Rangkuman Isi Cerita Hikayat Hang Tuah
Pringgo Abigail Syahputro XI A 3/34
Meminang
Puteri Majapahit
Patih Kerna Wijaya membujuk raja untuk meminang anak Batara Majapahit, Raden Galuh. Patih Kerna Wijaya bersedia diutus, tetapi meminta teman seseorang yang bijaksana dan berani, karena Patih Majapahit terlalu penjurit dan perlente. Raja memandang kepada Hang Tuah. Gali yang akan dinaiki untuk meminang diberi nama Mendam Berahi. Utusan diterima sesuai dengan adat raja besar, karena Raja Malaka amak-cucu raja keinderaan. Utusan dicoba keberaniannya oleh enam puluh orang prajurit atas perintah Seri Batara. Dengan keris tempa Malaka Hang Tuah beringat-ingat akan dirinya dan menantang prajurit yang mengamuk di tengah pasar. Kalau ditanya Seri Batara mengenai pengamuk itu, Hang Tuahmemberi jawaban menghina, bahwa mereka budak0budak bermain-main. Patih Malaka
supaya
Kerma
Wijaya
hati-hati,
memperingatkan
karena
Patih
Gajah
segala Mada
utusan banyak
permainannya. Hang Tuah hendak berguru kepada Aria Sina di gunung Mula Puspa. Patih Gajah Mada member nasihat agar raja Malaka
sendiri berangkat ke Majapahit, karena beberapa raja di
seluruh tanah Jawa dating meminang tidak diberinya. Baginda hendak bermenantukan raja yang berasal dari raja Malaka itulah seperti kehendak Baginda. Hang Tuah dapat menerangkan kepada Seri Batara asal usul lengkap raja Malaka dan saudara-saudaranuya, juga bahwa raja Keling itu karena terlalu besar kerajaannya tidak mau
menyembah
segala
raja-raja,
bahkan
tidak
mau
pula
menyembah atau pula mengirim utusan kepada kakaknya, raja Malaka.
Seri
Batara
sangat
memperhatikan
kelakuan
enam
orang
utusan Malaka yang terlalu ingat seperti telur sesarang, pecah sebiji, pecah kesemuanya. Hang Tuah hendak meminta diri akan kembali ke Malaka, tetapi ditahan dulu sampai utusan ke benua Keling kembali. Tidak beberapa lama, rangga dan Raden Aria kembali dari keeling membawa bingkisan dua ekor kuda. Seekor hendak dibeli Feringgi dengan harga dua ribu dinar dan sebuah gali dengan muatannya. Yang kuda putih hendak dibeli utusa Cina dengan lima ribu tangga dinar, tidak juga dijual. Oleh Hang Tuah kuda tezi bingkisan raja Keling dicela sebab bila melihat air h endak berkubang, karena ketika induknya mati, yang menyusuinya kerbau. Kuda
diobati Hang Tuah. Seri Batara suka cita dan menganugerahi Han Tuah Ganjaran.
Hang Tuah Melarikan Tun Teja
Sekembali di Malaka Hang Tuah terlalu karib kepada raja, masuk keluar tidak berpintu lagi. Menimbulkan iri hati pegawai istana. Dibawah pimpinan raden Kerma Wijaya difitnah berbicara empat lima kali dengan dayang-dayang. Raja member perintah kepada bendahara untuk membuang dan membunuh Hang Tuah. Perintah tidak dilaksanakan. Hang Tuah membuang diri, tetapi berdaya upaya mendapat ampuna dari raja dan hendak kembali ke Malaka.
Sementara itu raja Malaka mengirim utusan tun Rakna Diraja dan Tun Bija Sura ke Siam untuk meminta gajah dan ke Keling untuk mengantarkan surat dan meminta gajah pula. Hang Tuah ingatakan pinangan raja Malaka yang ditolak Tun Teja di Inderapura. Karena itu ia membuang diri ke Inderapura. Duduk di kampong Bendahara. Mendapat ibu angkat Mak Inang, perempuan inang Tun Teja. Oleh raja Inderapura Hang Tuah diminta menceritakan pengalamannya di Majapahit, ketika membunuh Taming Sari dan merampas kerisnya. Raja ingin membeli keris itu. Menanyakan pula perkawinan raja
Malakadi
Majapahit.
Hang
Tuah
ditanya
raja
Inderapura apakah ia mau beristri? Juga diminta tetap tinggal di Inderapura dengan gelar Seri Maharaja Lela. Hang Tuah menolak karena hanya mau bertuan raja Malaka saja. Dengan pertolongan Mak Inang Tun Teja dapat dibujuk dan dibawa lari ke Malaka bersama utusan yang kembali dari Siam dan Keling. Sementara itu ketahuan di Inderapura bahwa Tun Teja dan
segenap dayang-dayangnya tidak ada. Raja marah dan memberi perintah untuk mengejar Hang Tuah . tifak berhasil melawan hang Tuah. Utusan kembali ke Inderapura. Raja mengutus ke Trengganu member tahu tunangan Tun Teja, Megat Panji Alam. Sesampai Hang Tuah di Malaka ia ditegur raja yang katanya sudah lupa kepadanya. Hang Tuah menyerahkan Tun Teja kepada raja. Raja terlalu sukacita, Hang Tuah diampuni dan diberi gelar laksamana, sedang Mak Inang digelar Paduka maha Dewi. Raja sangat kasih kepada Hang Tuah. Semua pegawai dengki hati.
Hang Jebat Mendurhaka
Hang Tuah menuju ke hulu Malaka. Bergurau kepada Syekh Mansyur. Hang Jebat mendapat gelar Paduka Raja. Berkuasa penuh di istana, tidak pulang ke rumahnhnya lagi, bersuka cita, makan minum bermain-main dengan segala dayang-dayang istana, gundik-gundik, dan biduanda raja. Lupa akan dirinya karena diharu syaitan. ³Sepala-pala nama jahat jangan kepalang.´ Raja mengundurkan diri di rumah Bendahara.
Member
perintah kepada Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu untuk membunuh Hang Jebat. Hang Jebat tidak mau berkelahi dengan mereka karena mereka sahabat-sahabatnya. Tun Utama, Tun Bija Sura, dan Temenggung mendapat perintah yang sama. Hang Jebat mengatakan tidak mau berperang
dengan mereka, sebab mereka tidak turut memfitnah Hang Tuah. Hang Jebat bertanya,´Mengapa bukan Patih Kerma Wijaya yang disuruh membunuhnya?´ Bendahara member tahu raja, bahwa Hang Tuah masih hidup. Tun Pikrama danTun Kasturi harus menjemput Hang Tuah, yang sedang berguru di tempat Syekh Mansyur. Hang Tuah memilih keris dua bilah, parung sari, dan keris pemberian Raja Bukit Seguntang yang tertinggal di istana. Hang Kasturi mengambilnya di istana dengan pertolongan Hang Jebat sendiri. Hang Tuah dan Hang Jebat bertantang-tantangan dalam perang tanding yang sengit. Hang Tuah merebut keris pendeknya dialog antara dua sahabat karib yang sekarang berhadapan sebagai hamba yang setia dan durhaka, diteruskan dengan saling menikam. Hang Tuah berpesan kepada Hang Tuah untuk memelihara anaknya akibat bermukah dengan Fang Baru. Setelah itu ia rebah mati di pangkuan Hang Tuah. Bangkainya digantung di tengah jalan raya. Raja terlalu kurnia akan Hang Tuah, sehari pun tidak dapat bercerai. Segala pegawai dan petuanan dengki kepada Hang Tuah. Kertala Sari ke Malaka. Kertala sari dari Majapahit, anak Petala Bumi mendapat perintah seperti Merga Paksi ke Malaka, membunuh raja Malaka dan Hang Tuah. Singgah di kampong segala Jawa yang banyak. Bersembunyi di Gunung Cina juga. Pencurian dilakukan berulang-ulang pada saudagar-saudagar, orang kaya-kaya, dan Datuk Bendahara. Sekalian harta orang Malaka habis dicuri. Kertala Sari dibunuh Hang Tuah yang pura-pura tidur di tengah pasar. Hang Kasturi mengambil barang curiannya yang kemudian dibagi-bagikan pula. Raja terlalu sukacita dan karunia akan Hang Tuah. Negeri Malaka aman beberapa lamanya. Hang Tuah Diutus Keliling Cina
Raja
Malaka
hendak
mengirim
utusan
ke
Keling
mengantarkan surat dan bingkisan. Keling adalah Negara besar, supaya raja-raja malu akan raja malaka, lagi pula Malaka sudah bersiteru dengan Majapahit. Yang diutus Hang Tuah, karena ia tahu bahasa Keling dan tahu perintah segala raja-raja. Minta ditemani
Hang Kasturi yang juga dapat berbahasa Keling. Bertemu dengan nabi Khidir di pulau Beram Dewa. Diramalkan oleh nabi Khidir, bahwa Hang Tuah akan dikirim raja Keling ke Cina dan beroleh karunia dari para raja Cina. Hang Tuah sampai ke Keling. Heran melihat kebesaran raja keeling. Raja pun heran melihat Hang Tuah tahu berbahasa Nigrama. Raja hendak mengirim utusan ke CIna. Yang diuus Henag Tuah, karena ia tahu perintah segala raja-raja yang besar, lagi pula ia orang bijaksana. Benua Cina itu kerajaan yang besar dan Hang Tuahlah yang patut diutus ke benua Cina itu. Olleh raja Keling, Hang Tuah diadu bermain pedang perisai dengan pendekar Keling. Pendekar diparang Hang Tuah kena perisainya dan pinggangnya. Disambut dengan baik oleh raja Cina, bahkan ketika makan sayur yang panjang-panjang tidak dikerat, ia dapat melihat wajah raja. Hang Tuah tinggal dua bulan di negeri Cina. Feringgi
marah
perahu
Hang
Tuah
berlabuh
hampit
galinya, lagi pula Hang Tuah sangat dipermulia oleh orang Cina itu. Berbedil-bedilan antara perahu Hang Tuah dengan perahu Feringgi. Feringgi kalah. Hang Tuah kembali selamat ke Keling. Menceritakan
pengalaman di benua CIna. Hang Tuah
sudah duduk lama di Keling. Mohon izin kembali ke Malaka karena Malaka
berseteru dengan Majapahit. Raja Keling mengutus Sari
Germala Dewa ke bukit Seguntang sebagai tanda bakti kepada ayahbundanya. Hang Tuah tiba kembali dengan selamat di malaka. Raja bertambah kasih kepada Hang Tuah. Semua pegawai sangat dengki kepadanya.
Tamasya ke Singapura
Setelah segala urusan ketatanegaraan selesai, raja
Malaka
dengan dua orang isterinya pergi bertamasya ke Singapura. Hang Tuah, Puteri Gunung Ledang, dan bendahara turut, disamping pengiring lainnya. Kapal kenaikan raja dan keluarganya disusun ditengah0-tengah
kapal
Siru¶l-alamin,
Maratu¶s
safa,
Batil
Mas.
Rencong Mengkuang. Ikan mas melekat pada perahu raja. Raja ingin melihat, tetapi malang mahkotanya jatuh ke ari. Hang Tuah menyelam kedalam air dan menemukan mahkotanya, tetapi ketika ia mau timbul dekat perahu raja, kerisnya disambar buaya putih. Hang Tuah terkejut, mahkota terlepas dari tangannya dan kembali jatuh lagi ke dalam air. Hang Tuah menangkap ekor buaya putih itu, tetapi terseret terbawa buaya tenggelam. Badannya lemas. Raja memerintahkan kembali ke Malaka. Semua berbalik pulang sengan masygul. Negeri Malaka
senang
sentausa,
dagang
senteri
banyak
perdi
dating
berniaga, tetapi tubuh baginda demam, gila-gila sakit kepala. Hang Tuah pun gila-gila sakit pinggang dan tubuhnya demam, maka ia tahu
akan
dirinya.
Raja
mengurniakan
kepadanya
keris
Bukit
Seguntang. Feringgi membalas dendam. Dang Manila dan Dang Cherala yang lepas dari Cina datang di Manila. Melapor kepada gubernur tentang kekalahannya. Hendak menyerang Malaka dengan empat puluh gali, masing-masing dengan lima ratus orang dan lima puluh meriam. Hang kasturi mengalahkan empat gali. Sepuluh orang awak kapal yang dikalahkan dibawa ke Malaka
oleh Penghulu batin. Dari mereka diketahui, bahwa Malaka
akan diserang. Penghulu batin dianugerahi gelar Raja Mambang Nagara dan seorang lagi Nagara Indera. Armada Feringgi mendekati Malaka dekat laut Bulang. Pertempuran di laut. Mendam Berahi ditugaskan meninjau dan
segera kembali ke Malaka. Hang Tuah merasa sehat dan memegang pimpinan
tertinggi.
Pertempuran
sengit.
Hang
Tuah
luka
dan
diangkut ke Mendam Berahi. Gubernur tewas. Kapitan Gubernur mati. Semua gali musuh kembali ke Portugal. Hang Tuah merasa terlalu sakit dan tidak menghadap raja. Kesehatan Hang Tuah-Raja. Setelah kerisnya hilang, Hang Tuah tidak pernah merasa sehat lagi. Demikian pula raja, setelah mahktanya jatuh ke laut, ia menjadi sakit-sakit. Mahkota menyinarkan cahaya gilang-gemilang, segala ikan berenang menimbulkan dirinya melihat cahaya itu.