dengan kornea sehingga tidak dapat digerakkan sementara bagian tengahnya melekat erat pada sclera, dan kemudian bagian dasarnya menyatu dengan konjungtiva.
F
&enurut American Academy of Ophthalmology, Pterigium adalah poliferasi jaringan subkonjungtiva berupa granulasi fibrovaskular dari (sebelahnasal konjuntiva bulbar yang berkembang menuju kornea hingga akhirnya menutupi permukaannya. 2 Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal maupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. 'sal kata Pterigium dari bahasa Yunani, yaitu pteron yang artinya wing atau sayap. Hal ini mengacu pada pertumbuhan pterigium yang berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi.
II.2.2. Epi&e$i#l#gi
"asus pterigium yang tersebar di seluruh dunia sangat bervariasi, tergantung pada lokasi geografisnya, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering.
di bawah garis lintang.
!ehingga dapat disimpulkan penurunan angka kejadian di lintang atas dan peningkatan relatif angka kejadian di lintang bawah.2 #i $ndonesia yang melintas di bawah garis khatuliswa, kasus%kasus pterigium cukup sering didapati. 'palagi karena faktor risikonya adalah paparan sinar matahari ()*' + )*-, dan bisa dipengaruhi juga oleh paparan alergen, iritasi berulang (misal karena debu atau kekeringan-. Pasien di bawah umur 14 tahun jarang terjadi pterigium. Prevalensi pterigium meningkat dengan umur, terutama dekade ke% dan ke% dari kehidupan. $nsiden tinggi pada umur antara 0 dan 23. "ejadian berulang (rekuren- lebih sering pada umur muda daripada umur tua. Aaki%laki 2 kali lebih
3
resiko dari perempuan dan berhubungan dengan merokok, pendidikan rendah, riwayat terpapar lingkungan di luar rumah. 2 II.2.3. Eti#l#gi
8tiologi pterigium tidak diketahui dengan jelas. Penyakit ini lebih sering pada orang yang tinggal di daerah beriklim panas, maka gambaran yang paling diterima tentang hal tersebut adalah respon terhadap faktor%faktor lingkungan seperti paparan terhadap sinar ultraviolet dari matahari, daerah kering, inflamasi, daerah angin kencang dan debu atau faktor iritan lainnya. #iduga perbagai faktor risiko tersebut menyebabkan terjadinya degenerasi elastis jaringan kolagen dan proliferasi fibrovaskular. Pengeringan lokal dari kornea dan konjungtiva yang disebabkan kelainan tear film menimbulkan pertumbuhan fibroplastik baru merupakan salah satu teori. Progresivitasnya diduga merupakan hasil dari kelainan lapisan owman kornea.1 eberapa studi menunjukkan adanya predisposisi genetik untuk kondisi ini. Tingginya insiden pterigium pada daerah dingin, iklim kering mendukung teori ini.
II.2.'. (akt#r )isik#
10
$ritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area limbus atau perifer kornea merupakan pendukung terjadinya teori keratitis kronik dan terjadinya limbal defisiensi, dan saat ini merupakan teori baru patogenesis dari pterigium.
II.2.*. "lasifikasi
Pterigium dibagi menjadi tiga bagian yaitu 7 body, apex (head dan cap. agian segitiga yang meninggi pada pterigium dengan dasarnya kearah kantus disebut body, sedangkan bagian atasnya disebut apeG dan ke belakang disebut cap. A subepithelial cap atau halo timbul pada tengah apeG dan membentuk batas pinggir pterigium.1 Pembagian Pterigium berdasarkan perjalanan penyakit dibagi atas tipe, yaitu 7 %
Progresif Pterigium 7 tebal dan vaskular dengan beberapa infiltrat di depan kepala Pterigium (disebut cap Pterigium-.
%
9egresif Pterigium 7 tipis, atrofi, sedikit vaskular. 'khirnya menjadi membentuk membran tetapi tidak pernah hilang.
Pembagian lain Pterigium yaitu 7 a. Tipe $ &eluas kurang mm dari kornea. !to"er#s line atau deposit besi dapat dijumpai pada epitel kornea dan kepala Pterigium.1 Aesi sering asimptomatis meskipun sering mengalami inflamasi ringan. Pasien dengan pemakaian lensa kontak dapat mengalami keluhan lebih cepat. b. Type $$ &enutupi kornea sampai 2 mm, bias primer atau rekuren setelah operasi, berpengaruh dengan tear film dan menimbulkan astigmatisma. c. Type $$$ &engenai kornea lebih 2 mm dan mengganggu aksis visual. Aesi yang luas terutama yang rekuren dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva yang meluas ke fornik dan biasanya menyebabkan gangguan pergerakan bola mata. Pterigium juga dapat dibagi ke dalam 2 derajat yaitu11 7 a. #erajat 1
7 jika Pterigium hanya terbatas pada limbus kornea.
11
b. #erajat
7 jika sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari mm melewati kornea.
c. #erajat
7 sudah melebihi derajat tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam keadaan normal sekitar 2 mm-
d. #erajat 2
7 Pertumbuhan $terigium melewati pupil sehingga mengganggu penglihatan.
;ambar 2 (sumber7 www.google.com-
II.2.+. Pat#genesis &an Pat#fisi#l#gi
)ltraviolet adalah mutagen untuk p4 tumor supresor gene pada limbal basal stem cell . Tanpa apoptosis, transforming growth factor%beta diproduksi dalam jumlah berlebihan dan meningkatkan proses kolagenase sehingga sel%sel bermigrasi dan terjadi angiogenesis. 'kibatnya terjadi perubahan degenerasi kolagen
dan
terlihat
jaringan
subepitelial
fibrovaskular.
Pada
jaringan
subkonjungtiva terjadi degenerasi elastoik dan proliferasi jaringan vaskular bawah epithelium yang kemudian menembus kornea. "erusakan pada kornea terdapat pada lapisan membran owman oleh pertumbuhan jaringan fibrovaskular yang sering disertai dengan inflamasi ringan. 8pitel dapat normal, tebal atau tipis dan kadang terjadi displasia.1 &imbal stem cell adalah sumber regenerasi epitel kornea. Pada keadaan defisiensi limbal stem cell , terjadi pembentukan jaringan konjungtiva pada permukaan kornea. ;ejala dari defisiensi limbal adalah pertumbuhan konjungtiva ke kornea, vaskularisasi, inflamasi kronis, kerusakan membran basement dan
1
pertumbuhan jaringan fibrotik. Tanda ini juga ditemukan pada pterigium dan karena itu banyak penelitian menunjukkan bahwa pterigium merupakan manifestasi dari defisiensi atau disfungsi limbal stem cell . "emungkinan akibat sinar ultraviolet terjadi kerusakan limbal stem cell di daerah interpalpebra.1 Pemisahan fibroblast dari jaringan pterigium menunjukkan perubahan phenotype, yaitu lapisan fibroblast mengalami proliferasi sel yang berlebihan. Pada fibroblast pterigium menunjukkan matriks metalloproteinase, yaitu matriks ekstraselular
yang
berfungsi
untuk
memperbaiki
jaringan
yang
rusak,
penyembuhan luka, dan mengubah bentuk. Hal ini menjelaskan penyebab pterigium cenderung terus tumbuh dan berinvasi ke stroma kornea sehingga terjadi reaksi fibrovaskular dan inflamasi. Patofisiologi Pterigium ditandai dengan degenerasi elastoti" kolagen dan proliferasi
fibrovaskular,
dengan
permukaan
yang
menutupi
epithelium,
Histopatologi kolagen abnormal pada daerah degenerasi elastotik menunjukkan basofilia bila dicat dengan hematoksin dan eosin. 5aringan ini juga bisa dicat dengan cat untuk jaringan elastik akan tetapi bukan jaringan elastik yang sebenarnya, oleh karena jaringan ini tidak bisa dihancurkan oleh elastase. Histologi, pterigium merupakan akumulasi dari jaringan degenerasi subepitel yang basofilik dengan karakteristik keabu%abuan di pewarnaan H + 8 . erbentuk ulat atau degenerasi elastotic dengan penampilan seperti cacing bergelombang dari jaringan yang degenerasi. Pemusnahan lapisan owman oleh jaringan fibrovascular sangat khas. 8pitel diatasnya biasanya normal, tetapi mungkin
acanthotic,
hiperkeratotik,
atau
bahkan
displastik
dan
sering
menunjukkan area hiperplasia dari sel goblet. 6
II.2.,. -ejala "linis
Pada fase awal pterigium tanpa gejala, hanya keluhan kosmetik. ;angguan terjadi ketika pterigium mencapai daerah pupil atau menyebabkan astigatisme karena pertumbuhan fibrosis pada tahap regresi. Pterigium lebih sering dijumpai pada laki%laki yang bekerja di luar rumah. isa unilateral atau bilateral. "ira%kira 30/ terletak di daerah nasal. Pterigium yang terletak di nasal dan temporal dapat terjadi secara bersamaan walaupun
1
pterigium di daerah temporal jarang ditemukan. Perluasan pterigium dapat sampai ke medial dan lateral limbus sehingga menutupi sumbu penglihatan, menyebabkan penglihatan kabur. "eluhan subjektif pada pterigium adalah rasa panas, gatal, mata lekas lelah, berair dan merasa mengganjal.
II.2.. Pe$eriksaan &an Penegakan Diagn#sis
1. 'namnesis &enanyakan pasien tentang keluhan yang diderita, durasi keluhan, faktor risiko seperti pekerjaan, paparan sinar matahari dan lain%lain. . Pemeriksaan
12
;ambar 4. Petrigium (sumber7 www.snec.com-
II.2./. Diagn#sis Ban&ing
#iagnosis banding dari pterigium antara lain pseudopterigium, pannus dan kista dermoid. Pseudopterigium adalah perlengkatan konjungtiva dengan kornea yang cacat, biasanya hal ini terjadi pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea, dimana letaknya berdekatan dengan proses tukak kornea sebelumnya. Perbedaannya dengan pterigium adalah letaknya yang tidak harus dimulai dari celah kelopak atau fissura palpebra, selalu didahului oleh riwayat tukak kornea sebelumnya.2
;ambar B. Pseudopterigium (sumber7 www.google.comPannus merupakan salah satu penyebab kekeruhan didaerah kornea yang ditandai dengan terdapatnya sel radang disertai pembuluh darah yang membentuk tabir pada kornea. Pembuluh darah ini berasal dari limbus yang memasuki kornea diantara epitel dan membran bowman. Pannus mengacu pada pertumbuhan pembuluh darah ke dalam kornea perifer. Pada individu normal, kornea adalah avaskular. Hipoksia kronis setempat (seperti yang terjadi dengan terlalu sering
14
menggunakan lensa kontak- atau peradangan dapat menyebabkan vaskularisasi kornea perifer, atau pannus.2
;ambar 6. Pannus (sumber7 www.google.com"ista dermoid merupakan tumor kongenital yang berasal dari lapisan mesodermal dan ektodermal. 5aringan tumor ini terdiri atas jaringan ikat, jaringan lemak, folikel rambut, kelenjar keringat, dan jaringan kulit. Aokasinya dapat berada pada limbus konjungtiva bulbi atau tumbuh jauh ke orbita posterior dan menyebabkan ptosis.2
;ambar F. "ista #ermoid (sumber7 www.google.com-
II.2.10. Penatalaksanaan II.2.10.1. "#nse%atif
Pada keadaan dini pterigium tidak memerlukan terapi dan hanya konservatif saja. Aindungi mata dari sinar matahari, udara kering, debu dengan kacamata. II.2.10.2. (ar$ak#l#gis
Pada keadaan meradang, kemerahan dan rasa perih dari pterigium dapat diatasi dengan7
1B
a. 'ir mata buatan ('eneal 'ir mata artifisial dapat memberi lubrikasi okuler untuk pasien dengan kornea yang irreguler akibat tumbuhnya pterigium. b. Prednisolone acetate !uspensi kortikosteroid untuk penggunaan topikal. Penggunaan dibatasi pada mata dengan inflamasi yang signifikan.
II.2.10.3. Be&a
Pembedahan dilakukan jika sudah ada keluhan penglihatan dan gangguan kosmetik. Terdapat beberapa teknik dalam pembedahan. a. Teknik are !clera Teknik ini melibatkan eksisi kepala dan tubuh pterigium, sementara memungkinkan sklera untuk epitelisasi. Tingkat kekambuhan tinggi, antara 2 / dan F3 /, telah didokumentasikan dalam berbagai laporan. b. Teknik 'utograft "onjungtiva &emiliki tingkat kekambuhan dilaporkan serendah / dan setinggi 20 / pada beberapa studi prospektif. Prosedur ini melibatkan pengambilan autograft, biasanya dari konjungtiva bulbar superotemporal, dan dijahit di atas sklera yang telah di eksisi pterigium tersebut. c. angkok &embran 'mnion &encangkok membran amnion juga telah digunakan untuk mencegah kekambuhan
pterigium.
&eskipun
keuntungkan
dari
penggunaan
membran amnion ini belum teridentifikasi, sebagian besar peneliti telah menyatakan bahwa membran amnion berisi faktor penting untuk menghambat
peradangan
dan
fibrosis
dan
epithelialisai..
!ebuah
keuntungan dari teknik ini dengan autograft konjungtiva adalah pelestarian bulbar konjungtiva. &embran 'mnion biasanya ditempatkan diatas sklera , dengan membran basal menghadap ke atas dan stroma menghadap ke bawah. eberapa studi terbaru telah menganjurkan penggunaan lem fibrin untuk membantu cangkok membran amnion menempel jaringan episcleral dibawahnya.
Aem
fibrin juga telah
digunakan
dalam
autografts
konjungtiva.,B
16
II.2.11. Pr#gn#sis
Pterigium adalah suatu neoplasma yang benigna. )mumnya prognosis baik. "ekambuhan dapat dicegah dengan kombinasi operasi dan betaradiasi. Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. 9asa tidak nyaman pada hari pertama postoperasi dapat ditoleransi. !ebagian besar pasien dapat beraktivitas kembali setelah 2F jam postoperasi. Pasien dengan rekuren pterigium dapat dilakukan eksisi ulang dengan konjungtiva autograft
atau transplantasi
membran amnion. )mumnya rekurensi terjadi pada %B bulan pertama setelah operasi. Pasien dengan resiko tinggi timbulnya pterigium seperti riwayat keluarga atau karena terpapar sinar matahari yang lama dianjurkan memakai kacamata sunblock dan mengurangi intensitas terpapar sinar matahari.
,B
1F
13
BAB III "E!IMPULAN
Pterigium merupakan pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. !eperti daging, berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah temporal maupun nasal konjungtiva menuju kornea pada arah intrapalpebra, dan umumnya bilateral. "eadaan ini diduga merupakan suatu fenomena iritatif akibat sinar ultraviolet, daerah yang kering dan lingkungan yang banyak angin, karena sering terdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di lingkungan yang berangin, penuh sinar matahari, berdebu atau berpasir. #iduga perbagai faktor risiko tersebut menyebabkan terjadinya degenerasi elastis jaringan kolagen dan proliferasi fibrovaskular. #i $ndonesia yang melintas di bawah garis khatulistiwa, kasus%kasus pterigium cukup sering didapati. &ereka yang sering bekerja di bawah cahaya matahari atau penghuni di negara tropika. 'palagi karena faktor risikonya adalah paparan sinar matahari ()*' + )*-, dan bisa dipengaruhi juga oleh paparan alergen, iritasi berulang (misal karena debu atau kekeringan-, karena sering terdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada pada di lingkungan berangin, penuh sinar matahari, berdebu dan berpasir. Pada keadaan dini pterigium tidak memerlukan terapi dan hanya konservatif saja. Aindungi mata dari sinar matahari, udara kering, debu dengan kacamata. Pembedahan dilakukan jika sudah ada keluhan penglihatan dan gangguan kosmetik. Pterigium adalah suatu neoplasma yang benigna. )mumnya prognosis baik. "ekambuhan dapat dicegah dengan kombinasi operasi dan betaradiasi.
0
DA(TA) PU!TA"A
1. 'minlari ', !ingh 9, Aiang #. )anagement of $terygium. #iunduh dari 7 http7IIwww.aao.orgIpublicationsIeyenetI01011IuploadIPearls%Dov%#ec% 010.pdf . 01 . $lyas !. 002. *lmu $enya"it )ata. 8disi 2. 5akarta 7 alai Penerbit <")$. hal7%B, 11B 116. . 'nderson, #auglas &., et all . 000. +orlands *llistrated )edical +ictionary. 3th. Philadelphia7 ?.. !aunders ompany. 2. 'merican 'cademy of Efthalmology. 01. www.''E.org 4.
5P,
Trattler
?.
$terygium.
#iunduh
dari
http7IIemedicine.medscape.comI articleI 11346%overview. 01 B. lyas !, &ailangkay H.., Taim H. 010. *lmu $enya"it )ata $erhimpunan +o"ter !pesialis )ata. 5akarta 7 !agung !eto. 6. agI!&<
$lmu
Penyakit
&ata.
00B. $edoman
+iagnosis
dan
erapi.!urabaya7 'irlangga. hal7 10 102 F. http7IIwww.aao.orgItheeyeshaveitIred%eyeIpterygium.cfm 3. 9iordan
P,
?hitcher
5P.
*oughan
+
'sburJs.006.'eneral
Ophthalmology - th . Philadelpia 7 &c;rawHill. 10. http7IIwww.sci%news.comIothersciencesIanthropologyIarticle01141% human%eye%duas%layer.html 11. Perhimpunan #okter !pesialis &ata $ndonesia (P89#'&$-, 8ditor Tahjono. 00B. +alam panduan manajemen "lini" $/0+A)* . 5akarta7 * Endo. 4B 4F (6-
1