LAPORAN PRAKTIKUM RADIASI HAMBUR FISIKA RADIODIAGNOSTIK
Kelas 2b Kelompok 1 Hari
Tanggal/Bulan/Tahun
Jam
Dosen Pengampu Materi
Senin
26/02/2018
9.10-11.40 Wib
Siti Daryati, S.ST M.Kes
Pokok Bahasan: Radiasi Hambur
Nama Anggota Kelompok :
Azizah Annisa Jamal
(P1337430216001) (P1337430216001)
2.
Nurul Muthmainah
(P1337430216003) (P1337430216003)
3.
Grahita Atika Putri
(P1337430216009) (P1337430216009)
4.
Rahmansyah Ardi R
(P1337430216015) (P1337430216015)
5.
Fadillah Irsyad
(P1337430216021) (P1337430216021)
6.
Ambar Mustika Setyowati
(P1337430216023) (P1337430216023)
7.
Wahyu Riani
(P1337430216027) (P1337430216027)
8.
Narulita Iswara
(P1337430216028) (P1337430216028)
9.
Nur Irfan Nugroho
(P1337430216031) (P1337430216031)
Anggita Dyah P
(P1337430216042) (P1337430216042)
1.
10.
A. Judul praktikum
Radiasi hambur B. Tujuan praktikum
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui proses pembentukan pembentukan radiasi hambur. C. Landasan teori
Sinar-x berinteraksi dengan bahan dalam bentuk beberapa interaksi yaitu : 1. Efek foto listrik 2. Efek compton 3. Pembentukan pasangan 4. Photodisintegrasi Pada bidang radiodiagnostik probabilitas terjadinya interaksi photon dengan bahan seperti pada bagan bagan berikut :
yang berperan penting pada pembentukan radiografi adalah efek fotolistrik, namun demikian dalam proses interaksi 2 interaksi yang lain (compton dan pair production) tidak dapat dihindari. Efek compton / hamburan compton memberikan efek menurunkan kontras. Produksi radiasi hambur pada pembuatan radiografi dipengaruhi oleh : 1. Ketebalan objek 2. Luas lapangan penyinaran dan 3. Tingkat energi photon yang digunakan Nilai kontras film yang dihasilkan terhadap perubahan perubahan luas lapangan lapangan penyinaran penyinaran dan ketebalan obyek, dapat diambil dari nilai gradient rata-rata film pada kurva karakteristik film. Sedangkan nilai kontras maksimal didapatkan dengan mencari selisih densitas maksimal maksimal dikurangi densitas minimal (Dmaks – (Dmaks – Dmin). Dmin). C = D max-D min
Keterangan : C = kontras radiograf D max = densitas maksimum D min = densitas minimum Nilai kontras rata-rata rata-rata yang diperoleh diperoleh dari kurva karakteristik film yang menghasilkan menghasilkan nilai densitas dalam rentang rentang guna (useful (useful density) yaitu pada nilai densitas densitas 0,25 + basic fog level sebagai densitas (D1) sampai 2,00 + basic fog level sebagai densitas (D2) di bagi dengan nilai logaritma logaritma eksposi eksposi yang menghasilkan menghasilkan nilai densitas densitas E1 dan E2.
D. Alat dan bahan
1. Pesawat sinar-x 2. Phantom cranium 3. Kaset dan film ukuran 24x30 cm (4 buah) 4. Densitometer 5. Alat tulis.
E. Prosedur percobaan
1. Siapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Pada kaset nomor satu, mahasiswa membuat radiograf cranium dengan ketentuan yang standar, yaitu menggunakan faktor eksposi 62 kvp, 12,5 mas, tanpa grid dan luas lapangan 30x30 cm. Setelah diatur semuanya, kemudian film diekspose. Lalu mahasiswa melakukan processing film dikamar gelap. 3. Lakukan hal yang sama seperti prosedur percobaan nomor dua pada kaset nomor dua dengan cara menambah tegangan tabung menjadi 67 kvp dan faktor yang lain tetap. Lakukan Lakukan ekspose kemudian film dicuci dikamar gelap. 4. Pada kaset nomor tiga, mahasiswa membuat radiograf cranium dengan menambah luas lapangan menjadi 43x43 cm dan faktor yang lain tetap. Lakukan ekspose kemudian film dicuci dikamar gelap.
5. Pada
kaset
nomor
empat,
mahasiswa
membuat
radiograf
cranium
dengan
menambahkan grid pada pemeriksaan, luas lapangan selebar 43x43 cm, kv 67 dan mas tetap. Lakukan ekspose kemudian film dicuci dikamar gelap. 6. Praktikan kemudian kemudian mengukur kontras pada setiap radiograf dengan mengambil mengambil nilai densitas pada 5 anatomi pada cranium. Kemudian nilai kontras dihitung dengan rumus: C = D max-D min
Keterangan : C = kontras radiograf D max = densitas maksimum D min = densitas minimum 7. Praktikan kemudian mencatat hasilnya 8. Praktikan membuat grafik yang menunjukan sumbu vertikal adalah nilai kontras radiograf dan yang horizontal menunjukan 5 anatomi yang diukur densitasnya. 9. Praktikan mendiskusikan grafik tabel yang sudah jadi. 10. Praktikan membuat laporan.
F. Hasil
Data hasil praktikum kami : NOMOR KASET
Basic fog
KASET 1
0,22
KASET 2
KASET 3
KASET 4
Anatomi
Dmax
Dmin
NILAI KONTRAS
os. frontal
0,88
0,78
0,1
0,22
os. petrosum
1,19
1,02
0,17
0,22
os. maxila
1,21
0,98
0,23
0,22
os. mandibula
1,25
1,1
0,15
0,22
os. sinus maxillaris
1,71
1,59
0,12
0,22
os. frontal
1,26
1,11
0,15
0,22
os. petrosum
1,23
1,1
0,13
0,22
os. maxila
1,43
1,37
0,06
0,22
os. mandibula
1,52
1,3
0,22
0,22
os. sinus maxillaris
1,77
1,63
0,14
0,31
os. frontal
1,28
1,18
0,1
0,31
os. petrosum
1,61
1,45
0,16
0,31
os. maxila
1,61
1,46
0,15
0,31
os. mandibula
1,82
1,62
0,2
0,31
os. sinus maxillaris
1,82
1,72
0,1
0,23
os. frontal
0,77
0,62
0,15
0,23
os. petrosum
0,64
0,61
0,03
0,23
os. maxila
0,87
0,75
0,12
0,23
os. mandibula
1,23
1,1
0,13
0,23
os. sinus maxillaris
1,36
1,2
0,16
Grafik nilai kontras
GRAFIK KONTRAS 0.25 S 0.2 A R T N0.15 O K I 0.1 A L I N0.05
0.15
0.17 0.16 0.13
0.1
0.23
0.22 0.2
0.15 0.12
0.15 0.13
0.16 0.14 0.12 0.1
0.06 0.03
0 os. frontal
os. petrosum
os. maxila
os. mandibula
NIL NILAI KONTR NTRAS KAS KASET ET 1
NILA NILAII KO KONTR NTRAS KASE KASET T2
NIL NILAI KONTR NTRAS KAS KASET ET 3
NILA NILAII KO KONTR NTRAS KASE KASET T4
os. sinus maxillaris
G. Diskusi
Berdasarkan grafik nilai kontras yang kita dapatkan, nilai densitas pada setiap anatomi pada satu pemeriksaan cranium menggunakan settingan standar berbeda-beda, sehingga nilai kontas juga berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh ketebalan objek. Semakin tebal suatu objek maka kontras akan turun sehingga radiasi hambur juga meningkat. Berdasarkan praktikum pada kaset 1 dengan settingan standar radiograf yang dihasilkan memiliki nilai kontras yang standar, sehingga dapat dikatakan radiasi hambur juga tidak berlebihan. Pada kaset 2 dengan settingan kV 65 dengan faktor yang lain tetap menghasilkan nilai kontras yang bervariasi juga pada setiap organ anatomi, anatomi, dan seharusnya nilai kontrasnya lebih rendah daripada percobaan kaset 1yang menunjukkan radiasi hambur meningkat pada kaset 2. Tetapi pada percobaan kami nilai kontras pada kaset 2 ada yang dibawah nilainya ada juga yang diatas nilai kontras kaset 1. Hal ini dikarenakan processing yang kami lakukan kurang tepat khususnya pada waktu developing, sehingga densitas film kurang merata. Begitu juga pada kaset 3, seharusnya nilai kontras radiograf menurun karena luas lapangannya diperbesar. Namun, karena ketidaksamaan ketidaksamaan penghitungan waktu developing film memiliki nilai kontras yang nilainya ada yang diatas standar dan ada yang dibawah standar. Pasa kaset nomor 4, seharusnya memiliki nilai kontras yang lebih baik dari yang kita buat standar, karena dengan adanya grid nilai kontras akan naik dan menurunkan radiasi hambur. Tetapi nilai kontras yang kami hasilkan ada yang diatas standar, ada yang standar, dan ada
juga yang dibawah standar. Hal ini i ni juga dikarenaka di karenakan n densitas yang dihasilkan berbeda-beda karena faktor processing film.
H. Kesimpulan
Pada pemeriksaan standar, radiograf yang dihasilkan memiliki nilai kontras standar , hal ini menunjukan nilai kontras yang sedang sehingga dapat disimpulkan bahwa radiasi hambur yang dihasilakanpun sedang atau tidak berlebihan. Semakin besar tegangan tegangan tabung (kvp) maka kontras radiograf akan turun dan ini menandakan menandakan adanya radiasi hambur yang meningkat Semakin lebar luas lapangan penyinaran, maka kontras akan turun dan ini menandakan adanya peningkatan peningkatan radiasi hambur. hambur. Pada kaset ke empat, radiograf yang di hasilkan sudah cukup baik dengan menggunakan menggunakan grid. I.
Saran
Sebaiknya saat proses processing film dibagian developing lebih diperhatikan lagi, sehingga dapat didapatkan hasil yang maksimal dan nil ainya mudah untuk dianalisis. J.
Daftar pustaka
Modul praktikum fisika radiodiagnostik Bushong, Sc.D. “Radiologic Science for Technologist Physics, Biology, and protection”, 4th Edition with 712 Illustration, 1988. Chesney, H, “ Radiographic hotography.” 3th edition, London, 1971. Sjahrir Rasad Sukon to Kartoleksono, Iwan Ekayuda “Radiologi Diagnostik”, Balai penerbit FKUI, Jakarta, 1990. Surtiningsih Sombu “ Fisika Radiodiagnostik”