BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Posisi kerja adalah salah satu aspek penting yang perlu kita perhatikan dalam dunia industry ketika opertaror melakukan pekerjaannya.Untuk mendapatkan posisi kerja yang benar sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja seorang operator, kita memerlukan suatu metode untuk mengatur posisi kerja operator tersebut.REBA atau rapid entire body assessment adalah salah satu metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur tubuh operator saat melakuka kerja.Hal-hal yang perlu diukur atau data yang dibutuhkan dalam REBA adalah leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Dengan adanya penilaian posisi kerja diharapkan dapat mengurangi cumulative trauma disorders (CTD) yang biasanya disebabkan oleh penggunaan gaya yang berlebihan selama gerakan normal, gerakan sendi yang kaku, perulangan gerakan yang sama terus-menerus, dan kurangnya istirahat. Faktor-faktor tersebut akan dapat diminimalisir setelah dilakukan REBA. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan posisi kerja yang dapat meningkatkan meningkatkan produktifitas operator atau pekerja. Selain REBA, metode RULA juga dapat digunakan untuk mengukur kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan cara kerja yang benar agar dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya. RULA merupakan alat untuk mengevaluasi faktor-faktor risiko postur, konstraksi otot statis, gerakan repetitive, dan gaya yang digunakan untuk suatu pekerjaan tertentu. Setiap faktor memiliki konstribusi masing-masing terhadap suatu nilai yang dihitung.Nilai1
nilai
tersebut
dijumlah
dan
diterapkan
pada
table
untuk
menentukan Grand Score. Grand Score menunjukkan sejauh mana pekerja terpapar faktor-faktor risiko di atas dan berdasarkan nilai tersebut, dapat disarankan tindakan yang perlu per lu diambil.
1.2 Rumusan Masalah 1.
Berapa skor REBA dari percobaan awalan dan usulan ? bandingkan pebedaanya !
2. Bagaimana tindakan yang harus diambil dari skor REBA yang diperoleh ? 3. Berapa skor RULA dari percobaan awalan dan usulan ? bandingkan pebedaanya ! 4. Bagaimana tindakan yang harus diambil dari skor RULA yang diperoleh ?
1.3 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah : engetahui 1. Mengetahui 2.
Melakukan
3.
engetahui Mengetahui
4.
Melakukan
skor reba percobaan awalan dan usulan.
tindakan yang harus dilakukan . skor RULA percobaan awalan dan akhiran.
tindakan yang dilakukan dari skor RULA.
1.4 Manfaat Praktikum Dari
praktikum
ini
diharapkan
mahasiswa
mendapat
manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan
wawasan dan pengetahuan tentang kecelakaan dan
kelelahan kerja yang diakibatkan oleh postur kerja yang tidak tepat ketika bekerja sehingga akan mempengaruhi produktivitas kerja. 2. Dapat merancang metode kerja didasarkan pada prinsip-prinsip biomekanika. 2
3.
Mampu
menciptakan postur kerja yang evektif menurut prinsip
kerja REBA dan RULA sehingga dapat mengurangi resiko kecelakaan yang berakibat fatal. 4.
Mampu
melakukan penghitunganpostur kerja dengan metode
REBA dan RULA sehingga mengetahui seberapa besar level resiko dan dapat melakukan perbaikan kerja berdasarkan prinsip-prinsip prinsip-prinsip ergonomi. 5. Praktikan dapat mengukur kekuatan manusia dalam melakukan aktivitas kerja yang dibebankan pada anggota tubuh.
1.5 Batasan Masalah Masalah dan Asumsi 1.5.1 Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan adalah sebagai berikut : 1.
Data yang diambil adalah sudut-sudut postur tubuh
2. Perancangan fasilitas kerja kerja hanya dilakukan pada proses yang dianggap perlu menurut level(REBA) dan (RULA). 3.
Mengabaikan
pencahayaan, suhu, serta kebisingan. kebisingan.
4. Alat yang digunakan adalah komputer, operator, kamera, dan kursi. 5.
Metode
pengambilan data dengan menggunakan cara
pengukuran. 6. Operator yang diamati hanya satu orang dengan dua posisi kerja yang beda.
1.5.2 Asumsi Asumsi yang digunakan : 1.
Segmen kaki tidak diperhitungkan dalam pen gukuran.
2. Perhitungan segmen otot tidak diperhitungkan. 3. Ruas jari kaki dijadikan satu segmen perhitungan. 4. Ruas punggung dijadikan satu segmen perhitungan.
3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Biomekanika
Biomekanika
merupakan
salah
satu
dari
bidang
penelitian
informasi hasil ergonomi ergonomi yaitu penelitian penelitian tentang kekuatan kekuatan fisik manusia yang mencakupkekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana carakerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisikmanusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut. Dalam biomekanik ini banyak disiplin ilmu yang mendasari dan berkaitanuntuk berkaitanuntuk dapat menopang perkembangan biomekanik.Disiplin ilmu ini tidak terlepasdari kompleksnya masalah yang ditangani oleh biomekanik ini.
2.2 Konsep Biomekanika Biomekanika diklasifikasikan diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. General Biomechanics Adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai hukum-hukumdan konsep²konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organik manusiabaik dalam posisi diam maupun bergerak.Dibagi menjadi 2, yaitu: 1.
Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisistubuh menganalisistubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatanseragam (uniform).
2. Biodinamics adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran
gerakan²gerakan
tubuh
tanpa
mempertimbangkan gaya yang terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalamtubuh (kinetik).
4
2. Occupational Biomechanics Biomechanics Didefinisikan Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material danperalatan dengan tujuan untuk meminimalisasi keluhan pada sistem kerangkaotot agar produktifitas kerja dapat meningkat.
2.3 Analisis Mekanik Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yangberbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerjasebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga
dapat
meminimalisasitimbulnya
cidera
muscoluskeletal. muscoluskeletal.
Kenyamanan tercipta bila pekerja telahmelakukan postur kerja yang baik dan aman. Dalam tubuh manusia terdapat tiga jenis gaya ( Winter, 1979): 1979) : 1.
Gaya Gravitasi, Gravitasi, yaitu gaya yang melalui pusat massa dari tiap segmen
tubuhmanusia dengan arah kebawah. Besar gayanya adalah massa dikali percepatangravitasi (F = m g) 2. Gaya Reaksi, yaitu gaya yang terjadi akibat beban pada segmen tubuh atauberat segmen tubuh itu sendiri. 3. Gaya otot, otot, yaitu gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekansendi atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi. Gaya inimenggambarkan inimenggambarkan besarnya momen otot. Tubuh manusia terdiri dari 6 link (Chaffin & Anderson, 1.
1984),
yaitu:
Link lengan bawah, dibatasi joint telapak tangan dan siku. si ku.
2. Link lengan atas, dibatasi joint siku dan bahu. 3. Link punggung, dibatasi joint bahu dan pinggul. 4. Link paha, dibatasi joint pinggul dan lutut. 5. Link betis, dibatasi joint lutut dan mata kaki. 6. Link kaki, dibatasi joint mata kaki dan telapak kaki.
5
2.4 Postur Kerja Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saatbekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi: lexion, f lexion,
extension,abduction,
adduction,
rotation,
pronation
dan
supination. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi
pengurangan. pengurangan .
(stretching) stretching)
Extension
dimana
terjadi
adalah
gerakanmerentangkan
peningkatan
sudut
antara
dua
tulang. Abduction Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (themedian (themedian plane) plane ) tubuh. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh( the median plane). plane ). Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan ataukaki depan. perputaran
bagian
tengah
(menuju
kedalam)
Pronation adalah
darianggota
tubuh.
Supination adalah perputaran ke arah samping (menuju keluar)dari anggota tubuh.
2.5 Cumulative Trauma Disorders (CTD) Cumulative Repetitive
trauma
MotionInjuries
disorders
atau
(dapat
Musculoskeletal
juga
disebut
sebagai
Disorders) adalah cidera
pada sistem kerangka ototyang semakin bertambah secara bertahap sebagai akibat dari trauma kecil yangterus-menerus yang disebabkan oleh desain yang buruk yaitu desain alat atau sistem kerja yang membutuhkan
gerakan
tubuh
dalam
posisi
yang
tidak
normal
sertapenggunaan perkakas atau handtools atau alat lainnya yang terlalu sering. Empat faktor penyebab timbulnya CTD: 1.
Penggunaan gaya yang berlebihan selama gerakan normal.
2.Gerakan sendi yang kaku yaitu tidak berada pada posisi normal. Misalnya,bahu
yang
terlalu
terangkat,
lutut
yang
terlalu
naik,
punggung terlalumembungkuk dan lain-lain. 3. Perulangan gerakan yang sama secara terus-menerus. 4. Kurangnya istirahat yang cukup untuk memulihkan trauma sendi. 6
Gejala yang berhubungan dengan CTD antara lain adalah terasa sakit
atau
nyeripada
otot,
gerakan
sendi
yang
terbatas
dan
terjadipembengkakan. Jika gejala inidibiarkan maka akan menimbulkan kerusakan permanen.
2.6 Definisi REBA(Rapid Entire Body A Assessme ssessment) nt) REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn
Mc
Atamney yang merupakan ergonom dari
universitas di Nottingham (University of Nottingham·s Institute of Occuptaional Occuptaional Ergonomic). Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk
menilai
posisi
kerja
atau
postur
leher,
punggung, lengan
pergelangan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktifitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan membutuhkan waktu yang lama untuk unt uk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator ( Mc Atamney, 2000). Metode
ergonomi
tersebut
mengevaluasi
postur,
kekuatan,
aktivitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang²ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin. REBA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan 7
dan pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa menggangu pekerja. Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah penentuan sudut²sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja. Dan yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja.
Gambar 2.1 Penilaian Skor REBA
8
Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui tahapan²tahapan tahapan²tahapan sebagai berikut (Hignett dan 1.
McAtamney,
2000)
Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur
tubuh
pekerja.
Hal
ini
dilakukan
supaya
peneliti
mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis a nalisis selanjutnya. 2. Penentuan sudut²sudut dari bagian tubuh pekerja. Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari masing ² masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki. Pada metode REBA segmen ² segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing²masing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing² masing tabel.
9
Tabel 2.1 Range pergerakan punggung
Gambar 2.2 Range pergerakan punggung
Tabel 2.2 Range pergerakan leher
Gambar 2.3 Range pergerakan leher
Tabel 2.3 Range pergerakan kaki
10
Gambar 2.4 Range pergerakan kaki Tabel 2.4 Range pergerakan lengan atas
Gambar 2.5 Range pergerakan lengan atas Tabel 2.5 Range pergerakan lengan bawah
Gambar 2.6 Range pergerakan lengan bawah
11
Tabel 2.6 Range pergerakan pergelangan tangan
Gambar 2.7 Range pergerakan pergelangan tangan Tabel 2.7 Perhitungan Berat Beban Kerja 0
1
2
+1
< 5kg
5-
>
Penambahan beban yang tiba-tiba atau
10kg
10kg
secara cepat
Tabel 2.8 Perhitungan Nilai Bagian A TABEL A
Leher = 1
Leher = 2
Leher = 3
Punggung 1
2
3
4
5
1
1
2
2
3
4
2
2
3
4
5
6
3
3
4
5
6
7
4
4
5
6
7
8
1
1
3
4
5
6
2
2
4
5
6
7
3
3
5
6
7
8
4
4
6
7
8
9
Kaki
Kaki
Kaki
12
1
3
4
5
6
7
2
3
5
6
7
8
3
5
6
7
8
9
4
6
7
8
9
9
Tabel 2.9 Perhitungan Nilai Bagian B Lengan Atas
TABEL B
1 2 3
4
5
6
Pergelangan Lengan
1
1
1
3
4
6
7
Bawah = 1
2
2
2
4
5
7
8
3
2
3
5
5
8
8
Pergelangan Lengan
1
1
2
4
5
7
8
Bawah = 2
2
2
3
5
6
8
9
3
3
4
5
7
8
9
Tabel 2.10 Nilai Coupling 0
1
2
3
Good
Fair
Poor
Unacceptable
Pegangan
Pegangan tangan
Dipakasakan,
Pegangan dan
pas
tepat tangang
bisa tidak
bisa genggaman yang
ditengah,gengg
diterima
tapi diterima walapun tidak
aman kuat
tidak ideal atau memungkinkan
tanpa pegangan
coupling
coupling
lebih
sesuai
sesuai
digunakan oleh
digunakan
aman,
tidak
oleh
13
bagian lain dari
bagian
lainnya
tubuh
dari tubuh
Tabel 2.11Penilaian Bagian C
Skor C
Skor A 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Skor 1
1
1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
B
2
1
2
3
4
4
6
7
8
9
10
11
12
3
1
2
3
4
4
6
7
8
9
10
11
12
4
2
3
3
4
4
6
7
8
9
10
11
12
5
3
4
4
6
7
8
9
10
10
11
12
12
6
3
4
5
6
7
8
9
10
10
11
12
12
7
4
5
6
7
8
9
9
10
11
11
12
12
8
5
6
7
8
8
9
10
10
11
12
12
12
9
6
6
7
8
9
10
10
10
11
12
12
12
10
7
7
8
9
9
10
11
11
12
12
12
12
11
7
7
8
9
9
10
11
11
12
12
12
12
12
7
8
8
9
9
10
11
11
12
12
12
12
Tabel 2.12 Perhitungan Nilai Aktivitas +1 *1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan lebih dari +1
1
menit
*Pengulangan gerkan dalam rentang waktu singkat, diulang lebih dari dari 4 kali permenti (tidak termasuk termasuk berjalan)
+1
* Gerakan menyebabkan perubahan atau pergeseran postur yang cepat dari posisi awal
14
Tabel 2.13 Nilai Total REBA Action Level
Skor
Level
Tindakan
REBA
Resiko
Perbaikan
0
1
Bisa diabaikan
Tidak perlu
1
2-3
Rendah
Mungkin
2
4-7
Sedang
Perlu
3
8-10
Tinggi
Perlu Segera
4
11-15
Sangat Tinggi
Perlu saat ini juga
perlu
2.6 Definisi RULA(Rapid Upper Limb Assessment) RULA atau Rapid Upper Limb Assessment dikembangkan oleh Dr.Lynn
Mc
Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonom
dari universitas di Nottingham ( U niversity niversity o f Nottingham·s Institute o fOccupational Ergonomics).Pertama Ergonomics).Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun Rapid
pper U
Limb
1993
(Lueder,
1996).
Assesment adalah
metode
yang
dikembangkan dalam bidang ergonomi yang menginvestigasi dan menilai posisi kerja yang dilakukan oleh tubuh bagian atas.Peralatan ini tidak memerlukan piranti khusus dalam memberikan suatu pengukuran postur leher, punggung dan tubuh bagian atas, sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh.Penilaian dengan menggunakan RULA membutuhkan waktu sedikit untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan penggangkatan fisik yang dilakukan operator.RULA diperuntukkan diperuntukkan dipakai pada bidang er gonomi dengan bidang cakupan yang luas ( McAtamney, 1993). Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi posture (sikap), kekuatan dan aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang (repetitive strain injuries). Ergonomi diterapkan
15
untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazards. Oleh sebab itu RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, ( Lueder,
1996).
Perkembangan RULA RULA dikembangkan untuk memenuhi tujuan sebagai berikut: 1. Memberikan
suatu metode pemeriksaan populasi pekerja secara
cepat, terutama pemeriksaan paparan (exposure) terhadap resiko gangguan bagian tubuh atas yang disebabkan karena bekerja. 2.
Menentukan
penilaian gerakan-gerakan otot yang dikaitkan
dengan postur kerja, mengeluarkan tenaga, dan melakukan kerja statis dan repetitive yang mengakibatkan kelelahan kelelahan otot. 3.
Memberikan
hasil yang dapat digunakan pada pemeriksaan atau
pengukuran
ergonomi
yang
mencakup
faktor-faktor
fisik,
epidemiologis, mental, lingkungan dan faktor organisional dan khususnya mencegah terjadi gangguan pada tubuh bagian atas akibat kerja. RULA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus.Ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan
dan
pengukuran
tanpa
biaya
peralatan
tambahan.Pemeriksaan RULA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja.Pengembangan RULA terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pengembangan untuk perekaman atau pencatatan postur kerja, tahap kedua adalah pengembangan system penskoran (scoring) dan ketiga adalah pengembangan
skala
level
tindakan
yang
memberikan
suatu
16
panduan terhadap level resiko dan kebutuhan akan tindakan untuk melakukan pengukuran yang lebih terperinci. Tahap-tahap menggunakan metode RULA adalah sebagai berikut:
Tahap 1:Pengembangan metode untuk pencatatan postur bekerja Untuk menghasilkan suatu metode yang cepat digunakan, tubuh dibagi menjadi dua bagian yang membentuk dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi lengan atas dan lengan bawah serta pergelangan tangan.Sementara grup B meliputi leher, badan dan kaki.Hal ini memastikan bahwa seluruh postur tubuh dicatat sehingga postur kaki, badan dan leher yang terbatas yang mungkin mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat masuk dalam pemeriksaan. Kisaran gerakan untuk setiap bagian tubuh dibagi menjadi bagian-bagian menurut kriteria yang berasal dari interpretasi literatur yang relevan.Bagian-bagian ini diberi angka sehingga angka 1
berada pada kisaran gerakan atau postur bekerja dimana resiko
faktor merupakan terkecil atau minimal.Sementara angkaangka yang lebih tinggi diberikan pada bagian-bagian kisaran gerakan dengan postur yang lebih ekstrim yang menunjukkan adanya faktor resiko yang meningkat yang menghasilkan beban pada struktur bagian tubuh.Sistempenskoran (scoring) pada setiap postur bagian tubuh ini menghasilkan urutan angka yang logis dan mudah untuk diingat.Agar memudahkan identifikasi kisaran postur dari gambar setiap bagian tubuh disajikan dalam bidang sagital. Pemeriksaan atau pengukuran dimulai dengan mengamati operator selama beberapa siklus kerja untuk menentukan tugas dan postur
pengukuran.Pemilihan
mungkin
dilakukan
pada
postur
dengan siklus kerja terlama dimana beban terbesar terjadi.Karena RULA dapat dilakukan dengan cepat, maka pengukuran dapat dilakukan pada setiap postur pada siklus kerja. 17
Kelompok A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan. Kisaran lengan atas diukur dan dan diskor dengan dasar penemuan dari studi yang dilakukan oleh Tichauer, Caffin, Herberts et al, Hagbeg, Schuld et al dan Harms-Ringdahl dan Shuldt. Skor-skor tersebut adalah:
Gambar 2.8. RULA Employee Assement Worksheet
18
Dengan keterangan sebagai berikut:
Gambar 2.9 Range pergerakan postur grup A
19
Gambar 2.10 Range pergerakan postur grup B
20
Table 2.14 Skor pergerak p ergerakakan akan lengan atas
Gambar 2.11 Range pergerakan lengan atas
Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitian Grandjean dan Tichauer. Skor tersebut adalah:
Table 2.15 skor pergerakan Lengan bawah
21
Gambar 2.12 Range pergerakan lengan bawah
Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health and Savety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur Sebagai berikut:
Table 2.16 skor pergerakan pergelangan tangan
22
Gambar 2.13 Range pergerakan p ergerakan pergelangan tangan
Putaran pergelangan tangan (pronation dan supination) yang dikeluarkan oleh Health and Safety Executive pada postur netral berdasar pada Tichauer. Skor tersebut adalah: +1 jika pergelangan tangan berada pada rentang menengah putaran +2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada akhir rentang putaran.
23
Gambar 2.14 Standar RULA putaran pergelangan tangan
Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studiyang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan kisaran tersebut adalah:
Table 2.17 Skor rentang postur untuk leher
24
Gambar 2.15 Range pergerakan leher Apabila leher diputar atau dibengkokkan d ibengkokkan Keterangan: +1 jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokkan ke kanan atau kiri.
Gambar 2.16 range pergerakan leher yang diputar atau dibengkokkan a. Postur alamiah b. Postur leher diputar c.postur leher dibengkokkan
25
Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Drury, Grandjean dan Grandjean et Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Drury, Grandjean dan Grandjean etal:
Tabel 2.18 Skor pergerakan pergerakan untuk punggung punggun g
Gambar 2.17 Range pergerakan punggung Punggung Diputar atau Dibengkokkan Keterangan: +1 jika tubuh diputar +1 jika tubuh miring ke samping
26
Gambar 2.18 Range pergerakan punggung yang diputar a tau dibengkokkan Kisaran untuk postur kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai berikut: +1 jika kaki tertopang ketika duduk d uduk dengan bobot seimbang rata. +1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki, dimana terdapat ruang untuk berubah posisi. +2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.
27
Gambar 2.19 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang t ertopang (b) tidak tertopang Tahap
2
:
Perkembangan
sistem
untuk
pengelompokan
skor
posturbagian posturbagian tubuh. Rekaman video yang dihasilkan dari postur kelompok A yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A.
Tabel 2.19 skor postur kelompok A
28
Rekaman video yang dihasilkan dari postur kelompok B yaitu leher, punggung (badan) dan kaki diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur.Kemudian skor tersebut dimasukkan ke dalam tabel B untuk memperoleh skor B.
Tabel 2.20 skor postur kelompok B
29
Sistem penskoran dilanjutkan dengan melibatkan otot dan tenagayang digunakan. Penggunaan yang melibatkan otot dikembangkan berdasarkan penelitian penelitian Drury, yaitu sbb: Skor untuk penggunaan otot: +1 jika postur statis (dipertahankan dalam waktu
1
penggunaan penggunaan postur tersebut berulang lebih dari 4 kali dalam
menit) atau 1
menit.
Penggunaan tenaga (beban) dikembangkan berdasarkan penelitian Putz- Anderson dan Stevenson dan Baida, yaitu sbb: 0 jika pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 20 Kg dan ditahan. 1
jika beban sesekali 20 ² 10 Kg.
2 jika beban 2 ² 10 Kg bersifat statis a tau berulang-ulang. berulang-ulang. 2 jika beban sesekali namun lebih dari 3 jika beban (tenaga) lebih dari
10
10
Kg. Kg dialami secara statis atau
berulang. 4 jika pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan sentakan cepat. Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A dan B diukur dan dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian ditambahkan dengan skor yang berasal dari tabel A dan B, yaitu sbb: Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok A = skor C. Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok B = skor D.
30
Tahap 3 : Pengembangan Grand Skor dan Daftar Tindakan Setiap kombinasi skor C dan D diberikan rating yang disebut grand skor, yang nilainya
1
sampai 7. Nilai grand skor diperoleh dari tabel
berikut ini:
Tabel 2.21 Grand skor
Setelah
diperoleh
grand
skor,
yang
bernilai
1
hingga7
menunjukkan menunjukkan level tindakan (action level) sebagai berikut:
Action level 1 Suatu skor
1
atau 2 menunjukkan bahwa postur ini bias diterima jika
tidak dipertahankan atau tidak berulang dalam periode yang lama.
Action level 2 Skor 3 atau 4 yang menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga diperlukan perubahan-perubahan. perubahan-perubahan.
Action level 3 Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan.
Action level 4 Skor
7
menunjukkan
bahwa
kondisi
ini
berbahaya
maka
pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).
31
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1. Pengumpulan 3.1.1. REBA a. Postur tubuh awalan
Tabel 3.1 Data Awalan REBA Besar sudut
A
Sudut leher
0
Sudut punggung
69
Sudut lutut
15r
r
r
kaki beban
B
Lengan atas
38
r
Lengan bawah
28
r
Pergelangan
5
r
coupling
Tabel 3.2 Koordinat Titik Tubuh Awal Titik
Koordinat
Kepala
(56;46)
Leher
(51;42)
Siku-siku
(46;3 1)
Pergelangan tangan
(47;2 1)
Ibu jari
(48;17)
Pinggul
(37;34)
Lutut
(41;22)
Mata
kaki
(41;10)
32
Tabel 3.3 Sudut pada REBA Awal Sudut
Awalan
Sudut leher
0
Sudut punggung
69
Sudut lutut
15
Sudut lengan atas
38
Sudut lengan bawah
28
Sudut pergelangan
5
b. Postur tubuh usulan
Tabel 3.4 Data Usulan REBA Besar sudut
A
Sudut leher
11
Sudut punggung
35
Sudut lutut
4
r
r
r
kaki beban
B
Lengan atas
26
Lengan bawah
18r
Pergelangan
r
9r
coupling
33
Tabel 3.5 Koordinat Titik Tubuh Usulan Titik
Koordinat
Kepala
(52;53)
Leher
(47;49)
Siku-siku
(45;36)
Pergelangan tangan
(46;2 8)
Ibu jari
(47;23)
Pinggul
(37;35)
Lutut
(38;21)
Mata
kaki
(37;8)
Tabel 3.6 Sudut pada REBA Usulan Sudut
Usulan
Sudut leher
11
Sudut punggung
35
Sudut lutut
4
Sudut lengan atas
26
Sudut lengan bawah
18
Sudut pergelangan
9
34
3.1.2. RULA a. Postur tubuh awalan
Tabel 3.7 Data Awalan RULA Besar sudut
A
Lengan atas
30
Lengan bawah
70
pergelangan
15r
r
r
Putaran Otot tenaga
B
Sudut leher
28
Sudut punggung
2
r
r
Kaki Otot Tenaga
Tabel 3.8 Koordinat Titik Tubuh Awalan Titik
Koordinat
Kepala
(49;54)
Leher
(54;45)
Siku-siku
(43;35)
Pergelangan tangan
(3 8;36)
Ibu jari
(33;3 8)
Pinggul
(55;2 9)
Lutut
(37;25)
Mata
kaki
(51;17)
35
Tabel 3.9 Sudut pada RULA Awalan Sudut
Awalan
Sudut lengan atas
30
Sudut lengan bawah
70
Sudut pergelangan
15
Sudut leher
28
Sudut punggung
2
b. Postur tubuh usulan
Tabel 3.10 Data Usulan RULA Besar sudut
A
Lengan atas
46
Lengan bawah
58
pergelangan
23
r
r
r
Putaran Otot tenaga Sudut leher Sudut punggung B
13r 8r
Kaki Otot Tenaga
36
Tabel 3.11 Koordinat Titik Tubuh Usulan Titik
Kooordinat
Kepala
(45;52)
Leher
(48;43)
Siku-siku
(41;34)
Pergelangan tangan
(32;35)
Ibu jari
(28;37)
Pinggul
(50;27)
Lutut
(33;26)
Mata
kaki
(35;9)
Tabel 3.12 Sudut pada RULA Usulan Sudut
Usulan
Sudut lengan atas
46
Sudut lengan bawah
58
Sudut pergelangan pergelan gan
23
Sudut leher
13
Sudut punggung
8
37
3.2.
Pengolahan Data 3.2.1. REBA a. Postur tubuh awalan
Tabel 3.13tabel skor reba awalan Besar sudut
A
B
skor
Sudut leher
0
Sudut punggung
69
r
4
Sudut lutut
15r
1
r
1
Beban
2
Lengan atas
38
r
2
Lengan bawah
28
r
2
Pergelangan
5
Coupling
REBA
C
SCORE
1
Kaki
r
Skor
1
3
4
5
2
1
Activity score
+1
38
4 Trunk Group A
Use Table A
Use Table B
3
1 Neck Neck
1 Legs
Scor Score eA
2
2
Load / Force coupling
2
5
Use Table C
4
Scor Score ec
4 Uppe pper arms rms
2 Lowe ower arms rms
1 Wrists rists
Scor Score eB
4
Activi Activity ty scor score e
Reba scor score e
+1
5
Gambar 3.1. Skor REBA Awalan
39
b. Postur Tubuh Usulan
Tabel 3.14 tabel skor reba usulan Besar sudut
A
B
skor
Sudut leher
11r
1
Sudut punggung
35
3
Sudut lutut
4
r
1
Kaki
1
Beban
2
r
Lengan atas
26
r
2
Lengan bawah
18r
2
9r
1
Pergelangan
Coupling
Skor
REBA
C
SCORE
2
4
5
2
1
Activity score
+1
40
3 Trunk Group A
Use Table A
Use Table B
2
2
1 Neck Neck
1 Legs
Scor Score eA
2
Load / Force coupling
1
4
Use Table C
3
Scor Score ec
2 Uppe pper arms rms
2 Lowe ower arms rms
1 Wrists rists
Scor Score eB
4
Activi Activity ty scor score e
Reba scor score e
+1
5
Gambar 3.2 Skor REBA Usulan
41
3.2.2. RULA a. Postur tubuh awalan
Tabel 3.15 tabel skor rula awalan Besar sudut
A
Lengan atas
30
2
Lengan bawah
70
r
1
Pergelangan
15r
2
r
Putaran
B
Skor
REBA
C
SCORE
2 3
+1 Otot
1
Tenaga
0
Sudut leher
28
3
Sudut punggung
2
r
4
2
r
Kaki
A
skor
Otot
1
Tenaga
0
5
4
2
Len Lengan gan atas 2 Len Lengan gan baw bawah
1
Tabel A 2
+
Oto Otot 1
+
Ten Tenaga 0
+
Skor C 3
Per Pergelan gelangan gan 2 Putar taran +1
Gra Grand skore kore 4
Leher Leher 3 Pungg unggun ung g
2
Tabel B 4
+
+
+
Oto Otot 1
Ten Tenaga 0
Skor D 5
Kaki Kaki 2
Gambar 3.3 Perhitungan RULA awalan
42
b. Postur tubuh usulan
Tabel 3.16 tabel skor reba usulan Besar sudut
A
Lengan atas
46
r
3
Lengan bawah
58
r
2
Pergelangan
23
RULA
C
SCORE
5
+1
Sudut leher Sudut punggung
Otot
1
Tenaga
0
13r
2
8r
2
Kaki
A
Skor
4
3
r
Putaran
B
skor
4
Otot
1
Tenaga
0
3
2
1
Len Lengan gan atas 3 Len Lengan gan baw bawah
2
Tabel A 4
+
Oto Otot 1
+
Ten Tenaga 0
+
Skor C 5
Per Pergelan gelangan gan 3 Putar taran +1
Gra Grand skore kore 4
Leher Leher 2 Pungg unggun ung g
2
Tabel B 2
+
+
+
Oto Otot 1
Ten Tenaga 0
Skor D 3
Kaki Kaki 1
Gambar 3.4 Perhitungan RULA usulan
43
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. ANALISIS DATA 4.1.1. Skor REBA awalan yang didapat Dari percobaan yang telah dilakukan didapat untuk skor tabel A sebesar 3. kemudian dari tabel B didapat skor sebesar 2. Dari kedua skor tersebut kemudian dicari skor tabel C, dan didapat skor tabel C sebesar 4. Kemudian skor C tersebut ditambah dengan Activity Scoresebesar + 1,sehingga skor akhir untuk perhitungan posisi kerja awalan adalah sebesar 5. 4.1.2. Skor REBA usulan yang didapat Dari percobaan telah dilakukan didapat untuk skor tabel A sebesar 2. kemudian dari tabel B didapat skor sebesar 2. Dari kedua skor tersebut kemudian dicari skor tabel C, dan didapat skor tabel C sebesar 4. Kemudian skor C tersebut ditambah dengan Activity Score yaitu sebesar+1, sehingga skor akhir untuk perhitungan posisi kerja usulan adalah sebesar 5. 4.1.3. Skor RULA awalan yang didapat Dari percobaan telah dilakukan diperoleh hasil pada segmen A diperoleh nilai pada tabel A = 3 karena postur statis maka ditambah dengan otot sebesar
1
dan ditambah dengan tenaga
sebesar 0 (nol) sehingga diperoleh skor C = 4. Dan diperoleh skor D = 5. Dari skor C dan skor D diperoleh Grand skor pada posisi kerja awalan sebesar 4. 4.1.4. Skor RULA usulan us ulan yang didapat Pada segmen A diperoleh nilai pada tabel A = 4 karena posisi statis maka ditambah dengan otot sebesar
1
dan ditambah
dengan tenaga sebesar 0 (nol) sehingga diperoleh skor C = 5. 44
Untuk segmen B pada tabel B diperoleh nilai 2, ditambah otot 1,
dan tenaga 0 (nol), sehingga diperoleh skor D = 3. Dari skor
C dan skor D diperoleh Grand skor pada posisi kerja usulan sebesar 4.
4.2. PEMBAHASAN 4.2.1. Skor Tabel Resiko dan Tindakan(awalan) pada REBA Pada postur kerja awalan memiliki action level sebesar 2 dan score reba sebesar 4 yang masuk dalam level resiko sedang, maka tindakan yang dilakukan adalah perlu melakukan tindakan perbaikan posisi kerja agar didapat posisi yang aman dan nyaman. 4.2.2. Skor Tabel Resiko dan Tindakan(usulan) pada REBA Pada postur kerja usulan ini memiliki action level sebesar
1
dan score reba sebesar 3 yang masuk dalam level resiko sedang.
Maka
tindakan yang dilakukan adalah
Mungkin
perlu
melakukan tindakan perbaikan posisi kerja agar didapat posisi yang aman dan nyaman. 4.2.3. Analisis penyebab level resiko Level resiko pada postur kerja awalan yang didapat masuk dalam kategori sedang, hal ini mungkin disebabkan oleh posisi kerja yang kurang baik untuk dilakukan seperti pergerakan punggung > 60 0 dan memutar atau miring kesamping, pergerakan leher > 20 0 dan memutar / miring ke samping, pergerakan lengan atas > bawah 60
0
100
0
0
90
, pergerakan lengan
dan pergelangan tangan yang
berputar. 4.2.4. Analisis berat beban dan coupling Dengan
menggunakan
berat
beban
sebesar
12kg
pada
percobaan ini dan menghasilkan level resiko Sedang pada percobaan Awalan dan Rendah pada percobaan U sulan, sulan, hal 45
ini
juga
dimungkinkan
terjadi
akibat
faktor
beban.
Penambahan beban yang tiba-tiba atau secara cepat juga sangat berpengaruh. Faktor
lain
yang
mempengaruhi
adalah
Coupling,pada
pengukuran tersebut coupling memberikan nilai atau skor sebesar
1,itu
berarti pegangan tangan tangan bisa diterima diterima tetapi tetapi
tidak ideal. 4.2.5. Perbandingan awalan dan usulan Level resiko yang didapat pada awalan dan usulan itu berbeda yaitu Sedang dan Rendah, terlihat dari action score pada tiap percobaan, pada awalan sebesar 4 dan usulan sebesar 3. Namun perbedaan tersebut tidak terpaut jauh. Hal ini disebabkan karena posisi pada awalan dan akhiran sedikit berbeda yaitu hanya menambahkan kursi sebagai landasan atau tempat beban saja pada usulan sedangkan pada awalan, beban berada pada lantai. 4.2.6. Grand Skor Dari hasil pengolahan data telah diperoleh nilai Grand skor sebesar 4 dan dapat kita lihat pada action level berada pada action level 2. Action level tersebut berada pada level resiko sedang, tindakan yang perlu dilakukan ialah pemeriksaan lanjutan dan juga perubahan-perubahan. Pada perhitungan percobaan usulan didapat nilai Grand Skor 3 dan berada pada level rendah, mungkin perlu diadakan perbaikan dan perubahan. 4.2.7. Penyebab Action Level pada RULA Penyebab Action Level berasal dari besarnya sudut yang dihasilkan pada tiap-tiap bagian tubuh. Dengan postur tubuh saat duduk menghadap komputer atau pada saat mengetik dengan tempat duduk yang tidak nyaman dengan praktikan menyebabkan posisi lengan bawah berada pada sudut yang 46
tidak
sesuai.
Posisi
kerja
tersebut
mengakibatkan mengakibat kan
ketidaknyaman ketidaknyaman dan praktikan akan cepat merasa merasa lelah pada pada tangan dan leher pada saat berada di depan komputer atau pada saat mengetik. Sehingga menjadikan postur tubuh praktikan memperoleh nilai Grand skor sebesar 4 dan berada pada Action Level 2, level tersebut menunjukkan bahwa diperlukan
pemeriksaan
lanjutan
dan
juga
diperlukan
perubahan-perubahan. 4.2.8. Analisa Otot dan Tenaga Pada percobaan awalan dan usulan pada otot ditambah + 1 karena postur statis (dipertahankan dalam wakti
1
menit)
dan untuk beban/tenaga nilainya adalah 0 (nol). Jadi pada awalan diperoleh nilai C dari segmen A = 3 ditambah dengan otot =
1
dan ditambah lagi dengan beban atau tenaga = 0
sehingga diperoleh nilai C = 4. Dan pada segmen B=3 ditambah dengan otot= 1 dan ditambah lagi dengan beban atau tenaga=0 sehingga diperoleh nilai D=4. Sedangkan pada usulan diperoleh nilai C dari segmen A=4 ditambah dengan otot=1 dan ditambah lagi dengan beban atau tenaga=0 sehingga diperoleh diperoleh nilai C=5. Dan pada segmen B=2 ditambah dengan otot= 1 dan ditambah lagi dengan beban atau tenaga=0 sehingga diperoleh nilai D=3.
47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1. Dari
percobaan awalan dan akhiran diperoleh skor reba awalan
adalah 4 dan akhiran adalah 3. Ini berarti pada percobaan awal memiliki level resiko sedang dan percobaan usulan mempunyai level resiko rendah. 2. Skor
REBA
yang
diperoleh
akan
dipertimbangkan
dalam
pengambilan keputusan. Pada percobaan awal skor REBA adalah 4 dan
tindakan
perbaikan
perlu
dilakukan,
sedangkan
pada
percobaan usulan diperoleh skor REBA 3 sehigga mungkin perlu dilakukan perbaikan. 3. Dari percobaan tersebut diperoleh skor RULA awalan adalah 4 dan RULA akhiran adalah 4. Ini berarti skor RULA awalan dan akhiran sama. 4. Skor RULA awalan dan akhirnya sebesar 4 dan berada pada action level 2 sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga diperlukan perubahan-perubahan. perubahan-perubahan.
5.2 Saran 1.
Pengambilan gambar sebaiknya lebih diperhatikan, agar didapat titik-titik ordinat yang tepat.
2. Praktikum dilakukan dengan peraga yang berbeda-beda paling tidak dua orang peraga, agar dapat dibandingkan skor dari tiap tiap orang.
48