ENSEFALOPATI HIPERTENSI MONAREZA RESTANTIA SHIRLY D | C 111 11 178
DEFINISI
Ensefalopati : segala macam penyakit difus pd otak yg menyebabkan kelainan fungsi & struktur otak kejang & gang. sensoris sbg suatu keadaan emergensi.
Hipertensi : salah satu kondisi medis yang ditandai oleh peningkatan tekanan sistolik dan atau tekanan diastolik. Menurut JNC 7
KLASIFIKASI HIPERTENSI Sistolik
Diastolik
Kategori
(mmHg)
(mmHg)
Normal
<120
<80
Pre-Hipertensi
120-139
80-89
140-159
90-99
≥160
≥100
Hipertensi stage 1 Hipertensi stage 2
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V, Halaman 1079
DEFINISI Ensefalopati Hipertensi (Oppenheimer & Fishberg, 1928)
Krisis hipertensi dimana terjadi peningkatan tekanan darah akut/berat yg menimbulkan disfungsi otak akut yg sifatnya reversibel dgn penurunan tekanan darah. Keadaan ini dapat terjadi pada orang normal (normotensi) yang oleh sesuatu sebab tekanan darahnya mendadak naik. Keadaan ini biasanya timbul apabila tekanan diastolik melebihi 140 mmHg dan krisis lebih sering terjadi pada usia 4060 tahun setelah menderita hipertensi 2-10 tahun.
KRISIS HIPERTENSI Setiap jenis hipertensi, dapat timbul krisis hipertensi dimana tekanan darah diastolik sangat meningkat sampai 120 – 130 mmHg yang merupakan suatu kegawatan medis dan memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat
KRISIS HIPERTENSI The Fifth Report of the Joint National Comitte of Detection, Evaluation, and Tretment of High Blood Pressure (JNCV) :
Hipertensi emergensi : peningkatan TD sistolik atau diastolik > 120 mmHg disertai proses kerusakan target organ yaitu otak, jantung, ginjal, mata. o/k itu TD hrs diturunkan dalam satu sampai beberapa jam
Hipertensi urgensi peningkatan TD sistolik atau diastolik > 120 mmHg dengan tanpa kerusakan / komplikasi minimum target organ, TD dirurunkan dalam 24 jam sampai batas aman terapi parenteral
FAKTOR RESIKO
Penderita yang tidak minum obat atau minum obat anti-hipertensi yang tidak teratur. Kehamilan Penggunaan napza Penderita dengan rangasangan simpatis tinggi, seperti luka bakar berat, penyakit vaskular dan trauma kepala. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal
EPIDEMIOLOGI
Banyak ditemukan pada usia pertengahan dengan riwayat hipertensi essensial sebelumnya. Penelitian di USA: sebanyak 60 juta orang yang menderita hipertensi, kurang dari 1 % mengidap hipertensi emergensi Mortalitas dan morbiditas hipertensi bergantung pada tingkat keparahan yang dialami. Populasi >45 tahun Laki-laki: Perempuan = 5 : 4 di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) sedangkan terendah di Papua Barat (17,6 %)
ETIOLOGI
Penyakit kronis parenkim ginjal Glomerulonefritis akut Penghentian agen hipertensi seperti clonidin Ensefalitis / meningitis Eklamsia atau preeklamsia Trauma kepala Penyakit kolagen vaskuler Hiperaktivitas otonom Vaskulitis Konsumsi kokain, amfetamin, pensiklidin
PATOFISIOLOGI EH
Normal : autoregulasi peredaran darah serebral Sistemik (vasoldilatasi) = pembuluh darah serebral (vasokonstriksi). Diatur oleh aktifitas saraf simpatis utk melindungi kerusakan jar. otak Cerebral blood flow konstan pada MAP 60 dan 120 mmHg
PATOMEKANISME Patofisiologi Ensefalopati Hipertensi akibat Reaksi Autoregulasi yang Berlebihan ↑↑ Blood pressure
Intense reflex cerebral vasoconstriction (Exaggerated autoregulation) ↑↑ Cerebral blood flow
Focal cerebral ischemia - Transient focal deficits - Focal seizure
Vessel wall
Global cerebral
ischemia
ischemia
Arteriolar and capillary damage
Localized cerebral edema
Petechial hemorrhages
Sumber: Cermin Dunia Kedokteran No.157, halaman 175
PATOMEKANISME Patofisiologi Ensefalopati Hipertensi akibat Kegagalan Autoregulasi ↑↑ Blood pressure Failure of autoregulation
Forced vasodilatation
Endothelial permeability
- Hyperperfusion -
capillary hydrostatic pressure
Cerebral edema
Hypertensive encephalopathy (headache, nausea, vomiting, altered mental status, convulsion)
Sumber: Cermin Dunia Kedokteran No.157, halaman 176
MANIFESTASI KLINIS
Prodromal : sakit kepala 12-48 jam sebelumnya (makin lama makin hebat), disertai muntah Mental confusion (penurunan kesadaran), dapat disertai kejang Defisit neurologik dapat dijumpai (hemiparesis, afasia, refleks asimetrik, nistagmus) bersifat sementara/reversible Gejala-gejala gangguan otak yang difus dapat berupa defisit neurologis fokal, tanda-tanda lateralisasi yang bersifat reversible maupun irreversible yang mengarah ke perdarahan cerebri atau stroke.
MANIFESTASI KLINIS
Microinfark dan peteki pada salah satu bagian otak jarang dapat menyebabkan hemiparesis ringan, afasia atau gangguan penglihatan. Manifestasi neurologis berat muncul jika telah terjadi hipertensi maligna atau tekanan diastolik >125mmHg disertai perdarahan retina, eksudat, papiledema, gangguan pada jantung dan ginjal.6
DIAGNOSIS
Anamnesa : Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesis singkat. Hal yang penting ditanyakan : Riwayat hipertensi : lama dan beratnya. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya. Usia : sering pada usia 40 – 60 tahun. Gejala sistem saraf ( sakit kepala, rasa melayang, perubahan mental, ansietas ). Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang ). Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan edema paru, nyeri dada ). Riwayat penyakit : glomerulonefrosis, pyelonefritis. Riwayat kehamilan : tanda eklampsi.
PEMERIKSAAN LANJUTAN
Pemeriksaan fisik : Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran TD ( baring dan berdiri ) mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif ). Pemeriksaan penunjang : a. darah : rutin, creatinine, elektrolit. b. urine : Urinelisa dan kultur urine. c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi. d. Foto dada : apakah ada edema paru ( dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana ).
GAMBARAN CT SCAN HIPERTENSI ENSEFALOPATII
Gambaran CT Scan (kanan) dan MRI (kiri) kepala pada wanita 55 tahun dengan Ensefalopati Hipertensi dan kejang menunjukkan adanya lesi white matter yang terkonsentrasi pada bagian posterior otak
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
DUBIA Sebelum ditemukannya obat anti hipertensi yang efektif survival penderita hanyalah 20% dalam 1 tahun.Kematian sebabkan oleh uremia (19%), payah jantung kongestif (13%), cerebro vascular accident (20%),payah jantung kongestif disertai uremia (48%), infrak Mio Card (1%), diseksi aorta (1%).
NIFEDIPIN SUBLINGUAL 0,1 mg/kgbb Dinaikkan 0,1 mg/kgbb/kali setiap 5 mnt, pada 30 mnt pertama, lalu setiap 15 menit pada 1 jam,selanjutnya tiap 30 menit (dosis maksimal 10mg/kali) + LASIX 1mg/KgBB/kali, 2x sehari (iV), oral bila KU baik __________________________________ + bila tensi tidak turun KAPTOPRIL 0,3 mg/kgbb/kali 2-3 x sehari (maks.2 mg/kgbb/kali Tekanan darah diukur setiap 5 menit pada 15 menit pertama, setiap 15 menit pada 1 jam pertama, selanjutnya setiap 30 menit sampai tensi diastolik<100 mmHg, selanjutnya tiap 1-3 jam sampai tensi stabil
TERAPI HE dengan NIFEDIPIN
DIASTOLIK 90-100 mmHG
STABIL STABIL NIFEDIPIN NIFEDIPIN RUMAT RUMAT 0,2 0,2 mg-1 mg-1 mg/kgbb/hari, mg/kgbb/hari, 3-4 3-4 x x
TERAPI HE dengan KLONIDIN Klonidin drip 0,002 mg/kgbb/8jam dalam 100cc glukosa 5% (12 tts mikro) dinaikkan tiap 30 mnt hingga max. + LASIX 1mg/KgBB/kali IV _________________________________ KAPTOPRIL oral 0,3 mg/kgbb/kali 2-3 x sehari (maks.2 mg/kgbb/kali
DIASTOLIK DIASTOLIK 90-100 90-100 mmHG mmHG
STABIL Klonidin stop Kaptopril terus
PENUTUP
Hipertensi emergensi/ensefalopati dapat mengancam jiwa Penurunan tensi harus bertahap sesuai pedoman Tahap pertama dipakai obat short acting Lakukan pemantauan TD secara ketat Drug of choice untuk hipertensi emergensi adalah Sodium Nitroprusside. Nifedipine, Clinidine, merupakan oral anti hipertensi yang terpilih untuk hipertensi urgensi.
Dari berbagai penelitian (dalam dan luar negri ) bahwa obat oral Nifedipine dan Captopril cukup efektif untuk mengatasi hipertensi emergensi. Pemberiaan diuretika pada hipertensi emergensi dimana dibuktikan adanya volume overload seperti payah jantung kongestif dan edema paru.
TERIMAKASIH